Tinjauan Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung

(1)

Review Of Merchandis Inventory Record On Commercial

Unit In Bandung City Government

Employee Cooperative

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Gelar Ahli Madya Pada

Program Studi Diploma III Akuntasi

Oleh :

Teguh Ginanjar

21308049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iii

dalam pembahasan, karena dengan melakukan pencatatan akan mengetahui berapa jumlah persediaan barang yang dibeli serta barang yang dijual dan tentunya sebagai bukti telah terjadinya suatu transaksi baik pembelian maupun penjualan suatu barang dagangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pancatatan persediaan barang dagangan serta pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan pencatatan persediaan barang dagangan sesuai fenomena penelitian. Sedangakan teknik pengumpulan data untuk memahami pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) adalah dengan melakukan observasi, pengamatan dan wawancara dengan bagian yang terkait.

Berdasarkan hasil penelitian atas pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) adalah, proses pencatatan persediaan barang daganagan berjalan sesuai dengan akuntansi perkoperasian, pencatatan dilakukan setelah adanya suatu transaksi, baik itu transaksi pembelian persediaan barang dagangan maupun penjualan suatu barang dagangan yang selanjutnya akan dilakukan pencatatan.

Kata kunci : Pencatatan Persediaan Barang Dagangan, Prosedur Pencatatan,


(3)

Registration of merchandise inventory is important in the discussion, because by doing the recording will find out how many inventory items purchased and the goods sold and of course as evidence of the occurrence of a transaction either buying or selling a commodity. The purpose of this study was to determine the procedure pancatatan merchandise inventory and execution records of merchandise inventory.

The research method used is descriptive, which is a method of research that describes the recording of inventory of merchandise based on the research phenomenon. While the data collection techniques to understand the records of merchandise inventory on commercial units in Bandung City Government Employees Cooperative (KPKB) is to conduct observation, observation and interviews with the relevant sections.

Based on the research for the listing of merchandise inventory on commercial units in Bandung City Government Employees Cooperative (KPKB) is, the process of recording of inventory in accordance with accounting daganagan run cooperatives, the recording made after the existence of a transaction, be it a stock purchase or sale of any merchandise merchandise that will be done recording.

Keywords: Recording Merchandise Inventory, Registration Procedure, Execution Recording.


(4)

iv

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya yang sangat berlimpah sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Tinjauan Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga di Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB)”.

Alasan penulis menyusun Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Ahli Madya pada program studi Diploma-III Akuntasi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Meskipun dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha sebaik mungkin, namun terbatasnya pengetahuan, kemampuan yang dimiliki, penulis sangat menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna dan tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak sebagai bekal untuk penyempurnaan dikemudian hari.

Pada kesempatan ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini kepada :


(5)

v Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonom Universitas Komputer Indonesia Bandung.

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

5. Adi Rachmanto S.Kom., Selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengeluarkan banyak waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga dalam menyusun laporan ini.

6. Siti Kurnia Rahayu,SE.,M.Ak.,Ak , selaku Dosen Wali Kelas AK-5 Angkatan 2008 Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas Komputer Indonesia.

7. Bapak Dasep Ruswanda S, S.IP. M.Si., Selaku Kepala Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)

8. Ibu Lia Karlia selaku Ka.Sub.Bag Umum Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)

9. Bapak Hari Suherlan selaku pembimbing di bagian gudang / toko Unit Niaga di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakann kerja praktek, meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.


(6)

vi

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam proses kerja praktek.

12. Untuk keluarga tercinta, Ibu, Bapak, Kakak atas doa dan dorongan yang diberikan kepada saya.

13. Untuk Keponakan tercinta Aldy, Dimas, Intan & Rezky.

14. Teman- teman AK5/2008 yang selalu menghibur dikala susah dan senang.

Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini, mohon maaf yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT melimpahkan pahala dan balasan yang berlipat ganda, Amin.

Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pihak-pihak yang berkepentingan dengan Tugas Akhir ini. Serta semoga Allah SWT selalu menuntun, memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta kasih saying-Nya kepada kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, Juli 2011 Penulis


(7)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan perekonomian diarahkan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera secara lahir dan batin, dimana pembangunan ekonomi sebagai penggerak utama seiring dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dalam bidang ekonomi tersebut tentunya tidak lepas dari adanya peran serta masing-masing pelaku ekonomi yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha milik Swasta (BUMS), dan Koperasi serta peran masyarakat yang terlibat di dalamnya.

Salah satu pihak yang berperan dalam mengembangkan perekonomian adalah koperasi. Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bersifat kekeluargaan yang diharapkan mampu menjadi soko guru dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1 yang menyatakan bahwa :

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”.

Koperasi adalah salah satu bentuk usaha berbadan hukum yang berdiri di Indonesia. Menurut undang-undang nomor 25 tahun 1992 pasal 1 ayat 1 tentang perkoperasian, koperasi Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang–


(8)

seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. (Pasal 3 :UU Koperasi)

Salah satu bentuk koperasi adalah koperasi karyawan yaitu koperasi yang beranggotakan karyawan-karyawan satu perusahaan dimana koperasi karyawan itu berada. Secara langsung dan tidak langsung, koperasi mempunyai peran yang positif dan besar dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia. Koperasi merupakan sarana penigkatan kemajuan ekonomi, yaitu bagi anggota koperasi dan juga bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan koperasi yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Oleh karena itu, koperasi harus dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan visi dan misinya yaitu mensejahterakan anggota dan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan penting lainnya. Koperasi dalam mencapai tujuannya harus selalu memperhatikan pengelolaan dalam sistem akuntansi yang menyangkut tentang segala macam kegiatannya.

Perkembangan koperasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : manajemen atau struktur modal, partisipasi anggota, keadaan lingkungan yang berubah, iklim yang diciptakan pemerintah, dan persaingan yang mungkin


(9)

terjadi dari para pelaku ekonomi lainnya. Untuk mewujudkan tujuan koperasi yaitu mensejahterakan anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, maka pembinaan koperasi diarahkan pada pemantapan dan peningkatan usaha koperasi dalam memenuhi pelayanan para anggota, sehingga pada akhirnya koperasi akan semakin kuat dan mampu memberikan pelayanan yang maksimal.

Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yang menjadi tempat penulis melaksanakan kerja praktek merupakan koperasi pegawai yang merupakan salah satu badan usaha yang beranggotakan para Pegawai Negeri Sipil Pemerintah di sekitar wilayah Kota Bandung. Dalam menjalankan usahanya koperasi ini memiliki beberapa unit usaha, diantaranya :

1. Unit Usaha Simpan Pinjam 2. Unit Usaha Niaga

3. Unit Usaha Jasa

Unit Usaha Simpan Pinjam merupakan primadona usaha KPKB dalam memenuhi kebutuhan anggota setiap bulannya yang terus mengalami peningkatan, untuk memperoleh pinjaman dari Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung. Tugasnya mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha dibidang simpan pinjam yang meliputi keanggotaan, analisa kredit, dan proses kredit uang.

Unit usaha Jasa mempunyai tugas untuk mengkoordinir pelaksana kegitan pencarian pekerjaan, pengelolaan gedung serbaguna dan pelaksanaan proyek.

Dalam hal ini unit usaha niaga, yaitu unit yang tugas peran dan fungsinya adalah mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha niaga meliputi urusan


(10)

pembelian, urusan gudang/tokok, urusan proses kredit dan marketing, dan tentunya tidak lepas dari persediaan barang dagangan.

Konsumen dalam instansi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yaitu adalah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah di sekitar wilayah Kota Bandung, yang sekaligus berperan sebagai anggota koperasi.

Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun perusahaan industri serta perusahaan jasa termasuk koperasi selalu mengadakan persediaan. Persediaan barang dagangan sangat berperan dalam menunjang jalannya aktivitas usaha, oleh karena itu para pengusaha atau pemilik kegiatan usaha tersebut harus dapat mengelola persediaannya dengan baik.

Dalam hal ini yang paling penting adalah bagaimana perusahaan mengelola persediaannya baik perencanaannya maupun pengendaliannya. Dengan membuat perencanaan barang dagangan yang baik, akan sangat membantu masyarakat atau konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kegiatan perencanaan ini bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan , karena dalam perencanaan tersebut haruslah ditentukan jumlah yang tepat, barang dagangan yang akan dijual harus sesuai dengan sesuai dengan selera konsumen dan harus di sediakan dalam waktu yang tepat.

