BUDIDAYA CABAI TEKNIK DAN CARA MENANAM C

BUDIDAYA CABAI
Budidaya Cabai merupakan pilihan agribisnis bernilai ekonomis tinggi, untuk itu cara menanam
cabai yang tepat, baik cara pengendalian hama penyakit maupun teknik budidaya cabe, sangat
menentukan keberhasilan budidaya. Cara menanam cabai yang saya uraikan di sini sudah
disesuaikan dengan kondisi di lapangan pada saat ini. Saya rangkai sedemikian rupa sehingga
cara budidaya ini sangat praktis dan mudah diterapkan terutama bagi petani cabe pemula.

TEKNIK DAN CARA MENANAM CABAI YANG BAIK
Demi menunjang keberhasilan budidaya tanaman, petani cabe harus memperhatikan teknik
menanam cabai yang baik. Pemahaman tentang iklim, tanaman, maupun hal-hal yang
berhubungan dengan proses budidaya, juga perlu diperhatikan sehingga memudahkan petani
cabai untuk melakukan proses penanganan, terutama ketika di lapangan banyak dijumpai
permasalahan-permasalah yang membutuhkan penangangan segera dan serius.

SYARAT TUMBUH TANAMAN CABAI
Selama budidaya, tanaman cabai membutuhkan syarat-syarat untuk menunjang keberhasilan
usahatani, pertumbuhan tanaman yang vigor dan sehat merupakan harapan petani cabai. Untuk
itu pengetahuan tentang syarat tumbuh tanaman cabai perlu diketahui, seperti berikut:
Tanah
Tanah tempat penanaman cabai harus gembur dengan kisaran pH 6,5-6,8.
Air

Tanaman cabai memerlukan air cukup untuk menopang pertumbuhan tanaman. Air berfungsi
sebagai pelarut unsur hara, pengangkut unsur hara ke organ tanaman, pengisi cairan tanaman
cabai, serta membantu proses fotosintesis dan respirasi selama proses budidaya berlangsung.
Tetapi pemberian air tidak boleh berlebihan.
Iklim
Angin sepoi-sepoi cocok untuk menanam cabai. Curah hujan tinggi berpengaruh terhadap
kelebihan air. Intensitas sinar matahari sangat dibutuhkan tanaman cabai, berkisar antara 10–12
jam per hari. Sedangkan suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman cabai 24°C- 28°C.

PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA CABAI
Setelah mengetahui syarat tumbuh tanaman cabai, sebelum mulai menjalankan budidaya, terlebih
dulu dilakukan persiapan teknis seperti pemilihan lokasi maupun persiapan sarana dan prasarana.

Pemilihan Lokasi Budidaya
Lokasi budidaya sebaiknya dipilih yang strategis, transportasi mudah, dekat sumber air, jauh dari
area penanaman cabai lain/tanaman sefamili. Sejarah lahan sangat penting untuk diperhatikan,
paling baik lahan tidak ditanami tanaman cabe selama minimal 2 tahun terakhir agar diperoleh
hasil optimal.
Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah untuk menunjang keberhasilan budidaya sangat diperlukan agar diketahui

nilai pH-nya, sehingga kita dapat menentukan aplikasi kapur pertanian, terutama pada tanah
masam atau nilai pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH
meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.
Persiapan Sarana Prasarana
Persiapan sarana dan prasarana selama budidaya cabe meliputi:


Pengadaan tanah untuk media semai.



Pengadaan pupuk kandang, pupuk kimia, dan kapur pertanian.



Pengadaan benih dan mulsa PHP (Plastik Hitam Perak).



Pengadaan Pestisida.




Pengadaan ajir, bambu penjepit mulsa PHP, dan tali pertanian.



Pengadaan peralatan.



Persiapan tenaga kerja.

PELAKSANAAN BUDIDAYA
Budidaya secara intensif harus dilakukan selama proses budidaya, karena budidaya intensif
berpeluang mendatangkan keuntungan besar. Diperlukan persiapan-persiapan matang serta
pengetahuan tentang cara menanam cabai, baik deskripsi tanaman cabe maupun pengendalian
hama dan penyakit cabai.
Persiapan Lahan
Sebelum menjalan usaha budidaya, diperlukan persiapan-persiapan dasar, seperti :



Pembajakan dan penggaruan.



Pembuatan bedengan kasar selebar 110-120 cm, tinggi 40-70 cm, lebar parit 50-70 cm.



Pemberian kapur pertanian sebanyak 200 kg/rol mulsa PHP untuk tanah dengan pH di
bawah 6,5.



