Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII MTsN 2 Ciganjur Jakarta Selatan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI
KOORDINATIF DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII
MTSN 2 CIGANJUR, JAKARTA SELATAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(S.Pd.)

oleh:
Maryanih
1112013000018

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017

ABSTRAK
MARYANIH (NIM: 1112013000018). Skripsi Analisis Kesalahan
Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII

MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan. Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing Dr. Hindun, M. Pd. Tahun 2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan
konjungsi koordinatif dalam karangan narasi siswa. Karangan narasi yang
dimaksud dalam tulisan ini ialah karangan narasi berwujud cerpen. Penelitian
pada tulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Setelah data
terkumpul dari hasil pengamatan, data dideskripsikan dalam bentuk tabel dan
kata-kata. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan observasi.
Teknik penganalisisan data menggunakan penarikan simpulan persentase.
Objek dalam penelitian ini adalah karangan narasi berwujud cerpen yang
ditulis oleh siswa MTs Negeri 2 Jakarta kelas VII. Data yang diteliti sebanyak 37
karangan. Hasil penelitian mengemukakan bahwa terdapat 301 kesalahan
penggunaan konjungsi koordinatif atau 25,94%. Berdasarkan pemaparan tersebut,
dapat disimpulkan bahwa penguasaan siswa terhadap penggunaan dan pemilihan
jenis konjungsi koordinatif cukup baik.
Kata kunci: analisis kesalahan, konjungsi koordinatif, karangan narasi

i


ABSTRACT
MARYANIH (1112013000018) A ‘Skripsi’ Error Analysis of Coordinative Conjunction
Usage on Students’ Narrative Writing to the VII grade students of MTs Negeri 2 Ciganjur
Jakarta Selatan. Department of Bahasa and Literature Education, Faculty of Tarbiyah and
Teachers’ Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah, Jakarta. Advisor: Dr.
Hindun, M.Pd. 2016.
The purpose of this research was to describe an error usage of coordinative conjunction
in students’ narrative writing. Narrative writing on this research formed as short story. This
research conducted qualitative descriptive method. After the observation data was completely
collected, the data was described on table and words. The data collection technique that used on
this research was observation and documentation. The analysis technique of data used was
concluding percentage.
The research object was a narrative writing of short story, written by VII grade students
of MTs Negeri 2 Jakarta Selatan. The data examined were 37 of narrative writing.The result of
this research can be concluded as follows: based on the research that conducted, there are 301
of error on coordinative conjunction usage or 25,94%. Based on the research of student’s short
story text, student’s capability toward conjunction’s coordinative is good enough.
Keywords: error analysis, coordinative conjunction, narrative writing

ii


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil „alamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat
dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Skripsi berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif
dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Ciganjur Jakarta Selatan”
ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana
pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan laporan ini juga tidak luput dari bantuan, bimbingan, dukungan,
dan doa dari berbagai pihak. Atas kerjasama dan bantuan dari pihak-pihak terkait,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


2.

Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang dengan semangatnya telah membawa jurusan ini
menjadi lebih baik.

3.

Dr. Hindun, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti
membaca serta mengoreksi skripsi penulis. Dosen yang selalu memberi
motivasi dan dukungan kepada penulis sampai berakhirnya penyusunan
skripsi ini.

4.

Djoko Kentjono, M.A., yang telah memberikan nasihat, jalan keluar dari
kesulitan dalam perkuliahan, dan mengajarkan untuk menghargai waktu.

5.


Dra. Mahmudah Fitriyah, Z. A, M.Pd., Dr. Nuryani, M.A., Novi Diah
Haryanti, M.Hum., Rosida Erowati, M.Hum., Ahmad Bahtiar, M.Hum.,
Jamal D. Rahman, M.Hum., dan Dona Aji K, M.Pd., yang selalu mengajarkan
konsisten terhadap tugas serta memberikan inspirasi untuk selalu belajar.

iii

iv

6.

Drs. H Wawan M, M.Pd. selaku kepala MTs Negeri 2 Jakarta yang telah
memberikan fasilitas dan izin kepada penulis dalam melaksanakan penelitian
skripsi.

7.