Persediaan barang dagang pada suatu perusahaan atau koperasi pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Didalam perusahaan dagang atau nanufaktur (industri) persediaan barang dagang dikelompokkan dalam tiga kategori yaitu: persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. Persediaan barang dagang bagi perusahaan atau koperasi


(11)

merupakan asset yang paling besar, karena maju mundurnya suatu perusahaan atau koperasi ditentukan oleh persediaan barang dagangnya. Didalam suatu perusahaan atau koperasi persediaan terdiri atas barang dagangan yang dimilki dan dikuasai oleh perusahaan atau koperasi untuk dijual kepada para pelanggan.

Barang dagangan (inventory) adalah sesuatu yang mempunyai nilai manfaat untuk memenuhi kebutuhan setiap orang baik yang bersifat konsumtif, maupun sebagai kebutuhan lainnya yang tidak kalah pentingnya yang di perjual belikan, sebagai bagian yang terpenting juga dalam menjalankan aktifitas kegiatan usaha suatu perusahaan, terutama yang bergerak dalam bidang dagang maupun industri..

Persediaan dikonverensikan kedalam kas, dalam siklus operasional perusahaan atau koperasi dan oleh karenanya persediaan dianggap sebagai aktiva lancar. Perusahaan atau koperasi dalam melakukan transaksi persediaan barang dagangnya biasanya melakukan penilaian dan pencatatan persediaan serta penetapan harga pokok penjualan. Dimana dalam pencatatan persediaan dan penilaian tidak terlepas dari suatu aturan-aturan/metode-metode yang digunakan oleh perusahaan atau koperasi. Dengan demikian arti penting jumlah persediaan didalam perusahaan atau koperasi jangan disepelekan.

Persediaan merupakan suatu elemen yang penting bagi perusahaan dagang. Jumlah persediaan yang tinggi memang dapat membuat perusahaan atau koperasi memenuhi kebutuhan konsumennya, namun persediaan yang tinggi dapat menghambat kegiatan perusahaan atau koperasi, karena sebagian besar dana


(12)

perusahaan tertanam dipersediaan dan tidak dapat diputarkan lagi. Untuk itu jumlah optimum persediaan yang dimilki perusahaan atau koperasi

dapat juga mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan atau koperasi.

Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang/jasa. Persediaan diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut hendaknya lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkannya. Persediaan bagi koperasi yaitu merupakan barang-barang yang dibeli oleh koperasi dengan tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh koperasi. Dalam pengelolaannya persediaan membutuhkan proses dalam pengelolaannya. Dalam persediaan juga khususnya bagi koperasi juga dibutuhkan pencatatan dalam pengelolaannya

(Fidlah, Juli, 2010) Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek lebih objek di bawah pengaruhnya. proses juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencapai sesuatu.

Selain itu proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau


(13)

sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

Pencatatan dalam persediaan yaitu pengumpulan data secara teratur tentang peredaran barang dagangan sebagai acuan dalam mengambil keputusan dalam melakukan kebijakan perusahaan dimasa yang akan datang. Peranan pencatatan sangatlah penting terutama bagi perusahaan di bidang dagang maupun industri, pencatatan juga diaplikasikan dengan proses akuntansi itu sendiri.

Selain melakukan pencatatan bagian pencatatan persediaan juga melakukan pengawasan terhadap persediaan barang dagangan.

Dalam pelaksanaannya pencatatan persediaan persediaan pada Koperasi pegawai pemerintah Kota Bandung tidak terlepas dari kendala, diantaranya adalah bagaimana keadaan persediaan yang tersedia di toko mengalami kehilangan, kadaluarsa dan kerusakan.

Persediaan barang dagangan yang mengalami kehilangan sebagian besar terjadi ketika barang itu sudah terdapat di toko, sehingga dapat terjadi perbedaan pencatatan persediaan barang dagangan yang telah di catat sebelumnya dengan keadaan persediaan barang dagangan yang ada di toko, hal ini terjadi lebih kepada faktor pengawasan dalam suatu persediaan barang dagangan, barang yang hilang tentunya harus dig anti oleh bagian manajemen resiko dalam Koperasi.

Tingkat kadaluarsa suatu barang sering terjadi pada semua jenis barang persdian, hal ini masih sering terjadi juga terjadi akibat kurangnya tingkat pengecekan secara teliti di toko tempat barang itu dijual belikan, sehingga


(14)

mengakibatkan perbedaan yang sangat menonjol dalam suatu pencatatan persediaan barang dagangan barang itu telah mengalami kadaluarsa, sehingga harus dilakukan penarikan dan mengganti dengan yang baru, sementara di toko masih ditemukan barang tersebut diperjual belikan, dalam pencatatan persediaan barang dagangan harus tentunya dilakukan pencatatn persedian dengan melakukan retur barang dengan catatan barang tersebut masih bias dikembalikan kepada pemasok yang secara langsung.

Kerusakan tentunya pasti ditemukan dalam setiap persedian yang dibeli oleh koperasi, sehingga dalam hal pencatatan sendiri seharusnya dilakukan retur suatu barang apabila kerusakan terjadi akibat dari kesalahan si pemasok, akan tetapi apabila kerusakan terjadi ketika kesalahan yang dilakukan oleh pihak toko, sebaiknya dilakukan pencatatan penggantian barang yang mengalami kerusakann digantikan oleh pihak manajemen resiko.

Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dan dalam penulisan ini mengambil judul “ Tinjaun Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)”.


(15)

1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti mengidentifikasikan masalah yaitu : 1. Sering terjadinya kehilangan suatu barang dagangan serta pencatatannya

yang kurang terkontrol dengan baik.

2. Terjadinya kadaluarsa suatu barang dagangan serta pencatatannya. 3. Terjadinya suatu kerusakan barang dagangan serta pencatatannya.

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pencatatan persediaan barang dagangan Unit Niaga di Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) ?

2. Bagaimana pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan pada Unit Niaga di Kopersi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk meninjau dan menjelaskan pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prosedur prosedur pencatatan persediaan barang

dagangan Unit Niaga di Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).


(16)

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan pada Unit Niaga di Kopersi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).

1.4. Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan oleh penulis dalam rangka membandingkan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan praktek, tentang pencatatan persediaan barang dagangan. Selain itu, penulis mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dan bermanfaat bagi semua pihak.

1.4.1 Kegunaan Praktis

Adapun kegunaan praktis bagi perusahaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dalam yang berguna untuk membuat atau mengkaji kebijakan-kebijakan keuangan agar lebih efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel khususnya terhadap Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).

1.4.2 Kegunaan Akademis

Adapun kegunaan akademis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis

Yaitu menambah pengetahuan dan mengenai pelaksanaan perncatatan persediaan barang dagangan baik teori maupun praktek.


(17)

2. Bagi pihak lain

Sebagai sebagai bahan acuandan bahan referensi khususnya untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian, mengenai pelaksanaan pencatatan persediaan barang dagangan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Jl. Wastukencana No. 05 Bandung 40117. Telepon (022) 4206476, Fax : (022) 4224036, e-mail : kpkb-bandung@bdg.centrin.net.id. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2011.


(18)

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No

Kegiatan Penelitian

Bulan

Feb Maret April Mei Juni Juli 2011 2011 2011 2011 2011 2011

I

Persiapan Penelitian

1. Permohonan Ijin Penelitian 2. Realisasi Ijin Penelitian 3. Penentuan Tempat Penelitian 4. surat penerimaan dari instansi

II Ujian Komprehensif

III

Pelaksanaan Penelitian

1. Aktivitas Penelitian

2. Bimbingan Penelitian

pembimbing instansi

IV

Pelaporan Penelitian

1. Konsultasi Dengan dosen

Penelitian

2. Bimbingan dengan dosen

Penelitian

3. Pembuatan Laporan Penelitian

4. Ujian Penelitian

5. Final pembuatan laporan

Penelitian


(19)

13

2.1. KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Pencatatan Persedian Barang Dagangan

Pada suatu koperasi terutama yang bergerak dalam bidang dagang diperlukan untuk adanya pencatatan persediaan barang dagangan, dengan adanya pencatatan persediaan barang dagangan akan membantu kegiatan operasional koperasi, pencatatan persediaan barang dagangan sangat membantu dalam mengontrol serta mengelola masuk maupun keluarnya persediaan, setelah dilakukannya suatu pencatatan selanjutnya pencatatan persediaan barang dagangan tersebut menjadi acuan bagi pemilik perusahaan guna untuk menentukan pengambilan keputusan guna untuk melakukan pembelian barang dagangan selanjutnya, serta mengetahui keuntungan suatu perusahaan dari persediaan yang sudah terjual. Dengan dilaksanakannya proses pencatatan persedian barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) menjadikan persediaan barang dagangan bisa lebih akuntabel.


