Tinjauan Atas Risiko Penjualan Kredit Pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) Koperasi Pegawai Republik Indonesia Hanukarya Bandung

(1)

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang dijadikan topik penulisan Tugas Akhir. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian yang penulis teliti.

Adapun pengertian objek penelitian menurut Husen Umar adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal jika dianggap perlu.”

(2005:303) Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, objek penelitian yang diteliti oleh penulis ialah pada risiko penjualan kredit Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA yang beralamat di Jl. Suryani No. 16 Telp. 6030483 Ps. 289-290-306 Bandung 40211.


(2)

3.2 Metode Penelitian

Pengertian metode penelitian menurut I Made Wirartha adalah :

“Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.”

(2006:68) Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu mengunakan metode analisis deskriptif. Adapun pengertian metode analisis deskriptif menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :

“Metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan perusahaan berdasarkan fakta yang ada untuk dianalisis berdasarkan literatur-literatur kemudian dapat diartikan menjadi sebuah kesimpulan.”

(2006:18) Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai risiko penjualan kredit.


(3)

3.2.1 Desain Penelitian

Definisi desain penelitian menurut Jonathan Sarwono ialah sebagai berikut :

“Desain penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

(2006:79) Menurut Sugiyono, proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: “Proses penelitian terdiri atas:

1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Metode penelitian

5. Menyusun instrument penelitian 6. Kesimpulan.”

(2004:18) Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Peneliti menemukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik


(4)

mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya di dalam penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara menguji hipotesis.

3. Konsep dan Teori yang Relevan dan Penemuan yang Relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah. Selain itu, penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis peneliti dapat memilih metode penelitin yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode tersebut adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehedaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu dan kemudahan lainnya. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif.

5. Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini yaitu human instrument


(5)

observasi. Selain melakukan wawancara secara langsung, instrument yang digunakan adalah buku catatan mengenai kebijakan-kebijakan perusahaan. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah.

6. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian operasionaliasasi variabel menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :

“Operasionalisasi variabel adalah yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat oprasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.”

(2006:28)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable). Menurut Jonathan Sarwono pengertian variabel bebas yaitu :

“Variabel bebas adalah suatu variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.”


(6)

(2006:54),

Dari definisi diatas, variabel bebas yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah Risiko penjualan kredit.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator

Risiko Penjualan Kredit

“Penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan dimana saat barang atau jasa diserahkan, pembayarannya tidak segera diselesaikan pada saat itu juga. Penyelesaian pembayaran dalam beberapa hari sampai beberapa bulan.” (Ardiyos, 2004:271)

“Risiko kredit adalalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan pihak lain atau suatu kontrak tidak mau atau tidak mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan karena itu menyebabkan pemegang tagihan (klaim) mengalami kerugian.”

(Ardiyos, 2004:270)

Risiko penjualan kredit:

1. Kemungkinan pelanggan tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit.

2. Kemungkinan penjual mengalami kerugian.


(7)

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 3.2.3.1Sumber Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber data yaitu: 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui hasil wawancara dengan pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan informasi yang sedang menjadi permasalahan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, literatur, artikel dan dokumen-dokumen dari perusahaan serta berbagai sumber lain yang berhubungan dengan masalah penelitian sebagai sumber informasi.

3.2.3.2Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak diungkapkan, yaitu:

1. Studi Pustaka (Library Research)

Penulis memperoleh sumber data sekunder melalui studi kepustakaan yaitu dengan mendatangi perpustakaan dan mencari buku-buku literatur yang sesuai dengan masalah yang diteliti, dan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan risiko penjualan kredit. Data yang diperoleh dari studi kepustakaan adalah sumber informasi yang telah ditemukan oleh para ahli yang kompeten di bidangnya masing-masing sehingga relevan dengan pembahasan yang telah diteliti.


(8)

2. Penelitian Secara Langsung (Field Research)

Melakukan usaha untuk mendapatkan data primer dan informasi tentang risiko penjulan kredit yang diperlukan sebagai bahan penyusunan dan penganalisaan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis yang dilakukan dengan cara mengunjungi perusahaan untuk melakukan penelitian terhadap kegiatan perusahaan yang sesungguhnya. Sedangkan pengumpulan data guna mendapatkan data primer adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut: a. Pengamatan (Observation)

Penulisan mengamati tentang hal yang berkaitan dengan risiko penjualan kredit di koperasi, yaitu kegiatan pelaksanaan penjualan kredit yang dilakukan di Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA. b. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan wawancara tentang pelaksanaan pelaksanaan penjualan kredit yang dilakukan di Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA dan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data-data informasi.

c. Dokumentasi (Documentation)

Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data yang diperoleh dari Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA sebagai bahan untuk memperkuat penjelasan terhadap bahan atau masalah yang diteliti.


(9)

3.2.4 Metode Analisis

Pengertian rancangan analisis menurut Burhan Bungin adalah :

“Metode analisis ialah sebuah rancangan yang akan memberikan gambaran awal yang jelas dan terarah kepada penelitian tentang proses kegiatan penelitian”

(2003:37)

Sedangkan pengertian rancangan penelitian menurut Lexy J. Moleong adalah :

“Rancangan penelitian yaitu usaha merencanakan kemungkinan -kemungkinan tertentu secara luas tanpa menujukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing.”

(2000:36) Dalam menganalisis data, model penelitian yang digunakan oleh penulis adalah rancangan analisis deskriptif, yaitu data yang diperoleh dan disimpulkan kemudian dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara teori yang dipelajari dengan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data analisis untuk mendapatkan kesimpulan.

Adapun analisis data yang dilakukan oleh penulis adlah sebagai berikut: 1. Melakukan tinjauan terhadap penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan


(10)

2. Melakukan tinjauan terhadap hambatan yang terjadi dalam penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) pada KPRI HANUKARYA Bandung.

3. Melakukan tinjauan terhadap risiko penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) pada KPRI HANUKARYA Bandung.


(11)

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penjualan

Didalam bidang usaha khususnya dalam bidang perdagangan penghasilan utama yang dihasilkan ialah berasal dari penjualan. Perkembangan penjualan pada dewasa ini sangat berkembang pesat, dengan demikian tingkat persaingan antar pesaing pun besar pengarunya pada perusahaan.

2.1.1.1 Definisi Penjualan

Pengertian penjualan menurut Basu Swastha menyatakan bahwa:

“Penjualan adalah ilmu dan seni yang mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan ”

(2001:8)

Pengertian penjualan menurut Hendry Simamora menjelaskan bahwa: “Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan pelanggan atas barang dan jasa “.


(12)

Sedangkan menurut Chairul Maroom memberikan definisi :

“Penjualan artinya penjualan barang dagang sebagai usaha pokok yang biasanya dilakukan secara teratur “

(2002:28) Bedasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah persetujuan kedua belah pihak antara penjual dan pembeli, dimana penjual menawarkan suatu produk dengan harapan pembeli dapat menyerahkan sejumlah uang sebagai alat ukur produk tersebut sebesar harga jual yang telah disepakati.

2.1.1.2 Klasifikasi Transaksi Penjualan

Ada Beberapa Transaksi Penjualan menurut La Midjan yang dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

“Transaksi penjualan dapat diklarifikasikan sebagai berikut: 1. Penjualan Tunai

2. Penjualan Kredit 3. Penjualan Tender 4. Penjualan Ekspor 5. Penjualan Konsinyasi 6. Penjualan Grosir.”

(2001:170) Adapun penjelasan beberapa klarifikasi penjualan ialah:

a. Penjualan Tunai

Penjualan tunai adalah Penjualan bersifat Cash dan Carry pada umumnya terjadi secara kontan dapat pula terjadi pembayaran selama satu bulan dianggap kontan.


(13)

b. Penjualan Kredit

Penjualan kredit ialah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan.

c. Penjualan Tender

Penjualan tender adalah penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memegangkan tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.

d. Penjualan Ekspor

Penjualan ekspor adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak luar negeri yang mengimpor barang tersebut.

e. Penjualan Konsinyasi

Penjualan konsinyasi adalah dilakukan secara titipan kepada pembeli juga sebagai penjual.

f. Penjualan Grosir

Penjualan grosir dalah penjualan tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagangan glosir atau eceran.

