Tinjauan Terhadap Prosedur Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan Perorangan Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung satu

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Tanah merupakan karunia dari Tuhan kepada alam semesta dan khususnya bagi manusia untuk dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmukan kehidupan manusia. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan atas hidup dan pijakan merupakan tanah tumpah darah, sumber pangan, dan tempat akhir menutup mata sungguh menjadikan tanah merupakan harta langka dan sangat berharga bagi manusia. Tanah merupakan sumber penghidupan, kenikmatan, persengketaan, peperangan maha dasyat karena perseorangan, mansyarakat, bangsa/Negara selalu berkumpul pada kebutuhan, penguasaan, dan manfaat atau hasil dari tanah. Manusia akan hidup senang dan bahagia berkecukupan apabila mereka dapat menggunakan tanah yang dikuasai atau dimiliki sesuai dengan hukum alam yang berlaku. Manusia akan hidup damai dan sejahtera kalau mereka dapat mereka dapat menggunakan hak dan kewajiban sesuai dengan batasan daya guna alam yang tertata dalam kebersamaan masyarakat beserta kehidupan.

Dalam hal ini Tanah dan bangunan merupaka barang komoditi atau merupakan barang ekonomi yang berpengaruh sangat kuat terhadap kehidupan bangsa, Negara, dan penduduknya. Negara sebagai organisasi yang mengatur dan memerintahkan


(2)

rakyat serta kehidupan bernegara demi mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.

Pengertian tentang harta/benda tetap sebagai mana diatur dalam Buku II tentang Benda pada KUH Perdata/Sipil yang dipakai sebagai dasar penguasaan hak atas tanah bangunnan untuk Orang Eropa dan sederajat serta orang timur asig di Indonesia merupakan hak penguasaan dan atau kepemilikan yang secara mutlak berlaku sesuai dengan KUH Perdata. Segala hasil dari harta atau benda tersebut baik oleh hasil alam maupun hasil karena pekerjaan orang selama melekat pada bendanya merupakan bagian dari benda atau harta tersebut. Khusus mengenai banda tak bergerak, disebutkan sebagai :

1. Tanah atau pekarangan dan apa yang didirikan di atasnya 2. Mesin dan penggilingan (kecuali disebutkan lain)

3. Pohon dan tanaman yagn dengan akarnya menancap dalam tanah, buah-buahan yang belum dipetik, demikian juga barang tambang selama barang terebut belum terpisah dan digali dari tanah.

4. Kayu terbangun dari hutan dan kayu dari pohon yang berbatang tinggi, selama kayu-kayuan belum dipotong.

5. Pipa dan got yang dipruntukan guna saluran air dan apa yang tertancap dalam pekarangan atau terpaku dalam bangunan rumah.

Banyak masyarakat awam yang merasa bahwa terjadi pajak berganda atas objek pajak yang berupa tanah dan atau bangunan itu memang diakui oleh pemerintah dan itu dituangkan dalam pembukuan Undang-undang. Kemudian kehendak untuk


(3)

mengakhiri pajak berganda tersebut juga diluluskan oleh pemerintah dengan menyusun Undang-undang baru. (Pajak Bumi dan Bangunan, Endarto Judowinarso)

Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa, tambak perairan) serta laut yang ada diwilayah Republik Indonesia.

Bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilaksanakan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk didalamnya adalah :

1. Jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan komplek : hotel, pabrik dan emplesemennya.

2. Jalan Tol 3. Kolem Renang. 4. Pagar mewah. 5. Tempat olah raga 6. Galangan kapal 7. Taman mewah

8. Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas bumi dan sebagainya. 9. fasilitas lain yang member manfaat.

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak pusat yang hasil penerimaannya diberikan kepada pemerintah Daera. Sehinggah Propinsi dan Kabupaten.Kota. Bagian daerah seebesar 80 % dari seluruh penerimaan PBB diserahkan ke pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/Kota. Sehingga


(4)

pemerintah Provinsi sebesar 16,2 % dan 64,8% bagian Pemerintah Kabupaten/ Kota. Sisanya merupakan biaya operasional yang sekarang menjadi biaya pungut PBB (Direktorat PBB & BPHTB, 2000). (Pajak Bumi dan Bangunan, Endarto Judowinarso).

Perpajakan atas tanah pada tahun 1854 ketika muncul apa yang disebut pada waktu itu sebagai “era hokum” (era of legality), maka pajak-pajak umum dan pajak tanah ditetapkan dalam regering reglemen yang selanjutnya sekitar permulaan abad ke 20, pemerintah Hindia Belanda mulai memasukan pandangan ilmiah untuk membenarkan berlakunya pungutan pajak. Pajak atas tanah yang diterapkan mulai tahun 1907, penetapn besarnya didasarkan atas ukuran luas tanah yang sebenarnya, bukan lagi atas taksiran. Kebijakan ini diambil atas saran ahli hokum pajak waktu itu F.A Liefrinck.

Banyak pihak dari wajib pajak khususnya perorangan mengeluh terhadap pembayaran Pajak Bumi dan Bangunana dan wajib pajak belum mengetahui prosedur pengajuan dan penyelesaian keberatan pajak bumi dan bangunannya, untuk mencapai kesepakatan antara wajib pajak maka harus disepakati dahulu maksud dan tujuan pengajuan dan penyelesaian keberatan Pajak Bumi dan Bangunan adalah untuk memberikan kepastian hukum kepada wajib pajak, yaitu menjamin hak wajib pajak dan terlaksananya asas keadilan dalam perpajakan, dalam hal ini bisa saja terjadi kesalahan seperti salah tulis, kesalahan hitung, atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat pada SPPT/SKP tidak termasuk masalah keberatan dan hendaknya diselesaikan sesuai SE Dikertur Jenderal


(5)

Pajak No. SE-09/PJ.6/1993 tanggal 23 februari 1993. Bilamana menurut wajib pajak terdapat ketidak sesuaian data berupa luas tanah dan atau bangunan pada SPPT, termasuk NJOP, dapat mengajukan keberatan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama, surat pengajuan keberatan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah SPPT PBB diterima wajib pajak.

