TOKSISITAS ANESTESI LOKAL DAN ANESTESI UMUM KELOMPOK 3 | Karya Tulis Ilmiah

Kebanyakan anestetika umum tidak dimetabolisme oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali.Oleh karena itu, teori yang mencoba menerangkan khasiatnya selalu didasarkan atas sifat fisiknya, misalnya tekanan parsial udara yang diinhalasi, daya fusi dan kelarutannya dalam air, darah dan lemak. Semakin besar kelarutan suatu zat dalam lemak, semakin cepat difusinya ke dalam jaringan lemak dan semakin cepat tercapainya kadar yang diinginkan dalam SSP. Farmakodinamik: Hipotesis memperkirakan bahwa anestesi umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil.Hidrat gas ini, kemungkinan merintangi transmisi rangsang di sinaps yang kemudian memunculkan efek anestesia.

IV. TOKSISITAS

Toksisitas umumnya terjadi pada lokasi bekas suntikan, berupa edema, abses nekrosis dan gangren.Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan oleh kelalaian dalam pelaksanaan tindakan asepsis dan antisepsis. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Jumlah larutan yang disuntikan b. Konsentrasi obat c. Ada tidak nya adrenalin d. Vaskularisasi tempat suntikan e. Absorbsi obat f. Laju destruksi obat g. Hipersesitivitas h. Usia i. Keadaan umum j. Berat badan Efek samping terhadap Sistem Tubuh a. Pada sistem Kardiovaskuler 1. Depresi automatitis miokard 2. Depresi kontraktilitas miokard 3. Dilatasi arterior 4. Dosis yang besar dapat menyebabkan distritmiakolaps sirkulasi b. Pada sistem Pernapasan Relaksasi otot polos bronkus  napas berhenti akibat paralise saraf frenikus. Paralise interkostal atau depresi langsung pada pusat pengaturan napas. c. Pada system saraf pusat SSP SSP rentanterhadap toksisitas anestesi lokal, dengan tanda – tanda awal diantara nya : parestesia lidah, pusing, kepala terasa ringan, tinnitus, pandangan kabur, agitasi, depresi pernapasan, tidak sadar, konvulsi dan koma. d. Terhadap Imunologi Golongan dari ester dapat menyebabkan reaksi alergiyang lebih sering, karena golongan dariester merupkan derivate para-amino-benzoid acid PABA yang dikenal sebagai allergen. e. Terhadap sistem musculoskeletal Bersifat miotoksik. Tambahan adrenalin bias berisiko terhadap kerusakan saraf. Regenarasinya dalam waktu 3-4 minggu. Penanganan reaksi toksik dari anestesi lokal : a. Hal yang paling utama adalah menjamin oksigen adekuat. b. Tremor atau kejang diatasi dengan pemberian dosis kecil short acting barbiturateseperti diazepam valium 5-10 mg intravena. c. Depresi sirkulasi diatasi dengan pemberian vasopressor secara bolus dilanjutkan dengan drip dalam infus efedrin, nor adrenalin, dopamine, dsb. Bila dicurigai adanya henti jantung cardiac arrest reusitasi jantung paru harus segera dilakukan.

V. APLIKASI DI BIDANG KEDOKTERAN GIGI