2.1.1.3 Bagian-bagian Penjualan

Menurut Krismiadji menyatakan bahwa bagian penjualan terdiri dari: “Bagian-bagian penjualan terdiri dari:

1. Bagian Penjualan 2. Bagian Kredit 3. Bagian Gudang 4. Bagian Pengiriman 5. Bagian Penagihan.”


(14)

Bagian-bagian penjualan diatas dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagian Penjualan

Bagian penjualan adalah bagian penjualan menerima surat pesanan dari pihak pembeli membuat surat order penjualan atas dasar pesanan tersebut.

2. Bagian Kredit

Bagian kredit adalah atas dasar pesanan dari pembeli yang diterima di bagian penjualan, bagian ini memeriksa data kredit pelanggan yang selanjutnya memberikan persetujuan terhadap surat pesanan tersebut dan memeriksanya ke bagian gudang

3. Bagian Gudang

Bagian gudang adalah bagian yang bertugas untuk menyimpan persediaan barang dagangan serta mempersiapkan barang dagangan yang akan dikirim kepada pembeli.

4. Bagian Pengiriman

Bagian pengiriman adalah bagian ini mengeluarkan surat order penjualan dan kemudian membuat nota pengiriman atas barang yang dipesan.

5. Bagian penagihan

Bagian penagihan adalah bagian ini bertugas untuk faktur dan kemudian didistribusikan kepada:

a. Rangkap pertama (asli) diberikan kepada pelanggan b. Rangkap kedua diberikan kepada bagian piutang


(15)

c. Rangkap ketiga diarsipkan berdasarkan nomor urut bersamaan dengan surat order

2.1.1.4 Dokumen-Dokumen Penjualan

Dokumen – dokumen penjualan menurut La Midjan adalah sebagai berikut:

“Dokumen-dokumen penjualan terdiri dari: 1. Order Penjualan Barang (Sales Order)

2. Nota Penjualan Barang

3. Perintah Penyerahan Barang (delivery Order)

4. Faktur Penjualan (invoice)

5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)

6.Jurnal Penjualan (Sales Journal).

(2001:183) Adapun penjelasan mengenai dokumen-dokumen penjualan adalah sebagai berikut:

1. Order Penjualan Barang (Sales Order)

Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk memperproses langganan dengan menyiapkan pesanan penjualan.

2. Nota Penjualan Barang

Nota penjualan barang merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen pelanggan.


(16)

3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Perintah penyerahan barang (delivery order) merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang atas barang yang diserahkan kepada pelanggan setelah ada pencocokan rangkap slip.

4. Faktur Penjualan (Invoice)

Faktur Penjualan (Invoice) adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihanya.

5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)

Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip) adalah dokumen yang menjadi bukti dalam pengiriman barang sehingga pelanggan dapat menerima pengiriman barang tersebut.

6. Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Jurnal Penjualan (Sales Journal) adalah formulir khusus yang digunakan untuk mencatat secara kronologis transaksi penjualan yang terjadi dalam perusahan, yang mana sisi debit berisi akun pendapatan (untuk penjualan tunai) atau piutang (untuk penjualan kredit) dan di sisi kredit berisi akun penjualan beserta jumlah dari transaksi penjualan tersebut.

2.1.1.5 Tujuan Penjualan

Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting karena adanya kegiatan penjualan tersebut maka, akan terbentuk laba yang menjamin kelangsungan hidup perusahaan.


(17)

Tujuan umum penjualan menurut Basu swastha, yaitu: “Tujuan umum penjualan:

1. Mencapai volume penjualan tertentu 2. Mendapat laba tertentu

3. Menujang pertumbuhan perusahaan”

(2001:404)

2.1.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan

Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan menurut Basu Swastha adalah:

“Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan: 1. Kondisi dan Kemampuan Penjualan

2. Kondisi Modal Pasar 3. Modal

4. Kondisi Organisasi”

(2001:406) Beberapa faktor yang mempengaruhi penjualan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kondisi dan Kemampuan Penjualan

Kondisi dan Kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang berkaitan dengan produk dijual, jumlah dan sifat dari tenaga penjual adalah:

a. Jenis karakteristik barang dan jasa yang ditawarkan b. Harga produk atau jasa


(18)

2. Kondisi Pasar

Pasar sebagai kelompok pembelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualanya.

3. Modal

Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang dagang ditempatkan atau untuk memperbesar usahanya.

4. Kondisi Organisasi

Pada perusahaan yang besar, biasanya masalah penjual ini ditangani oleh bagian sendiri yaitu, bagian penjualan yang dipegang orang-orang yang ahli dibidang penjualan.

2.1.2 Penjualan Kredit

2.1.2.1 Pengertian Penjualan Kredit

Menurut Soemarso S.R. mengemukakan bahwa:

“Penjualan merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit.”

(2004:338) Sedangkan menurut Sigit Hermawan menjelaskan bahwa:

”Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan dengan cara perusahaan memberikan barang atau jasa dan pihak lain tidak langsung membayarnya tetapi pembayaran dilakukan pada masa mendatang.”


(19)

Dan menurut Ardiyos menyatakan bahwa:

“Penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan dimana saat barang atau jasa diserahkan, pembayarannya tidak segera diselesaikan pada saat itu juga. Penyelesaian pembayaran dalam beberapa hari sampai beberapa bulan.”

(2004:271) Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penjualan kredit adalah penjualan barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan bukan pada saat itu juga tetapi pada saat mendatang, dapat beberapa hari sampai beberapa bulan setelah terjadinya penjualan tersebut.

2.1.2.2 Manfaat Penjualan Kredit

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti penjualan kredit memberikan manfaat bagi perusahaan yaitu:

“Manfaat penjualan kredit:

1. Penjualan kredit meningkatkan jumlah penjualan 2. Penjualan kredit meningkatkan laba.”

(2002:124)

Berikut ini penjelasan dari manfaat penjualan kredit, adalah:

1. Penjualan kredit meningkatkan jumlah penjualan, dengan adanya penjualan kredit yang merupakan bentuk kebijakan perusahaan yang memberikan kelonggaran bagi pelanggan untuk membayar dikemudian atas penjualan barang atau jasa, maka dapat meningkatakan daya tarik pelanggan untuk berbelanja sehingga jumlah penjualan perusahaan pun meningkat.


(20)

2. Penjualan kredit meningkatkan laba, dengan meningkatnya jumlah penjualan maka secara hal tersebut menyebabkan pula meningkatnya pendapatan perusahaan atas kegiatan penjualan tersebut sehingga meningkatkan laba perusahaan.

2.1.2.3 Jenis Penjualan Kredit

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, penjualan kredit terbagi atas:

“Jenis penjualan kredit:

1. Penjualan kredit tanpa diskon 2. Penjualan kredit dengan diskon.”

(2002:126)

Adapun penjelasan dari jenis penjualan kredit adalah seperti di bawah ini:

1. Penjualan kredit tanpa diskon ialah penjualan kredit tanpa adanya pemberian diskon walaupun pelanggan membayar kewajiban atas penjualan kredit lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan sesuai dengan perjanjian.

2. Penjualan kredit dengan diskon ialah penjualan kredit yang diberikan perusahaan mengitrodusir diskon yang bermaksud agar pembeli mempercepat pembayaran mereka. Dengan demikian dapat ditekan kepreluan dana akan tambahan piutang. Misalnya, perusahaan menawarkan syarat penjualan, 2/20 n/30. Ini berarti bahwa jika pembeli melunasi pembeliaannya pada hari ke 20,


(21)

mereka akan memperoleh diskon 2%, tetapi jika melunasi pada hari ke 60 harus membayar dengan harga penuh.

2.1.2.4 Standar kredit

Standar Kredit berguna dalam penjualan kredit yaitu untuk mengungkapkan kemampuan keuangan minimum pelanggan sehingga dapat ditetapkan pelanggan yang tergolong layak memperoleh kredit. Dengan demikian, perusahaan dapat meramalkan siapa pelanggan yang akan dapat terlambat dalam membayar kewajibannya dan siapa pelanggan yang mengakibatkan kerugian piutang.

Menurut Handono Mardiyanto Lima aspek yang umumnya dijadikan dasar untuk menetapkan kelayakan kredit meliputi hal berikut:

“Dasar untuk menentukan kelayakan kredit terdiri dari: 1. Karakter

2. Kapasitas 3. Kapital 4. Kolateral 5. Kondisi.”

(2009:127) Berikut adalah penjelasan dari dasar untuk menetapkan kelayakan kredit, yaitu:

1. Karakter, sejauh mana reputasi pelanggan dapat dipercaya, yang dapat dinilai dari catatan masa lalu atau informasi dari berbagai pihak yang patut diperhatikan.