Drs. Namud Alenda, sebagai guru Bahasa Indonesia di MTs Negeri 2 Jakarta
yang telah memberikan bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan
penelitian skripsi.


8.

Para guru dan karyawan MTs Negeri 2 Jakarta yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian, dari mulai penelitian berlangsung sampai dengan
selesai.

9.

Orangtua penulis (Bapak Madinah dan almarhumah Ibu Juriah), Adik
tersayang (Jamaludin), dan keluarga tercinta yang dengan kasih sayang dan
cintanya selalu memberikan doa, pengorbanan dan dukungan kepada penulis
sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kurang lebih 4,5 tahun diperkuliahan,
seluruh anggota “GESREK” (Fatimah alias Ucha, Via Ardhya Garini, Nur
Hamidah, Dhyas Nissa Utami, Nurul Fauziah, Khaerunia Amalah, Rizki Dwi
Putri, Bunga Indah P., dan Elvira Rosiana) yang selalu membuka kajian
“bermanfaat” disetiap perkumpulan dan mampu memberikan kenangan ajaib.
11. Seluruh anggota POSTAR khususnya anggota Paduan Suara Mahasiswa

Tarbiyah yang selalu saja mampu menghibur dengan alunan suara dan nada
indah.
12. Rekan seperjuangan PPKT yang telah melewatkan kebersamaan dan berbagi
pengalaman selama 4 bulan di sekolah (Maulana Yusuf, Abdurrahman, Enti
Hendayanti, Siti Nurmellya B., dan Miftahur Rahmah)
13. Siswa MTs Negeri 2 Jakarta, khususnya kelas VII-2, dan VII-4 yang telah
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
14. Teman-teman mahasiswa FITK angkatan 2012 khususnya mahasiswa PBSI
kelas A yang telah membantu penulis dengan berbagai pendapat dan
tenaganya yang berkaitan dengan penulisan skripsi. Dan,
15. Berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.

v

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca. Penulis mengharapkan agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis,
pembaca, atau peminat lain pada umumnya.


Jakarta, 22 November 2016
Penulis

Maryanih
NIM. 1112013000018

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 4
D. Perumusan Masalah ................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II : KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa .................................... 7
B. Hakikat Konjungsi ................................................................... 9
1. Pengertian Konjungsi........................................................... 9
2. Jenis Konjungsi .................................................................... 10
3. Cara Menggunakan Konjungsi Koordinatif ......................... 14
C. Hakikat Karangan..................................................................... 16
1. Jenis-jenis Karangan ............................................................ 17
2. Hakikat Karangan Narasi ..................................................... 18
3. Jenis-jenis Karangan Narasi ................................................ 19
D. Penelitian Relevan .................................................................... 20
BAB III :METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 24
B. Metode Penelitian..................................................................... 24
C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................... 26

vi

vii


D. Fokus Penelitian ....................................................................... 26
E. Teknik Penelitian ..................................................................... 26
1. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 26
2. Teknik Analisis Data ........................................................... 27
3. Penarikan Simpulan ............................................................. 27
F. Instrumen Penelitian................................................................. 29
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................... 31
1. Gambaran Umum MTs N 2 Jakarta ..................................... 31
2. Visi dan Misi MTs N 2 Jakarta ............................................ 31
3. Data Siswa MTs N 2 Jakarta ............................................... 32
B. Pembahasan .............................................................................. 33
1. Analisis Data ........................................................................ 33
2. Pengolahan Data .................................................................. 103
3. Interpretasi Data................................................................... 104
BAB V : SIMPULAN
A. Simpulan ................................................................................... 105
B. Saran ......................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 106

LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS

DAFTAR TABEL
Tabel 1

Format Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Siswa.

Tabel 2

Data Siswa MTs Negeri 2 Jakarta Tahun 2015/2016.

