PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur Bali Purba, Konsep & Perwujudannya | Adhimastra | Anala 192 358 1 SM

1 Arsitektur Bali Purba, Konsep Perwujudannya I Ketut Adhimastra Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail: Adhimastra2301yahoo.com ABSTRACT To learn Balinese traditional architecture is not actually comprehensive enough only based on the recent traditional architecture which we accept and see up to now or what we gain from lontar asta kosala-kosali Balinese traditional architecture encient manuscript. In completing it, it would like to take a look to the past time seeing Balinese’s human being history from previous time up to now. The article concerns to the trace of Balinese ancient architecture, its concept and it appearance. From tracing past time Balinese traditional architecture up to now, it can be gained that : i at the prehistory, Balinese human being lived momadic way or inhabit. They hunted for feeding and stayed at the caves. The period was predicted in fifteenth century BC, ii the agriculture life and fixed settlement in a community of Balinese people began in three century BC, but it’s not known yet what the the layout, pattern and shape were, iii the existence of sarcophagus at the stone period began to be acquanted with the upper below concept. At some villages at Bali are still using this concept up to now, iv more advanced life was found at nineth century which the name of Desa village, Pesanggaran house for the priest and Tempat Suci hold shrine ware known and also the term of Undagi for the Balinese architect.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mempelajari arsitektur tradisional Bali sebenarnya tidak cukup hanya bertitik tolak dari arsitektur tradisional yang kita terima dan lihat pada jaman sekarang atau hanya mendasarkan pada sumberlontar asta kosala-kosali saja. Untuk melengkapinya adalah ada baiknya melongok jauh ke belakang, melihat sejarah manusia Bali dulu hingga sekarang. Untuk itulah diperlukan mata kuliah Perkembangan Arsitektur di Perguruan Tinggi. Dalam tulisan ini akan diketengahkan sebuah hasil pelacakan singkat mengenai Arsitektur Purba – Konsep dan Perwujudannya. Wayne 1989 menyatakan bahwa sejarah arsitektur menurut periodenya tidak diperlukan dalam masyarakat stabil yang masih sangat tradisional. Namun sejarah arsitektur – dalam artian mempelajari waktu kejadianperiode maupun tempatnegeri dimana arsitekturnya hadir, sangat diperlukan ketika masyarakat mengalami perubahan dalam pembangunan. Menurut Soekmono, dalam membagi masa Sejarah Kebudayaan Indonesia seluruhnya dibagi menjadi 4 masa, ialah : 1. Jaman prasejarah, sejak dari permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira- kira abad ke – 5 Masehi; 2. Jaman Purba, sejak datangnya pengaruh India pada abad pertama tarikh Masehi sampai lenyapnya kerajaan Majapahit sekitar tahun 1500 M; 3. Jaman Madya, sejak dari datangnya agama dan pengaruh Islam menjelang akhir masa Majapahit sampai akhir abad – 19; 2 4. Jaman baru modern, sejak masuknya anasir-anasir Barat dan teknik modern pada kira-kira tahun 1900 sampai dewasa ini. Tentunya pembahasan tentang arsitektur Bali akan menampilkan kronologis yang berbeda dengan pembagian sejarah kebudayaan Indonesia menurut Soekmono. Karena titik tolak bahasan kita disini adalah pada latar belakang dari keberadaan hasil-hasil karya arsitektur di Bali. Hanya saja patut dimaklumi, bahwa berbicara tentang arsitektur mau tidak mau, suka tidak suka kita akan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dan sejarah manusia. Van Romondt menyatakan dalam definisinya bahwa Arsitektur adalah berkenaan dengan kegiatan manusia, ruang dan kebudayaan manusia. Demikian pula dinyatakan bahwa mempelajari sejarah jatuh bangunnya kota Roma berarti mempelajari perjalanan arsitektur Romawi. Dua alasan ini mungkin cukup bagi kita untuk memaklumi bahwa jikalau kita hendak membicarakan arsitektur, berarti kita juga membicarakan sejarah dan kebudayaan manusianya. Kenyataannya, memang ada hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur. Dalam hal ini kebudayaan melihat arsitektur sebagai hasil-hasil budaya atau wujud ketiga dari kebudayaan itu sendiri wujud kebudayaan itu ada tiga, yakni: gagasan; aktivitas dan hasil- hasil budaya. Sedangkan arsitektur itu sendiri oleh Vitruvius Polio abad I Masehi menyebutkan berkaitan dengan tiga hal seperti:firmitasbentuk; venustaskeindahan dan utilitaskegunaan. Berkaitan dengan utilitas, dimana utilitas diartikan sebagai kegunaan atau adanya fungsi, dan seperti diketahui bahwa fungsi lahir dari adanya aktivitas. Sebagai contoh dalam arsitektur dikenal adanya ruang kerja atau ruang terima tamu, adanya fungsi ruang sebagai tempat kerja adalah karena adanya kegiatan bekerja yang dilakukan oleh orang-orang yang berkegiatan kerja didalam ruang tersebut. Demikian juga dengan ruang tamu, hadir karena adanya fungsi untuk menerima tamu dan itu berarti ada kegiatan menerima tamu dalam ruang tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, dapat dirumusakan beberapa hal tentang Arsitektur Bali Purba, sebagai berikut : 1. bagaimanakah cara hidup dan pola menetap orang Bali pada jaman purba kira-kira abab 15 sampai dengan 3 SM ? 2. bagaimanakah konsep arsitektur tradisional Bali pada jaman Batu yang ditertapkan sampai saat ini ? 3. bagaimanakah penataan permukiman orang Bali pada abad ke 9 Masehi terkait dengan prinsip-prinsip yang melatarbelakanginya

II. PEMBAHASAN 2.1 Hasil-Hasil Penelusuran