2. Kapasitas, kemampuan pelanggan dalam membayar kewajibannya, yang dapat didasarkan pada kinerja laporan keuangan, khususnya yang berkaitan


(22)

dengan aspek likuiditas dan solvabilitas (proporsi utang ataupun kemampuan membayar utang).

3. Kapital, kekayaan bersih (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Rasio utang terhadap ekuitas (debt equity ratio) dan rasio profitabilitas sering digunakan mengukur aspek kapital ini.

4. Kolateral, sejumlah akiva yang dijadikan jaminan dalam konteks piutang usaha, aktiva yang dijaminkan adalah surat berharga.

5. Kondisi, keadaan ekonomi makro yang akan mempengaruhi siklus bisnis pelanggan dan mempengaruhi pula kemampuan membayar pelanggan pada waktu mendatang.

2.1.3 Risiko Penjualan Kredit

Pengertian risiko menurut Ardiyos adalah:

“Risiko ialah peluang dimana hasil yang sesungguhnya bisa berbeda dengan hasil yang diharapkan atau kemungkinan nilai yang hilang atau diperoleh yang dapat diukur.”

(2004:309) Menurut Ardiyos memberikan definisi sebagai berikut:

“Risiko kredit adalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan pihak lain atau suatu kontrak tidak mau atau tidak mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan karena itu menyebabkan pemegang tagihan (klaim) mengalami kerugian.”


(23)

Sedangkan Mahsyad Ali menjelaskan:

Risiko kredit ialah risiko yang timbul karena pihak debitur tidak dapat melunasi kembali pinjaman sehingga pihak kreditur mengalami kerugian karena terjadinya kemacetan dalam penagihan.

(2004:27) Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko penjualan kredit tidak begitu berbeda dengan risiko kredit, risiko penjualan kredit ialah risiko yang berkaitan dengan pihak pelanggan yang tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit sehingga penjual yang memegang tagihan mengalami kerugian karena tidak tertagihnya hak penjual.

Menurut William Coem, Jenis-jenis risiko Penjualan Kredit yang dihadapi oleh perusahaan ialah:

“ Jenis risiko penjualan kredit yang dihadapi perusahaan:

1. Perusahaan menghadapi risiko kredit dalam hal misalnya perusahaan tidak menerima pembayaran dimuka secara tunai untuk produk atau jasa yang dijualnya.

2. Dengan melakukan penyerahan barang atau jasa di depan dan menagih pembayaran kelak maka perusahaan menanggung suatu risiko selama tenggang waktu penyerahan barang atau jasa dengan waktu pembayaran.”

(2000:135) Adapun penjelasan dari jenis risiko penjualan kredit ialah:

1. Perusahaan menghadapi risiko kedit dalam hal misalnya perusahaan tidak menerima pembayaran dimuka secara tunai untuk produk atau jasa yang dijualnya, tentunya dengan tidak menerima uang muka atas penjualan kredit maka kemungkinan kerugian perusahaan akan meningkat apabila pelanggan


(24)

tidak membayar tagihan perusahaan pada waktu pembayaran berbeda jika pembayaran uang muka atas penjualan kredit dilakukan oleh pelanggan tentunya akan sedikit mengurangi risiko kerugian karena beberapa bagian pembayaran telah terbayar oleh uang muka.

2. Dengan melakukan penyerahan barang atau jasa di depan dan menagih pembayaran kelak maka perusahaan menanggung suatu risiko selama tenggang waktu penyerahan barang atau jasa dengan waktu pembayaran, jika selama jangka waktu pembayaran pelanggan tidak mampu membayar maka dipastikan perusahaan mengalami kerugian atas penjualan kredit.

2.1.4 Koperasi

2.1.4.1 Pengertian Koperasi

Koperasi pada umunya merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat penting untuk dipertahankan dikarenakan kopersi merupakan perkumpulan orang-orang yang secara sukarela mempersatukan diri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui pembentukan bentuk usaha yang dikelola secara demokratis.

Pengertian koperasi menurut Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti adalah sebagai berikut:

“Koperasi adalah suatu kumpulan yang beranggotakan orang atau badan yang anggotanya diberi kebebasan untuk masuk dan keluar dengan bekerjasama secara kekeluargaaan menjalankan usahanya demi mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.”


(25)

Pengertian koperasi menurut Tiktik Sartika Pratomo ialah:

“Koperasi bisa juga didefinisikan sebagai organisasi yang didirikan dengan tujuan bersama untuk menunjang kepentingan ekonomi para anggotanya melalui suatu perusahaan bersama.”

(2007:4)

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian menjelaskan bahwa:

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.”

(2009:27.3) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seseorang atau badan hukum yang didirikan secara bersama sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan demi meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.

2.1.4.2 Ciri-ciri Koperasi

Koperasi bersifat demokratis, menjunjuang tinggi kebersamaan, kekeluargaan dan keterbukaan, Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi Indonesia memiliki ciri-ciri yaitu:

1. Koperasi adalah badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan memperoleh keuntungan ekonomis.


(26)

2. Tujuan harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggotauntuk meningkatkan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif, dan efisien sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota. 3. Kegiatan koperasi bersifat sukarela dan terbuka serta tidak boleh dipaksakan

oleh siapapun, yang berarti tidak ada pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

4. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. 5. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan

berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota kepada koperasi dan balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada koperasi.

2.1.4.3 Landasan dan Tujuan Koperasi

Tujuan koperasi menurut Undang-Undang No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa:

1. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan anggota:

a. Pemberian jasa atau pelayanan yang bermanfaat bagi anggota. b. Peningkatan taraf hidup anggota.

c. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi.

2. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan masyarakat :

a. Mengembalikan kepercayaan masyarakat akan manfaat koperasi b. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berkoperasi.


(27)

c. Meningkatkan warga masyarakat ekonomi lemah daalm wadah koperasi d. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja.

e. Membantu pelayanan dan penyediaan kebutuhan-kebutuhan.

f. Membantu usaha-usaha sosial dalam masyarakat sesuai Pasal 34 Undang-Undang No 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok perkoperasian.

g. Meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan masyarakat. 3. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan pemerintah:

a. Melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 (Koperasi sebagai alat pendemokrasian ekonomi).

b. Membantu dan menunjang program pemerintah dalam pembangunan. c. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat.

d. Partner pemerintah yang bergerak di bidang Indonesia. Sedangkan landasan koperasi itu sendiri adalah sebagai berikut: 1. Landasan Idiil

Landasan Idiil adalah kelima sila dari Pancasila yaitu keTuhanan, kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan harus dijadikan dasar dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, karena sila-sila tersebut menjadi sifat dan tujuan koperasi serta selamanya merupakan aspirasi anggota koperasi.


(28)

2. Landasan Struktural dan Landasan Gerak

Landasan struktural Undang-Undang Dasar 1945 dan landasan geraknyaadalah Pasal 33 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya.

3. Landasan Operasional

Landasan operasional koperasi adalah GBHN merupakan pernyataan kehendak rakyat tentang pokok umum pembayaran nasional yang akan memberikan arah perjuangan Negara dan rakyat Indonesia.

4. Landasan Mental

Landasan mental koperasi adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi dalam koperasi harus bergabung kedua landasan mental tadi sebagai kedua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi, dan awas-mengawasi.

2.1.4.4 Fungsi dan Peran Koperasi

Koperasi sangat penting keberadaanya di dalam meningkatkan potensi ekonomi rakyat serta di dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.

Dalam Undang-Undang Perkoperasian No. 25 tahun 1992, bab III, bagian pertama, Pasal 4, tentang Fungsi dan peran Koperasi adalah :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.


(29)

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan peerekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan pereokonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dalam menjalankan aktivitasnya koperasi melaksanakan prinsip koperasi yaitu sebagai berikut:

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.

c. Pembagian atas hasil usaha secara adil sebanding dengan jasa usaha masing-masing anggotanya.

d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian. g. Kerjasama antar koperasi.

2.1.4.5 Bentuk dan Jenis-jenis Koperasi

Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992, ada dua bentuk koperasi yaitu:

1. Koperasi Primer

Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Orang-seorang pembentuk koperasi adalah mereka yang memenunuhi persyarat keanggotaan dan mempunyai kepentingan ekonomi yang sama.