Tahun pajak dalam PBB adalah jangka waktu satu tahun takwin. Hal ini juga sama dengan masa tahun pajak lainnyaseperti yang diatur dalam Undang-undang KUP yaitu mulai tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember tahun yang bersangkutan. Kemudian saat yang menentukan pajak terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada tanggal 1 januari. Sehingga semua data objek pajak dan subjek pajak yang dipakai sebagai dasar perhitungan PBB adalah data/ informasi yang telah tercantum dalam basis data tahun sebelumnya. Dengan demikian apabila terjadi perubahan data pada bulan januari sampai dengan saat dipersiapkannya surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) akan diterbitkan dan dipergunakan untuk pengenaan PBB tahunan berikutnya. Namun sebaliknya apabila SPPT telah diterbitkan dan kemudian pada pertengahan tahun terjadi perubahan data misalnya objek pajak terbakar habis atau dijual atau dijual sebagian, maka data perubahan juga akan dipergunakan untuk pengenaan tahun berikutnya, dan PBB yagn tercantum dalam SPPT tetap harus dibayar sesuai dengan data yang tercantum dalam SPPT tersebut yaitu data sebelum objek terbakar atau dijual sepenuhnya atau sebagian. Apabila dalam tahun berjalan data/informasi PBB berupa tanah kosong dan telah diterbitkan SPPTnya dan kemudian dalam pertengahan tahun yang sedang berjalan


(6)

kemudan diatas tanah tersebut didirikan bangunan dan sebelum akhir tahun telah selesai dan dimanfaatkan atau dinikmati maka SPPT yang telah diterbitkan tadi tidak dapat dirubah dan data baru berupa tanah dan bangunan tersebut akan dipaka sabagai perhitungan pengenaan PBB tahun berikutnya. Dari masalah diatas maka penulis mengangkat judul untuk laporan kerja praktek ini “Tinjauan Terhadap Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan Perorangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu”

1.2. Tujuan Kerja Praktek

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apa yang menjadi Objek Pajak & Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

2. Mengetahui Prosedur Pengajuan dan Penyelesaiaan Keberatan Perorangan Pajak Bumi dan Bangunan

3. Mengetahui cara Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

1.3. Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu : 1. Kegunaan Operasional

a) Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan saran bagi perusahaan yang ingin mengatahui tata cara penyelesaaian keberatan Pajak Bumi dan Bagunan.


(7)

b) Pihak terkait

Hasil peneitian ini diharapkan pula dapat menjadi masukan atau gambaran bagi pihak terkait lainya dalam melaporkan kewajibannya kepada Direktorat Jenderal Pajak.

2. Kegunaan Pengembangan Ilmu a) Bagi penulis

Hasil peneitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai kepatuhan wajib pajak untuk melapor secara banar, serta mengatahui gambaran dunia kerja sesungguhnya.

b) Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta informasi-informasi yang dibutuhkan bagi peneliti lain yang memiliki meteri bahasan sama, dan penulis berharap peneliti selanjutnya akan lebih baik.

c) Bagi pengembangan Ilmu Akuntansi Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan informasi imiah yang dapat memberikan kontribusi bagi perkembagan Ilmu Akuntansi khusunya Ilmu Akuntansi Spesialisasi Pajak.


(8)

1.4. Metode Kerja Praktek

Adapun metode yang digunakan dalam kerja praktek, adalah metode Block Relase yaitu pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama satu bulan sejak tanggal 11 Juli s/d tanggal 10 Agustus 2011.

1.5. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan degan 2 cara yaitu :

1. Langsung datang ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu dimana Penulis melakukan Kerja Praktek

2. Melalui media Elektronik mengambil data dari internet melalui web perpajakan dan Jurnal

1.6. Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu (KPP Pratama Jakarta Cakung Satu) berkedudukan di Jalan Pulobuaran VI Blok JJ No. 11 Kawasan Industri Pulogadung.


(9)

BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI

2.1. Sejarah Kantor Pelyanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu (KPP Pratama Jakarta Cakung Satu) berkedudukan di Jalan Pulobuaran VI Blok JJ No. 11 Kawasan Industri Pulogadung. Pada tahun 2000 Namanya masih KPP Jakarta Cakung Satu kemudian dibagi menjadi dua KPP Jakarta Cakung Satu, KPP Jakarta Cakung Dua, KPP Pratama Jakarta Cakung Satu merupakan pecahan dari KPP Pratama Cakung yang didirikan berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juni 2001 dan merupakan KPP dengan Type A Luas tanah 7.145 M2 Luas Bangunan 1.541 M2. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor Kep-87/pj/2007 tanggal 11 Juni 2007, maka KPP Pratama Cakung Satu manjadi KPP Pratama Jakarta Cakung Satu dengan wilayah kerja yang meliputi tiga kelurahan yaitu kelurahan Jatinegara, Kelurahan penggilingan, dan kelurahan Rawa Terate Kec. Cakung Kotamadya Jakarta Timur.

Tugas KPP Pratama Jakarta Cakung Satu adalah melaksanakan Pelayanan, pengawasan Administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap Wajib Pjak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas barang mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundangu-ndangan perpajakan yang berlaku.


(10)

Visi Misi dan Nilai Direktorat Jenderal Pajak Visi

Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system dan manajeman perpajakan kelas dunia yang sangat dipercaya dan dibanggakan masyarakat.

Misi

Manghimpun penerimaan dalam Negara dari sektor pajak yang mampu menunjang kamandirian pembiayaan pemerintahan berdasarkan Undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi.

Nilai 1. Integritas 2. Profesionalitas 3. Inovasi

4. Teamwork

2.2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu

1. Kepala Kantor pimpinan tertinggi di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu Dipimpin oleh Herri Hermawan Soelias


(11)

2. Kepala Sub. Bagian Umum 3. Kepala Seksi Pelayanan

4. Kepala Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI) 5. Kepala Seksi Pemeriksaan

6. Kepala Seksi Ekstensifikasi 7. Kepala Seksi Penagihan

8. Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi (WASKON) 1 9. Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi (WASKON) 2 10. Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi (WASKON) 3 11. Kepala Seksi Pengawas dan Konsultasi (WASKON) 4 12. Ketua Kelompok Fungsional 1

13. Ketua Kelompok Fungsional 2

Semua Kepala Seksi hubungannya langsung ke Kepala Kantor adapun dalam struktur organisasi di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu yang dapat berhubungan langsung dengan Kepala seksi dari setiap masing-masing divisi dan/atau Kordinasi langsung kepada Kepala Seksi yaitu Kelompok Penilai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Account Representative.

2.3. Deskripsi Jabatan Kantor Pelayana Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu 1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(12)

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama bertugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, pengawasan (pemeriksaan dan penagihan). Kepala kantor pelayanan pajak pratama membawahi :

A. Sub Bagian Umum

Bertugas untuk melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan. Prosedur pembuatan rencana kerja Subbagian umum :

1) Kepala Kantor Pelayana Pajak menugaskan para Kepala Seksi/ Kepala Subbagian Umum untuk membuat rencana kerja masing-masing Seksi/ Subbagian umum untuk dijadikan rencana kerja Kantor Pelayana pajak.

2) Kepala Subbagian Umum menugaskan pelaksanaan untuk menyiapkan konsep rencana kerja Subbagian Umum.

3) Pelaksanaan menyiapkan konsep rencana kerja Subbagian Umum dan menyampaikan kepada Kepala Subbagian Umum.

4) Kepala Subbagian umum meneliti, dan menyetujui konsep rencana kerja Subbagian Umum dan menugaskan pelaksanaan untuk mengkomplikasi dengan rencana kerja Kantor Pelayanan pajak.