Tabel 3

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Registria Salma

Tabel 4

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Ahmad Rizqi Akbar

Tabel 5

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Amalia Raudhatul Nabila Putri

Tabel 6

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Fai Riski Azmi

Tabel 7

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Luthfiana Azzahra

Tabel 8

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Fauziyah Al-Kaff

Tabel 9

Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Rosita Melati Sukma

Tabel 10 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
M. Rizqi Aji
Tabel 11 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Kurnia Dewi
Tabel 12 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Siti Syafiqoh Azizah

viii

ix

Tabel 13 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Gazanova Berlian
Tabel 14 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Mafikha Tiwari
Tabel 15 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Novitha Putri
Tabel 16 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Shafira Azzahra
Tabel 17 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Salsabila Usfa
Tabel 18 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Ahmad Naufal Rusyda
Tabel 19 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
M. Aditya Nursya’bani
Tabel 20 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Isnaini Syifa
Tabel 21 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Afrizal Rino
Tabel 22 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Suci Nurafifah
Tabel 23 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Suci Maharani Pratiwi
Tabel 24 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Jane Vianty

x

Tabel 25 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Melani Putri Devita
Tabel 26 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Fitri Khairunisa
Tabel 27 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Filosofi Bukhari
Tabel 28 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Fikri Nurjaya A.
Tabel 29 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Siti Syifa Zahra
Tabel 30 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
M. Ikhsan Syafawi
Tabel 31 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Aisyah Aulia Kamila
Tabel 32 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Rhaffa Izzatul Awaliyah
Tabel 33 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Syahrani Bunga F.
Tabel 34 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Anggi Sri Ranita
Tabel 35 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan R.
Helmy Rahmadianto
Tabel 36 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Zahra Murtia

xi

Tabel 37 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Faizhal Hanif F.
Tabel 38 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Tiara Safa A.
Tabel 39 Data Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif dalam Karangan
Chusnul Adib A.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Bimbingan Skripsi.

Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 3

Surat Keterangan Penelitian.

Lampiran 4

Karangan Eksplanasi Siswa.

Lampiran 5

Karangan Narasi Siswa Berwujud Cerpen.

Lampiran 6

Karangan Narasi Siswa Berdasarkan Kesalahan Terbanyak Pada
Setiap Jenis Konjungsi Koordinatif.

Lampiran 7

Data Guru dan Siswa Kelas VII-2.

Lampiran 8

Foto-foto Penelitian.

xii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengguna bahasa harus menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam
berkomunikasi. Hal ini bertujuan agar pesan yang ingin disampaikan dapat
dipahami oleh lawan tutur. Bahasa dibentuk oleh kaidah dan pola yang tidak
boleh dilanggar, tentunya agar komunikasi dapat terjalin dengan baik.
Komunikasi dapat disampaikan dengan bahasa tulis atau bahasa lisan.
Berkomunikasi dengan bahasa lisan atau tulisan sama-sama mempunyai
tujuan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ide, pendapat, atau keinginan
kepada orang lain. Perbedaannya terletak pada cara penyampaiannya.
Komunikasi bahasa lisan disampaikan secara langsung kemudian diucapkan
melalui bantuan udara pernapasan, sedangkan komunikasi bahasa tulis
disampaikan dengan menggunakan sistem tulis.
Komunikasi dapat terjalin dengan baik bila penerima dan pengirim
bahasa menguasai bahasanya. Komunikasi yang disampaikan melalui bahasa
tulis tidak semudah berkomunikasi dengan bahasa lisan. Agar tercipta hasil
pemahaman yang utuh antara pengirim dan penerima pesan, penggunaan
bahasa harus utuh dengan tidak meninggalkan sistem kebahasaan tersebut.
Satu di antaranya adalah dengan memperhatikan penggunaan konjungsi yang
tepat. Konjungsi atau biasa disebut kata hubung menurut Abdul Chaer
merupakan kata-kata yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik
antara kata dengan kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan
klausa, atau antara kalimat dengan kalimat.1 Berdasarkan fungsinya,
konjungsi memegang peranan penting dalam menciptakan dan menyampaikan
gagasan secara sistematis serta mudah dipahami sehingga tercipta sebuah alat
1

Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: Rineka
Cipta, 2015), cet. ke-2, hlm 98.

