1
BAB I PENDAHULUAN
Reaktif, sekiranya kata ini selalu tepat untuk merepresentasikan setiap kali wacana perubahan atas UU No.15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme muncul di ruang
publik. Wacana perubahan UU anti-terorisme selalu digulirkan oleh pemerintah setelah aksi teror besar di ibukota dan seakan menjadi sebuah kelaziman bagi pemerintah untuk
menjadikan lemahnya regulasi sebagai kambing hitam dalam pemberantasan terorisme. Sayangnya, usulan untuk memperkuat regulasi dalam pemberantasan terorisme tersebut
selalu diikuti oleh keinginan pemerintah untuk memperluas wewenang instrumen koersifnya. Definisi terorisme yang multi-tafsir, perluasan cakupan tindak pidana terorisme, sanksi
pencabutan kewarganegaraan, menangkal ujaran kebencian, ancaman hukuman mati, proses penahanan yang tidak terbatas, penyadapan yang tak terkontrol, dan melibatkan militer secara
langsung adalah beberapa klausul yang dianggap oleh para pembuat kebijakan dapat menjadi resep mujarab untuk memberantas terorisme di Indonesia. Sementara itu, aspek preventif dari
penanganan terorisme, yakni program deradikalisasi, masih belum mendapatkan perhatian yang serius. Nampaknya, dalam benak sebagian besar para pembuat kebijakan, semakin luas
wewenang koersif negara maka semakin ampuh pula upaya pemberantasan terorisme. Logika pemberantasan terorisme seperti ini tentunya membahayakan bagi masa depan
kebebasan sipil dan penegakkan hak asasi manusia di Indonesia. Koalisi masyarakat sipil untuk reformasi Sektor Keamanan telah memperingatkan pemerintah dan DPR untuk berhati-
hati dalam membahas substansi RUU perubahan UU No.15 tahun 2003 yang sarat dengan potensi pelanggaran kebebasan sipil dan hak asasi manusia. Dan dokumen kertas posisi ini
menjadi salah satu upaya kami untuk mengingatkan kembali para pembuat kebijakan yang terlibat dalam proses pembahasan RUU perubahan UU No.15 tahun 2003 akan perlunya
menyeimbangkan antara kebutuhan akan keamanan dan perlindungan kebebasan sipil dalam kebijakan pemberantasan terorisme. Semoga bermanfaat.
Jakarta, Juli 2017 Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan
Imparsial, Kontras, ELSAM, Lesperssi, Lokataru, YLBHI, LBH Jakarta, ICW, INFID, ILR, ICJR, Setara Institute, LBH Pers, PSHK, dll.
2
BAB II GAMBARAN UMUM UU NO. 152003 TENTANG PEMBERANTASAN