Abrahamson J, 2002.
3. Gambaran Klinis
Sejarah dan pemeriksaan klinis sangat penting dalam menegakkan diagnosa penyakit hernia. Anamnesa dari penyakit yang ada sehingga muncul
suatu hernia wajib dilakukan untuk mencari penyebabnya, seperti batuk lama, obtruksi saluran kencing, ascites dan lain sebagainya. Keluhan penyakit ini
biasanya oleh karena pasien, orang tua ataupun dokter merasakan adanya penonjolan pada daerah pangkal pada sampai dengan ke skrotum Lee C, 2004.
Pada orang dewasa kadang dirasakan nyeri pada pangkal paha yang memberat terutama setelah latihan atau batuk, juga adanya nyeri yang bersifat mendadak
seperti ditusuk, hal ini oleh karena distribusi dari nervus ilioinguinal sehingga menyebabkan neuralgia pada daerah tersebut Alex J, 2007. Pada kantong hernia
dapat berisi, organ-organ di dalam abdomen, seperti usus, mesenterium dan cairan. Nyeri hebat, mual, muntah dan perut semakin membesar bila terjadi
tercekiknya usus inkarserata dan terjadi obstruksi usus yang pada akhirnya menimbulkan kematian usus oleh karena terjepitnya usus beserta dengan
pembuluh darah disekitarnya strangulata. Tidak jarang terjadi infeksi seluruh abdominal peritonitis generalisata bila terjadi kebocoran usus Henry S, 2005.
Pemeriksaan pada orang dewasa yang paling baik dengan posisi berdiri, terkadang diperlukan batuk untuk melihat benjolan tersebut keluar Alex J, 2007.
Pemeriksaan fisik dapat dengan berbagai cara, seperti thumb test dengan menggunakan ibu jari pada annulus internus, finger test dengan jari telunjuk pada
daerah canalis inguinalis dan Zieman test dengan menggunakan jari ke dua, ketiga dan keempat Richard A, 2004. Bila pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan
tidak dapat keluar masuk lagi, serta ada warna kebiruan, kemungkinan telah terjadi strangulata usus.
4. Penatalaksanaan
Semua pasien hernia inguinalis lateralis sebaiknya harus dilakukan tindakan pembedahan, kecuali dengan faktor resiko tinggi atau terdapat kontra
indikasi, misal hernia yang sangat besar, usia yang lanjut dan keaadaan umum yang jelek. Menunda tindakan pembedahan pada pasien hil dapat berakibat
terjadinya inkarserata, obstruksi dan strangulata Soetamto W, 2003. 5. Patofisiologi
Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia kongenitalbawaan dan hernia yang didapat. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal,
umbilical, femoral, dan sebagainya. Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi hernia keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus Alex J, 2007.
Bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia irreponibel. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada
perineum kantong hernia. Bila tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus akibat perlekatan tersebut disebut hernia akreta.Bila isi hernia
terjepit oleh cincin hernia, disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata. Disebut hernia inkarserata bila isi kantung terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi Soetamto W, 2003.
6. Komplikasi