(20)

2.1.1.1 Pengertian Pencatatan

Menurut Liberti Pandiangan menyatakan bahwa :

“ Pencatatan adalah mengumpulkan data atau informasi secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau penerimaan penghasilan yang selanjutnya dituangkan kedalam bentuk tulisan”.

(2010 : 64)

Kesimpulan dari pencatatan adalah proses untuk pengumpukan bukti yang terjadi dan kemudian dituangkan secara tertulis dalam hal pengeluaran maupun penerimaan penghasilan suatu perusahaan.

2.1.1.2 Pengertian Persediaan

Persediaan Menurut Yolanda M. Siagian menyatakan bahwa :

“Persediaan merupakan bahan baku atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa bahan komponen (spare part) maka akan dijual lagi menjadi barang dagangan”.

(2005 : 161)

Persediaan Menurut Kuswandi menyatakan bahwa :

“Persediaan pada perusahaan dagang persediaan (inventory) adalah harta lancar berupa barang dagangan yang ada di tangan, tersedia untuk di jual, yang dapat berupa bahan mentah (baku) dan pembantu, barang setengan jadi atau barang jadi.

(2006 : 75)

Kesimpulan dari persediaan adalah aktiva lancar atau barang yang digunakan sebagai bahan baku yang selanjutnya digunakan untuk kegiatan usaha, baik digunakan dalam usaha dagang maupun industri untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan


(21)

2.1.1.3 Klasifikasi Persediaan

Menurut Erly S. berpendapat klasifikasi persediaan barang dagangan sebagai berikut :

1. Perusahaan jasa :

Persediaan perlengkapan 2. Perusahaan dagang

a. Persediaan Barang Dagang b. Persediaan Perlengkapan 3. Perusahaan manufaktur/industri.

a. Persediaan bahan baku

b. Persediaan barang dalam proses c. Persediaan barang jadi

d. Persediaan Perlengkapan “.

(2008 : 17)

Kesimpulan dari definisi diatas adalah persediaan tidaklah sama, hal ini tergantung dari jenis perusahaannya, setiap perusahaan memiliki jenis persediaan barang dagangan yang beda seperti halnya pada perusahaan jasa yang hanya terdiri dari persediaan perlengkapan saja, selanjutnya pada perusahaan dagang terdiri dari persediaan barang dagangan dan perlengkapan, serta pada perusahaan industri terdiri dari persdiaan bahan baku, barang dalam proses barang jadi serta perlengkapan.

2.1.1.4 Sistem Pencatatan Persediaan

Sistem pencatatan persediaan terdiri dari : a. Sistem Periodik.

Dalam sistem periodik, persediaan barang dagangan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada setiap akhir periode. Hasil


(22)

perhitungan tersebut dapat dipakai untuk menghitung harga pokok penjualan, yang pada gilirannya dipakai guna menyusun laporan keuangan, dengan sistem periodik ini, penghitungan persediaan dapat dilakukan dengan akurat dan benar. Cuma ada kelemahannya, yaitu jika jumlah dan jenis persediaan banyak sekali maka cara ini sangat mahal. Sistem ini cocok diterapkan pada pperusahaan yang jenis dan jumlah persediaannya tidak banyak.

Sistem ini tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan karena penilaian persediaan dalam sistem ini berdasarkan perhitungan yang benar. Faktor penaksiran atau perkiraan tidak terlihat dalam penilaian persediaan akhir. Tetapi, cara ini tidak praktis dan ekonomis jika jumlah jenis persediaan sangat banyak.

Secara singkat sistem periodik adalah sistem pencatatan yang harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan dengan cara mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang. Sistem pencatatan ini pada akhir periode dibutuhkan ayat jurnal penyesuaian . yaitu sebagai berikut :

Untuk persediaan awal

Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit

Ikhtisar laba rugi (income- summary)

xx


(23)

Untuk Persediaan Akhir

Tanggal Keterangan P/R Debet Kredit

Persediaan (inventories) xx

Ikhtisar laba rugi (incomesummary) xx

b. Sistem Perpetual

Sistem ini dapat menyajikan keterangan mengenai persediaan dan harga pokok penjualan secara terus menerus tanpa inventarisasi. Hal ini dapat dilaksanakan karena setiap transaksi yang terhubung dengan persediaan selalu dicatat sedemikian rupa sehingga rekening persediaan senantiasa menyajikan saldo persediaan fisik. Dengan sistem periodik, nilai persediaan hanya dapat diketahui jika inventarisasi fisik dilakukan. Sekalipun dalam sistem perpetual tidak dipersyaratkan inventarisasi, tetapi perusahaan sering pula melakukannya agar perhitungan harga pokok persediaan lebih akurat.

Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan (pembelian, penjualan ataupun retur

2.1.1.5 Penilaian Persediaan

Ada dua jenis penialain persediaan diantaranya :

1. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (Cost Basis Flow Approach) Diantaranya adalah sebagai berikut :


(24)

a. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO=First In First out)

Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cendrung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aset perusahaan yang dibeli. b. Masuk terakhir keluar pertama (LIFO= Last In first Out)

Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu sehingga Inventory akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cendrung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai asset perusahaan yang rendah.

c. Metode rata-rata (Average Method)

Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan FIFO method dan nilai persediaan LIFO method. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.

2. Metode terendah selain arus harga pokok.

Dalam pendekatan ini terdapat tiga metode yang dikenal secara luas, yaitu sebagai berikut :


(25)

a. Metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar.

Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal. Misalnya cacat, rusak, dan kadaluarsa. Inti metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih endah antara lain pasar dan nilai perolehannya (Cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari atas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit).

b. Metode laba kotor (gross profit methode)

Metode penilaian persediaan ini bersifat estimasi. Biasanya ditetapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan. Misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir. Penilaian persediaan mendasarkan pada persentase laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah : 1. Mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan.

2. Menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui, dan

3. Menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan.

c. Metode Eceran (retail method)

Metode eceran menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara


(26)

menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatann ritel. Kemudian, rasio yang diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran.

2.1.1.6 Tujuan Pencatatan Persediaan Barang Dagangan

Adapun beberapa tujuan dari pencatatan suatu persediaan diantaranya: a. Untuk mengetahui jumlah barang yang keluar / yang berhasil terjual b. Untuk mengetahui barang apa saja yang dibeli / barang masuk.

c. Untuk mengetahui berapa keuntungan yang di raih dari hasil terjualnya barang dagangan.

d. Dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pembelian barang dagangan selanjutnya

e. Pencatatan diharapkan menjadi bahan pengambilan keputusan yang diambil perusahaan khususnya yang berkaitan dengan persediaan

2.1.1.7 Unit Niaga

Usaha niaga bertujuan untuk melayani kebutuhan anggota dengan menyediakan berbagai jenis barang yang dibutuhkan. Usaha niaga yang telah ada selama ini yaitu unit pertokoan diadakan dalam pengembangan modal usaha dan peningkatan dengan menyediakan barang segala kebutuhan pokok dengan harga murah sama seperti harga barang di supermarket lainnya seperti barang konsumsi, barang kelontongan dan barang elektronik serta barang


(27)

kebutuhan lainnya yang diperlukan anggota. Keberadaan toko terus diusahakan perkembangannya dengan mengadakan kerjasama dengan pihak yang mempunyai keterkaitan dengan unit usaha niaga.

2.1.2 Koperasi

Koperasi merupakan lembaga hukum yang dapat membantu meningkatkan nilai ekonomi Negara. Dengan kegiatan koperasi itu sendiri adalah kerjasama yang dianggap suatu cara untuk memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang mereka hadapi masing-masing.

2.1.2.1 Pengertian Koperasi

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, menyatakan koperasi yaitu : “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan atas anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggotanya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional. “

(2002:27)

Pengertian menurut Ign Sukamdiyo, menyatakan koperasi adalah : “Koperasi adalah badan usaha yang berangggotakan orang -seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. “

(2001:2) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah sebuah badan usaha yang berlandaskan atas asas kekeluargaan yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan dan dapat meningkatkan taraf hidup anggotanya.


(28)

2.1.2.2 Ciri-Ciri Koperasi

Koperasi bersifat demokratis, menjunjung tinggi kebersamaan, bersifat kekeluargaan dan keterbukaan. Menurut UU Koperasi No. 25 tahun 1992, koperasi Indonesia memiliki ciri-ciri yaitu :

1. “Koperasi adalah badan usaha yang pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan.

2. Memperoleh keuntungan ekonomis. tujuan harus berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha koperasi harus dilakukan secara produktif, efektif dan efisien sehingga mampu mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang sebesar- besarnya pada anggota.

3. Kegiatan koperasi bersifat sukarela dan terbuka serta tidak boleh dipaksakan oleh siapapun, yang berarti tidak ada pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

4. Pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota yang memegang serta melaksanakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi.