(30)

Koperasi primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang. Persyaratan ini dimaksud untuk menjaga kelayakan usaha dan kehidupan koperasi.

2. Koperasi Sekunder

Berdasarkan status keanggotaannya, koperasi sekunderterdiri atas dua macam, yaitu koperasi yang beranggotakan:

a. Badan hukum koperasi primer

Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi primer disebut pusat koperasi. Kerjasama diantara koperasi-koperasi primer yang setingkat disebut kerjasama yang bersifat sejajar (horizontal).

b. Badan hukum koperasi sekunder

Koperasi sekunder yang beranggotakan koperasi sekunder disebut induk koperasi. Kerjasama antara antara koperasi primer dengan koperasi sekunder yang sama jenisnya disebut kerjasama vertikal. Sedangkan kerjasama antara koperasi-koperasi sekunder yang setingkat bersifat horizontal.


(31)

Dalam perkembangannya, koperasi mempunyai berbagai macam kegiatan sesuai dengan kebutuhannya yang berdampak kepada pembagian jeni-jenis koperasi.

Jenis-jenis koperasi menurut Jochen Ropke yaitu: “Jenis-jenis koperasi adalah sebagai berikut: 1. Koperasi Simpan Pinjam (Koperasi Kredit) 2. Koperasi Konsumen (Koperasi Konsumsi) 3. Koperasi Produsen (Koperasi Produksi) 4. Koperasi Pemasaran (Koperasi Serba Usaha) 5. Koperasi Jasa”.

(2000:16) Adapun uraian dari jenis-jenis koperasi diatas adalah sebagai berikut:

1. Koperasi Simpan Pinjam (Koperasi Kredit)

Koperasi yang melakukan kegiatan usahanya daalm memberikan pinjaman kepada anggotanya dengan mudah dan bunga yang ringan.

2. Koperasi Konsumen (Koperasi Konsumsi)

Koperasi yang melakukan kegiataan usahanya dengan menyediakan barang-barang ekonomi untuk konsumen atau anggota.

3. Koperasi Produsen (Koperasi Produksi)

Koperasi yang melakukan kegiataan usahanya dengan memproduksi barang-barang yang akan dipasarkan.

4. Koperasi Pemasaran (Koperasi Serba Usaha)

Koperasi yang melakukan kegiataan usahanya dalam hal cara memasarkan. 5. Koperasi Jasa


(32)

Modal koperasi dalam pelaksanaanya berasal dari para anggota, seperti yang tertera dalam Undang-Undang No.12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian Pasal 32 ayat 2 menyatakan bahwa simpanan anggota di dalam koperasi terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Masing-masing jenis simpanan tersebut mempunyai tanggung jawab yang berbeda-beda terhadap kerugian yang mungkin terjadi atau bilamana koperasi itu dibubarkan.

Adapun pengertian dari masing-masing jenis simpanan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu misalnya ditarik pada waktu penjualan barang-barang aatu pada waktu anggota menerima kredit dari koperasi dan sebagainya. Simpanan wajib ini tidak ikut menanggung kerugian.

b. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang menjadi anggota koperasi tersebut dan besarnya sama untuk semua anggota. Simpanan pokok ini ikut menanggung kerugian.

c. Simpanan sukarela adalah simpanan yang diadakan oleha angggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan khusus.


(33)

2.2 Kerangka Pemikiran

Koperasi merupakan bentuk usaha bersama yang berdasarkan atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi untuk mewujudkan dan mengembangkan pereokonomian nasional. Setiap koperasi dalam kegiatan usahanya pastinya selalu mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, yakni kesejahteraan para anggotanya karena kesejahteraan anggota merupakan aspek paling utama dalam keberadaan koperasi. Koperasi harus memberikan pelayanan yang menunjang bagi kehidupan ekonomi para anggotanya.

Seperti dalam pengertiannya menurut Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti adalah sebagai berikut:

“Koperasi adalah suatu kumpulan yang beranggotakan orang atau badan yang anggotanya diberi kebebasan untuk masuk dan keluar dengan bekerjasama secara kekeluargaaan menjalankan usahanya demi mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.”

(2002:18) Pada umumnya koperasi terdiri dari beberapa unit usaha, seperti Unit Usaha Pelayanan umum (Toko) yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari untuk para anggotanya, Unit Usaha Pelayanan Keluarga yang menyediakan kebutuhan akan barang-barang pelengkap (sekunder) keluarga, Unit Usaha Jatek dan Rekanan yang menyediakan pelayanan jasa tekonologi, dan Unit Usaha Simpan Pinjam yang memberikan pelayanan kegiatan simpan (tabungan) dan Pinjaman uang untuk kebutuhan para anggota.

Salah satu bentuk unit usaha yang penting dan menunjang mengenai pelayanan koperasi terhadap anggotanya ialah Unit Usaha Pelayanan Umum


(34)

(Toko). Pada unit usaha tersebut terdapat bentuk pelayanan koperasi dalam menunjang para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya ialah dengan melalui usaha pelayanan niaga dimana salah satu kegiatannya adalah penjualan, baik penjualan tunai maupun penjualan kredit. Namun, pada dasarnya penjualan yang merupakan bentuk konkrit pelayanan koperasi terhadap anggotanya untuk membantu merigankan beban ekonomi anggotanya ialah penjualan kredit.

Perlunya penjualan kredit untuk tujuan seperti di atas tercermin dalam definisi penjualan kredit menurut Soemarso S.R.:

“Penjualan merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk mempebolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit.”

(2004:338)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan yaitu dengan adanya penjualan kredit dalam koperasi, pelanggan yang pada dasarnya merupakan anggota koperasi mendapatkan kelonggaran pada waktu penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang dan jasa yang dilakukan.

Dalam pelaksanaannya tidak semua kegiatan penjualan kredit berjalan lancar. Terutama dalam pelaksanaan penagihan hak koperasi atas penjualan kredit


(35)

kepada anggotanya yang membeli barang dagangan secara kredit. Hal tersebut merupakan risiko dari koperasi yang kebijakan penjualan secara kredit.

Menurut Ardiyos memberikan definisi sebagai berikut:

“Risiko kredit adalalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan pihak lain atau suatu kontrak tidak mau atau tidak mampu memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam kontrak, dan karena itu menyebabkan pemegang tagihan (klaim) mengalami kerugian.”

(2009:270)

Dengan adanya penjualan kredit yang menimbulkan piutang sebagai hak koperasi, memungkinkan pula timbulnya risiko bagi koperasi dikarenakan di kemudian hari tepatnya pada saat pembayaran atas penjualan kredit tiba, pelanggan yang merupakan anggota koperasi tidak mampu atau tidak mau memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan sedangkan kebutuhan anggota untuk berbelanja secara kredit yang dilakukan secara rutin terus terjadi. Hal tersebut menyebabkan penumpukan hak koperasi yang belum tertagih atau bahkan hak koperasi tidak dapat tertagih dan tentunya hal tersebut merugikan koperasi, sehingga timbullah risiko penjualan kredit.


(36)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka pemikiran Koperasi

Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko)

Unit Usaha Pelayanan

Keluarga

Unit Usaha Jatek dan

Rekanan

Unit Usaha Simpan

Pinjam

Penjualan Tunai Penjualan Kredit


(37)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat seiring laju perubahan zaman ke arah era globalisasi. Hal ini mengakibatkan munculnya perusahaan-perusahaan baik yang berskala besar maupun yang berskala kecil dan meningkatkan pula laju persaingan perusahaan-perusahaan tersebut menjadi semakin ketat khususnya persaingan untuk menghasilkan pendapatan yang optimal. Perusahaan-perusahaan yang bersaing pun bukan hanya perusahaan yang bergerak di bidang jasa saja tetapi juga perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan industri.

Di tengah persaingan ketat antar perusahaan yang berorientasi pada penghasilan yang optimal dan bahkan laba yang besar, Indonesia memiliki bentuk usaha yang menjadi ciri khas perekonomian di Indonesia. Dalam hal ini pemerintah Indonesia mengatur bentuk usaha tersebut yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Salah satu bentuk usaha yang melandaskan kegiatannya sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan pada asas kekeluargaan, mengutamakan pada kemakmuran masyarakat dan tentunya sesuai dengan pasal 33 ayat (1) tersebut ialah koperasi. Secara sederhana koperasi merupakan perkumpulan yang


(38)

kepentingan perikemanusiaan bukan merupakan pemusatan permodalan atau merupakan kebendaan. Koperasi mempunyai peranan penting dalam membantu masyarakat terutama masyarakat golongan menengah ke bawah. Nilai-nilai dasar seperti kekeluargaan, kesetiakawanan (solidaritas), keadilan, gotong royong, demokrasi, dan kebersamaan dapat dijadikan sebagai faktor kekuatan koperasi dalam keberadaannya di tengah masyarakat. Koperasi juga merupakan wadah demokrasi ekonomi milik bersama para anggota, pengurus maupun pengelola.