5) Pelaksana mengkomplikasi rencana kerja Subbag Umum dengan rencana kerja seksi lain menjadi rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak Subbagian Umum.


(13)

6) Kepala Subbagian Umum meneliti, memaraf, dan menyampaikan rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

7) Kepala Kantor Pelayanan pajak meneliti, menandatangani rencana kerja Kantor Pelayanan Pajak dan mengembalikan kepada Kepala Kantor Subbagian Umum.

8) Kepala Subbagian Umum menugaskan Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah dan Direktur Jenderal Pajak.

9) Pelaksana mengirimkan Rencana kerja kantor pelayanan Pajak ke kantor wilayah dan Direktur Jenderal Pajak.

B. Kelompok jabatan Fungsional Pejabat Fungsional Pemeriksaan :

 Berkordinasi dengan seksi pemeriksaan Pejabat Fungsional Peneliti :

 Berkordinasi dengan seksi Ekstensifikasi

Prosedur pemeriksaan sederhana atau pemeriksaan lapangan :

1) Ketua Kelompok Pemeriksa pajak menerima surat perintah pemeriksaan pajak, Surat pemberitahuan pemeriksaan pajak kepada wajib pajak, berkas dan data wajib pajak, beserta dokumen-dokumen lainnya dari kepala seksi pemeriksaan, meneliti kemudian meneruskan kepada ketua tim pemeriksa pajak.


(14)

2) Ketua tim pemeriksa pajak menerima surat perintah pemeriksaan pajak, surat pemberitahuna pemeriksaan pajak kepada wajib pajak, berkas dan data wajib pajak, beserta dokumen-dokumen lainya, kemudian melakukan hal-hal sebagai berikut :

i. Mempelajari, menganalisis, mengidentifikasi masalah, menentukan arah pemeriksaan, menentukan ruang lingkup pemeriksaan serta pos-pos yang akan diperiksa secara mendalam untuk membuat program pemeriksaan.

ii. Membahas bersama anggota tim pemeriksa pajak selanjutnya meneruskan kepada ketua kelompok pemeriksa pajak.

3) Ketua kelompok pemeriksa pajak meneliti, membahas rencana program pemeriksaan dengan ketua tim pemeriksa pajak dan menyetujui program pemeriksaan untuk dilaksanakan kemudian meneruskan kepada Tim pemeriksa pajak.

4) Tim pemeriksa pajak melakukan hal-hal sebagai berikut :

i. Mendatangi wajib pajak, memperkenalkan diri, memperlihatkan kartu tanda pengenal pemeriksa pajak, menyerahkan tindasan surat perintah pemeriksaan pajak dan asli surat pemberitahuan pemeriksaan pajak kepada wajib pajak, meminta tandatangan, cap, dan tanggal dari wajib pajak/ yang mewakili pada surat perintah pemeriksaan sebagai bukti tanda terima.


(15)

ii. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan pajak dan mengadakan wawancara dengan wajib pajak serta mengamati kegiatan usahanya.

iii. Meminjam buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lainya termasuk informasi yang tersedia dalam system komputerisasi akuntansi wajib pajak serta data lain yang diperlukan.

iv. Melakukan penelitian pengendalina intern serta menyempurnakan program pemeriksaan berdasarkan hasil penelitian.

v. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lainnya, informasi yang tersedia dalam system komputrisasi akuntansi dan berkas wajib pajak serta data lain.

vi. Melakukan konfirmasi dan klarifikasi data kepada pihak ketiga yang terkait dengan wajib pajak.

vii. Meminta dan menerima penjelasan lebih rinci dari wajib pajak mengenai buku-buku, catatan-catatan, dokumen-dokumen lainnya, informasi yang tersedia dalam system komputerisasi akuntansi dan berkas wajib pajak serta data lain.

viii. Menuangkan hasil kerja pemeriksaan kedalam kertas kerja pemeriksaan (KKP).

ix. Menyimpulkan hasil pemeriksaan, membuat daftar harta kekayaan wajib pajak/ penanggung pajak dan membuat konsep


(16)

surat pemebritahuna hasil pemeriksaan (SPHP) dan pos-pos yang dikoreksi serta penjelasannya.

x. Menyampaikan konsep SPHP beserta lampiran-lampirannya kepada ketua kelompok pemeriksa pajak.

5) Ketua kelompok pemeriksa pajak menelaah, membahas dengan tim pemeriksa pajak, menyetujui, memeraf konsep SPHP dan menandatangani lampiran-lampirannya serta meneruskan kepada kepala kantor pelayanan pajak.

6) Kepal kantor pelayanan pajak meneliti konsep SPHP beserta lampiran-lampirannya, membahas dengan ketua kelompok pemeriksa pajak, menyetujui dan menandatangani konsep SPHP, selanjutnya meneruskan kepada ketua kelompok pemeriksa pajak.

7) Ketua kelompok pemeriksa pajak menugaskan ketua tim pemeriksa pajak untuk mengirimkan SPHP beserta lampiran-lampirannya kepada wajib pajak.

8) Ketua tim pemeriksa pajak menugaskan anggota tim pemeriksa pajak untuk mengirimkan SPHP dan lampiran-lampirannya kepada wajib pajak.

9) Anggota tim pemriksa pajak menatausahakan dan menyampaikan SPHP dan lampiran-lampirannya serta formulir lembar pernyataan persetujuan secara langsung kepada wajib pajak untuk mendapatkan


(17)

tanggapan, dan menerima bukti tanda terima kemudian melakukan hal-hal sebagai berikut :

i. Menerima Lembar Pernyataan Persetujuan yang bermaterai cukup (dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh koreksi), atau jawaban tertulis (dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh koreksi) atau permintaan keterangan lebih lanjut mengenai koreksi tersebut dari Wajib Pajak.

ii. Memberikan keterangan mengenai koreksi atas permintaan keterangan lebih lanjut oleh Wajib Pajak.

iii. Melakukan Pembahasan Akhir dengan Wajib Pajak selanjutnya menyiapkan Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak dan (dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh koreksi), atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan (dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh koreksi) untuk ditandatangani oleh Wajib Pajak dan Tim Pemeriksa Pajak.

iv. Membuat dan menandatangani Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan atau Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak tidak menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. v. Menyampaikan Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan

Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan, atau Berita Acara


(18)

Ketidakadiran Wajib Pajak kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.

10) Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneliti, menyetujui, dan menandatangani Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan, atau Berita Acara Ketidakadiran Wajib Pajak selanjutnya meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

11) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui, dan menandatangani Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan, atau Berita Acara Ketidakadiran Wajib Pajak dan meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak. 12) Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneruskan Berita Acara

Persetujuan Hasil Pemeriksaan Wajib Pajak, atau Berita Acara Hasil Pemeriksaan, atau Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan, atau Berita Acara Ketidakadiran Wajib Pajak dan menugaskan Tim Pemeriksa Pajak untuk memperbaiki KKP dan membuat Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) berdasarkan hasil pembahasan akhir/ closing conference.

