TINJAUAN PUSTAKA Isolasi dan Identifikasi Alkaloid dari Herba Komfrey.

Sekarang ini di Indonesia banyak pengobatan yang dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan bahan dari alam. Pengobatan secara tradisional ini dilakukan dengan tujuan untuk menghemat biaya pengobatan yang semakin mahal. Pengobatan tradisional ini juga dilakukan untuk memanfaatkan potensi kekayaan alam di Indonesia yang sangat beragam. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional adalah komfrey Symphytum officinale L.. Komfrey merupakan tanaman yang sangat umum di Eropa dan Asia Barat yang dapat tumbuh di tanah yang berumput atau dipinggir selokan. Di Indonesia sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan danjuga belum dikenal oleh masyarakat luas. Namun, temyata dalam beberapa jenis makanan, daun komfrey digunakan sebagai bahan penambah selera. Komfrey biasanya tumbuh di daerah dingin dan biasanya ditanam di dalam pot atau di kebun sebagai tumbuhan herba. Produk-produk komfrey sudah dipasarkan sebagai teh herbal, serbuk akar herbal dan kapsul. Komfrey juga merupakan diet makanan tradisional orang Eropa dan obat herbal. Komfrey Symphytum officinale L. termasuk famili Boraginaceae. Dari tanaman ini banyak sekali khasiat dan kegunaannya bagi tubuh. Yang dapat digunakan untuk pengobatan yaltu pada bagian daun, karena pada bagian daun ini terdapat zat-zat berkhasiat seperti symphytine, echimidine, anadoline, alkaloid pirolizidine Pas, tanin, minyak atsiri, allantoin, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan vitamin E. Sedangkan pada bagian akar mengandung alkaloid pirolizidine Pas. Tanaman komfrey merupakan tanaman yang belum dikenal masyarakat luas, bagian tanaman komfrey mengandung zat yang dapat digunakan untuk pengobatan, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan kimia daun dan akar komfrey yang memiliki aktivitas biologi sebagai bahan obat. Informasi tentang khasiat tanaman komfrey belum dikenal luas sehingga dilakukan penelitian untuk menambah informasi tentang kandungan kimia tanaman komfrey yang dapat inemberikan efek farmakologi khususnya tentang alkaloid. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan informasi dan mengisolasi kandungan kimia tanaman komfrey yang digunakan untuk pengobatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian aspek farmakologi yang telah dilakukan antara lain: 1. Telah dilakukan penelitian efek infus daun komfrey terhadap kadar glukosa darah tikus putih jantan. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata infus 20 dengan takaran 25 dan 40 mlkg bb mempunyai efek menurunkan kadar gula darah tikus sebanding dengan suspensi klorpropamida 22,5 mgkg bb 2, 5. 2. Telah dilakukan penelitian pengaruh infus komfrey terhadap efek menurunkan tekanan darah pada anjing dan kontraksi jantung pada katak. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan antara lain: yang pertama bahwa infus komfrey 10 dengan takaran 0,5 cckg bb diberikan secara intra vena mempunyai pengaruh menurunkan tekanan darah, dan yang kedua bahwa infus komfrey 2,5, 5, 10 dan 20 mempunyai pengaruh menghambat kontraksi jantung 5. 3. Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak daun komfrey terhadap tekanan darah kelinci Oryctolagus cunniculus jantan, albino dart galur Lembang. Ekstrak daun komfrey disuntikkan melalui vena auricularis. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara langsung yaitu dengan menyisipkan kateter polietilen ke dalam arteria carotis dan dihubungkan dengan transcluser tekanan Bari manometer elektronik. Pemasukan ekstrak daun kornfrey dalam tubuh kelinci melalui vena auricularis ternyata dapat menurunkan baik tekanan sistol maupun tekanan diastol. Penurunan tekanan sistol dapat mencapai rata-rata sebesar 31,6 mmHg, sedangkan penurunan tekanan diastole mencapai rata-rata sebesar 36,6 mmHg 10. 4. Telah dilakukan penelitian terhadap infus dan ekstrak daun komfrey terhadap uterus marmut terisolasi. Infus dan ekstrak daun komfrey telah diidentifikasi dari Balai Penelitian Tanaman Obat, Tawangmangu. telah diperiksa terhadap uterus marmut terisolasi. Semua bahan bersifat uterotonik merangsang uterus dan bahan yang merangsang lebih larut dalarn pelarut polar 11. 5. Sifat karsinogen pada kornfrey telah diteliti dalam tiga kelompok tikus jantan. Kelompok pertama diberikan secara injeksi intra peritonial dari sediaan segar senkirkin pada dosis 10 dari dosis letal median LD50 dua kali setiap minggu untuk 4 minggu dan sekali setiap satu minggu untuk 52 minggu. Kelompok kedua diberikan secara injeksi intra peritonial dari symphytin pada dosis 10 dari LD50 dengan jadwal penyuntikan yang sama dengan kelompok pertama. Kelompok kontrol diberikan secara injeksi intraperitonial dari larutan 0,9 NaCl yang selanjutnya jadwal penyuntikan sama dengan kelompok percobaan. Semua tikus pada kelompok pertama yang masih hidup lebih dari 290 hari setelah dimulainya penyuntikan, dan 9 dari 20 tikus pada kelompok pertama ada perkembangan sel hati adenoma. Semua tikus kelompok kedua yang masih hidup lebih dari 330 hari setelah dimulainya penyuntikan. Dari 20 tikus pada kelompok kedua, 4 tikus ada perkembangan tumor hati, 3 diantaranya memiliki sarkoma hemangioendotelial, dan 1 memiliki sel hati adenoma. Sarkoma hemangioendotelial ditunjukkan dengan metastasis dalam paru-paru pada dua tikus. Kelompok kontrol tidak memiliki tumor hati 12.

III. ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN