Tinjauan Atas Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas
(2)
TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENGURANGAN PAJAK BUMI
DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP)
PRATAMA BANDUNG CICADAS
Laporan Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang S1 Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi
Oleh :
NAMA : Marlina Nova Sihombing NIM : 21108148
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(3)
(4)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek yang berjudul “TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BANDUNG CICADAS”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Namun penulis berusaha untuk menanggulanginya. Kritik dan saran sangat membangun penulis harapkan agar laporan ini lebih baik lagi.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Ir. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia. 2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi. 4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi. 5. Ony Widiyangtias, SE., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas 4 Ak-4.
(5)
ii
6. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak.,Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.
7. Wati Aris Astuti, SE.,M.Si, selaku ketua koordinator kuliah Kerja Praktek ini. 8. Bapak Haryono selaku Kepala Kantor KPP Pratama Bandung Cicadas yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek.
9. Bapak Devrizal, S.E selaku Kepala Seksi Waskon II di KPP Pratama Bandung Cicadas dan pembimbing perusahaan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis melakukan Kerja Praktek.
10. Bapak Wahyu Sumanjaya, Bapak Paryanta, Ibu Yulianty, Ibu Yunita, selaku Account Representative Waskon II dan Bapak Triawan selaku pelaksana Waskon II di KPP Pratama Bandung Cicadas yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis melakukan Kerja Praktek.
11. Seluruh staf dan karyawan KPP Pratama Bandung Cicadas yang turut membantu terlaksananya Kerja Praktek.
12. Kedua orang tua saya yang sudah membesarkanku juga selalu memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan dalam menempuh pendidikan untuk bekal di masa depan.
13. Kakak saya Eva dan adik saya Frans, terimakasih atas dukungan dan perhatiannya, semoga kalian sukses.
(6)
iii
14. Sahabat-sahabat jurusan Akuntansi: Anna Marianna, Rani Rahmawati, Amrita Widi, Ira Dwi, Meyda Maryana terima kasih atas persahabatan, dukungan dan bantuannya.
15. Untuk teman spesial saya yaitu Bornok Pandapotan Sinaga yang telah memberikan dukungan kepada saya terimakasih atas perhatiannya,sukses selalu buat kamu.
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan yang tulus.
Akhir kata semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalanya yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa dan penulis berharap semoga laporan ini bermamfaat bagi penulis khususnya dan pihak-pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Bandung, Desember 2011
(7)
iv DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iv
DAFTAR GAMBAR...vii
DAFTAR BAGAN...viii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek...1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek...7
1.3 Kegunaan Kerja Praktek...7
1.4 Metode Kerja Praktek...8
1.4.1 Study Lapangan (Field Research)...8
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data Untuk Memperoleh Data Sekunder Studi Pustaka (Library Research)...9
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek...9
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Cicadas...10
2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas...16
(8)
v
2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Bandung Cicadas...22
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek...24
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek...24
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek...25
3.3.1 Prosedur Pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas...25
A. Deskripsi...26
B. Dasar Hukum...26
C. Pihak Yang Terkait...26
D. Formulir Yang Digunakan...27
E. Dokumen Yang Dihasilkan...27
F. Prosedur Kerja...27
G. Bagan Arus (Flow Chart)...29
3.4 Hambatan Dalam Pemberian Pengurangan PBB dan Alternatif Pemecahan Masalah Mengatasi Hambatan Pemberian Pengurangan PBB...30
3.4.1 Hambatan Dalam Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas...30
3.4.2 Alternatif Pemecahan Masalah Mengatasi Hambatan Pemberian Pengurangan PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas...32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan...33
(9)
vi
4.2 Saran...34 DAFTAR PUSTAKA...35 LAMPIRAN...37 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(10)
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas...17
(11)
viii
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan Arus I Tata Cara Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak Atas Pengurangan PBB...29 Bagan Arus II Tata Cara Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak Atas Pengurangan PBB...30
(12)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Permohonan Kuliah Kerja Praktek dari UNIKOM...37
Lampiran 2 : Ijin Lokasi Praktek Kerja Lapangan dari Kantor Wilayah Jawa Barat I...38
Lampiran 3 : Daftar Kehadiran Mahasiswa UNIKOM...39
Lampiran 4 : Berita Acara Bimbingan KerjaPraktek...40
Lampiran 5 : Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Instansi...41
Lampiran 6 : Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Dosen Pembimbing...42
Lampiran 7 : Uraian Penelitian Permohonan Pengurangan PBB...43
Lampiran 8 : Surat Keputusan Pengurangan PBB...44
Lampiran 9 : Permohonan Pengurangan PBB...45
Lampiran 10 : Surat Pemberitahuan Objek Pajak...46
Lampiran 11 : Permohonan Salinan SPPT PBB...50
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak bumi dan bangunan (PBB) selama ini diidentikkan dengan pajak lempung karena objek pajak utamanya berupa tanah (bumi) dengan wajib pajak yang meliputi seluruh golongan masyarakat dari golongan rakyat jelata sampai pejabat tinggi Negara, sementara kontribusi finansial untuk penerimaan Negara masih relatif kecil dibandingkan dengan jenis pajak lainnya. Kecilnya kontribusi pemasukan tersebut tercipta karena struktur tarif pengenaan pajak bumi dan bangunan mencakup kebutuhan hidup dasar masyarakat dan aspek-aspek yang sangat rentan terhadap gejolak masyarakat (Supriyanto, 1994 : 3).
Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu jenis pajak yang mempunyai peranan besar dalam penerimaan negara, dan diperkirakan akan semakin meningkat, mengingat begitu besarnya usaha-usaha Pemerintah untuk lebih mengefektifkan penerimaan PBB (Aditama, 2010). Pajak bumi dan bangunan (PBB) juga merupakan salah satu jenis pajak Negara yang sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah, yang antara lain dipergunakan untuk menyediakan fasilitas yang dinikmati oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Mardiasmo, 2003).
PBB Menurut UU No. 12 Tahun 1994 bahwa Pajak bumi dan bangunan bersifat kebendaan. Pajak kebendaan adalah pajak yang dipungut tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak tetapi hanya memperhatikan obyek pajak saja.
(14)
Adapun juga definisi lain, pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek pajak yaitu bumi dan bangunan, keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang (Waluyo 2010 : 196). Kemudian definisi lain menyebutkan bahwa, pajak bumi dan bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan (UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994), merupakan pajak yang bersifat kebendaan atau pajak yang bersifat objektif dalam arti besarnya pajak yang terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan subjek pajak (siapa yang membayar pajak) tidak ikut menentukan besarnya pajak yang terutang (Widodo dkk, 2010 : 1-2).
Tujuan dari PBB adalah untuk menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga mudah dimengerti oleh rakyat, memberikan dasar hukum yang kuat pada pungutan pajak atas harta tak bergerak dan sekaligus menyerasikan pajak tersebut, memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, sehingga rakyat mengerti hak dan kewajibannya, menghilangkan pajak ganda yang terjadi sebagai akibat berbagai Undang-Undang pajak yang sifatnya sama, memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembiayaan daerah, menambah penghasilan Negara (Soemitro, 1989).
Pajak Bumi dan Bangunan tidak hanya penting sebagai sumber penerimaan daerah tetapi juga strategis dan signifikan pengaruhnya terhadap berbagai aspek kegiatan kehidupan yang lain. Dengan demikian persoalan PBB tidak hanya
(15)
persoalan ekonomi atau administrasi maupun persoalan keuangan tetapi harus dilihat secara holistik dan komprehensif. Dalam konteks seperti inilah Pemerintah merasa penting untuk mengatur dan mengelola PBB, untuk selanjutnya sebagian besar didistribusikan kembali kepada daerah-daerah dengan persentase tertentu (Suharno, 2003). Pajak sebagai iuran wajib pajak yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintahnya, selain pajak pendapatan dan pajak penghasilan maka pajak bumi dan bangunan atau PBB juga memberikan peranan penting dalam sumber pembiayaan daerah (Gardinia, 2006 : 10-11). PBB dapat juga memperkuat peranan Pemerintah Daerah, karena membuka peluang dasar pajak yang lebih luas bagi penerimaan Pemerintah sendiri. PBB yang efektif akan menciptakan sumber penerimaan yang kuat bagi Pemerintah Daerah dan memperkecil kebutuhan akan bantuan dari Pemerintah Pusat (Kelly dan Roy, 1989: 120).
Pemerintah telah berupaya untuk menciptakan keadilan bagi para wajib pajak, khususnya wajib pajak yang kurang mampu dalam memenuhi kewajiban pajak terutangnya. Dalam rangka menciptakan keadilan dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan, maka diatur kebijakan tentang pengurangan pajak bumi dan bangunan. UU No. 12 Tahun 1994 tentang pajak bumi dan bangunan pasal 19, bahwa Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang terhutang. Pengurangan pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pemberian keringanan pajak yang terutang atas objek pajak (Hairul Pahmi, 2009).
Menyangkut persentase pemberian pengurangan ini khusus untuk veteran aturannya adalah sudah baku yaitu 75% sedangkan untuk yang lain belum ada.
(16)
Pemberian pengurangan pajak bumi dan bangunan di KPP Pratama antara satu dengan yang lain bervariasi tergantung kebijakan masing-masing. Artinya bahwa persentase pemberian pengurangan masih bersifat subjektif, sehingga diperlukan paraturan yang baku (Sujono, 2009).
Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan penerimaan pajak bumi dan bangunan dapat tercapai sesuai dengan target dan bisa mengubah cara pandang wajib pajak terhadap pajak bumi dan bangunan bahwa pajak tersebut bukanlah sesuatu hal yang menakutkan dan harus dihindari (Putu Adi Wiradharma, 2007).
Bedasarkan informasi dari salah satu kepala bagian seksi pengawasan dan konsultasi (waskon) di KPP Wilayah Kota Bandung, setelah wajib pajak diberi pengurangan pajak bumi dan bangunan, mereka menjadi lebih patuh untuk membayar pajak pada tahun berikutnya. Karena, yang dirasa oleh wajib pajak, mereka telah diberi keringanan sehingga dapat dengan mudah memenuhi segala kewajiban perpajakannya lagi tanpa menjadi beban seperti sebelumnya. Namun, masih ada kendala mengenai besaran persentase pemberian pengurangan yang belum memiliki acuan.
Walaupun sifat PBB adalah pajak obyektif sehingga dalam pengenaan pajaknya yang dilihat didasarkan kepada keadaan obyeknya dan tidak dipengaruhi oleh subyek pajaknya, tetapi bagi wajib pajak badan ataupun wajib pajak orang pribadi yang tidak mempunyai kemampuan disisi keuangannya maka wajib pajak tersebut dapat menggunakan haknya dengan mengajukan pengurangan pajak sesuai
(17)
dengan pasal 19 Undang-Undang PBB (Sumber:Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No. KEP-10/1999 Pasal 19).
Permohonan pengurangan PBB menggunakan aturan Keputusan DJP No: KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian pengurangan PBB. Wajib pajak sebelum mengajukan permohonan pengurangan PBB terlebih dahulu harus membayar lunas tahun sebelumnya, karena STTS (Surat Tanda Terima Setoran) pada dasarnya akan diberikan apabila telah dibayar lunas sesuai nominal yang tercantum. Kenyataan ini, nampaknya sulit untuk dapat dipenuhi oleh wajib pajak yang pajak terhutangnya cukup besar. mengangsur pembayaran PBB terhutang sampai dengan batas waktu jatuh tempo pembayaran (Sumber:Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-10/1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB). Kebijakan tersebut nampaknya dapat dilaksanakan dengan baik manakala perusahaan atau wajib pajak badan tidak mengalami kesulitan dari sisi keuangan, tetapi jika perusahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas bahkan menuju kebangkrutan maka untuk memenuhi kewajiban itu akan sangat sulit dipenuhi. Jika pengurangan pajak bumi dan bangunan mengacu pada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB yang mensyaratkan wajib pajak lunas PBB tahun sebelumnya maka rasa keadilan bagi wajib pajak tidak ada (Sumber:Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.KEP-10/1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB).
(18)
Pemberian presentasi pengurangan PBB tidak ada aturan yang dapat dipedomani secara jelas, dengan kata lain subyektifitas sangat tinggi. Kecenderungan besaran persentasi pengurangan yang diberikan sama dengan besaran persentasi yang diberikan tahun-tahun sebelumnya (Ezar, 2008). Pada prakteknya penentuan persentase pengurangan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Bandung yang diberikan kepada wajib pajak antara kebijakan waskon satu dengan waskon yang lain berbeda-beda dan tidak memiliki kesamaan yang pasti (Sony, 2010).
Kendala administrasi pun menjadi masalah dalam pelaksanaan perngurangan PBB. Karena kurang memperhatikan tanggal penerimaan SPPT akibatnya terjadi kesalahpahaman antara petugas pajak dengan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah Kota Bandung. Alasan penolakan adalah karena syarat formal tidak terpenuhi yaitu telah melebihi batas waktu pengurangan permohonan pengurangan PBB (Sudi Santoso, 2010). Selain itu juga pengurusan administrasi dirasakan rumit oleh pensiunan PNS yang mendapatkan penghargaan berupa pengurangan PBB sampai 75% (PMK No. 110/PMK.03/2009), dana yang mereka keluarkan juga tidak sedikit.
Kemudian permasalahan pengurangan pajak bumi dan bangunan yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cicadas dimana terdapat protes karena wajib pajak yang mengajukan permohonan pengurangan PBB ditolak, karena syarat formal tidak terpenuhi yaitu telah melebihi batas waktu pengurangan permohonan pengurangan. Permohonan pengurangan tersebut seharusnya diajukan paling lambat 3
(19)
bulan terhitung sejak diterimanya SPPT. Kesalahpahaman antara petugas pajak dengan wajib pajak dengan persyaratan yang harus dipenuhi dan kurang memperhatikan tanggal penerimaan SPPT tersebut menjadi kendala (Sudi Santoso, 2010).