Pemberian pupuk kandang fermentasi sebanyak 40 ton/ha dan pupuk NPK 15-15-15
sebanyak 150 kg/rol mulsa PHP.




Pengadukan/pencacakan bedengan agar pupuk yang sudah diberikan bercampur dengan
tanah. Rapikan bedengan.



Pemasangan mulsa PHP.



Pembuatan lubang tanam.



Jarak tanam ideal musim kemarau 60 cm x 60 cm dan musim penghujan bisa diperlebar
70 cm x 70 cm. Tujuannya untuk menjaga kelembaban udara di sekitar pertanaman cabe.



Pemasangan ajir.


Persiapan Pembibitan dan Penanaman Cabai


Rumah atau sungkup pembibitan.



Pembuatan media semai. Komposisi media semai adalah 20 liter tanah, 10 liter pupuk
kandang, dan 150 g NPK halus. Media semai dimasukkan ke dalam polibag semai.



Penyemaian benih cabai.



Pemeliharaan bibit cabe. Pembukaan sungkup dimulai jam 07.00 - 09.00, kemudian
sungkup dibuka lagi jam 15.00-17.00. Umur 5 hari menjelang tanam sungkup harus
dibuka penuh untuk penguatan tanaman cabe. Penyiraman jangan terlalu basah, dilakukan
setiap pagi. Penyemprotan pestisida dilakukan pada umur 15 hss (hari setelah semai).

Dosis ½ dari dosis dewasa.



Pindah tanam. Bibit cabai (cabe) berdaun sejati 4 helai siap pindah tanam ke lahan.

PEMELIHARAAN TANAMAN CABAI
Penyulaman Tanaman Cabai
Penyulaman tanaman dilakukan sampai umur cabe 3 minggu. Apabila umur tanaman cabai sudah
terlalu tua dan masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tanaman cabe tidak seragam.
Berpengaruh terhadap pengendalian hama penyakit tanaman cabe.

Perempelan dan Pengikatan Tanaman Cabai
Perempelan tunas samping. Perempelan tunas samping dilakukan pada tunas yang keluar di
ketiak daun. Bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, agar tanaman cabe tumbuh
kekar, disamping itu juga menjaga kelembaban saat tanaman cabai sudah dewasa. Dilakukan
sampai pembentukan cabang utama, ditandai munculnya bunga pertama.
Perempelan daun. Perempelan daun cabe dilakukan ketika tanaman cabai memasuki umur 80
hst (hari setelah tanam). Perempelan dilakukan pada daun-daun cabai di bawah cabang utama
dan daun tua/terserang penyakit.

Sanitasi Lahan
Sanitasi lahan selama budidaya meliputi : pengendalian gulma/rumput, pengendalian air saat
musim hujan sehingga tidak muncul genangan, tanaman cabe terserang hama penyakit
disingkirkan dari area penanaman cabai.
Pengairan
Pengairan selama proses budidaya berlangsung diberikan secara terukur, dengan penggenangan
atau pengeleban seminggu sekali jika tidak turun hujan. Penggenangan jangan terlalu tinggi,
batas penggenangan hanya 1/3 dari tinggi bedengan.
Pemupukan Susulan
Pupuk Akar

Diberikan dengan cara pengocoran :


Umur 15 hst dan 30 hst, dosis 3kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000
tanaman, tiap tanaman cabai 200ml.



Umur 45 hst dan 60 hst, dosis 4kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air, untuk 1000

tanaman, tiap tanaman cabai 200ml.



Umur 75 hst, 90 hst dan 105 hst, dosis 5kg NPK 15-15-15 dilarutkan dalam 200lt air,
untuk 1000 tanaman, tiap tanaman cabai 200ml.

Pupuk Daun



Kandungan Nitrogen tinggi diberikan saat tanaman cabai berumur 14 hst dan 21 hst.



Kandungan Phospat, Kalium dan Mikro tinggi diberikan saat tanaman cabai berumur 35
hst dan 75 hst.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
CABAI

HAMA TANAMAN CABAI
Gangsir
Hama gangsir yang menyerang tanaman cabai adalah Brachytrypes portentosus.
Pengendalian kimiawi selama budidaya menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran
sebanyak 1gram pada lubang tanam.
Ulat Tanah
Ulat tanah yang sering menyerang tanaman cabai adalah spesies Agrotis ipsilon.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada
lubang tanam.
Ulat Grayak
Serangan ulat grayak pada tanaman cabai berasal dari spesies Spodoptera litura.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Ulat Buah
Ulat buah tanaman cabai adalah Helicoverpa sp.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Thrips

Thrips tanaman cabai adalah Thrips parvispinus.
Pengendalian kimiawi selama budidaya menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin,
tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Kutu Daun
Kutu daun tanaman cabai adalah Myzus persiceae.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid,
asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk
pada kemasan.