5. Pembagian pendapatan atau sisa hasil usaha dalam koperasi ditentukan berdasarkan pertimbangan jasa usaha anggota pada koperasi dan balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada anggotanya adalah terbatas, artinya tidak memiliki suku bunga yang berlaku dipasar dan tidak berdasarkan atas besarnya modal yang diberikan.

6. Koperasi berprinsip mandiri, ini mengandung arti bahwa koperasi dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. "


(29)

2.1.2.3 Jenis-jenis Koperasi

Koperasi dapat digolongkan dalam beberapa jenis, berdasarkan kepentingan anggota dan usaha utama koperasi. Berdasarkan hal tersebut Ikatan Akuntan Indonesia menggolongkan koperasi kedalam empat jenis, yaitu :

1. Koperasi Konsumen

Koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang atau jasa utama melakukan pembelian bersama.

2. Koperasi Produsen

Koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah tangga usaha atau perusahaan sendiri-sendiri tetapi bekerja sama dalam wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa dan kegiatan utamanya menyediakan, mengoprasikan atau mengelola sarana produksi bersama.

3. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.

4. Koperasi Pemasaran

Koperasi yang anggotanya para produsen atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya melakukan pemasaran bersama.


(30)

2.1.2.4 Prinsip-prinsip Koperasi

Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan dan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi.

Menurut UU Koperasi No. 25 Tahun 1992 pasal 5 ayat 1 dan ayat 2, koperasi melaksanakan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :

1. Keanggotaannya bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggotanya.

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian

Dalam melaksanakan kegiatannya, koperasi juga melakukan prinsip-prinsip koperasi sebagai berikut :

1. Pendirian Koperasi 2. Kerjasama antar koperasi

Prinsip-prinsip koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan keseluruhan prinsip koperasi tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak sosial.

2.1.2.5 Bentuk Koperasi

Koperasi dapat digolongkan dalam berbagai bentuk berdasarkan kegiatannya dan usaha utama koperasi. Ketentuan yang terdapat dalam pasal


(31)

15 UU Koperasi No. 25 tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi dapat berbentuk :

1. Koperasi Primer

Yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 orang.

2. Koperasi Sekunder

Yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi serta dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.

2.1.2.6 Fungsi Koperasi

Dalam UU perkoperasian No. 25 tahun 1992 BAB III bagian pertama pasal 4 tentang fungsi dan peran koperasi adalah :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar ketentuan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya. 4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.


(32)

Pada pelaksanaanya, koperasi mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi otonomi dan fungsi sosial. Fungsi ekonomi yaitu memperjuangkan kemakmuran bersama secara merata bagi para anggota koperasi. Fungsi ekonomi meliputi :

a. Mempertimbangkan taraf kesejahteraan, b. Pendemokrasian ekonomi, dan

c. Sebagai urat nadi perekonomian bangsa.

Fungsi sosial koperasi yaitu memupuk persaudaraan dan kekeluargaan secara gotong royong yang pada akhirnya diharapkan terbinanya persatuan dan kesatuan bangsa.

2.1.2.7 Tujuan dan Landasan Koperasi

Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang tujuan koperasi disebutkan sebagai berikut :

1. Tujuan koperasi ditinjau dari segi kepentingan anggota :

a. Pemberian jasa atau pelayanan yang bermanfaat bagi anggota. b. Peningkatan taraf hidup anggota.

c. Peningkatan pendidikan moril anggota koperasi.

2. Tujuan Koperasi ditinjau dari segi kepentingan masyarakat :

a. Mengembalikan kepercayaan masyarakat akan manfaat ekonomi. b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan koperasi.

c. Meningkatkan warga masyarakat ekonomi lemah dalam wadah koperasi.


(33)

d. Menciptakan dan memperluas lapangan kerja.

e. Membantu pelayanan dan menyediakan kebutuhan-kebutuhan anggota masyarakat.

f. Membantu usaha-usaha sosial dalam masyarakat sesuai pasal 34 UU No. 12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian.

g. Meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan warga Negara. 3. Tujuan Koperasi ditinjau dari segi kepentingan pemerintah :

a. Melaksanakan UUD 1945 pasal 33 ayat 1 (koperasi sebagai alat perdemokrasian ekonomi)

b. Membantu dan menunjang program pemerintah dalam membangun. c. Sebagai alat penjualan ekonomi untuk mempertinggi kemakmuran dan

kesejahteraan masyarakat.

d. Sebagai partner pemerintah yang bergerak dibidang perekonomian Indonesia.

Sedangkan landasan koperasi itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Landasan Idiil adalah Pancasila, yaitu kelima sila dari pancasila yaitu sila ketuhanan, kemanusian, persatuan Indonesia, kerakyatan dan keadilan harus dijadikan dasar untuk dilaksanakan dalam kehidupan koperasi, pancasila-pancasila tersebut menjadi sifat dan tujuan koperasi serta selamanya merupakan aspirasi anggota koperasi.

2. Landasan Struktural dan Landasan Gerak, adalah UUD 1945 dan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 beserta penjelasannya.


(34)

3. Landasan Operasional adalah GBHN, merupakan pernyataan kehendak rakyat tentang pokok umum pembayaran nasional yang akan memberikan arah perjuangan negara dan rakyat Indonesia.

4. Landasan Mental, adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi dalam koperasi harus bergabung kedua landasan mental, jadi sebagai kedua unsur yang dorong-mendorong, hidup –menghidupi dan awas –mengawasi.

2.1.2.8 Perangkat Organisasi

Menurut UU perkoperasikan No. 25 tahun 1992 pasal 21, perangkat organisasi koperasi terdiri dari :

a. Rapat anggota, b. Pengurus, c. Pengawas,

Adapun uraian tersebut diatas adalah sebagai berikut :

a. Rapat anggota, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat anggota yang pelaksanaannya diatur dalam anggaran dasar. Keputusan rapat anggota diambil atas dasar musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak diperoleh keputusan dalam cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara, rapat anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas mengenai pengelolaan koperasi. Rapat anggota dilakukan paling sedikit dalam satu tahun.


(35)

b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota, pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota. Untuk pertama kali, susunlah dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian. Dalam mengelola koperasi, pengurus selaku kuasa rapat anggota melakukan kegiatan semata-mata untuk kepentingan dan kemanfaatan koperasi beserta anggotanya sesuai dengan keputusan rapat anggota. Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelola koperasi dan usahanya kepada rapat anggota.

c. Pengawas dipilih dari dan untuk anggota koperasi dalam rapat anggota. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota ditentukan dalam anggaran dasar.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pada awalnya, koperasi dibentuk oleh beberapa orang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.oleh sebab itu, setiap usaha dari koperasi baik yang bersifat bisnis tunggal (single-purpose cooperative) atau yang bersifat serba usaha (multi-purpose cooperative) yang harus dikaitkan dengan kepentingan ataupun kebutuhan ekonomi anggotanya.

Hal itu dapat dipahami, karena koperasi yang dimiliki merupakan alat untuk memperbaiki ataupun mengurusi kepentingan ekonomi mereka. Koperasi adalah salah satu lembaga ekonomi rakyat yang menggegerkan perekonomian rakyat dalam memacu kesejahteraan sosial masyarakat. Oleh


(36)

karena itu, pertumbuhan koperasi dan pertumbuhan bisnisnya dari waktu ke waktu harus selalu ditingkatkan, sehingga koperasi menjadi bagian substantive dan integralistik dalam perekonomian nasional.

Seperti yang dikemukakan oleh Arifin Sito, definisi koperasi adalah :

“Koperasi adalah Badan usaha, maka sebagai badan usaha koperasi harus memperoleh laba.”

(2001:19)

Sedangkan definisi koperasi menurut Hendrologi yaitu :

”Koperasi adalah kumpulan orang –orang atau badan-badan hukum koperasi.”

(2004:3)

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu kumpulan orang atau badan yang masing-masing memberikan sumbangan yang setara modal dan bekerjasama secara kekeluargaan untuk menjalankan usaha untuk mensejahterakan kelangsungan hidup para anggotanya.

Salah satu fasilitas yang diberikan oleh koperasi kepada anggotanya yaitu menyediakan barang persedian kebutuhan sehari-hari guna dipergunakan sebagai barang konsumsi bagi para anggotanya.

Dalam pengelolaannya persedian barang dagangan dalam suatu koperasi sangat pentingnya dilakukan pencatatan persediaan guna dapat mengontrol serta mengelola setiap barang yang masuk maupun yang keluar.

Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung merupakan koperasi yang sangat besar dalam menyediakan barang-barang persediaan barang


(37)

dagangan untuk konsumennya sekaligus anggotanya yaitu para pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Bandung, banyaknya jumlah persediaan barang dagangn yang ada, diperlukaannya proses pecatatan persediaan guna terciptanya pengelolaan persediaan barang dagangan yang akuntable.

Dalam kenyataannya proses pencatatan persediaan barang dagangan tidak terlepas dari berbagai masalah terutama dilapangannya, diantaranya kehilangan, kerusakan maupun kadaluarsa suatu barang yang kurang terkontrol dan tercatat sehingga dapat mengakibatkan kerugian.

Perlu dilakukannnya pengawasan dilapangan agar tidak terciptanya masalah-masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi koperasi, dan yang terpenting setiap terjadi kehilangan, kerusakan, dan kadaluarsa suatu persediaan harus dilakukannya pencatatan untuk dilakukan penggantian, maupun retur sesuai kesepakatan. Dengan melakukan pencatatan lebih terkontrol lagi maka kerugian akibat dari suatu kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa barang dapat teratasi pada tahin-tahun berikutnya.


(38)

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran

PENGURUS

UNIT NIAGA

PROSES KREDIT PEMBELIAN

BARANG PROMOSI

/PENJUALAN

Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)

Tinjauan Atas Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung

(KPKB

1. Sering terjadinya kehilangan suatu barang dagangan serta pencatatannya yang kurang terkontrol dengan baik.

2. Terjadinya kadaluarsa suatu barang dagangan serta tidak dilakukannya pencatatannya.

3. Terjadinya suatu kerusakan barang dagangan serta tidak dilakukan pencatatannya.


(39)

33

3.1 Objek Penelitian

Dalam sebuah peneliian, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah objek dari penelitian terebut, karena objek penelitian merupakan sebuah sumber informasi dalam sebuah penelitian.

Objek penelitian merupakan suatu kondisi yang menggambarkan atau menerangkan suatu situasi dari objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari suatu penelitian.

Adapun pengertian objek penelitian menurut Husen Umar adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal jika dianggap perlu.”

(2005 : 303)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, mengemukakan bahwa :

“Objek penelitian atau variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.”


(40)

Dari kedua penjelasan terebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan hal yang mendasari suatu penelitian dimana peneliti mengetahui apa, siapa, kapan dan dimana peneliti terebut dilakukan.

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Jl. Wastukencana No. 05 Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian terdiri dari dua kata yaitu metode dan penelitian . metode berasal dari kata Yunani yaitu methodos yang berarti cara atau jalan untuk mencapai sasaran atau tujuan dalam suatu permasalahan, kata yang mengikutinya adalah penelitian yang berarti suatu cara untuk mencapai sesuatu dengan metode tertentu, dengan cara hati-hati, sistematik dan sempurna terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Metode penelitian menurut I Made Wirartha, adalah sebagai berikut :

“Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala secara ilmiah.”

(2006 : 68)

Sedangkan menurut Sugiyono, menyatakan bahwa :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”


(41)

Dengan demikian dari kedua pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk mendapatkan data terhadap suatu permasalahan dan tujuan serta kegunaan tertentu tanpa harus membuat perbandingan atau menghubungkan dengan objek lain.

Dalam melaksanakan penelitian ini, untuk memperoleh data dan fakta yang diperlukan berkaitan dengan tujuan dengan judul yang diambil dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu cara penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas mengenai objek yang diteliti. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesi.

Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.

Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).

3.2.1 Desain Penelitian

Penelitian yang baik harus didahului dengan perencanaan penelitian agar penelitian berjalan dengan baik dan lancar. Definisi desain penelitian menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :


(42)

“Desain penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

(2006 : 79)

Sedangkan menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo,

menyatakan bahwa :

“Desain penelitian adalah prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan data secara keseluruhan.”

(2002:10)

Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan prosedur awal yang digunakan dalam memilih dan mengumpulkan data saat penelitian.

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian ini adalah “Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung .”


(43)

2. Melihat, mengumpulkan data mengenai masalah.

3. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang diperoleh dari perusahaan.

4. Melaporkan hasil dari penelitian yang termasuk dari proses penelitian, yang termasuk didalamnya mengenai proses penelitian, diskusi serta interpretasi data dan mengajukan beberapa saran untuk masukan bagi perusahaan dimasa yang akan datang.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan definisi yang menyatakan dengan cara menentukan pemikiran atau gagasan berupa kriteria-kriteria yang dapat diuji secara khusus bagi suatu penelitian menjadi variabel yang dapat diukur.

Menurut Jonathan Sarwono adalah sebagai berikut :

“Operasionalisasi variabel adalah yang menjadikan variabel -variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.”

(2006 :28)

Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara suatu variabel dengan yang lainnya dan pengukurannya, tanpa operasionalisasi variabel, peneliti akan mengalami


(44)

kesulitan dalam menentukan pengukuran dalam menentukan pengukuran hubungan antara variabel yang masih bersifat konseptual.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable). Menurut Jonathan Sarwono, pengertian variabel bebas yaitu :

“Variabel bebas adalah suatu variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.”

(2006 : 54)

Dari definisi diatas, variabel bebas yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah Proses Pencatatan Persediaan Barang Dagangan


(45)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indokator

Pencatatan Persediaan Barang Dagangan

Pencatatan persediaan Barang Dagangan adalah

mengumpulkan data atau informasi secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau penerimaan penghasilan yang selanjutnya dituangkan kedalam bentuk tulisan berupa harta lancar berupa barang dagangan yang ada di tangan, tersedia untuk di jual, yang dapat berupa bahan mentah (baku) dan pembantu, barang setengan jadi atau barang jadi.

Liberti Pandiangan & Kuswandi (2006 : 75)

Prosedur pencatatan persediaan dimulai dengan :

a. Adanya transaksi penjualan persediaan barang dagangan.

b. Adanya suatu transaksi pembelian persediaan barang dagangan

c. Dari adanya transaksi kemudian dilakukan suatu pencatatan persediaan barang dagangan

Yolanda M. Siagian (2007:120)

Sistem Pencatatan Persediaan: a. Sistem Periodik.

b. Sistem Perpetual

Yusdianto Prabowo (2004:202)

Penilaian Persediaan:

a. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO=First In First out)

b. Masuk terakhir keluar pertama (LIFO= Last In first Out)

c. Metode rata-rata (Average Method)


(46)

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak diungkapkan, yaitu:

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak diungkapkan, yaitu:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penulis memperoleh sumber data sekunder melalui studi kepustakaan yang bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang telah didapat.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Melakukan usaha untuk mendapatkan data primer dan informasi tentang pencatatan persediaan barang dagangan yang diperlukan sebagai bahan penyusunan dan penganalisaan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis yang dilakukan dengan cara mengunjungi perusahaan untuk melakukan penelitian terhadap kegiatan perusahaan yang sesungguhnya. Sedangkan pengumpulan data guna mendapatkan data primer adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:


(47)

a.Pengamatan(Observation)

Penulisan mengamati tentang hal yang berkaitan dengan pencatatan persediaan barang dagangan di perusahaan, yang dilakukan di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.

b. Wawancara (Interview)

Penulis melakukan wawancara tentang pelaksanaan pencatatan perediaan barang dagangan yang dilakukan Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung, dan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data-data informasi. c. Dokumen (Documentation )

Mengadakan pencatatan dan pengumpulan data yang didefinisikan dari dokumentasi yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

3.2.4 Metode Analisis

Agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang benar, data yang diperoleh dalam penelitian harus dianalisis dengan tepat. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara teori yang diterima dengan data yang diperoleh saat penelitian oleh peneliti, kemudian dilakukan pengolahan data analisis untuk mendapatkan kesimpulan.

Penulis melakukan penelitian pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung tertulis dengan cara menganalisis data mengenai metode yang


(48)

diterapkan koperasi dalam hal pencatatan persediaan barang dagangan. Adapun analisis yang dilakukan adalah.

1. Melakukan Tinjauan Pencatatan Persdediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung

2. Melakukan Tinjauan Prosedur Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung

Dalam menganalisis data, model penelitian yang digunakan oleh penulis adalah rancangan analisis deskriptif, yaitu yaitu Adapun pengertian mengenai metode analisis deskriptif menurut Jonathan Sarwono adalah :

”Metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan perusahaan berdasarkan fakta yang ada untuk dianalisis berdasarkan literatur-literatur kemudian dapat diartikan menjadi sebuah kesimpulan”

(2006:18)

Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara teori yang dipelajari dengan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data analisis untuk mendapatkan kesimpulan.