Tujuan utama pendirian koperasi karyawan yaitu untuk melayani dan membantu keperluan anggotanya dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Salah satu bentuk bantuan koperasi terhadap anggotanya ialah dengan melalui penjualan, baik penjualan tunai maupun penjuaaln kredit. Namun pada dasarnya penjualan yang merupakan bentuk bantuan koperasi terhadap anggotanya untuk merigankan beban anggotanya ialah penjualan kredit.

Penjualan kredit merupakan bentuk penjualan yang memberikan kelonggaran bagi pelanggan untuk melakukan pembayaran, yakni denga tidak membayar pada saat terjadi penyerahan barang atau jasa melainkan pembayaran dilakukan kemudian, sekitar beberapa hari sampai dengan beberapa bulan.

Seperti diungkapkan oleh Sutrisno dalam jurnalnya pada tahun 2008 yaitu Koperasi Indonesia, Memasuki tahun 2000 posisi koperasi Indonesia pada dasarnya justru didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55-60 persen dari keseluruhan aset koperasi dan dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah hanya sekitar 25% dari populasi koperasi atau


(39)

dalam pasar Perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa dengan pangsa sekitar 31%.

Penjualan kredit yang diberikan oleh koperasi harus memberikan manfaat bagi kopersi itu sendiri dan juga bagi anggotanya. Manfaat tersebut yaitu salah satunya meningkatkan jumlah penjualan bagi koperasi yang akan meningkatkan pula pada jumlah laba. Tidak seperti penjualan tunai, pada prakteknya penjualan kredit selain dapat memberikan keuntungan bagi koperasi juga menyebabkan masalah bagi koperasi. Masalah yang diakibatkan dari penjualan kredit ialah sulitnya dalam penagihan hak koperasi atas penjualan kredit tersebut.

Salah satu koperasi di Indonesia adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung merupakan koperasi yang kegiatannya berdasarkan pada prinsip-prinsip koperasi. KPRI HANUKARYA Bandung terdiri berbagai bidang usaha diantaranya ialah Unit Usaha Simpan Pinjam, Unit Usaha Pelyanan Umum, Unit Usaha Pelayanan Keluarga, Unit Usaha Pelayanan Jasa Teknologi.

Salah satu bidang usaha yang merupakan ujung tombak dari pelayanan koperasi kepada anggotanya adalah pengadaan barang kebutuhan pokok sehari-hari. KPRI HANUKARYA Bandung memilki Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) yang kegiatannya memberikan pelayanan dan kesejahteraan langsung kepada anggota dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Penjualan kebutuhan pokok sehari-hari tersebut terjadi secara tunai dan secara kredit. Penjualan secara tunai dilakukan bagi masyarakat umum dan penjualan kredit diberikan khusus kepada anggotan KPRI HANUKARYA Bandung.


(40)

Penjualan kredit merupakan salah satu bentuk kegiatan yang diupayakan oleh KPRI HANUKARYA Bandung untuk membantu meringankan beban para anggotanya dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, oleh sebab itu penjualan kredit lebih disukai para anggota KPRI HANUKARYA Bandung dibandingkan penjualan tunai. Selain itu, penjualan kredit merupakan salah satu bentuk upaya KPRI HANUKARYA Bandung agar dapat meningkatkan volume penjualan kebutuhan pokok sehari-hari yang dapat juga meningkatkan pendapatan untuk mempertahankan keberadaan KPRI HANUKARYA Bandung khususnya Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) agar beroperasi dengan baik. Dengan demikian, untuk mempertahankan keberadaan KPRI HANUKARYA Bandung khususnya Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) agar beroperasi dengan baik dan mencapai target yang telah ditetapkan dapat ditunjang dengan adanya ketentuan khusus pelaksanaan penjualan kredit yang mampu menciptakan penjualan kredit yang tertata dengan baik. Belum adanya ketentuan khusus mengenai pelaksanaan penjualan kredit seperti ketentuan mengenai batas maksimum nominal penjualan kredit yang diberikan kepda anggota dapat mengurangi kelancaran jalannya penjualan kredit.

Mengingat bukan hanya Unit Pelayanan Umum (Toko) yang memberikan pelayananan penjualan kredit bagi anggota KPRI HANUKARYA Bandung, maka dibutuhkan koordinasi antara Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) dengan Unit Usaha lainnya mengenai informasi pelaksanaan penjualan kredit pada masing-masing Unit Usaha. Kurangnya koodinasi tersebut dapat menyebabkan kesulitan


(41)

kredit yang sebagian dananya bersumber dari gaji anggota KPRI HANUKARYA Bandung. Kesulitan dalam penarikan tagihan tersebut akan menimbulkan penumpukan tagihan atau bahkan tak tertagihya hak koperasi atas penjualan kredit tersebut. Hal-hal tersebut dapat disebut pula sebagai risiko dari penjualan kredit yang harus ditanggung oleh Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tinjauan atas Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berkaitan dengan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, penulis mencoba mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan dibahas, diantaranya ialah:

1. Belum adanya ketentuan khusus mengenai penjualan kredit, seperti batas maksimum nominal penjualan kredit pada Unit Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung yang diberikan kepada anggota.

2. Kurangnya koordinasi antara Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) dengan Unit Usaha lainnya mengenai informasi pelaksanaan penjualan kredit pada masing-masing Unit Usaha.


(42)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berkaitan dengan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, penulis mencoba merumusakan beberapa masalah yang akan dibahas, diantaranya ialah: 1. Bagaimana pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum

(Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

2. Hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

3. Risiko apa saja yang ditimbulkan dalam penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data/informasi yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat memecahkan permasalahan tersebut.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA


(43)

3. Untuk mengetahui dan memahami risiko apa saja yang ditimbulkan dalam penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka membandingkan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek, tentang analisis atas risiko penjualann kredit

1.4.1 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini diantaranya: 1. Kegunaan Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuaan terutama di bidang akuntansi perkoperasian khususnya mengenai risiko penjualan kredit di koperasi. 2. Kegunaan Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis berkaitan dengan penjualan kredit khususnya pada koperasi.

b. Mengetahui dan membandingkan antara teori yang didapat/diperoleh dari bangku kuliah dengan keadaan sebenarnya di lapangan berkaitan dengan penjualan kredit khususnya pada koperasi.

c. Mampu mempelajari dan memahami risiko penjualan kredit khususnya pada koperasi.


(44)

Penelitian ini diharapkan berguna bagi para pihak yang akan melakukan penelitian sehingga dapat menambah wawasan, pengetahuan, baik teori maupun praktek mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu risiko penjualan kredit pada Koperasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini adalah bagi perusahaan/instansi, sebagai berikut:

Sebagai bahan masukan yang berguna untuk membuat atau mengkaji kebijakan-kebijakan keuangan mengenai risiko penjualan kredit pada KPRI HANUKARYA Bandung, khusunya pada Unit Pelayanan Umum (Toko).

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung pada Unit Pelayanan Umum (Toko) yang berlokasi di Jl. Suryani No. 16 Telp. 6030483 Ps. 289-290-306 Bandung 40211.

1.5.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian pada bulan April 2011 sampai dengan Juli 2011


(45)

Tabel 1.1

Waktu Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Penelitian

Bulan Feb 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Juli 2011 Agust 2011

I Persiapan Penelitian

1. Permohonan Ijin

Penelitian

2. Realisasi Ijin Penelitian

3. Penentuan Tempat

Penelitian

4. Ujian Komprehensif

II Pelaksanaan Penelitian 1. Aktivitas Penelitian

2. Bimbingan Penelitian dengan Pembimbing

Instansi

III Pelaporan Penelitian

1. Pembuatan Laporan Penelitian

2. Bimbingan dengan Dosen 3. Ujian/ sidang Penelitian 4. Final pembuatan laporan

Penelitian 5. Pengumpulan Laporan


(46)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia, serta petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang

berjudul “Tinjauan atas Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan

Uum (Toko) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung”. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menghadapi hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak maka penulisan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

Penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar Tugas Akhir ini menjadi lebih baik lagi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing serta meluangkan waktu, pikiran dan tenaga baik secara moril maupun materil dalam menyusun laporan tugas akhir ini terutama


(47)

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Rini Septiani SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

5. Siti Kurnia Rahayu, SE., M. Ak,. Ak. selaku Dosen Wali kelas 3Ak5.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

7. Seluruh Staff dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia khususnya pada Fakultas Ekoneomi Program Studi Akuntansi.