1

2

komunikasi atau wacana yang efektif dan efisien baik secara lisan maupun
tulisan.
Penggunaan bahasa akan melibatkan kata-kata dalam menyusun
sebuah kalimat. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan. Menulis
merupakan kegiatan berbahasa yang sangat penting di samping kegiatan
berbahasa lain seperti menyimak, membaca, dan berbicara. Menulis
merupakan

suatu

keterampilan

berbahasa

yang

digunakan

untuk

berkomunikasi secara tidak langsung. Seseorang akan menuangkan ide-ide ke
dalam suatu tulisan serta menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang
tepat sesuai dengan bentuk tulisan yang akan dibuat ketika sedang menulis.
Kegiatan menulis merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seluruh tatanan
bahasa. Menulis dipengaruhi oleh keterampilan produktif lainnya, seperti
aspek berbicara, aspek membaca, menyimak serta pemahaman kosa kata,
pilihan kata, keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca. Salah satu
contoh dari bentuk tulisan adalah karangan. Menguasai seluruh tatanan bahasa
sangat diharapkan agar diperoleh hubungan yang logis antara penguasaan
kebahasaan dengan kemampuan mengarang.
Mengarang merupakan salah satu materi yang diajarkan dalam
pelajaran menulis di sekolah. Menulis karangan merupakan hal yang tidak
mudah, karena di dalamnya harus memperhatikan seluruh tatanan bahasa serta
kaidah penulisan yang tepat. Adanya sistem penulisan tersebut akan sering
ditemukan kesalahan dalam hal penulisan kata sehingga menyebabkan
timbulnya kalimat yang tidak efektif, khususnya kesalahan pada karangan
siswa.
Menulis karangan merupakan komponen penting yang diajarkan di
sekolah. Jenis karangan yang sering diberikan di sekolah yaitu karangan
narasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Kelima jenis karangan
tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis isi dan tujuannya. Dalam
menyusun sebuah karangan, yang perlu diperhatikan adalah unsur gramatikal

3

seperti ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan penggunaan konjungsi yang tepat.
Penggunaan konjungsi yang tepat dalam sebuah karangan menghasilkan isi
karangan yang mudah dipahami oleh pembaca.
Kesalahan penempatan kata, khususnya konjungsi masih banyak
dilakukan dalam karangan yang ditulis siswa. Khususnya karangan narasi
pada proses pembelajaran di sekolah. Tulisan narasi harus mampu menyajikan
suatu peristiwa atau kejadian sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah
dialami sendiri oleh pembaca, hal ini diungkapkan oleh Gorys Keraf dalam
buku berjudul Eksposisi Komposisi Lanjutan II.2 Pengisahan cerita
merupakan kata kunci dari pengertian tulisan narasi. Kata kunci tersebut dapat
dipahami bahwa tujuan dari tulisan narasi adalah mengisahkan suatu kejadian
atau peristiwa kepada pembaca.
Berdasarkan hasil karangan narasi siswa MTsN 2 Jakarta Selatan
berupa teks eksplanasi, terdapat fenomena yang membuat penulis ingin
melanjutkan penelitian ke teks narasi berwujud cerpen. Fenomena yang
dimaksud adalah konjungsi yang digunakan oleh siswa MTsN 2 Jakarta
Selatan sangat monoton, bahkan cenderung salah dalam penggunaannya.
Monoton dalam hal ini mengarah pada pilihan kata yang digunakan siswa.
Pilihan kata tersebut hanya berupa konjungsi /dan/, padahal terdapat jenis
konjungsi lain yang lebih tepat untuk digunakan pada karangan siswa.
Monotonnya penggunaan konjungsi yang terjadi pada karangan teks
eksplanasi yang dibuat oleh siswa, membuktikan kurangnya pengetahuan dan
penguasaan siswa tentang jenis-jenis konjungsi. Kesalahan penggunaan
konjungsi pada karangan (terlampir) membuktikan kurangnya kemampuan
siswa untuk bisa mengidentifikasi konjungsi yang tepat pada karangan yang
dibuat, sehingga menghasilkan kalimat yang tidak efektif. Penguasaan

2

Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm
17.

4

konjungsi merupakan kemampuan penting bagi siswa agar mampu menulis
menggunakan kalimat yang efektif.
Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui
lebih dalam mengenai kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat pada
karangan narasi siswa kelas VII di MTsN 2 Ciganjur Jakarta Selatan.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Monotonnya penggunaan konjungsi dalam karangan narasi siswa.
2. Kesalahan penggunaan konjungsi dalam karangan narasi siswa.
C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1.

Kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif dalam karangan narasi
siswa.

2.

Unit analisis penelitian ini adalah siswa kelas VII-2 yang berjumlah 38
orang pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 MTsN 2 Ciganjur
Jakarta Selatan.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, perumusan
masalah penelitian ini yaitu “Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan
konjungsi koordinatif dalam karangan narasi siswa kelas VII-2 semester
genap tahun pelajaran 2015/2016 MTsN 2 Ciganjur Jakarta Selatan” ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan konjungsi koordinatif

5

dalam karangan narasi siswa kelas VII-2 yang berjumlah 38 orang pada
semester genap tahun pelajaran 2015/2016 MTsN 2 Ciganjur Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis, yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan bahasa
khususnya

pengetahuan

tentang

teori-teori

konjungsi

atau

kata

penghubung dan ilmu menulis karangan khususnya karangan narasi.

2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
1) Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan latihan dan
menerapkan pengetahuan tentang penggunaan konjungsi sebagai
dasar dalam meneliti lebih lanjut.
2) Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui lebih dalam
bentuk-bentuk konjungsi dalam tata bahasa Indonesia di berbagai
paham bahasa.

b. Bagi pembaca dan peneliti lain
Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan dengan peneliti-peneliti sebelumnya dan bagi peneliti
lain dapat menjadi motivasi untuk meneliti mengenai penggunaan
konjungsi pada karangan siswa.

c. Bagi guru
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah informasi tentang
pemahaman penggunaan konjungsi yang benar sebagai bahan
alternatif dalam mengajarkan Bahasa Indonesia, khususnya konjungsi.

6

d. Bagi siswa
Sebagai bahan latihan dalam meningkatkan kemampuan memahami,
dan menggunakan konjungsi dengan baik dan benar serta dapat
mengaplikasikannya dalam bentuk karangan apapun.

BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa merupakan pengkajian secara mendalam
segala aspek kesalahan berbahasa.1 Analisis kesalahan berbahasa muncul
karena adanya kesalahan pada ujaran atau tulisan seseorang dalam
mempelajari bahasa. Kesalahan berbahasa dapat terjadi pada siapa saja,
baik anak-anak, orang dewasa yang telah menguasai bahasanya, maupun
orang asing yang sedang mempelajari suatu bahasa. Namun, jenis dan
jumlah kesalahan berbahasa pada anak-anak dan orang asing yang sedang
mempelajari suatu bahasa tentu berbeda dengan orang dewasa yang telah
menguasai bahasanya.
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau
tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian
konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma
terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.2 Senada dengan pengertian
analisis kesalahan yang dikemukakan Henry Guntur Tarigan dan Djago
Tarigan, Pit. S. Corder berpendapat bahwa “Error (kesalahan) adalah
penyimpangan-penyimpangan yang sistematis dan konsisten dan menjadi
ciri khas berbahasa siswa yang belajar bahasa pada tingkat tertentu.”3
Ada beberapa definisi tentang analisis kesalahan yang dikemukakan
oleh pakar bahasa. Di antaranya yaitu Henry Guntur Tarigan dan Djago
Tarigan mengutip pendapat Ellis yang mengemukakan bahwa:
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan
oleh para peneliti dan para guru yang mencakup pengumpulan sampel
bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
sampel
tersebut,
pendeskripsian
kesalahan-kesalahan
itu,
pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah
dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.4
1

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), edisi revisi, hlm. 67
2
Ibid., hlm. 141
3
Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional, (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 143
4
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op.cit., hlm. 170