(49)

43

4.1 Hasil Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) penulis memperoleh data dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan khususnya pada bagian pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Lahirnya koperasi di lingkungan Pemerintah Kota Bandung didorong oleh suatu keinginan bersama di lingkungan para pegawai dan mulai berkembang sekitar tahun 1961, dimana pada waktu itu Walikota bandung di jabat oleh Bapak R.Priatna Kusuma. Di dalam lingkungan Pemerintah Daerah (Pemda) Kotamadya Bandung sendiri pada waktu itu telah berdiri tujuh buah koperasi simpan pinjam yang berada pada beberapa unit kerja. Hal ini membuktikan bahwa hasrat berkoperasi telah berkembang di lingkungan kantor Pemda Kota Bandung.

Berdasarkan pada anjuran pemerintah pusat, bahwa pada setiap jabatan atau instansi hanya ada satu buah koperasi, maka ketujuh buah koperasi simpan pinjam yang ada di tiap-tiap unit kerja tersebut bersepakat untuk mendirikan satu buah koperasi pegawai. Pada tanggal 11 Mei 1962 dibentuklah sebuah koperasi


(50)

dengan nama Koperasi Pegawai Otonom Kotapraja Bandung (KPOKB) sebagai perwujudan dari ketujuh koperasi sebelumnya.

Sesuai dengan keputusan Direktorat Jendral Koperasi pada tanggal 12 Juli 1963, KPOKB disahkan sebagai Badan Hukum dengan Nomor : 2890/BH/IV. Perkembangan selanjutnya, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Koperasi Nomor 12 tahun 1967 maka diadakan akte penyesuaian pada tanggal 6 September 1967 dengan nomor 42/BH/IX-19 Desember 1967. Pada saat memperoleh penyesuaian Badan Hukum tersebut, terjadi perubahan nama dari KPOKB menjadi KPKB atau Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung. Perubahan tersebut dimaksudkan untuk lebih mengkoordinasikan penyampaiaan tujuan secara bersama melalui anjuran pemerintah yaitu untuk tidak mendirikan beberapa koperasi dibawah satu kantor pemerintah, seiring dengan perubahan nama Kotapraja menjadi Kotamadya.

KPKB memiliki jumlah modal yang relatif kecil pada saat didirikan, yaitu sebesar Rp. 158.693,- dengan anggota sebanyak 50 orang. Modal tersebut diperoleh dari simpanan anggota berupa simpanan pokok sebesar Rp.100,- simpanan wajib Rp.75,-/ bulan dan simpanan sukarela sebesar Rp.50,-/ bulan. Dalam pertumbuhannya Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) baik yang berkenaan dengan tingkat sosial, ekonomi maupun politik bangsa Indonesia, antara lain :

a. Sekitar tahun 1965 kepengurusan KPKB dipolitisir, dimana dimasuki unsur-unsur Nasakom bahkan akhirnya akan dibubarkan.


(51)

b. Pada tahun 1965 terjadilah hal yang sangat tragis untuk organisasi koperasi, yaitu kebijaksanaan Pemerinta Republik Indonesia dibidang moneter berupa

sanering, nilai uang Rp. 1.000,00,- menjadi Rp. 1,00,-

Setelah Orde Baru berakhir terutama setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1967, perkembangan KPKB mulai memperlihatkan kemajuan. Hal ini ditandai pada tanggal 6 September 1968 KPKB mendapat status Badan Hukum berdasarkan adanya ketetapan No. 42/bh/ix-12-67. Keanggotaan KPKB bersifat sukarela sampai pada akhir 1971. Kemudian sesuai dengan instruksi Walikotamadya No.23 tanggal 20 Oktober 1971 yang isinya mengharuskan setiap pegawai Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi anggota KPKB dengan pertumbuhan dan perkembangan jumlah pegawai Kotamadya, terutama setelah mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kotamadya Bandung dan adanya dukungan tersendiri dari setiap pegawai yang berada di unit-unit kerja yang ada di kantor Pemerintah Kotamadya Bandung.

Kebijakan Walikotamadya selanjutnya terlihat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Nomor 5461/72 tanggal 28 Maret 1972, agar Yayasan “Gemah Ripah” yang bernaung dibawah Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung yang pada waktu sebelumnya diserahkan tugas untuk mengurus kesejahteraan pegawai, menyerahkan kekayaan material, finansial dan personil serta kegiatan usahanya kepada KPKB. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya dualism didalam mengurus kesejahteraan pegawai.

Sejalan dengan perkembangan KPKB pada tanggal 17 Nopember 1976, terjadi akte perubahan pergantian Nomor Badan Hukum menjadi Nomor


(52)

42A/BH/DK-01/1-1976, selanjutnya mengalami perubahan Nomor Badan Hukum kembali pada tanggal 9 Maret 1987 dengan Nomor 42B/BH/KMK-10/21, perubahan pertama Nomor 42C/BH/KWK-10/21-24 September 1991 dan perubahan terakhir No. 1522/KEP/KWK-10/XI/24 November 1997.

Upaya yang dilakukan pengurus beserta stafnya dalam mengelola koperasi sampai saat ini dapat dikatakan berhasil yakni dapat dilihat dari kemajuan dan prestasi terbaik yang pernah diraih KPKB dari tahun ke tahun begitu pesatnya diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Koperasi, KPKB mendapat klasifikasi sangat mantap kelas A dengan No. 01-KPTS/KDK 10.021/4/11/1986.

b. Pada pemeriksaan tanggal 11 sampai dengan 12 Januari 1982 kembali KPKB mendapatkan penghargaan dengan klasifikasi A (sangat baik) dengan surat perintah tugas dari Departemen Koperasi Kota Bandung No. 11/KDK/10.21/4/51/1/88 tanggal 11 Januari 1988.

c. Tahun 1987 pada hari Koperasi ke-40 dengan Surat Keputusan Menteri koperasi RI No. 325/PTS/M/VII/1987 KPKB memperoleh predikat Koperasi Teladan Tingkat Nasional.

d. Tahun 1988 KPKB kembali memperoleh predikat Koperasi Teladan Utama Nasional.

e. Tahun 1996 sampaii sekarang termasuk ke dalam koperasi lima besar (The Big Five Coorporative).


(53)

f. Tahun 2002 KPKB memperoleh sertifikat Koperasi Konsumsi yang berprestasi dari Propinsi.

Prestasi yang dicapai KPKB ini tentu saja tidak terlepas dari segala upaya dan kerja keras pengurus dalam peningkatan dan penyempurnan baik itu dalam hal administrasi maupun organisasi

A. Visi Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB)

Meneruskan visi dan misi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota bandung manajemen atau pengelola koperasi menyadari pentingnya visi dalam mengarahkan jalannya organisasi, rumusan visi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) adalah :

“ Terwujudnya Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung yang sehat, profesional, mandiri dan memberikan manfaat bagi para anggotanya “.

B. Misi Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB)

Misi Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung adalahsebagai berikut : 1. Mengembangkan usaha KPKB yang dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan anggota ;

2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan professioanalisme, kewirakoperasian pengurus, pengawas manajer dan pegawai KPKB; 3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana bagi kelancaran usaha KPKB; 4. Meningkatkan peran dan fungsi KPKB sebagai lembaga ekonomi yang


(54)

4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah bagian dari kerangka yang berfungsi sebagai salah satu alat bantu bagi manajemen dalam mencapai tujuan koperasi secara efektif dan efisien. Struktur organisasi pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung bisa di jelaskan sebagai berikut.

Keterangan :

garis komando garis tanggung jawab garis pengawasan garis pembinaan

Sumber : Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB), 2011.

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung RAPAT ANGGOTA PEMBINA PENGURUS BAGIAN UMUM TU PERSONALIA BAGIAN KEUANGAN PENGAWAS

HARWAT INFORMASI TEKNOLOGI PEMBUKUAN PERBENDAHARAAN UNIT NIAGA PROSES KREDIT PEMBELIAN BARANG PROSES KREDIT ANALISA KREDIT UANG KENGGOTAAN UNIT SIMPAN PINJAM

PROYEK UNIT JASA PROMOSI/PE NJUALAN USAHA G.S.G KELOMPOK FUNGSIONAL


(55)

a. Pengurus Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung terdiri dari : 1) Seorang ketua pengurus

2) Seorang wakil ketua pengurus 3) Seorang Sekretaris Pengurus 4) Seorang Wakil Sekretaris pengurus 5) Seorang bendahara Pengurus b. Bagian Umum, membawahi :

1). Sub. Bagian TU / Personalia 2) Sub. Bagian Informasi Teknologi c. Bagian Keuangan, membawahi :

1) Sub. Bagian Perbendaharaan 2) Sub. Bagian Pembukuan

d. Unit Simpan Pinjam, membawahi : 1) Seksi Keanggotaan

2) Seksi Analisa Kredit Uang 3) Seksi Proses Kredit

e. Unit Niaga, membawahi : 1) Seksi Proses Kredit 2) Seksi Pembelian Barang 3) Seksi Promosi Penjualan f. Unit Jasa, membawahi :

1) Seksi Gedung Serba Guna (G.S.G) 2) Seksi Usaha


(56)

4.1.3 Deskripsi Tugas

Tugas pokok pengurus koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung, adalah menyusun kebijakan segala usaha dan kegiatan koperasi untuk mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan anggota.