13) Tim Pemeriksa Pajak memperbaiki KKP serta membuat Konsep LHP serta meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.


(19)

14) Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneliti dan menandatangani konsep LHP beserta KKPnya yang telah dilengkapi dan diperbaiki sesuai dengan hasil pembahasan akhir/ closing conference serta meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

15) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui dan menandatangani konsep LHP beserta KKPnya serta meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.

16) Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak menerima LHP dan KKP serta menugaskan Tim Pemeriksa Pajak untuk membuat Nota Penghitungan (Nothit), Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP) dan Alat Keterangan (Alket) sesuai dengan ketentuan.

17) Tim Pemeriksa Pajak menerima LHP dan KKP, kemudian membuat dan memaraf konsep Nothit, DKHP, dan Alket serta meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak.

18) Ketua kelompok Pemeriksa Pajak meneliti, menyetujui, dan memaraf konsep Nothit, DKHP dan Alket serta meneruskan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

19) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui, memaraf, konsep Nothit dan menandatangani konsep DKHP dan Alket, selanjutnya meneruskan kepada Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak. 20) Ketua Kelompok Pemeriksa Pajak meneruskan Nothit, DKHP dan


(20)

21) Ketua Tim Pemeriksa Pajak menerima Nothit, DKHP dan Alket selanjutnya menugaskan Anggota Pemeriksa Pajak dengan LHP dan KKP, dan membuat Lembar Ikhtisar Hasil Pemeriksaan dalam Sistem Administrasi Perpajakan (SAP).

22) Anggota Tim Pemeriksa Pajak melakukan hal-hal sebagai berikut : i. Menggabungkan Nothit, DKHP dan Alket dengan LPH dan KKP

selanjutnya meneruskan kepada Kepala kantor Seksi pemerintahan untuk diadministrasikan.

ii. Membuat lembaran ikhtisar Hasil pemeriksaan dalam SAP menruskan kepada Ketua tim pemeriksa pajak.

iii. Mengembalikan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lainya kepada wajib pajak dan menerima bukti pegembalian.

C.Seksi Pelayanan

Bertugas melaksanakan :

 Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.  Pengadministrasian dolumen dan berkas perpajakan.

 Penerimaan dan mengolahan surat pemberi tahuan dan surat lainya.

 Penyuluhan perpajakan.

 Pelaksanaan registrasi wajib pajak.  Kerja sama perpajakan.


(21)

Prosedur Pembuatan Rencana Kerja Seksi Pelayanan :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/ Kepala Subbagian Umum untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/ Subbagian masing-masing.

2. Kepala Seksi Pelayanan menugaskan Pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Pelayanan.

3. Pelaksana menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

4. Kepala Seksi Pelayanan mempelajari, membahas, dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Pelayanan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Pelayanan.

6. Kepala Seksi Pelayanan menerima Rencana Kerja Seksi Pelayanan yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan Menyampaikan kepada Subbagian Umum untuk dikompilasi (D). 7. Kepala Seksi Pelayanan menerima Rencana Kerja Kantor yang

telah dikompilasi dari Subbagian Umum meneruskan kepada Pelaksana.


(22)

8. Pelaksana menatausahakan dan melaksanakan Rencana Kerja tersebut.

D.Seksi Pengolahan Data dan Informasi Bertugas melaksanakan :

 Pengumpulan dan pengolahan data  Penyajian informasi perpajakan  Perekaman dokumen perpajakan

 Urusan tata usaha penerimaan perpajakan

 Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB  Pelayanan dukungan teknis computer

 Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling

Penyiapan laporan kinerja prosedur pembuatan rancana kerja seksi pengolahan data dan informasi :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para KEpala seksi/Kepala Subbagian masing-masing. 2. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan

Pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

3. Pelaksana menyiapkan bahan Rencana Kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.


(23)

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempelajari, membahas, dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Pengolahan data dan Informasi dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

6. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menyampaikan Kepada Sub Bagian Umum untuk dikompilasi (D).

7. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Kerja Kantor yang telah dikompilasi dari Subbagian Umum dan meneruskan kepada Pelaksana.

8. Pelaksana menatausahakan dan melaksanakan rencana kerja tersebut.

E.Seksi Pengawasan dan Konsultasi Bertugas melaksanakan urusan :  Pengawasan kepatuhan wajib pajak  Bimbingan/ himbauan kepada wajib pajak  Konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak  Penyusunan profil wajib pajak


(24)

 Analisis kinerja wajib pajak, serta

 Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi  Melakukan evaluasi hasil banding

F. Seksi Ekstensifikasi Bertugas melakukan :

 Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan  Pendataan objek dan subjek pajak

 Penilaian Objek pajak

 Kegiatan ekstensifikasi perpajaka

Prosedur penyusunan rencana kerja seksi ekstensifikasi perpajakan: 1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan

menugaskan para Kepala Seksi/ Kepala Subbagian untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/ Subbagian untuk menyusun Rencana Kerja seksi/ Subbagian masing-masing.

2. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

3. Pelaksanaan menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, berupa Rencana Kerja Penilaian Individual/ Masal, Rencana Kerja Pendataan Objek dan Subjek PBB, Rencana Kerja Pencarian Data,


(25)

dan Rencana Kerja Penyandingan NOP dan NPWP, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala seksi Ekstensifikasi Perpajakan. 4. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempelajari, membahas,

dan menyusun konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana/Pejabat Fungsional Penilai PBB, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

6. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan Pelaksanaan untuk menyampaikan Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ke Subbagian Umum untuk dikompilasi menjadi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak.

7. Pelaksana menyampaikan Rencana Kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan ke Subbagian Umum untuk dikompilasi menjadi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak (D).

8. Kepala Seksi Eksentifikasi Perpajakan menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor dari Kepala Subbagian Umum dan meneruskan kepada para Pelaksana untuk menatausahakan dan melaksanakan.


(26)

9. Pelaksanaan menatausahakan dan melaksanakan Rencana Kerja Kantor Pelayanan tersebut.

G.Seksi Pemeriksaan Bertugas melaksanakan :

 Penyusunan rencana pemeriksaan

 Pengawasan aturan pelaksanaan pemeriksaan  Penerbitan dan penyaluran SP3

 Administrasi pemeriksaan lainnya

Prosedur pembuatan rencana kerja seksi pemeriksaan :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/ Kepala Subbagian Umum untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/ Subbagian masing-masing.

2. Kepala Seksi Pemeriksaan menugaskan pelaksana untuk menyiapkan bahan penyusunan Rencana Kerja Seksi Pemeriksaan. 3. Pelaksana menyiapkan bahan Rencana Kerja berdasarkan hasil

kerja tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan. 4. Kepala Seksi Pemeriksaan mempelajari, membahas dan menyusun

konsep Rencana Kerja bersama para Pelaksana, selanjutnya menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.