7

8

Berbeda dengan pendapat Ellis, Crystal mengemukakan bahwa:
Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan,
mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar
bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan
prosedur-prosedur berdasarkan linguistik.5
Tujuan melakukan analisis kesalahan bagi seorang guru menurut
Mansoer Pateda adalah : (1) menentukan urutan sajian, (2) menentukan
penekanan-penekanan dalam hal penjelasan dan latihan, (3)
memperbaiki pengajaran remedial, (4) memilih butir-butir yang tepat
untuk mengevaluasi penggunaan bahasa si terdidik.6
Berdasarkan hal tersebut, penulis menyimpulkan bahwa tujuan utama
adanya analisis kesalahan merupakan suatu tindakan menemukan
kesalahan dan melakukan tindakan perbaikan pada peserta didik. Hal
tersebut sangat berguna agar proses belajar-mengajar dapat berjalan
dengan lancar. Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja. Sebagai
prosedur kerja, anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkahlangkah tertentu inilah yang dimaksud dengan metodologi anakes.
Metode analisis kesalahan yang paling ideal menurut Henry Guntur
Tarigan dan Djago Tarigan mencakup upaya: (1) mengumpulkan data
kesalahan, (2) mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, (3)
memperingkat kesalahan, (4) menjelaskan kesalahan, (5)
memprakirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang
rawan kesalahan, (6) mengoreksi kesalahan.7
Berdasarkan pemaparan mengenai pengertian analisis kesalahan oleh
beberapa pakar bahasa, dapat penulis simpulkan bahwa analisis kesalahan
berbahasa merupakan suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para
peneliti atau guru bahasa untuk mengkaji bentuk-bentuk tuturan berbagai
unit kebahasaan yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia
baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem

5

Mansoer Pateda, Analisis Kesalahan, (Flores: Nusa Indah, 2010), hlm. 32
Ibid., hlm. 36
7
Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op.cit., hlm. 70-71
6

9

ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku Ejaan Bahasa
Indonesia.
B. Hakikat Konjungsi
1. Pengertian Konjungsi
Konjungsi atau kata penghubung ialah kata yang digunakan untuk
menggabungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, frase dengan
frase, dan paragraf dengan paragraf.8 Senada dengan pengertian tersebut,
Abdul

Chaer

dalam

buku

berjudul

Morfologi

Bahasa

Indonesia

mengemukakan bahwa “Konjungsi atau kata penghubung adalah kata-kata
yang menghubungkan satuan-satuan sintaksis, baik antara kata dengan
kata, antara frase dengan frase, antara klausa dengan klausa, atau antara
kalimat dengan kalimat.”9
Hasan Alwi mengemukakan bahwa “Konjungtor yang juga dinamakan
kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa
yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan
klausa.”10 Berbeda dengan pengertian konjungsi yang dikemukakan oleh
Hasan Alwi, Wahyu Wibowo dalam buku berjudul Tata Permainan
Bahasa Karya Tulis Ilmiah berpendapat bahwa “Penggunaan konjungsi
ialah sebagai alat penghubung intrakalimat dan antarkalimat, konjungsi
alias kata sambung terkelompok ke dalam jenis kata tugas yang berfungsi
mempertegas dan juga memperpadu makna.”11
Senada dengan pengertian konjungsi yang dikemukakan Wahyu
Wibowo, R. Kunjana Rahardi mengemukakan bahwa:
Kelas kata konjungsi, atau yang lazim disebut juga sebagai konjungtor,
atau yang dalam literatur lain lazim disebut pula sebagai kata
penghubung adalah bagian dari kategori kata-kata tugas dalam bahasa
Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan kata tugas dalam bahasa
8

Lima Adi Sekawan, EYD Plus, (Jakarta: Limas, 2007), cet. ke-4, hlm. 137
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta:
Rineka Cipta, 2015), cet. ke-2, hlm. 98
10
Hasan Alwi, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2003), hlm.296
11
Wahyu Wibowo, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), hlm. 64

9

10

Indonesia adalah kata yang tidak memiliki makna leksikal, tetapi kata
itu memiliki makna gramatikal. Maksudnya pula, kata tugas yang
disebut konjungsi itu merupakan kata yang memiliki fungsi
menghubungkan dua satuan kebahasaan yang memang sejajar atau
sederajat. Artinya, kata penghubung itu pasti menghubungkan satuan
kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan
klausa dengan satuan klausa.12
Widjono Hs dalam buku berjudul Bahasa Indonesia Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi mengemukakan bahwa
“Konjungsi berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat atau
kalimat yang satu dengan kalimat lain dalam satu wacana.”13 Senada
dengan Widjono, Ida Bagus berpendapat bahwa “Kata sambung ialah kata
yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat, dan kalimatkalimat.”14
Berdasarkan pemaparan definisi konjungsi oleh beberapa pakar
bahasa, dapat penulis simpulkan bahwa konjungsi adalah kata tugas yang
menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, atau menghubungkan kalimatkalimat.
2. Jenis Konjungsi
a. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi

koordinatif

adalah

kata

hubung

yang

menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya
sederajat atau setara.15 Senada dengan pengertian konjungsi
koordinatif yang dikemukakan oleh Abdul Chaer, Hasan Alwi dkk
mengemukakan bahwa “Konjungsi koordinatif ialah konjungsi

12

R. Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk KarangMengarang, (Jakarta: Erlangga, 2012), cet. ke-2, hlm. 14
13
Widjono Hs., Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2007), cet. ke-2, hlm. 138
14
Ida Bagus Putrayasa, Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional),
(Bandung: Refika Aditama, 2010), cet. ke-2, hlm. 98
15
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), edisi revisi, hlm. 140

11

yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya,
atau memiliki status yang sama.”16
Kata yang termasuk kelompok konjungsi koordinatif, yakni: (1)
konjungsi dan, dengan, dan serta menandai hubungan
penambahan, (2) konjungsi atau menandai hubungan pemilihan,
(3) konjungsi tetapi, sedangkan, namun dan sebaliknya
menandai hubungan pertentangan, (4) konjungsi bahkan, malah,
apalagi, lagipula, dan jangankan menandai hubungan
penegasan, (5) konjungsi melainkan dan hanya menandai
hubungan perbaikan, (6) konjungsi lalu, kemudian, selanjutnya,
setelah itu, dan sebelum itu menandai hubungan pengurutan
atau pengaturan, (7) konjungsi yaitu, yakni, bahwa, adalah dan
ialah menandai hubungan penyamaan, (8) konjungsi jadi,
karena itu, sebab itu, dan maka itu menandai hubungan
penyimpulan,17 (8) konjungsi kecuali, dan hanya menandai
hubungan pembatasan.18
Konjungsi koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain,
karena

disamping

menghubungkan

klausa

dapat

juga

menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan
bukanlah frasa preposisional.19
Berdasarkan pemaparan definisi konjungsi koordinatif oleh
beberapa pakar bahasa, dapat penulis simpulkan bahwa konjungsi
koordinatif adalah kata hubung yang menghubungkan kata, klausa,
atau kalimat yang kedudukannya sederajat.
b. Konjungsi Subordinatif
Hasan Alwi, Anton M. Moeliono, dkk dalam buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa “Konjungsi
subordinatif adalah kata hubung yang menghubungkan dua klausa
atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang
sama.”20 Kunjana Rahardi dalam buku berjudul Penyuntingan
16

Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), hlm. 297
17
Abdul Chaer, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia, (Flores:
Nusa Indah, 2007), hlm. 58
18
Abdul Chaer, loc.cit.
19
Hasan Alwi, dkk., loc.cit.
20
Ibid., hlm. 299