Berikut tugas pokok pengurus koperasi pegawai pemerintah kota bandung beserta jajarannya :

1. Tugas ketua pengurus koperasi adalah :

a. Memimpin dan bertanggung jawab atas segala kegiatan pengelolaan organisasi

b. Melaksanakan tugas yang telah di sahkan pada rapat anggota tahunan c. Mengkoordinir penyusunan rencana kerja

d. Mengawasi pengelolaan keuangan, material dan objek-objek lainnya yang menjadi usaha koperasi

e. Menandatangani segala bentuk surat keluar bersama-sama sekretaris f. Memberikan persetujuan penerimaan dan pengeluaran keuangan,

pemberian kredit yang bersifat khusus serta menandatangani cek untuk kepentingan organisasi, bersama-sama dengan bendahara.

g. Melakukan hubungan kerja dengan badan, lembaga tertentu dalam usaha mencari/penambahan modal kerja

h. Mewakili organisasi apabila terjadi sengketa dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan organisasi, baik di pengadilan maupun diluar pengadilan


(57)

2. Tugas pokok bendahara pengurus koperasi :

a. Membantu dan mendampingi ketua dalam upaya menata penyelenggaraan administrasi keuangan.

b. Menerima dan menyimpan semua pendapatan pada bank yang sudah ditunjuk atas kewenangan pengurus.

3. Tugas pokok bagian umum :

Melaksanakan segala kegiatan dibidang ketatausahaan, organisasi personalia, komputerisasi, urusan rumah tangga, protokol, perjalanan, dan pemeliharaan aset-aset organisasi

4. Tugas pokok bagian keuangan :

a. Menyusun, merumuskan perencanaan penggunaan keuangan KPKB. b. Menyiapkan laporan keuangan setiap akhir bulan. Triwulan dan akhir

tahun buku

c. Menyusun proyeksi cash flow secara terbuka

d. Membantu pengurus didalam menjaga likuidasi, solvabilitas dan rentabilitas

e. Meneliti keabsyahan dan kewajaran bukti-bukti penerimaan / pengeluaran keuangan.

f. Menyiapkan dan melakukan pembayaran pada unit-unit terkait melalui pengurus.

g. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan penggunaan keuangan secara berkala


(58)

i. Pihak terkait melakukan pembayaran sepengetahuan dan seijin pengurus. 5. Tugas pokok unit simpan pinjam yaitu, mengkoordinir pelaksanaan kegiatan

usaha dibidang simpan pinjam yang meliputi keanggotaan, analisa kredit, dan proses kredit uang.

6. Tugas pokok unit usaha niaga :

Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha niaga meliputi urusan pembelian, urusan gudang/toko, urusan kredit dan marketing.

7. Tugas pokok unit jasa :

Mengkoordinir pelaksana kegitan pencarian pekerjaan, pengelolaan gedung serbaguna dan pelaksanaan proyek.

4.1.4 Aktivitas Perusahaan

Kegiatan usaha diselenggarakan dan diwujudkan dalam pelaksanaan pokok-pokok program kerja Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yang di realisasikan secara berjenjang dan berharap guna mencapai sasaran yang diharapkan .

Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) banyak sekali yang melakukan kegiatan yang mendukung dalam kegiatan pengelolaan koperasi, hal ini tidak lain adalah sebagai tujuan untuk pencapaian tujuan koperasi dan memajukan koperasi.


(59)

1. Unit Usaha Simpan pinjam

Pelayanan pemberian simpan pinjam kepada anggota merupakan primadona usaha KPKB dalam memenuhi kebutuhan anggota setiap bulannya yang terus mengalami peningkatan, untuk memperoleh pinjaman dari Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung anggota harus mengajukan surat permohonan tertulis berupa daftar isian yang telah disediakan oleh pengurus dalam bentuk formulir yang tertulis yang disertai dengan identitas diri serta bukti pembayaran terakhir dalam bentuh struk potongan gaji.

2. Unit Usaha Niaga

Unit usaha niaga bertujuan untuk melayani kebutuhan anggota dengan menyediakan berbagai jenis barang yang dibutuhkan. Usaha niaga yang telah ada selama ini yaitu unit pertokoan diadakan dalam pengembangan modal usaha dan peningkatan dengan penyediaan barang segala kebutuhan pokok dengan harga murah seperti harga barang di supermarket lainnya seperti barang konsumsi, barang kelontongan dan barang elektronik serta barang kebutuhan lainnya yang diperlukan anggota. Keberadaan toko terus diusahakan perkembangannya dengan pihak yang mempunyai keterkaitan dengan unit usaha niaga.

3. Unit Usaha Jasa

Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung dalam usaha jasa ini mempunyai berbagai kegiatan usaha dalam melayani anggotanya, antara lain : a) Pengelolaan ruang serba guna dan penyewaan bangunan.


(60)

Memberikan pelayanan kepada anggota dalam hal penyewaan gedung untuk keperluan berbagai macam acara untuk keperluan rapat, penataran, pendidikan dan latihan baik diselenggarakan oleh koperasi maupun instansi atau lembaga koperasi lainnya.

b) Unit pengelolan peralatan pesta.

Unit usaha ini melayani para anggota dalam hal penyewaan kursi pesta dalam berbagai macam acara, serta penyewaan sound system.

c) Unit jasa dan pengelolaan kantin pengelolaan kantin merupakan kerjasama antara Koperasi Pegawai Pemmerintah Kota Bandung dengan sebuah rumah makan yang perolehan pendapatan dari kerjasama tersebut sampai sekarang mengalami peningkatan dikarenakan mendapat kepercayaan dari para pegawai dalam penyediaan makanan bagi para pegawai di sekitar Pemerintah Kota Bandung.

4.1.5 Prosedur Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.

Pelaksanaan prosedur persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) meliputi melakukan pemesanan barang, pada saat penerimaan maupun pada saat pembayaran barang yang di pesan.

Alur prosedur pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai pemerintah Kota Bandung (KPKB) :

1. Berawal dari adanya pemesanan barang yang selanjutnya melakukan pemesanan barang;


(61)

2. Melakukan pemesanan melalui purchases order (PO) kepada perusahaan produsen;

3. Penerimaan Barang yang di pesan 4. Pembayaran barang yang di terima

4.1.6 Pelaksanaan Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.

Saat terjadinya pencatatan persediaan barang dagangan terjadi saat adanya transaksi baik saat melakukan pembelian barang dagangan maupun penjualan barang dagangan.

Pelaksanaaan pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB), menitikberatkan kepada sistem validasi atau penomoran pada setiap bukti transaksi yang digunakan:

1. Setelah terjadinya transaksi, transaksi disini yaitu dilakukan oleh bagian gudang/toko, baik melakukan pembelian persediaan, penjualan persediaan, maupun pembayaran atas barang yang di beli maupun yang dijual:

a. Pembelian persediaan

Pembelian persediaan dilakukan apabila di koperasi sudah terjadi minimnya persediaan atau minimum stock.

b. Penjualan persediaan

Penjualan persediaan dalam koperasi tentunya sering terjadi, karena penjualan di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung diperuntukan bagi pegawai di sekitar Pemerintah Kota Bandung, sehingga tingkat


(62)

kebutuhan akan barang keperluan sehari-hari sangat tinggi, ini otomatis akan meningkatkan tingkat penjualan barang dagangan.

c. Pembayaran persediaan yang telah dijual maupun yang dibeli,

Pembayaran persediaan dilakukan antara pihak koperasi dengan perusahaan produsen sementara pembayaran barang yang terjual bisa dilakukan lewat tunai maupun dengan cara kredit, biasanya dengan memotong hgaji pegawai tiap bulan/ bagi anggota koperasi.

Selanjutnya dilakukan diadakannya pencatatan.