8. Gunawan, ST. selaku ketua pengurus KPRI HANUKARYA Bandung yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

9. Ii Sutija selaku Ketua Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung sekaligus selaku pembimbing penulis di tempat penelitian yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan saran yang bermanfaat, serta dorongan semangat.


(48)

10. Seluruh staff/karyawan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis saat melakukan penelitian pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

11. Mamah dan Bapakku tercinta, yaitu Imas Wahyuningsih dan Haris Samsudin yang senantiasa memberikan dukungan moril berupa doa, dorongan, semangat, curahan kasih sayang yang tulus dan bimbingannya serta dukungan materil yang begitu besar yang tak mungkin terbalaskan untuk dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

12. Adikku dan Kakakku tersayang, yaitu Ahmad Luthfi Musyafa Samsudin dan Taufik Ikbal samsudin yang tak pernah henti memberikan dukungan, doa, dan semangat.

13. Kakak Sepupuku tersayang, Ririn dan Tantie yang selalu mendoakan dan membantu penulis menyediakan fasilitas dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

14. Seluruh keluargaku yang selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis. 15. Sahabatku terkasih, yaitu Hera Widya, Irma Fauzia, Sri Mulyati dan terutama

Julia Kurniatun yang selalu ada pada saat penulis senang maupun sedih dan tiada pernah henti memberikan suntikan semangat kepada penulis.

16. Kawan-kawan seperjuanganku di kelas Ak5 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas masukan, saran-saran, bantuan-bantuan, serta semangatnya.


(49)

17. Teman-temanku yang tak mungkin disebutkan satu per satu yang namun selalu memberikan dukungan kepada penulis.

18. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan dan ketulusan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua yang membutuhkan khususnya bagi peneliti yang mengangkat judul yang sama dengan judul yang penulis angkat.

Terima kasih.

Wassalamua’laikum Wr. Wb

Bandung, Juli 2011


(50)

Selling is one of activities in cooperation for serve the necessity of

cooperation’s member. One of Public service Business Unit (Store) KPRI

HANUKARYA Bandung in selling is with presence of credit sales. Credit sales are one kind of sales where when goods or services are surrender, payment of it is not immediately finished in that moment. The payment could be finish in several days till several months. In credit sales that payment not finished in that moment, it is also can bring about risk. The main purpose of this research is to know risk of credit sales in Public service Business Unit (Store) KPRI HANUKARYA Bandung. The method used in this research is descriptive analysis method, it is the method that purpose to describe company in accordance with systematic, factual, accurate about characteristics and phenomena that observation. Finally, this method used for find diving problems. Data collection is done by direct observation with the parties concerned and the research literature is done by reading books related to the problem under study.

The result of this research is that credit sales indeed susceptible with risk. Risk of credit sales occurred likes in the theory. This case indeed possibility of cooperation’s member (costumer) cannot finish requisite of credit sales and possibility of KPRI HANUKARYA (seller) suffer financial loss.


(51)

Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang biasa dilakukan di suatu koperasi guna melayani kebutuhan para anggotanya. Salah satu bentuk kebijakan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA dalam hal penjualan yaitu dengan adanya penjualan kredit. Penjualan kredit adalah suatu bentuk penjualan dimana saat barang atau jasa diserahkan, pembayarannya tidak segera diselesaikan pada saat itu juga. Penyelesaian pembayaran dalam beberapa hari sampai beberapa bulan. Dalam penjualan kredit yang pembayarannya tidak diselesaikan pada saat itu juga tentunya akan menimbulkan risiko. Tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui risiko penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran perusahaan secara sistematis, faktual, akurat, mengenai sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki. Pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dengan pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Hasil penelitian ini adalah bahwa penjualan kredit memang rentan akan timbulnya risiko. Risiko penjualan kredit tersebut memang ada dan sesuai dengan teori. Hal ini antara lain dengan adanya kemungkinan anggota (pembeli) yang tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit dan kemungkinan KPRI HANUKARYA (Penjual) mengalami kerugian.


(52)

Review of Risk of Credit Sales In Public Service Business Unit

(Store) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

HANUKARYA Bandung

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA: DINNY ARYANTI SAMSUDIN NIM: 21308042

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(53)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Dinny Aryanti Samsudin Tempat tanggal lahir : Bandung, 14 Desember 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Dago Atas Kampung Bengkok No 16 RT 01 RW 01 Bandung 40135

DATA PENDIDIKAN

Sekolah Dasar : SD Muhammadiyah VI Bandung 1996-2002

Sekolah Menengah Pertama : SMP Pasundan 6 Bandung 2002-2005

Sekolah Menengah Atas : SMAN 19 Bandung 2005-2008

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung


(54)

Bernhard Limbung. 2010. Pengusaha Koperasi. Jakarta: Margaretha Pustaka. Burhan Bungin. 2003. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Coem Wiliam. 2000. Principles for the Management of Credit Risk. Basel: Basel Committee on Banking Supervision

Chairul Maroom, 2002, Sistem Akuntansi Perusahaan Dagang, Yogyakarta : Andi.

Handono Mardiyanto. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo.

I Made Wirartha. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Peraturan Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Marsyad, Sigit Hermawan. 2006. Akuntansi untuk Perusahaan Jasa dan Dagang. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lexy J. Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rudianto. 2008. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.

Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Suad Husnan. 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Tiktik Sartika Partomo. 2008. Ekonomi Koperasi. Bogor: Ghalia Indonesia. http://www.ekonomirakyat.org


(55)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HANUKARYA Bandung”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung merupakan salah satu kegiatan KPRI HANUKRYA Bandung yang sudah cukup sesuai dengan teori, dimana penjualan kredit dilaksanakan dengan memperbolehkan anggota melakukan beberapa kali transaksi belanja secara kredit dalam satu bulan dan memperbolehkan anggota membayar hak koperasi atas penjualan kredit tersebut dikemudian hari. Pembayaran hak koperasi atas penjualan kredit tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh anggota kepada pihak koperasi dan dapat pula dibayarkan melalui pemotongan gaji/honor/tunjangan anggota. 2. Secara garis besar, hambatan-hambatan yang terjadi dalam penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung adalah kurangnya ketentuan khusus mengenai penjualan kredit, kurangnya memperhatikan standar kredit, kurangnya koordinasi antar Unit Usaha mengenai informasi penjualan kredit/pemberian kredit terhadap anggota. Hambatan-hambatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung


(56)

mengganggu kelancaran dalam pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung.

3. Risiko penjualan kredit yang terjadi pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung sesuai dengan teori dijelaskan pada bab sebelumnya yang mana ada dua hal yang menjadi risiko penjualan kredit. Hal pertama yaitu kemungkinan pelanggan yang merupakan anggota KPRI HANUKARYA Bandung tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit yakni tidak mampu membayar hak koperasi atas penjualan kredit terlihat dari tumpukkan tagihan selama beberapa bulan atas penjualan kredit yang diberikan kepada anggota tersebut. Hal kedua yaitu Kemungkinan penjual yang merupakan pihak KPRI HANUKARYA mengalami kerugian, hal tersebut tentunya dikarenakan oleh pelanggan yang tidak mampu membayar hak koperasi atas penjualan kredit.

5.2 Saran

Setelah dilakukannya penelitian yang dilakukan penulis pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung mengenai risiko penjualan kredit, penulis mencoba memberi saran kepada instansi / perusahaan dan saran yang disampaikan semoga dapat memberikan manfaat. Salah satu manfaat dari saran adalah untuk memberi informasi-informasi atau masukan-masukan dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Adapun saran yang disampaikan penulis adalah sebagai berikut :


(57)

ketentuan batas maximal nominal transaksi penjualan kredit yang diberikan kepada setiap anggota dalam satu bulannya.

