KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Index of /ProdukHukum/kehutanan B U K U

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, pada tahun 2000 sebaran kawasan konservasi daratan di Indonesia sebanyak 356 unit dengan luas total 17,85 juta ha. Pada tahun 2003 mengalami peningkatan luas kawasan konservasi daratan menjadi 447 unit dengan luas total 21,51 juta ha dan menjadi seluas 4,73 juta ha 39 unit pada kawasan konservasi laut. Dengan meningkatnya luas kawasan konservasi diharapkan dapat menekan laju deforestasi degradasi hutan. Kegiatan pelepasan kawasan untuk kegiatan perkebunan dan transmigrasi serta penggunaan kawasan untuk kuasa pertambangan juga berpengaruh terhadap dinamika kondisi penutupan lahan. Sampai dengan tahun 2000, kawasan hutan seluas 4,56 juta ha telah dilepaskan untuk digunakan bagi kegiatan perkebunan dan transmigrasi. Adanya moratorium penghentian sementara pelepasan kawasan hutan untuk kegiatan perkebunan pada tahun 2000 menyebabkan tidak ada lagi pelepasan kawasan hutan untuk kegiatan perkebunan sampai dengan tahun 2003 . Akan tetapi moratorium ini hanya berlaku bagi permohonan baru, sedangkan proses permohonan yang sudah berjalan tetap dilanjutkan walaupun sampai tahun 2003 belum ada realisasi pelepasan kawasan hutan. Demikian pula untuk kegiatan transmigrasi, dari 1997 sampai dengan Agustus 2005 tidak ada SK Pelepasan Kawasan Hutan yang diterbitkan. Kawasan hutan yang telah dipinjampakaikan untuk kegiatan non kehutanan sampai dengan Maret 2005 adalah seluas 76.975,14 ha, dan seluas 76.962,08 ha diantaranya digunakan untuk kegiatan pertambangan terbuka antara lain batubara, emas dmp dan mineral pengikutnya, serta pengeboran panasbumi Pusat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan. Kegiatan pertambangan terbuka, termasuk sarana pendukungnya seperti jalan, base camp, dan lainnya, menjadi salah satu sebab terbukanya tutupan hutan menjadi tidak berhutan. Realisasi tahun 2003 tidak dimasukkan dalam perhitungan untuk menghindari over estimate, karena data citra landsat yang digunakan merupakan hasil akuisisi dari tanggal 2 Februari 2002 sampai 31 Mei 2003, sedangkan penanaman HTI umumnya dilaksanakan pada musim hujan di akhir tahun. Sumber data realisasi hutan tanaman: Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Berdasarkan surat Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 603MENHUTBUN-VIII2000 tanggal 22 Mei 2000

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 20022003 Indonesia memiliki kawasan hutan seluas 133,57 juta ha 71,1 dan areal penggunaan lain seluas 54,34 juta 28,9 . Persentase dihitung terhadap luas seluruh daratan Indonesia 187,9 juta ha. 2. Berdasarkan hasil rekalkulasi penutupan lahan pada kawasan hutan dan areal penggunaan lain, terdapat lahan berhutan seluas 93,92 juta ha atau 49,9 dari luas daratan Indonesia, lahan tidak berhutan seluas 83,21 juta ha 44,3 dan tidak teramati karena tertutup awan seluas 10,73 juta ha 5,7 . 3. Di dalam kawasan hutan terdapat lahan berhutan seluas 85,96 juta ha atau 45,7 dari luas daratan Indonesia 187,9 juta ha, lahan tidak berhutan non hutan seluas 39,09 juta ha atau 20,8 dan selebihnya 8,52 juta ha atau 4,5 tidak teramati tertutup awan atau tidak tersedia data citra. 4. Hasil rekalkulasi menunjukkan total penutupan lahan berhutan untuk seluruh Indonesia pada hutan konservasi seluas 14,37 juta ha 72,3 dari luas total hutan konservasi 19,88 juta ha; hutan lindung seluas 22,10 juta ha 73,5 dari luas total hutan lindung 30,05 juta ha; hutan produksi tetap seluas 20,62 juta ha 58,5 dari luas total hutan produksi tetap 35,26 juta ha; hutan produksi terbatas seluas 18,18 juta ha 70,9 dari luas total hutan produksi terbatas 25,66 juta ha; hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 10,69 juta ha 47 dari luas total hutan produksi yang dapat dikonversi 22,73 juta ha dan areal penggunaan lain seluas 7,96 juta ha 14,6 dari luas total areal penggunaan lain 54,34 juta ha. tahun 20022003 berdasarkan persentase penutupan lahan terhadap total luas daratan Indonesia, umumnya terjadi peningkatan penutupan lahan berhutan baik di dalam kawasan hutan maupun APL. Perubahan ini selain disertai oleh penurunan penutupan non hutan juga berkurangnya persentase Tidak Ada Data, sehingga penambahan lahan berhutan dapat disebabkan oleh kegiatan reforestasi dan tersedianya data baru yang dapat diamati. B. Saran dan Rekomendasi 1. Sebagai bahan pertimbangan pembangunan kehutanan yang berorientasi Resource Base Management, data dan informasi hasil rekalkulasi penutupan lahan pada kawasan hutan perlu terus disempurnakan, antara lain dengan data batas kawasan hutan yang lebih akurat dan lebih mendekati kondisi di lapangan. 2. Guna meningkatkan akurasi data perubahan penutupan lahan, perlu segera dilakukan penyesuaian data dasar yang digunakan, sehingga perubahan penutupan lahan baik dalam angka maupun peta dapat disajikan. 3. Secara bertahap perlu dilakukan penyusunan basis data spasial terpadu mulai dari di tingkat pusat, provinsi dan kabupatenkota dalam satu system. Karena perubahan beberapa data lebih mudah diakses dari level provinsi atau kabupatenkota seperti misalnya pemekaran wilayah, maka pemutakhiran data dapat dilakukan dengan lebih cepat. DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2000. Statistik Kehutanan 2000. Departemen Kehutanan. Anonimous, 2003. Statistik Kehutanan 2003. Departemen Kehutanan. Anonimous, 2004. Data Strategis Kehutanan 2004. Departemen Kehutanan.