Dengan adanya hal ini, maka penulis ingin menyusun sebuah laporan kerja praktek tentang : TINJAUAN ATAS PROSEDUR PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BANDUNG CICADAS.
1.2Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dan Tujuan penulisan laporan kerja praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
2. Untuk mengetahui hambatan dalam Prosedur Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
3. Untuk mengetahui alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi hambatan dalam Prosedur Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
1.3Kegunaan Kerja Praktek
a. Bagi Penulis
Menambah ilmu dan pengalaman, terutama mengenai Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Bangunan pada suatu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
(20)
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas
Sebagai suatu masukan yang dapat dipertimbangkan dalam hal mengevaluasi dan menyempurnakan kegiatan dan pelayanan Prosedur Pengurangan Pajak Bumi Bangunan.
c. Bagi Pembaca
Menjadi sumbangan pemikiran perkembangan ilmu pengetahuan juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan penyempurnaan terhadap Laporan Kerja Praktek ini.
1.4Metode Kerja Praktek
Untuk dapat memahami masalah-masalah yang akan diteliti diperlukan suatu metode. Adapun metode yang digunakan penulis dalam menyusun Laporan Kerja Praktek ini adalah “Deskriptis Analitis” yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mengumpulkan, menyajikan serta menganalisa data sehingga dapat memberikan informasi yang cukup jelas atas objek yang diteliti. Sedangkan teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.4.1 Study Lapangan (Field Research)
Dimaksud untuk mendapatkan data dengan cara melakukan peninjauan langsung di perusahaan yang diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Interview (Wawancara)
Yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan staf yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti.
(21)
2. Observasi
Yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung atas pelaksanaan suatu kegiatan dalam Tata Cara Pengawasan Pembayaran Masa Pajak Bumi Bangunan.
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data Untuk Memperoleh Data Sekunder Studi Pustaka (Library Research)
Berdasarkan data yang telah terkumpul, penulis mencoba untuk menghubungkan antara data tersebut dengan teori-teori yang telah dipelajari dan menelaah permasalahan yang bersifat teoritis yang berasal dari literatur-literatur yang tersedia, dimana mempunyai keterkaitan dengan objek penelitian.
1.5Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi Kerja Praktek yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta No.781, Bandung.
Adapun waktu pelaksanaannya adalah tanggal 01 Agustus sampai dengan tanggal 09 September 2011. Dengan jam kerja dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB setiap hari Senin sampai dengan Jumat.
(22)
10 BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah KPP Pratama Bandung Cicadas
Sejarah pajak mula-mula berasal dari Negara Perancis pada zaman beliau dikenal dengan nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu Negara Belanda dijajah oleh Negara Perancis. Sistem pajak yang diterapkan oleh Belanda diterapkan pula oleh Indonesia pada saat itu terkenal dengan “Oor Longs Overgangs Blasting” (pajak penghasilan). Konsep pajak itu kemudian dipakai pada tahun 1942 di Australia disaat Indonesia masih diduduki oleh tentara Jepang.
Maksud dari peralihan mengenai pajak merupakan sesuatu peraturan yang dibuat untuk mempersiapkan bilamana dikemudian hari penjajah Jepang ditarik dari Indonesia. Pemungutan pajak ini oleh Pemerintah Belanda dilaksanakan oleh sutau badan yaitu “Deinspeti van Vinancian” yang kemudian diganti dengan nama “Zeinenbu” oleh Pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan kemudian, 15 Agustus 1942, nama tersebut diganti menjadi “Kantor Inspeksi Keuangan” dan berkantor di gedung Concordia (sekarang gedung Merdeka) Jalan Asia Afrika.
Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan agresi Militer Belanda I, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung dipindah ke Selatan di Kabupaten Soreang, bersama-sama dengan tentara keamanan rakyat berevakuasi.
(23)
11
Sejak tahun 1968, Kantor Inspeksi Keuangan berganti nama menjadi Kantor Inspeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor Inspeksi Pajak Bandung dibagi menjadi dua yakni Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat dan Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-48/KMK/1998 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah kantor baru yang diberi nama Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah beralamat Jalan Purnawarman no.21 Bandung dengan kepala kantor yaitu Drs. Untung Rivai. Sejak berlakunya Keputusan Menteri Keuangan tersebut maka di Bandung dibagi menjadi atas tiga Kantor Inspeksi Pajak, yakni:
1. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Timur 2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Tengah 3. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK.01/1998, struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jendral Pajak dirombak dan berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Dengan demikian pesatnya perkembangan wilayah, maka dipandang perlu adanya pembagian wilayah kerja agar dapat dimaksimalkan penerimaan dari sektor pajak.
Perkembangan terakhir pada bulan April 2002, Kantor Pelayanan Pajak di wilayah Bandung telah berubah menjadi enam KPP.