Kutu Kebul
Kutu kebul tanaman cabai adalah Bemisia tabaci.
Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam,
imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis/konsentrasi
sesuai petunjuk pada kemasan.
Tungau
Hama tungau pengganggu tanaman cabai adalah tungau kuning (Pol Polphagotarsonemus lotus)
dan tungau merah (Tetranychus cinnabarinus).
Pengendalian kimiawi pada budidaya tanaman ini menggunakan insektisida akarisida berbahan
aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Lalat Buah
Lalat buah tanaman cabai adalah Dacus dorsalis.
Pengendalian lalat buah pada tanaman cabe salah satunya dengan memanfaatkan sexpheromone
(perangkap lalat) dimana lalat dibiarkan terperangkap ke dalam botol aqua yang didalamnya
diberi metil eugenol, botol aqua ini diikat dengan bambu atau lanjaran pada posisi horisontal.
Atau dapat juga memanfaatkan buah-buahan beraroma yang disukai lalat buah, seperti buah
timun atau nangka yang telah dicampur metomil (insektisida). Selain itu juga dapat dilakukan
penyemprotan pada seluruh bagian tanaman cabe, menggunakan insektisida berbahan aktif
deltametrin, sipermetrin, profenofos, metomil, kartophidroklorida, klorpirifos, atau dimehipo.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Nematoda
Serangan hama nematoda pada tanaman cabai disebabkan oleh Meloidogyne incognita.
Cara pengendalian hama ini dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak
1gram pada lubang tanam.
Lihat PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI
Untuk informasi lebih detailnya.

PENYAKIT TANAMAN CABAI
Rebah Semai
Rebah semai tanaman cabai adalah Pythium debarianum.
Cara pengendalian pada cabe dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif
propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida
kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis ½ dari dosis
terendah yang tertera pada kemasan.

Layu Bakteri
Bakteri penyebab layu tanaman cabai adalah Pseudomonas sp.
Upaya pengendalian selama budidaya antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan
tanaman cabai terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi
menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin
sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Sebagai pencegahan, secara biologi
berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan
pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Layu Fusarium
Cendawan penyebab layu tanaman cabai adalah Fusarium oxysporum.
Upaya pengendalian pada cabe antara lain meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman cabai
terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida
berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Sebagai pencegahan, secara
biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan. Umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan
pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Busuk Phytophtora
Cendawan penyebab busuk phytophtora pada tanaman cabai adalah Phytopthora infestans.
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
diantaranya metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau
dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya tembaga,
mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Busuk Kuncup
Penyakit busuk kuncup tanaman cabe disebabkan oleh cendawan Choanephora cucurbitarum.
Pengendalian kimiawi selama budidaya menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif
yang bisa digunakan diantaranya metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil,
kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf, dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan diantaranya tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai
petunjuk pada kemasan.
Bercak Cercospora
Cendawan penyebab bercak cercospora tanaman cabe adalah Cercospora capsici.
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
diantaranya benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida
kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya klorotalonil, azoksistrobin, atau
mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Antraknosa (Patek)
Cendawan penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabe adalah Colletotrichum capsici dan
Gloesporium piperatum.
Pengendalian kimiawi pada budidaya tanaman ini menggunakan fungisida sistemik, contoh
bahan aktif yang bisa digunakan diantaranya benomil, metil tiofanat, karbendazim,
difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin,
atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
Virus
Virus yang menyerang tanaman cabe diantaranya TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV dan PVY.
Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan budidaya tanaman
terutama musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman cabai
mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus
sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman cabai
ke tanaman cabai lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi
penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga
berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat
perempelan. Beberapa upaya penanganan virus selama budidaya tanaman ini antara lain :
membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga
penular virus, memusnahkan tanaman cabai terserang, menjaga kebersihan alat pertanian dan
memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan
selama proses budidaya.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Cabai
Pengendalian hama gangsir, ulat tanah, serta nematoda selama budidaya dilakukan secara
bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.
Pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, thrips, tungau, lalat buah dan
penyakit pada budidaya cabe menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian
bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan
aktif yang sama secara berturut-turut).

PANEN CABE
Cabai merah dapat dipanen pada umur 90-110 hst. Buah cabe dipanen adalah buah 80% masak.