(27)

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui Rencana Kerja Seksi Pemeriksaan dan mengembalikan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan.

6. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima Rencana Kerja Seksi Pemeriksaan yang telah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menyampaikan kepada Subbagian Umum untuk dikompilasi (D).

7. Kepala Seksi Pemeriksaan menerima Rencana Kerja Kantor yang telah dikompilasi dari Subbagian Umum dan meneruskan kepada Pelakasana.

8. Pelaksana menatausahakan dan melaksanakan rencana kerja tersebut.

H.Seksi Penagihan Bertugas melakukan :

 Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif  Piutang pajak

Penundaan angsuran tunggakan pajak prosedur pembuatan rencana kerja :

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak memberikan pengarahan dan menugaskan para Kepala Seksi/ Kepala Subbagian untuk menyusun Rencana Kerja Seksi/ Subbagian masing-masing.


(28)

2. Kepala Seksi Penagihan mempelajari penugasan dan menugaskan Pelaksana untuk membuat konsep Rencana Kerja Seksi Penagihan. 3. Pelaksana membuat konsep Rencana Kerja berdasarkan hasil kerja

tahun berjalan dan usulan Rencana Kerja tahun berikutnya, serta menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan.

4. Kepala Seksi Penagihan mempelajari, membahas dengan para Pelaksana, dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menyetujui, dan menandatangani Rencana Kerja Seksi Penagihan serta meneruskan kepada Seksi Penagihan.

6. Kepala Seksi Penagihan menerima Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk meneruskan ke Subbagian Umum.

7. Pelaksana menerima dan meneruskan Rencana Kerja Seksi Penagihan ke Subbagian Umum untuk dikompilasi menjadi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak (D).

8. Kepala Seksi Penagihan menerima kompilasi Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak dari Subbagian Umum dan meneruskannya kepada Pelaksana untuk ditatausahakan.


(29)

9. Pelaksana menatausahakan Rencana Kerja Kantor Pelayanan Pajak tersebut.

2.4. Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu

Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu adalah lembaga pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan opersional pelayanan perpajakan.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi dan Pemeriksaan Sederhana terhadap Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu adalah memberikan pelayanan publik dengan baik kepada Wajib Pajak dengan memenuhi semua kebutuhan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedurnya dan tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu, yang terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :

1. Pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.


(30)

2. Melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan dan konsultasi dan pemeriksaan kepada Wajib Pajak.

3. Kegiatan pengawasan dan verifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai dan penerapan sanksi administrasi perpajakan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lain dalam rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan. Juga melakukan kegiatan penatausahaan dan lampirannya termasuk kebenaran penulisan dan perhitungan yang bersifat formal, pemantauan dan penyusunan laporan pembayaran massa PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak tidak langsung lainnya.

4. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban perpajakannya.


(31)

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam pelaksanaan kerja praktek ini bidang yang dikaji adalah bagian Bidang Seksi Ekstensifikasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu Tugas Utama Seksi Ekstensifikasi meliput Penilaian Individual/ Masal, Pendataan Objek dan Subjek PBB, Pencarian Data, Penyandingan NOP dan NPWP, selanjutnya penulis ditempetkan oleh Staf Sub Bagian Umum KPP Pratama Jakarta Cakung Satu di Seksi Ekstensifikasi, dan penulis didampinggi dan diarahkan semua karyawan yang berada di Seksi Ekstensifikasi untuk melakukan kegiatan kerja praktek di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu.

3.2. Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek

Saat penulis melaksanakan kerja praktek Pembimbng di KPP memperkenalkan situasi dan kondisi yang berada di KPP Pratama Jakarta Cakung Satu dan memperkenalkan lokasi setiap devisi serta tugas dan bagian mereka masing-masing. Kemudian menempatkan penulis kebagian Seksi Ekstensifikasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu.

Penulis mendapatkan bimbingan dan informasi mengenai pekerjaan yang dilaksanakan pada divisi ekstensifikasi, penulis diberikan gambaran tentang cara


(32)

pengajuan Surat keberatan bayar Pajak Bumi dan Bangunan dengan cara mengisi formulir Keberatan atas SPPT/ SKP PBB tahun yang bersangkutan.

Penulis mengamati tentang Prosedur Pengajuan Surat keberatan bayar dan cara penyelesaiannya karena penulis ditempatkan dibagian Ekstensifikasi saja, sehingga bidang yang dapat dikaji hannya terkait dengan SPPT/ SKP PBB. Namun sesekali penulis belajar perekaman data di bagian Pusat Data dan Informasi namun tidak full, Sehingga pada bidang Seksi lain penulis tidak melakukan penelitian.

Kegiatan-kgiatan yang dilakukan oleh penulis selama melakukan kerja praktek adalah :

1.Mengarsipkan data Wajib Pajak Kedalam Map sesuai nomor Pelayanan 2.Mencari data Wajib Pajak PBB di SISMIOP

3.Mempelajari Perekaman Data di PDI 4.Menerima telepon dari Wajib Pajak

5.Mengamplopkan Surat dan Magantar surat ke seksi lain 6.Membuat surat disposisi

7.Mangarsipkan surat masuk

8.Membuat Kabel Lan untuk Print Peta

9.Meminta data untuk penyusuan Laporan Kerja Praktek 10.Mencari File NPWP Nasional Melalui Portal DJP


(33)

3.3. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 3.3.1 Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 3.3.1.1Objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB dikenakan terhadap Objek Pajak berupa tanah dan bangunan yang didasarkan pada asas kenikmatan dan manfaat dan dibayar setiap tahun, yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta mempermudah dalam menghitung pajak terhutang.

Dalam menentukan klasifikasi bumi/ tanah diperhatikan factor sebagai berikut : 1. letak

2. peruntukan 3. pemanfaatan

4. kondisi lingkungan dan lain-lainnya.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan, faktor yang mempengaruhi adalah : 1. bahan yang digunakan

2. rekayasa 3. letak

4. kondisi lingkungan dan lain-lainya.

PBB pengenaannya didasarkan pada Undang-undang No. 12 tahun 1985 sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994 Tentang perubahan atas Undang-undang No. 12 tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan. Pengertian tentang rekayasa teknik yang dirancang dan disusun sedemikian rupa


(34)

sehingga merupakan hasil karya manusia berupa/ujud perubahan dari bahan dasar/material dan perlengkapan/fasilitas menjadi bangunan. Bentuk sebuah bangunan yang dibangun mulai dari fondasi, kerangka utama, material pelapis, dan fasilitas yang menambah dan dilekatkan secara tetap merupakan bangunan. Misalnya berupa Gedung, Pelabuhan, Bandara, Jembatan, Jalan Tol, Pabrik, Lapangan Golf, Tower/Rig pertambangan minyak lepas pantai dan lain-lain. Bentuk bangunan yang merupakan susunan, rangkaian, dan rekayasa serta budidaya manusia mempunyai karakteristik yang berlain-lainan.