Pada bulan Maret 2006 Kanwil Dirjen Pajak Jawa Barat Bagian II membawahi sembilan KPP meliputi lima KPP di Bandung yang terdiri dari:
(24)
12
1. KPP Bandung Bojonagara 2. KPP Bandung Karees 3. KPP Bandung Cibeunying 4. KPP Bandung Tegalega 5. KPP Bandung Cicadas
Dan empat KPP lainya yaitu terdiri dari: 1. KPP Cimahi
2. KPP Tasikmalaya 3. KPP Sukabumi 4. KPP Cianjur
Pada dasarnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jendral Pajak yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, kantor pemeriksaan dan penyidikan pajak serta kantor penyuluhan dan pengawasan potensi perpajakan memutuskan bahwa KPP Bandung Cibeunying yang semula meliputi wilayah Cibeunying dan wilayah Ujungberung dipecah menjadi dua KPP, yaitu KPP Bandung Cibeunying sebagai KPP lama dan KPP Bandung Cicadas sebagai KPP baru dengan wilayah meliputi: Kecamatan Cibiru, Arcamanik, Cicadas, Ujung Berung dan
(25)
13
Cimenyan. Sedangkan Kecamatan Cimenyan adalah semula masuk wilayah KPP Cimahi.
KPP Bandung Cicadas menempati gedung baru berlantai empat yang semula diperuntukan untuk Kanwil IX DJP Jawa Barat II. Sebagai KPP baru, kepala kantornya dilantik pada tanggal 24 Februari 2002 dan untuk sementara sambil melakukan pembenahan gedung baru tersebut Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas berkantor di aula Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying.
Karena gedung baru tersebut belum ada Lay-Out dan Partisi, maka didesain sendiri dengan bekerjasama dengan para Kasi, khususnya Ibu kasubag umum dengan konsep mengutamakan dan memudahkan pelayanan, kenyamanan, keamanan, keindahan, keterpaduan antar seksi, dan keterbukaan. Keterbukaan itu diwujudkan dengan membuat partisi antar seksi yang tingginya hanya 120 cm, sehingga adanya saling kontrol antara satu seksi dengan seksi lainya. Begitu juga dengan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), didesain sedemikian rupa dengan mencontoh counter Bank dan hotel. Untuk pengamanan terhadap peralatan komputer yang ada di Tempat Pelayanan Terpadu, maka monitor di Tempat Pelayanan Terpadu juga dilengkapi dengan meja serba-serbi untuk wajib pajak, meja pelayanan pelanggan (customer service) dan penyediaan space Bank untuk masa yang akan datang.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas mempunyai tugas melaksankan pelayanan, pengawasan administrasi dan pemeriksaan sederhana terhadap wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(26)
14
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kemudian pada tahun 2002 Direktorat Jendral Pajak melakukan modernisasi administrasi perpajakan. Langkah ini sebagai upaya menerapkan good corporate governance dan pelayanan prima dalam pengelolaan pajak. Untuk implementasinya, maka sebagai pilot project dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large Taxpayers Office, LTO) yang dilayani adalah wajib pajak badan dalam kategori besar pada skala nasional dengan jumlah terbatas. Selanjutnya dibentuklah Kantor Pelayanan Pajak Pratama (Small Taxplayers Office, STO) yakni Kantor Pelayanan Pajak yang selama ini telah ada dan dikembangkan dengan menerapkan prinsip modernisasi administrasi perpajakan, yang dilayani adalah wajib pajak diluar yang telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya.
Untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama pertama kali dibentuk melalui Keputusan Menteri Keuangan No.254/KMK.01/2004 di lingkungan Kanwil DJP Jakarta I (kini Jakarta Pusat). Kemudian denga peraturan Menteri Keuangan No.55/KMK.01/2007 ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor Wilayah DJP yang ada dipulau Jawa dan Bali secara bertahap saat mulai beroperasi sesuai dengan keputusan direktur jendral pajak. Dan pada tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cicadas berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas.
(27)
15
Wajib pajak yang dikelola oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah wajib pajak menengah kebawah, yakni jenis badan yang telah dikelola di Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar dan Kantor Pelayanan Pajak Madya serta orang pribadi. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas ada kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, sehingga jumlah wajib pajak dapat selalu bertambah seirama dengan pertambahan orang pribadi yang memperoleh penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau melakukan kegiatan usaha di wilayah kerjanya.
Dalam meningkatkan pelayanannya kepada wajib pajak, maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas memiliki visi dan misi. Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut:
Visi
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan system dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat. Misi
o Politik
Mendukung demokrasi bangsa o Kelembagaan
Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
(28)
16
o Fiskal
Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi
o Ekonomi
Mendukung kebijaksanaan Pemerintah dan mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan yang minimizing distortion
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas menempati kantor baru di Jalan Soekarno-Hatta No. 781 Bandung terhitung 1 Juli 2002.