2. Dalam penjualan kredit tidak jarang terjadi ketidaklancaran terutama dikarenakan oleh pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap pelaksanaan penjualan kredit. Pihak lain tersebut seperti Unit Usaha lain yang ada di KPRI HANUKARYA yang juga memberikan pelayanan kredit kepada anggota, untuk itu sebaiknya Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) dengan Unit Usaha lainnya yang ada di KPRI HANUKARYA Bandung saling berkoordinasi memberikan informasi penjualan kredit/pemberian kredit kepada anggota agar dalam pelaksanaan penjualan kredit tepatnya dalam hal penagihan hak koperasi atas penjualan kredit/pemberian kredit yang bersumber pada gaji/honor/tunjangan dapat berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti.

3. Kesulitan dalam penagihan hak koperasi atas penjualan kredit merupakan hal yang rentan menimbulkan risiko penjualan kredit. Sehingga Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung sebaiknya lebih memperhatikan standar kredit dan lebih tegas dalam menyikapi anggota yang sulit memenuhi/membayar tagihan atas penjualan kredit agar risiko penjualan kredit lebih dapat ditanggulangi.


(58)

4.1 Hasil Penelitian

Berkaitan dengan hal-hal yang melatar belakangi tersebut, dan berdasarkan teori-teori serta metode penelitian yang digunakan, maka bab ini akan menjelaskan mengenai hasil penelitian yang diperoleh dari tempat penelitian. Hasil penelitian tersebut berupa data-data yang ada kaitannya dengan Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung. Data-data tersebut akan digunakan penulis untuk menjawab masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai.

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

KPRI HANUKARYA lahir pada tanggal 5 Pebruari 1968, dengan nama awal Koperasi Hati Nurani Karyawan, yang lalu di singkat Koperasi HANUKARYA. Pada saat itu koperasi ini merupakan Koperasi Pegawai Bagian I (Bagian penyelidikan Pertambangan) Direktorat Pertambangan di Bandung, lalu disahkan dengan Badan Hukum No. 3856/BH/IX-19/12-67, tanggal 16 Oktober 1968.

Pada kesempatan Rapat Anggota Tahunan (RAT) yang pertama, tanggal 21 September 1989, atas desakan para anggotanya terpilihlah kepengurusan baru dan menetapkan RAPBK sambil menyesuaikan nama koperasi menjadi Koperasi Pegawai PPTM HANUKARYA dengan nama singkatan tetap Koperasi


(59)

HANUKARYA. Hal ini berkaitan dengan perubahan organisasi dari Balai Penyelidikan Tambang dan Penyelidikan Bahan Galian (BPT-PBG) digabung dengan Akademi Geologi dan Pertambangan (AGP) menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM) pada tanggal 31 November 1976.

Sejalan dengan penyempurnaan organisasi Departemen Pertambangan dan Energi dengan terpecahnya PPTM menjadi 2 Pusat ialah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (PPPTM) dan Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPTP) pada akhir tahun 1992, maka nama koperasi berubah menjadi KOPERASI PEGAWAI PPPTM-PPTP HANUKARYA, disetujui melalui RAT KE IV, tanggal 14 Mei 1994.

Diberlakukannya Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan ditetapkannya PP No. 9 tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi, menyebabkan KPRI HANUKARYA melakukan AD-ART terhadap kedua peraturan perundang-undangan tersebut melalui Rapat Anggota Luar Biasa pada tgl 19 September 1996, maka ditetapkan Badan Hukum baru melalui Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kodya Bandung. Hal ini menyebabkan perubahan nama koperasi menjadi Koperasi Pegawai Republik Indonesia Unit-unit Direktorat Jenderal Pertambangan Umum di Bandung HANUKARYA atau disingkat KPRI

PPTM-PPTP HANUKARYA, dengan Badan Hukum Nomor:

3856/BH/KWK.10/XII/1996, tanggal 30 Desember 1996.

Berkembangnya organisasi dari Departemen Pertambangan dan Energi menjadi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang kemudian


(60)

berubahnya Dirjen Pertambangan Umum menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (di dalamnya terdapat Puslitbang TekMIRA ) dan Badan Pendidikan dan Latihan Teknologi Mineral dan Batubara (di dalamnya terdapat Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara dan Pusdiklat Geologi yang keduanya ada di Bandung), maka 3 instansi tersebut di atas yang berada di Bandung masih bernaung pada tubuh KPRI HANUKARYA.

Hingga sekarang Desember 2006 koperasi tersebut bernama KPRI HANUKARYA dengan jumlah anggota aktif sebanyak 739 orang. Sebanyak 443 orang PNS berasal dari TekMIRA, 116 orang PNS berasal dari Pusdiklat TMB, 66 orang berasal dari PNS Pusdiklat Geologi, 97 orang berasal dari Pensiunan, Harian, dan anggota Satpam, di 3 unit tersebut, serta 17 orang berasal dari pegawai kebersihan (Cleaning Service).

Pada Bulan Januari 2007, salah satu Unit Balitbang ESDM yang berada di Bandung. Yaitu Puslitbang Geologi Kelautan telah resmi bergabung dengan KPRI HANUKARYA. Sementara, jumlah anggota yang telah mendaftar mencapai 60 orang.

Visi KPRI HANUKARYA Bandung

Visi dari KPRI HANUKARYA Bandung ialah terus berusaha dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan Asas kekeluargaan untuk menuju tercapainya cita-cita bersama koperasi.


(61)

Misi KPRI HANUKARYA Bandung

Misi dari KPRI Hanukarya adalah sebagai berikut:

Membantu Pemerintah dalam Usaha Mengembangkan Koperasi.

Memberikan pelayanan dan Kesejahteraan kepada para anggota dan keluarganya.

Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Mewujudkan profesionalisme dalam pengelolaan koperasi demi tercapainya Prestasi terbaik.

Memperkuat permodalan melalui partisipasi anggota melalui (Tabungan Sukarela, Deposito, Tab. Berjangka) dan lembaga keuangan perbankan. Mewujudkan jaringan informasi dengan anggota dan Non anggota untuk membuka peluang-peluang usaha (Jasa Teknologi).

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi suatu gambaran yang dapat memperlihatkan suatu susunan yang logis, tertib dan memperlihatkan hubungan–hubungan yang serasi serta menjadi kesatuan yang harmonis.

Struktur organisasi yang terdapat di KPRI HANUKARYA Bandung digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas tenaga kerja, menggambarkan tanggungjawab masing-masing bagian, memperlihatkan garis kewenangan dan jalur koordinasi yang harus diakui oleh para tenaga kerja serta jalur kerjasama antar bagian dalam organisasi.


(62)

KPRI Hanukarya Bandung secara garis besar mempunyai susunann organisasi sebagai berikut:

1. Rapat Anggota 2. Pembina

3. Pengurus, terdiri dari: 1) Ketua

2) Sekretaris 3) Bendahara 4. Pengawas 5. Unit Usaha

Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) 1) Kepala Unit Toko

2) Staff/Kasir Toko

Unit Usaha Pelayanan Keluarga 1) Kepala Unit Pelayanan Keluarga 2) Staff Unit Pelayanan Keluarga Unit Usaha Jatek dan Rekanan 1) Kepala Unit Jatek

2) Staff Unit Jatek

Unit Usaha Simpan Pinjam 1) Kepala Unit Simpan Pinjam 2) Staff Unit Simpan Pinjam


(63)

Gambar 4.1


(64)

4.1.3 Deskripsi Tugas

Deskripsi tugas dari masing–masing jabatan digunakan untuk memudahkan setiap anggota maupun bagian dari suatu organisasi dalam melaksanakan kewajiban, tugas dan tanggung jawabnya masing – masing.

Adapun uraian tugas para pada KPRI HANUKARYA Bandung adalah sebagai berikut:

1. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Dasar. Tugas dan tanggung jawab dari rapat anggota KPRI HANUKARYA Bandung:

a. Menetapkan anggaran dasar.

b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen, dan usaha Koperasi. c. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas.

d. Memutuskan rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan.

e. Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya. f. Pembagian sisa hasil usaha.

g. Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.

2. Pembina

Tugas dan tanggung jawab Pembina KPRI HANUKARYA Bandung:


(65)

b. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, dan memberikan pendapat pada saat rapat anggota.

c. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

3. Pengurus

Pengurus merupakan suatu alat perlengkapan organisasi koperasi dan merupakan wakil dari para anggota.