Objek pajak yang dikecualikan atau tidak dikenakan PBB adalah Objek pajak yang :

1. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak mencari keuntungan, antara lain :

a. Tempat ibadah

b. Tempat pelayanan kesehatan c. tempat pendidikan

d. Untuk Sosial

e. untuk kebudayaan Nasional

2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, dsb.

3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, taman nasional, hutan wisata, tanah pengembalaan yang dikuasai desa, tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.


(35)

5. digunakan oleh badan atau organisasi internasional yang ditentukan oleh menteri keuangan.

Terhadap objek pajak yang digunakan untuk kepentingan pemerintahan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah. Bersarya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan maksimal sebesar Rp 12.000.000,- (duabelas juta rupiah) untk setiap wajib pajak. Apabila wajib pajak mempunya beberapa objek pajak, maka NJOPTKP hannya dibrikan satu kali terhadap objek pajak yang paling besar pajak terhungnya.

3.3.1.2Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek Pajak berdasarkan Undang-undang PBB adalah orang atau badan yang mendapatkan manfaat atau kenikmatan atas sebidang tanah dan atau bangunan yang dikuasainya. Hal ini dapat kita lihat pada pasal 4 ayat (1), yang pada intinya menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut hemat kami pasal tersebut tidak hanya menyebut pemilik harta tetap tetapi juga orang atau badan yang menguasai harta tetap tersebut, artinya adalah orang yang mendapat manfaat atau kenikmatan dari objek selanjutnya orang atau badan atau dapat disebut Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak disebut sebagai Wajib Pajak.


(36)

Dalam pelaksanaan menjaring Wajib pajak yang belum tentu pemiliknya memang tidaklah mudah, namun pasal 4 ayat (3) telah mengatur bagaimana menetapkan wajib pajak yang tidak jelas keberadaannya dan bagaimana cara mengatasi kesulitan Direktur Jenderal Pajak memburu subjek pajak yang menghindar, yaitu apabila tidak diketahui dengan jelas siapa wajib pajak maka Direktur Jederal Pajak dapat menetapkan subjek pajak yang mendapatkan kenikmatan dari objek pajaknya. Pajak yang dahulu sering lolos dari peraturan perundang-undangan karena kelemahan undang-undang atau peraturan perlengkapan tidak dapat menjangkau Subjek pajak. Dengan Kriteria dan pengertian kalimat tersebut diatas maka tujuan yang pertama ditunjuk sebagai subjek pajak adalah pemilik, namun apabila tidak diketahui pemiliknya maka, orang atau badan yang secara kuasa menguasai baik sebagai pengontrak/ penyewa, penguasa, pengurus ataupun penunggu yang secara nyata memperoleh manfaat atau menikmati harta tetap/ property tersebut dapat ditetapkan sebagai Subjek Pajak.

Contoh dari masalah ini adalah :

Pak A : adalah pemilik tanah dan rumah

Pak B : adalah pengontrak sewa rumah, yang kemudan tidak menetapi tanah dan rumah tersebut tetapi menyerahkan penggunaan Tanah dan rumah tersebut kepada Pak C

Pak C : menggunakan tanah dan rumah tersebut hanya wajtu tertentu (insidentil) dalam satu hati bebrapa jam yaitu antara jam 10.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB saja, itupun terbatas hanya senin sampai dengan jum’at


(37)

Pak D : adalah pembantu rumah tangga yang sehari-hari menunggu dan menempati rumah tersebut.

Dalam hal ini subjek pajak adalah Pak D, karena dialah yang secara nyata menguasai Objek pajak tersebut. Namun apabila subjek pajak yang ditunjuk tadi keberatan karena merasa tidak mampu atau hanya orang upahan saja, maka pasal 4 ayat (4) dapat menjadi jalan keluar dari permasalahan ini yaitu dalam hal subjek pajak dapat membuktikan bahwa dirinya bukan subjek pajak atas tunjukan dari Direktir Jenderal Pajak tersebut, maka subjek pajak ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk memberikan keterangan bahwa ia bukan Subjek pajak. Penyelesaian permohonan tentang pernyataan bahwa orang atau badan yang ditunjuk tadi bukan subjek pajak diatur dalam Pasal 4 ayat (5) yang antara lain menyebutkan bilamana keterangan yang diajukan oleh wajib pajak sebagai mana dimaksud dalam ayat (4) disetujui, maka Direktur Jenderak Pajak membatalkan penetapan sebagai wajib pajak sebagai mana dimaksud dalam ayat (3) dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan dimaksud.

Kemudian apabila Direktur Jenderal Pajak tidak setuju dengan penolakan wajib pajak tadi pasal 4 ayat (6) menyebutkan bahwa bila keterangan yang diajukan tidak disetujui, maka Direktur Jenderal Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai alasan-alasanya. Jangka waktu penyelesaiaan pemberian keterangan tersebut diatas menyebutkan bahwa apabila setelah jangka waktu 1 bulan sejak diterimanya keterangan tersebut Direktur Jenderal Pajak tidak memberikan


(38)

keputusan, maka keterangan yang diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak tersebut dianggap disetujui dan ia bukan lagi sebagai subjek pajak.

Kejadian seperti tersebut diatas dimaksudkan agar tidak terjadi kesewenangan atas kuasa undang-undang kepada Direktur Jenderal Pajak, sehingga seluruh fiskus akan berlaku hati-hati dalam menjalankan tugasnya menetapkan subjek pajak/ atau wajib pajak yang akan dibebankan kepada subjek pajak atau wajib pajak.

3.3.1.3Saat Terutang Pajak

Dalam Pajak Bumi dan Banguna (PBB) yang digunakan adalah tahun takwim yaitu mulai tanggal 1 januari sampai dengan tanggal 31 desember dan saat untuk menentukan pajak terutang adalah keadaan objek pajak pada tanggal 1 januari. Sedangkan tempat pajak terutang adalah wilayah kabupaten/ kota dimana objek pajak itu berada.

3.3.2 Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Perorangan Pajak Bumi dan Bangunan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569). Tantang Tata Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan (PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 25/PJ/2009 )


(39)

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, yang dimaksud dengan :

1. Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disebut dengan UU PBB adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.

2. Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disebut dengan Keberatan adalah Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PBB.

3. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya disebut dengan SPPT adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya PBB terutang kepada Wajib Pajak.

4. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disebut dengan SKP PBB adalah Surat Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) UU PBB.

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang selanjutnya disebut dengan KPP Pratama adalah KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak.

6. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut dengan Kanwil DJP adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahkan KPP Pratama.

Posedur Pengajuan Keberatan secara perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) harus memenuhi persyaratan :


(40)

b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia.

c. Diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak dan disampaikan ke KPP Pratama. d. Dilampiri asli SPPT atau SKP PBB yang diajukan Keberatan.

e. Dikemukakan jumlah PBB yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung pengajuan Keberatannya.

f. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT atau SKP PBB, kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

g. Surat Keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat Keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak:

1. Harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB yang terutang lebih banyak dari Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) atau Wajib Pajak badan.