Dalam gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas ini, dijabarkan sejarah instansi dan struktur organisasi yang menguraikan tugas dan fungsi bagian-bagian yang da didalamnya, sehingga akan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kegiatan yang sedang diteliti.
2.2Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Cicadas
Struktur adalah susunan atau bagan yang menjelaskan uraian-uraian atau ururtan jabatan berserta fungsinya. Sedangkan organisasi secara luas merupakan penentuan pengelompokan serta pengaturan pengaturan dari berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan.
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi KPP non Pratama adalah jenis pajak, sedangkan KPP Pratama berdasarkan fungsi. Adapun struktur
(29)
17
organisasi pada bagian pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.1
STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA BANDUNG CICADAS KEPALA KANTOR SUB BAGIAN UMUM SEKSI PELAYANAN SEKSI PEMERIKSAAN SEKSI PENAGIHAN SEKSI PENGOLAHAN DATA
Sumber : KPP Pratama Bandung Cicadas
SEKSI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN SEKSI PENGAWASAN DAN KONSULTASI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
(30)
18
Struktur organisasi fungsional memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, dan kelebihannya seperti:
o Paling sesuai untuk lingkungan yang stabil
o Dapat mencapai skala ekonomis pada masing-masing bagian. o Merangsang berkembangnya keterampilan yang bersifat fungsional. o Sesuai untuk organisasi berukuran kecil sampai sedang.
Sedangkan kekurangan dari struktur fungsional dapat berupa:
o Respon organisasi terhadap perubahan kondisi lingkungan agak lambat. o Pengambilan keputusan menumpuk pada puncak organisasi.
o Koordinasi antar bagian / fungsi tidak terlalu baik. o Inovasi terbatas
o Pandangan terhadap sasaran organisasi agak terbatas, anggota organisasi cenderung hanya memperhatikan sasaran bagiannya sendiri.
Struktur organisasi kantor pelayanan pajak secara umum telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI No.443/KMK.01/2001 tanggal 23 juli 2001 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.
(31)
19
2.3Deskripsi Jabatan KPP Pratama Bandung Cicadas
Uraian jabatan instansi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan penyuluhan (membina karyawan yang ada di wilayah wewenang kekuasaannya)
b. Melakukan peningkatan pelayanan
c. Melakukan pengawasan (pemeriksaan dan penagihan), termasuk mengawasi jalannya kegiatan operasional perpajakan yaitu:
- Pajak Penghasilan (PPh)
- Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) - Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
- Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL)
d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi dan membuat kegiatan operasional Kantor Pelayanan Pajak wilayah Jawa Barat.
2. Sub bagian umum
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Melakukan urusan kepegawaian
b. Melakukan urusan keuangan c. Melakukan urusan tata usaha
(32)
20
d. Rumah tangga dan perlengkapan 3. Seksi ekstensifikasi
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan b. Pendataan objek dan subjek pajak
c. Penilaian objek pajak
d. Kegiatan ekstensifikasi perpajakan 4. Seksi pengolahan data dan informasi
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Pengumpulan dan pengolahan data
b. Penyajian informasi perpajakan c. Perekaman dokumen perpajakan
d. Urusan tata usaha penerimaan perpajakan
e. Pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB f. Pelayanan dukungan teknis computer
g. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling h. Penyiapan laporan kinerja
5. Seksi pelayanan
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Memberikan pelayanan terhadap wajib pajak dengan melakukan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan
(33)
21
c. Penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya d. Penyuluhan perpajakan
e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak f. Kerjasama perpajakan
6. Seksi pengawasan dan konsultasi I,II,III,IV
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib pajak, melalui pemanfaatan data dan sistem administrasi perpajakan terpadu (SAPT) atau sistem informasi DJP (SIDJP)
b. Bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak c. Konsultasi teknis perpajakan kepada wajib pajak d. Analisis kinerja wajib pajak
e. Rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi
f. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan g. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku
h. Membantu wajib pajak dalam memperoleh penegasandan konfirmaasi masalah perpajakan
i. Melakukan pemutakhiran data wajib pajak dan membuat company profile j. Menginformasikan ketentuan perpajakan terbaru kepada wajib pajak 7. Seksi pemeriksaan
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menyusun rencana pemeriksaan
(34)
22
b. Pengawasan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran SP4 (Surat Perintah Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak) d. Administrasi perpajakan lainnya
8. Seksi penagihan
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Pelaksanaan dan penatausahaan penagih aktif
b. Piutang pajak
c. Penundaan angsuran tunggakan pajak d. Usulan penghapusan piutang pajak
e. Mempersiapkan teguran dan melakukan penagihan dengan surat paksa 9. Kelompok jabatan fungsional
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Pejabat fungsional pemeriksa : mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi pemeriksaan
b. Pejabat fungsional penilai : mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkoordinasi dengan seksi ekstensifikasi.