Tugas dan tanggung jawab pengurus KPRI HANUKARYA Bandung: a. Mengelola Koperasi dan usahanya.

b. Mengajukan rencana-rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi.

c. Menyelenggarakan rapat anggota.

d. Mengajukan laboran keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan. e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib. f. Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

g. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar.

h. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.

Adapun perangkat pengurus KPRI HANUKARYA Bandung ialah: 1) Ketua

Tugas dan tanggung jawab ketua pengurus KPRI HANUKARYA Bandung: a. Mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh kegiatan koperasi sesuai


(1)

4142 18/02/2011 35.900

4889 22/02/2011 89.000

Transaksi Bulan Februari 2011

1113 04/03/2011 104.000

904.300

1369 06/03/2011 127.500

2463 10/03/2011 87.100

3456 15/03/2011 65.800

4149 17/03/2011 142.900

5291 22/03/2011 66.500

5584 23/03/2011 57.900

6764 29/03/2011 164.800

7017 30/03/2011 87.800

Transaksi Bulan Maret 2011

Total tagihan Bulan April 4.045.800

2. Kemungkinan Pihak KPRI HANUKARYA Bandung khususnya Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) mengalami kerugian

Kemungkinan Pihak KPRI HANUKARYA Bandung khususnya Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) mengalami kerugian ialah dari belum terlunasinya tagihan atas penjualan kredit kepada anggotanya yaitu tagihan yang belum terlunasi tersebut dapat memungkinkan menjadikan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) mengalami kerugian atas penjualan kredit tersebut dikarenakan tagihan yang belum terlunasi mencapai beberapa bulan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Pelaksanaan Penjualan Kredit Pada Unit Usaha Pelayanan Umum KPRI HANUKARYA BANDUNG

Dalam Pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung sudah cukup tertata. Dari hasil peninjauan penulis di koperasi, penujalan kredit dilaksanakan telah memenuhi ketentuan-ketenteuan penjualan sesuai teori yang dijelaskan, seperti pihak Toko KPRI


(2)

HANUKARYA Bandung (Penjual) menyediakan faktur penjualan kredit sebagai salah satu dokumen penjualan yang merupakan bukti dari transaksi penjualan kredit. Pelaksanaan penjualan kredit didukung dengan pencatatan/penginputan data secara komputerisasi menggunakan program penjualan kredit yang membuat pelaksanaan pencatatan maupun perhitungan penjualan kredit lebih akurat.

Pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA dilakukan cukup sesuai dengan teori yang menjelaskan mengenai pembayaran atas penjualan kredit yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan melainkan pada beberapa hari sampai beberapa bulan setelah penyerahan barang. Pihak KPRI HANUKARYA memberikan kelonggaran atas penjualan kredit terhadap anggota dengan memperbolehkan anggota tersebut membayar hak koperasi satu sampai dengan dua bulan setelah terjadinya transaksi penjualan kredit dan dapat melalui pembayaran langsung oleh anggota kepada pihak Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung dan dapat pula oleh Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung ditagihkan melalui pemotongan gaji/honor/tunjangan para anggota.

Pelaksanaan penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung menggunakan jenis penjualan penjualan kredit tanpa diskon, yaitu dengan tidak memberikan potongan harga walaupun anggota membayarkan hak koperasi atas penjualan kredit lebih awal dari tenggang waktu penagihan. Penjualan kredit tanpa diskon yang diberikan oleh Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung tidak mengurangi minat para anggota untuk berbelanja secara kredit.


(3)

4.2.2 Analisis Hambatan-hambatan dalam Penjualan Kredit Pada Unit Usaha Pelayanan Umum KPRI HANUKARYA BANDUNG

Dalam setiap kegiatan tentunya tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang mengurangi kelancaran kegiatan tersebut, begitula pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung yang melaksanakan penjualan krdit. Hambatan-hambatan tersebut terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor penghambat kelancaran pelaksanaan penjualan kredit, seperti kurangnya ketentuan khusus mengenai penjualan kredit, kurangnya memperhatikan standar kredit, kurangnya koordinasi antar Unit Usaha mengenai informasi penjualan kredit/pemberian kredit terhadap anggota.

Berdasarkan peninjauan penulis, faktor-faktor penghambat tersebut sebenarnya memang berpengaruh terhadap kelancaran penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung, namun faktor penghambat tersebut tidak seluruhnya berpengaruh besar dalam penjualan kredit Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung. Faktor penghambat dalam pelaksanaan penjualan kredit, khususnya menghambat penagihan hak koperasi atas penjualan kredit yang paling berpengaruh ialah kurang memperhatikan standar kredit yang disertai kurang tegasnya pihak Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung untuk memperingatkan anggota yang sulit membayar tagihan agar segera membayar tagihan atau agar tidak belanja secara kredit untuk sementara waktu sebelum tagihan atas penjualan kredit yang belum terlunasi untuk terlunasi.


(4)

4.2.3 Analisis Risiko Penjualan Kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum KPRI HANUKARYA BANDUNG

Berdasarkan peninjauan yang dilakukan oleh penulis, risiko penjualan kredit pada Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung ditimbulkan karena tidak adanya pembayaran uang muka atas penjualan kredit yang diberikan kepada anggota, selain itu pihak pelanggan yang merupakan anggota KPRI HANUKARYA Bandung tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit yakni membayar tagihan atas penjualan kredit secara tepat waktu terlihat dari tumpukkan tagihan atas penjualan kredit selama beberapa bulan yang belum terbayar oleh anggota tersebut.

Dari tabel 4.2, terlihat bahwa anggota tersebut tidak mampu memenuhi ketentuan penjualan kredit yaitu dengan tidak membayar secara langsung kepada pihak Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) dan tidak pula membayar melalui potongan gaji/honor/tunjangan sehingga terjadi penumpukkan tagihan atas penjualan kredit yang diberikan oleh Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) kepada anggota tersebut. Dari tabel 4.2, terlihat bahwa tagihan yang seharusnya memang di tagihkan pada bulan April ialah tagihan untuk transaksi yang telah terjadi di bulan Maret 2011 sebesar Rp.904.300 namun pada kenyataannya tagihan meningkat menjadi Rp.4.045.800. Hal tersebut disebabkan karena adanya tagihan yang belum terlunasi yaitu ketika transaksi pada bulan Nopember 2010 sebesar Rp.848.300 yang seharusnya dana pelunasannya mencair di bulan Januari 2011, selanjutnya ditambah oleh tagihan atas transaksi pada bulan Desember 2010 sebesar Rp. 605.200 seharusnya dana pelunasannya terbayar di bulan Februari


(5)

2011, dan ditambah lagi oleh tagihan atas transaksi pada bulan Januari 2011 sebesar Rp. 1.025.800 seharusnya dana pelunasannya terbayar di bulan Maret 2011 dan juga ditambah tagihan atas transaksi pada Bulan Februari 2011 Rp.662.200 yang memang seharusnya diproses di bulan April dan dibayarkan di Bulan Mei 2011.

Tidak mampunya anggota memenuhi ketentuan penjualan kredit yaitu dengan tidak membayar tagihan tepat waktu tentunya menimbulkan kemungkinan penjual yang merupakan pihak Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) KPRI HANUKARYA Bandung mengalami kerugian. Seperti yang tertera pada tabel 4.2, tagihan atas salah satu anggota pada Bulan April yang merupakan tagihan atas transaksi Bulan Maret sebesar Rp.904.300 meningkat menjadi Rp.4.045.800 dikarenakan tumpukkan tagihan bulan-bulan berikutnya yang belum terlunasi oleh anggota tersebut. Jika untuk periode tagihan bulan April 2011 tersebut tidak terbayarkan dan jika pihak Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) tidak memberikan penjualan kredit terhadap anggota tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kerugian yang akan dialami Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) untuk satu anggota saja sebesar Rp.4.045.800 namun tidak menutup kemungkinan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) akan mengalami kerugian lebih besar dari jumlah tersebut dikarenakan ada anggota lainnya yang tidak mampu memenuhi hak koperasi atas penjualan kredit yang diberikan kepada anggota tersebut. Selain itu, mengingat penjualan kredit yang diberikan Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) berupa penjualan atas kebutuhan pokok sehari-hari para anggota maka kemungkinan kerugian atas penjualan kredit meningkat


(6)

dikarenakan para anggota terdesak untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya dan sulit untuk pihak Unit Usaha Pelayanan Umum (Toko) menolak permintaan tersebut mengingat bahwa tugas koperasi ialah meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.