2. Pelaksanaan pencatatan tentunya memperhatikan tentang masalah validitas / penomoran yang ada pada setiap bukti transaksi, contoh : Dimana ada

Purchases Order (PO) pasti ada penerimaan barang, pencatatan memeperhatikan kode barang yang di pesan dengan bukti penerimaan barang yang di pesan apakah sesuai dengan kartu pembelian atau tidak.

a. Teknis pencatatan dilihat dari adanya bukti transaksi baik itu pembelian maupun penjualan dan transaksi lainnya.

b. Apabila ada transaksi dan ada bukti terjadinya transaksi maka dilakukan pencatatan, dan begitu juga sebaliknya.

4.1.7 Analisa Terhadap Kendala Yang Dihadapi Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung Dalam Hal Pencatatan Persediaan Barang Dagangan.

Pencatatan persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) sering terjadi masalah / kendala, diantaranya


(63)

adalah bagaimana keadaan persediaan yang tersedia di toko mengalami kehilangan, kadaluarsa dan kerusakan. Dan dari ketiga masalah tersebut sering tidak dilakukannya pencatatan atas barang – barang yang mengalami kerusakan, kehilangan serta kadaluarsa yang akhirnya dapat mengakibatkan kerugian kepada Koperasi.

4.2 Hasil Pembahasan

4.2.1 Prosedur Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung.

Pencatatan persediaan barang dagangan pada unit niaga di Koperasi Pemerintah Kota Bandung (KPKB) tentunya sesuai dengan akuntansi perkoprasian, prosedur pencatatan sendiri dimulai dari pemesanan barang sampai barang itu terjual.

Pelaksanaan prosedur persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) meliputi melakukan pemesanan barang, pada saat penerimaan maupun pada saat pembayaran barang yang di pesan.

Berikut secara garis besar teknis prosedur persediaan barang dagangan pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).

1. Adanya pesanan barang, pesanan barang terjadi dari keadaan persediaan barang dagangan di koperasi sudah mengalami kekurangan barang atau juga adanya pesanan barang tertentu dari para anggota koperasi.


(64)

2. Selanjutnya melakukan pemesanan barang kepada perusahaan produsen, dengan melakukan pengisian purchases order (PO)/ kartu pemesanan barang, melakukan pengisian barang-barang apa saja yang akan dipesan serta perkiraan harga dari pihak internal koperasi, pembelian dilakukan baik secara tunai maupun kredit.

3. Menerima pesanan barang yang telah dipesan, dengan ketentuan apabila terjadi kejadian dibawah ini :

a. Apabila barang yang diterima mengalami ketidak lengkapan, pihak koperasi melakukan penandaan barang apa saja yang tidak lengkap, dengan melakukan pengisian faktur kekurangan barang.

4. Melakukan Pembayaran atas barang yang telah kita pesan, pembayaran dilakukan sesui kesepakatan diantaranya apabila barang tersebut dibeli secara tunai, maka pembayaran dilakukan setelah menerima barang, dan apabila pembelian secara kredit maka pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan waktu yang telah ditentukan antara koperasi dan pihak perusahaan produsen

Alur prosedur persediaan barang dagangan pada Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut :


(1)

72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Pada Unit Niaga Di Kopersi Pegawai Pemerintah

Kota Bandung ”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan prosedur persediaan barang dagangan masih kurang sesuai

dengan prosedur pada koperasi itu sendiri, hal ini dilihat dari bagaimana

kurangnya encatatan terhadap persediaan barang dagangan yang bermasalah

dan ini tentunya sebagai cikal bakal timbulnya kerugian bagi koperasi.

2. Proses pencatatan persediaan dagangan dilakukaan pada saat pemesanan

barang, penerimaan barang serta pada saat terjadinya penjualan barang

dagangan.

3. Pencatatan dalam pengelolaan persediaan barang dagangan pada Koperasi

Pegawai Pemerintah Kota Bandung juga tidak terlepas dari kendala yang

terjadi di lapangannya, diantaranya :

a. Sering terjadinya kehilangan suatu barang dagangan serta pencatatannya

yang kurang terkontrol dengan baik.

b. Terjadinya kadaluarsa suatu barang dagangan serta kurang dilakukannya


(2)

73

c. Terjadinya suatu kerusakan barang dagangan yang sering tidak dilakukan

pencatatan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan penelitian di

Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung sudah dalam prosedur, proses

pencatatan, serta pelaksanaan persediaan barang dagangan sudah terkoordinir

dengan baik, Akan tetapi dalam pengelolaan dan pengawasan terhadap barang

dagangan dalam pelaksanaannya juga masih ada kelemahan yang harus dibenahi,

maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut,yaitu:

1. Dalam pencatatan suatu persediaan yang mengalami kehilangan, hal ini perlu

dilakukan pencatatan atas kehilangan suatu barang yang akan dijadikan bukti

yang selanjutnya diajukan kepada manajemen kerugian untuk dilakukan

penggantian, dan sebagai langkah dilapangannya pengawasan akan keamanan

suatu barang lebih ditingkatkan lagi dengan ketat agar tidak terjadinya

kehilangan suatu barang daganagan.

2. Untuk mengatasi kadaluarsa dan kerusakan suatu barang tentunya proses

pencatatan suatu barang sangatlah penting, diantaranya sebagai bukti bahwa

barang tersebut sudah tidak layak pakai / konsumsi lagi dan rusak, yang

selanjutnya di lakukan retur kepada pihak pemasok pertama, dan apabila

kerusakan karena kelalaian pengelola took maka harus melakukan


(3)

74

tersebut sebaiknya pengecekan dan pengawasan terhadap barang dagangan

lebih sering dilakukan.

3. Hendaknya dibuat suatu system komputerisasi terintegrasi, agar dapat


(4)

75

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Sitio, 2001, Koperasi Teori Dan Praktek, Jakarta : Erlangga

Early Suandy, 2008, Praktikum Akuntansi Manual Dan Komputerisasi Dengan

MYOB, Jakarta : Salemba Empat.

Husein Umar, 2005, Riset Pemasaran Dan Prilaku Konsumen. Diakses pada 3

Mei 2011 dari Word Wide Web

:http://books.google.co.id/books?id=471eLm2dtssC&printsec=frontcove r#v= onepage&q&f=false

Ign Sukamdiyo, 2007, Ekonom Jilid 3i, Jakarta : Gelora Aksara Pratama.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007, Standar Akuntansi Indonesia, Jakarta : Salemba Empat

Jonathan Sarwono, 2006, Pintar Menulis Karya Ilmiah. Jogjakarta : Graha Ilmu Kuswandi, 2006, Rasio-Rasio Keuangan, Jakarta :Elex Media Komputerindo. Kuswandi, 2008, Pencatatan Keuangan Usaha Dagang Untuk Orang Awam,

Jakarta : Elex media Komputerindo.

Liberti Pandiangan, 2008,s Modernisasi Dan pelayanan perpajakan Berdasarkan

UU terbaru. Diakses pada 10 Mei, 2011 dari Word Wide Web :

http://books.google.co.id/books?id=stWD5PwghREC&printsec=frontcov er#v=onepage&q&f=false

Soemarso, 2005, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 21. Jakarta : Salemba Empat. Sudarsono dan Asri, 2005, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan,

Jakarta : Andi

Warren, Reeve dan Fees, 2005, Accounting, 21st Ad, Western : Thomson.

Yolanda Siagian, (2005). Supply Chain Management . Diakses pada 23 Mei, 2011

dari Word Wide Web :

http://books.google.co.id/books?id=stWD5PwghREC&printsec=frontcov er#v=onepage&q&f=false


(5)

76

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama Lengkap : Teguh Ginanjar Nama Panggilan : Teguh / Gigin

Tempat Tanggal Lahir: Subang, 29 Agustus 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat Asal : Kp/Ds. Cikujang Kec. Serangpanjang Rt.02/01 Kab. Subang 41282.

Alamat di bandung : Jl. Cihampelas Gg. H. Sirad No. 16. Bandung. No. HP : 0852 221 277 835

E-mail : teguhginanjar1990@yahoo.com

Data Pendidikan : 1. Pendidikan Formal :

Tahun Keterangan

1996 -2002 SD Negeri Arjasari -

2002 – 2005 MTs. Al- Hidayah

Sagalaherang - Subang -

2005 – 2008 SMK Riyadhul Jannah

Jalancagak - Subang -

2008 - Sekarang Universitas Komputer

Indonesia Bandung

Tercatat sebagai mahasiswa jenjang D – III Program Studi Akuntansi , Fakultas


(6)

77 2. Pendidikan Non Formal :

Tahun Keterangan

2000 - 2004 Madrasah Diniyah Al-Muawanah I

Cikujang Subang Berijazah

Data Organisasi

Tahun Keterangan

2006-2007 Anggota OSIS SMK Riyadhul

Jannah Subang -

2006 – 2007 Anggota Drum Band SMK