2. Harus dilampiri dengan surat kuasa, untuk Wajib Pajak orang pribadi dengan PBB yang terutang paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah).

Untuk memperkuat alasan pengajuan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf g, pengajuan Keberatan disertai dengan :

1. Fotokopi identitas Wajib Pajak, dan fotokopi identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal dikuasakan.


(41)

3. Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); dan/atau 4. Fotokopi bukti pendukung lainnya.

1) Kepala Kanwil DJP atau Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan surat Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), harus memberi suatu keputusan atas pengajuan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) atau ayat (2).

2) Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah PBB yang terutang.

3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan keputusan belum diterbitkan, pengajuan Keberatan dianggap dikabulkan dan diterbitkan keputusan sesuai dengan pengajuan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak jangka waktu dimaksud berakhir.

4) Dalam hal keputusan Keberatan menyebabkan perubahan data dalam SPPT atau SKP PBB, KPP Pratama menerbitkan SPPT atau SKP PBB baru berdasarkan keputusan Keberatan tanpa merubah saat jatuh tempo pembayaran.

5) SPPT atau SKP PBB baru sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak bisa diajukan Keberatan.


(42)

Dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis sepanjang surat keputusan Keberatan belum diterbitkan.

3.3.3 Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi dasar dari pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang besarnya ditentukan setiap 3 tahun dengan keputusan Menteri Keuangan, atau bisa juga ditetapkan setiap tahun degan melihat perkembangan daerahnya. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yagn diperoleh dari transaksi jual beli, ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti. (Pajak Bumi dan Bangunan, Endarto Judowinarso)

Perkembangan penerimaan PBB dari tahun 1990 sampai dengan 2000 adalah sebagai berikut

Table 3.1


(43)

Penerimaan perpajakan pada dasarnya terdiri dari penerimaan pajak dalam negeri dan penerimaan pajak atas perdagangan internasional. Penerimaan pajak dalam negari meliputi lima jenis pajak yang mencakup Penerimaan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Cukai, Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan pajak lainnya.

Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang PBB pasal 5 tarif Pajak yang dikenakan pajak atas Objek Pajak adalah sebesar 0,5 % disamping itu sesuai dengan perintah pasal 6 dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1985 yang menetapkan peraturan Pemerintah No. tahun 2002 tentang besarnya NJKP untuk perhitungan PBB dan keputusan Menteri Keuangan No. 201/KMK. 04/2000 yang memutuskan tentang penyesuaian besarnya NJOP TKP sebagai dasar perhitungan PBB, maka rumus untuk pengenaan PBB adalah sebagai berikut :

Table 3.2

Rumus Perhitungan PBB

Contoh NJOP TKP untuk perhitungan pajak :

1. Seorang Wajib Pajak hanya mempunyai objek pajak berupa bumi dengan nilai sebagai berikut :


(44)

- Nilai Jual Objek Tidak Kena Pajak Rp 8.000.000,00 (setinggi-tingginya Rp 12.000.000,00)

Karena NJOP berada dibawah NJOP TKP, maka objek pajak tersebut tidak dikenakan PBB atau nilai.

2. Seorang wajib pajak bernama Budi mempunya dua objek pajak berupa bumi dan bangunan masing-masing di Desa A dan Desa B dengan nilai sebagai berikut :

Objek di Desa A

- Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 8.000.000,00 - Nilai Jual Objek Pajak Banguanan Rp 5.000.000,00 Nilai Jual Objek Pajak untuk perhitungan PBB :

Nilai Jual Objek Pajak Bumi Rp 8.000.000,00 Nilai Jual Objek Pajak bnagunan Rp 5.000.000,00 + NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp13.000.000,00

NJOP TKP Rp12.000.000,00 – NJOP untuk perhitungan Pajak Rp 1.000.000,00

PBB yang harus dibayar =0,5% X 20% X Rp 1.000.000,00 = Rp 1.000

Objek di Desa B

NJOP Bumi Rp 5.000.000,00

NJOP Bangunan Rp 3.000.000,00

Nilai Jual Objek Pajak untuk perhitungan PBB : - NJOP Bumi Rp 5.000.000,00


(45)

- NJOP Bangunan Rp 3.000.000,00 + NJOP sebagai dasar pengenaan pajak Rp 8.000.000,00

NJOP TKP Rp 0,00 NJOP untuk perhitungan PBB Rp 8.000.000,00 PBB yang harus dibayar untuk Objek ini =

0,5% X 20 % X Rp 8.000.000,00 = Rp 8.000,00

Untuk Objek Pajak di Desa B, tidak diberikan NJOP TKP sebesar Rp 12.000.0000,00 karena NJOP TKP telah diberikan untuk objek pajak yang berada di Desa A.


(46)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Objek Pajak berupa tanah dan bangunan yang didasarkan pada asas kenikmatan dan manfaat dan dibayar setiap tahun, yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta mempermudah dalam menghitung pajak terhutang

2. Subjek Pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang mendapatkan manfaat atau kenikmatan atas sebidang tanah dan atau bangunan yang dikuasainya. Hal ini dapat kita lihat pada pasal 4 ayat (1), yang pada intinya menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut hemat kami pasal tersebut tidak hanya menyebut pemilik harta tetap tetapi juga orang atau badan yang menguasai harta tetap tersebut, artinya adalah orang yang mendapat manfaat atau kenikmatan dari objek selanjutnya orang atau badan atau dapat disebut Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak disebut sebagai Wajib Pajak


(47)

3. Obajek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan terbesar untuk Pendapatan daerah masing-masing oleh karena itu sangat penting untuk Direktorat Jenderal Pajak untuk mengetahui siapa yang menjadi Objek dan subjek pajak, pihak Direktorat Jenderal Pajak bisa menentukan langsung siapa yang menjadi Objek dan Subjek Pajak yaitu selama ada orang atau kuasa yang mendapatkan manfaat dari Bumi dan Bangunan maka dia dapat dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569). Tantang Prosedur Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan, Untuk memperkuat alasan pengajuan Keberatan pengajuan Keberatan disertai dengan :

a. Fotokopi identitas Wajib Pajak, dan fotokopi identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal dikuasakan.

b. Fotokopi bukti kepemilikan tanah.

c. Fotokopi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); dan/atau d. Fotokopi bukti pendukung lainnya.

5. Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu banyak


(48)

Wajib Pajak yang mengalami keluhan tentang Terlalu besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang telah dibebankan Direktorat Jenderal Pajak oleh Wajib Pajak, banyak wajib pajak yang belum mengatahui bagaimana carannya untuk mengajukan Surat Keberatan Bayar dan penyelesaiiannya sementara Dirktorat Jenderal Pajak membuat peraturan untuk Wajib pajak bisa mengajuka keberatan bayar pajak bumi dan bangunan hal itu dilakukan semata-mata hannya untuk melihat kepatuhan dari wajib pajak tersebut.

6. Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi dasar dari pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang besarnya ditentukan setiap 3 tahun dengan keputusan Menteri Keuangan, atau bisa juga ditetapkan setiap tahun degan melihat perkembangan daerahnya.

4.2. Saran

Direktorat Jenderal Pajak harus melakukan sosialisasi semua peraturan yang ada di Direktorat Jenderal Pajak agar Wajib Pajak mengerti apa yang diinginkan oleh Direktorat Jenderal Pajak karena saya yakin jika wajib pajak mengetahui peraturan yang berlaku dengan jelas dan benar maka banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya membayar pajak.


(49)

TINJAUAN TERHADAP PROSEDUT PENGAJUAN

KEBEATAN BAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERORANGAN DI KPP PRATAMA

JAKARTA CAKUNG SATU

.”

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syara

Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Strata 1 Program Studi Akuntansi

Oleh :

HERMAN

21108048

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(50)

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Agung Budiwibowo, MT., Pemanfaatan Citra Satelit Untuk PBB (Bahan Presentasi Direktur PBB dan BPHTB), Direktorat PBB dan BPHTB, Jakarta, 2003.

Endrto Judowinrso, Pajak Bumi dan Bangunan

Keputusn Direktur Jenderal Pajak Nomor. KEP-533/PJ/200 tentang petunjuk pelaksanaan pendaftaran, pendataan, dan penilaian Objek pajak Subjek PBB dalam rangka pembentukn dn pemeliharaan Basis Data SISMIOP.

Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. 10/PJ.6/1999, tanggal 4 Oktober 1999, tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-635/PJ/2001 Tentang Prosedur Penanganan Banding PBB dan BPHTB.

Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A dan B Terpadu

www.google.com


(52)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herman

Jurusan : Akuntansi S1 (Perpajakan) Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Mei 1989

Agama : Islam

Alamat Bandung : Jl. Kebon Bibit Utara 2 No 28/58 Bandung 40116

Alamat Asal : Jl. Tanah Tinggi XII Rt 016/07 No.3 Jakarta Pusat Kode Pos 10540

Pendidikan

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini Saya buat dengan sebenarnya. Nama Sekolah Tahun lulus

SDN 10 PT 2000

SLTP Islam Al-Jihad 2003

SMK Ksatrya 2006

UNIKOM Sedang Kuliah

Bandung, 30 Desember 2011

Herman 21108048


(53)

(54)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala Puji dan Syukur bagi ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya serta umatnya yang senantiasa menegakan ajaran Islam.

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan mata kulai Kerja Praktek maka penulis mengambil judul “Tinjauan Terhadap Prosedur Pengajuan Keberatan Bayar Pajak Bumi Dan Bangunan Perorangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu

dalam penulisan ini.

Dalam proses penyusunan Laporan ini Penulis pun mengalami beberapa hambatan-hambatan.

Beberapa hambatan utama yang dihadapi Penulis yaitu kurangnya data-data atau materi yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan ini. Selain itu banyaknya tantangan dan godaan yang dihadapi Penulis pada saat proses penyusunan. Namun, Penulis mencoban dengan sekuat tenaga untuk mengatasi dan melalui berbagai hambatan tersebut sehingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan ini.


(55)

Tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis dalam Penulisan Laporan ini. Oleh karana itu, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia

2. Prof. Dr. Umi Narimawati SE. M.S.i selaku Dekan Fakultas Ekonomi 3. Sri Dewi Anggradini, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi

Akuntansi

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si. Ak. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dengan sabar untuk menyelesaikan Laporan ini

5. Wati Aris Astuti, SE., M.Si selaku Kordinato Kerja Praktek di Universitas Komputer Indonesia

6. Riyadi Hari Prasetya selaku pembimbing dari KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

7. Ayah dan Ibu tercinta, H. M. Arief dan Hj. Wati, adik-adikku tersayang Heriyanto, Surya Alamsyah, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberika dukungan Penulis dan do’a-do’anya yang selalu teruntai untuk Penulis.

8. Teman-teman KSR PMI UNIKOM atas persahabatan dan kenangan selama ini.


(56)

9. Serta seluruh pihak yang tak mungkin disebut namanya satu persatu atas kontribusi terhadap penyusunan Laporan ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, namu Penulis juga menyadari Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca semua. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi kemajuan dan perkembaga Pendidikan di Universitas Komputer Indonesia Khususnya dan Orang banyak Umumnya.

Bandung, 30 Desember 2011 Penulis

Herman 21108048


(57)

(58)

(59)

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’alamin. Segala Puji dan Syukur bagi ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Salawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya serta umatnya yang senantiasa menegakan ajaran Islam.

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kelulusan mata kulai Kerja Praktek maka penulis mengambil judul “Tinjauan Terhadap Prosedur

Pengajuan Keberatan Bayar Pajak Bumi Dan Bangunan Perorangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu

dalam penulisan ini.

Dalam proses penyusunan Laporan ini Penulis pun mengalami beberapa hambatan-hambatan.

Beberapa hambatan utama yang dihadapi Penulis yaitu kurangnya data-data atau materi yang dibutuhkan untuk penyusunan laporan ini. Selain itu banyaknya tantangan dan godaan yang dihadapi Penulis pada saat proses penyusunan. Namun, Penulis mencoban dengan sekuat tenaga untuk mengatasi dan melalui berbagai hambatan tersebut sehingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan ini.


(2)

Tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada Penulis dalam Penulisan Laporan ini. Oleh karana itu, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Ir. Eddy suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia

2. Prof. Dr. Umi Narimawati SE. M.S.i selaku Dekan Fakultas Ekonomi 3. Sri Dewi Anggradini, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi

Akuntansi

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si. Ak. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dengan sabar untuk menyelesaikan Laporan ini

5. Wati Aris Astuti, SE., M.Si selaku Kordinato Kerja Praktek di Universitas Komputer Indonesia

6. Riyadi Hari Prasetya selaku pembimbing dari KPP Pratama Jakarta Cakung Satu

7. Ayah dan Ibu tercinta, H. M. Arief dan Hj. Wati, adik-adikku tersayang Heriyanto, Surya Alamsyah, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberika dukungan Penulis dan do’a-do’anya yang selalu teruntai untuk Penulis.

8. Teman-teman KSR PMI UNIKOM atas persahabatan dan kenangan selama ini.


(3)

9. Serta seluruh pihak yang tak mungkin disebut namanya satu persatu atas kontribusi terhadap penyusunan Laporan ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik, namu Penulis juga menyadari Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca semua. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi kemajuan dan perkembaga Pendidikan di Universitas Komputer Indonesia Khususnya dan Orang banyak Umumnya.

Bandung, 30 Desember 2011 Penulis

Herman 21108048


(4)

(5)

(6)