2.4Aspek Kegiatan KPP Pratama Bandung Cicadas
Tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas memberikan pelayanan publik dengan baik kepada wajib pajak, dengan memenuhi semua kebutuhan wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya.
(35)
23
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan prosedur dan tata kerja organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cicadas yang terdiri dari aspek-aspek kegiatan antara lain :
1. Pelayanan terhadap wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis.
2. Melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data informasi, tata usaha perpajakan, pelayanan, penagihan, pengawasan dan konsultasi, dan pemeriksaan kepada wajib pajak.
3. Kegiatan pengawasan dan versifikasi atas pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai dan menerapkan sanksi administrasi perpajakan dengan mencari, mengumpulkan, mengolah data maupun keterangan lainnya, dalam rangka pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan.
4. Mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
(36)
33 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis dapat mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar hukum pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas diatur berdasarkan :
a. Pasal 19 UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994,
b. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli 1999 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan,
c. KEP Dirjen Pajak Nomor KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tatacara Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Prosedur pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas, sesuai dengan Standard Operating Procedures dalam pelaksanaannya diawali dengan permohonan tertulis yang diajukan oleh wajib pajak disertai dengan persyaratan-persyaratan formal (SPPT/SKP PBB) yang dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak untuk kemudian diteliti oleh pihak-pihak yang berwenang dalam pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan. Apabila diperlukan pemeriksaan sederhana kantor/lapangan, maka
(37)
34
Kepala Kanwil DJP menugaskan pejabat fungsional penilai PBB untuk melaksanakan penelitian atas objek pajak yang perlu diteliti.
3. Wajib pajak yang dapat mengajukan atau mendapatkan haknya dalam pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No 362/KMK 4/1999.
4.2 Saran
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis dari pelaksanaan kuliah kerja praktek ini, penulis dapat memberikan saran-saran yang bersifat membangun sebagai akhir dari penulisan laporan kuliah kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya diperlukan pembaharuan secara berkala mengenai peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan perpajakan, karena peraturan yang berkaitan dengan perpajakan dapat dikatakan fleksibel sesuai dengan keadaan ekonomi baik itu nasional maupun global.
2. Perlunya pengawasan dalam penerapan prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sehingga dalam pelaksanaannya setiap bagian yang terkait memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing, dan tidak keluar dari jalur yang sudah ditetapkan.
3. Perlunya sosialisasi yang lebih tepat sasaran, agar pelaksanaan peraturan perpajakan khususnya dalam hal pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang seharusnya mendapatkan pengurangan tersebut.
(38)
35
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Pajak
Azhar Susanto (2008 : 264) dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi” Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak, 2007, Standard Operating Procedures TATA CARA PENGURANGAN PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas Nomor: A053
Ezar, 2008, Perpajakan : Konsep, Teori dan Isu Jakarta : Kencana
Gardinia, 2006 : 10-11, Peran Pajak Bumi dan Bangunan Hairul Pahmi, 2009, Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
Kelly, Roy, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia (Keuangan Pemerintah
Daerah di Indonesia), UI Press, Jakarta. halaman : 120
Keputusan DJP No: KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362/KMK.04/1999 tentang Pemberian Pengurangan PBB
Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.10/PJ.6/1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB
Mardiasmo, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit : ANDI, Yogyakarta
Pasal 19 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994
Putu Adi Wiradharma, 2007, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Media Metode
Penelitian
PMK No.110/PMK.03/2009, Pengurusan Administrasi Pengurangan untuk PNS
Rochmat, Soemitro, 1989, Pajak Bumi dan Bangunan, Eresco, Bandung.
Sony, 2010, Penentuan Persentase Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sudi Santoso, 2010, Alasan Penolakan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Suharno, 2003, Pengelolan Pajak Bumi dan Bangunan dalam era Otonomi Daerah Sujono, 2009, Persentase Pemberian Pengurangan
(39)
36 Supriyanto, 1994 : 3, Kontribusi Membayar Pajak
UU No. 12 tahun 1994, Tentang Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan UU No. 12 Tahun 1994, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 19
UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994, Tentang Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994
UU No. 12 Tahun 1985 jo.UU Nomor 12 Tahun 1994 Ps 19 jo. 362/KMK.04/1999 jo. KEP-10/PJ.6/1999 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan
Waluyo 2010 : 196, Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Widodo dkk, 2010 : 1-2, Keadaan Subyek Pajak
(40)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Marlina Nova Sihombing
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 November 1989 Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 21108148
Jurusan : Akuntansi
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Cicukang Utara No. 25 Bandung PENDIDIKAN
Pendidikan Formal :
1996-2002 : SDN Sukakarya 3 Bandung
2002-2005 : SLTP Santa Maria Bandung
(41)
DATA ORANG TUA
Ayah : Marupa Sihombing
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Tinur Silaban
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Cicukang Utara No. 25 Bandung Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandung, Desember 2011
(1)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis dapat mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dasar hukum pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas diatur berdasarkan :
a. Pasal 19 UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994,
b. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 362/KMK.04/1999 tanggal 5 Juli 1999 tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan,
c. KEP Dirjen Pajak Nomor KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tatacara Pemberian Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Prosedur pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Cicadas, sesuai dengan Standard Operating Procedures dalam pelaksanaannya diawali dengan permohonan tertulis yang diajukan oleh wajib pajak disertai dengan persyaratan-persyaratan formal (SPPT/SKP PBB) yang dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak untuk kemudian diteliti oleh pihak-pihak yang berwenang dalam pelaksanaan pengurangan Pajak Bumi
(2)
Kepala Kanwil DJP menugaskan pejabat fungsional penilai PBB untuk melaksanakan penelitian atas objek pajak yang perlu diteliti.
3. Wajib pajak yang dapat mengajukan atau mendapatkan haknya dalam pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No 362/KMK 4/1999.
4.2 Saran
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh penulis dari pelaksanaan kuliah kerja praktek ini, penulis dapat memberikan saran-saran yang bersifat membangun sebagai akhir dari penulisan laporan kuliah kerja praktek ini adalah sebagai berikut: 1. Sebaiknya diperlukan pembaharuan secara berkala mengenai peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan perpajakan, karena peraturan yang berkaitan dengan perpajakan dapat dikatakan fleksibel sesuai dengan keadaan ekonomi baik itu nasional maupun global.
2. Perlunya pengawasan dalam penerapan prosedur pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan sehingga dalam pelaksanaannya setiap bagian yang terkait memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing, dan tidak keluar dari jalur yang sudah ditetapkan.
3. Perlunya sosialisasi yang lebih tepat sasaran, agar pelaksanaan peraturan perpajakan khususnya dalam hal pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang seharusnya mendapatkan pengurangan tersebut.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, 2010, Pengantar Ilmu Hukum Pajak
Azhar Susanto (2008 : 264) dalam bukunya yang berjudul “Sistem Informasi Akuntansi” Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak, 2007, Standard Operating Procedures TATA CARA PENGURANGAN PBB di KPP Pratama Bandung Cicadas Nomor: A053
Ezar, 2008, Perpajakan : Konsep, Teori dan Isu Jakarta : Kencana Gardinia, 2006 : 10-11, Peran Pajak Bumi dan Bangunan
Hairul Pahmi, 2009, Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
Kelly, Roy, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia (Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia), UI Press, Jakarta. halaman : 120
Keputusan DJP No: KEP-10/PJ.6/1999 tanggal 4 Oktober 1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 362/KMK.04/1999 tentang Pemberian Pengurangan PBB
Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.10/PJ.6/1999 tentang Tata Cara Pemberian Pengurangan PBB
Mardiasmo, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit : ANDI, Yogyakarta
Pasal 19 Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994
Putu Adi Wiradharma, 2007, Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Media Metode Penelitian
PMK No.110/PMK.03/2009, Pengurusan Administrasi Pengurangan untuk PNS Rochmat, Soemitro, 1989, Pajak Bumi dan Bangunan, Eresco, Bandung. Sony, 2010, Penentuan Persentase Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Sudi Santoso, 2010, Alasan Penolakan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Suharno, 2003, Pengelolan Pajak Bumi dan Bangunan dalam era Otonomi Daerah
(4)
Supriyanto, 1994 : 3, Kontribusi Membayar Pajak
UU No. 12 tahun 1994, Tentang Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan UU No. 12 Tahun 1994, Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pasal 19
UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 1994, Tentang Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Undang-Undang No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1994
UU No. 12 Tahun 1985 jo.UU Nomor 12 Tahun 1994 Ps 19 jo. 362/KMK.04/1999 jo. KEP-10/PJ.6/1999 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengurangan
Waluyo 2010 : 196, Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Widodo dkk, 2010 : 1-2, Keadaan Subyek Pajak
(5)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Marlina Nova Sihombing
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 30 November 1989 Jenis Kelamin : Perempuan
NIM : 21108148
Jurusan : Akuntansi
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Cicukang Utara No. 25 Bandung PENDIDIKAN
Pendidikan Formal :
1996-2002 : SDN Sukakarya 3 Bandung
2002-2005 : SLTP Santa Maria Bandung
(6)
DATA ORANG TUA
Ayah : Marupa Sihombing
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Tinur Silaban
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Cicukang Utara No. 25 Bandung Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Bandung, Desember 2011