12

Bahasa Indonesia untuk Karang Mengarang mengemukakan
bahwa “Konjungsi subordinatif adalah kata penghubung yang
bertugas menghubungkan dua buah klausa atau lebih dan klausa
yang dihubungkan tersebut tidak memiliki status sintaksis atau
status kalimat yang sama.”21 Senada dengan pengertian di atas,
Abdul Chaer mengemukakan bahwa “Konjungsi subordinatif
adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur kalimat (klausa)
yang kedudukannya tidak sederajat.”22
Kata yang termasuk kelompok konjungsi subordinatif, yakni:
(1) menyatakan sebab, yaitu kata penghubung sebab, dan
karena, (2) menyatakan syarat, yaitu kata penghubung kalau,
jikalau, jika, bila, apabila, dan asal, (3) menyatakan tujuan,
yaitu kata penghubung agar, dan supaya, (4) menyatakan
akibat, yaitu kata penghubung sampai, hingga, dan sehingga,
(5) menyatakan sasaran, yaitu kata penghubung untuk, dan
guna, (6) menyatakan perbandingan, yaitu kata penghubung
seperti, sebagai, dan laksana, (7) menyatakan makna atributif,
yaitu kata penghubung yang, (8) menyatakan tempat, yaitu kata
penghubung tempat,23 (9) menyatakan waktu, yaitu kata
penghubung sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala,
sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi,
setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, dan
sampai, (10) menyatakan pengandaian, yaitu kata penghubung
andaikan, seandainya, seumpama,dan sekiranya, (11) konjungsi
subordinatif konsesif, yaitu kata penghubung biarpun,
meski(pun), walau(pun), sekalipun, sungguhpun, dan
kendati(pun), (12) konjungsi subordinatif alat, yaitu kata
penghubung dengan, dan tanpa, (13) konjungsi subordinatif
cara, yaitu kata penghubung dengan, dan tanpa, (14) konjungsi
subordinatif komplementasi, yaitu kata penghubung bahwa.24
Berdasarkan pemaparan definisi konjungsi subordinatif oleh
beberapa pakar bahasa, dapat penulis simpulkan bahwa konjungsi
21

R. Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk KarangMengarang, (Jakarta: Erlangga, 2012), cet. ke-2, hlm. 20
22
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta:
Rineka Cipta, 2015), cet. ke-2, hlm. 100
23
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), edisi revisi, hlm.141
24
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), hlm. 299-300

13

subordinatif adalah kata hubung yang menghubungkan dua unsur
kalimat (klausa) yang kedudukannya tidak sederajat.
c. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif, yakni konjungsi yang kehadirannya
mensyaratkan kehadiran konjungsi yang lainnya karena bentukbentuk kebahasaan itu memang saling berkolerasi.25 Senada
dengan penjelasan konjungsi korelatif di atas, Wahyu Wibowo
mengemukakan dalam buku berjudul Tata Permainan Bahasa
Karya Tulis Ilmiah bahwa “Konjungsi korelatif adalah konjungsi
yang menghubungkan dua buah kata, frasa, atau klausa yang
memiliki status sintaksis yang berkolerasi.”26
Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan
oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut
adalah contohnya. (1) baik ... maupun...., (2) tidak hanya ..., tetapi
juga..., (3) bukan hanya ..., melainkan juga..., (4) demikian...,
sehingga ..., (5) sedemikian rupa....., sehingga..., (6) apa(kah)...,
atau..., (7) entah..., entah... (8) jangankan..., ....pun ...27
Berdasarkan pemaparan definisi konjungsi korelatif oleh
beberapa pakar bahasa, dapat penulis simpulkan bahwa konjungsi
korelatif adalah kata hubung yang menghubungkan dua buah kata,
frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.
d. Konjungsi Antarkalimat
Hasan Alwi, Anton M., dkk dalam buku berjudul Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga mengemukakan bahwa
“Konjungsi antarkalimat menghubungkan satu kalimat dengan
kalimat yang lain. Konjungsi antarkalimat selalu memulai kalimat

25

R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Erlangga, 2015), ke-5, hlm. 65
26
Wahyu Wibowo, Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), cet ke-2, hlm. 124
27
Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2003), edisi revisi, hlm. 298

14

yang baru dan huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital.”28
Senada

dengan

pengertian

tersebut,

R

Kunjana

Rahardi

mengemukakan bahwa “Konjungsi antarkalimat menghubungkan
entitas kebahasaan yang ada dalam sebuah kalimat dengan entitas
kebahasaan yang berada di luar kalimat itu.”29
Kata yang termasuk kelompok konjungsi antarkalimat, yakni:
biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun
demikian/begitu, meskipun demikian/begitu, sungguhpun
demikian/begitu, kemudian, sesudah itu, setelah itu,
selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu, sebaliknya,
sesungguhnya, bahwasanya, malah(an), bahkan, (akan) tetapi,
namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh
sebab itu, dan sebelum itu.30
Berdasarkan pendapat beberapa pakar bahasa, dapat penulis
simpulkan bahwa konjungsi antarkalimat adalah kata hubung yang
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Dari pemaparan jenis-jenis konjungsi di atas, peneliti hanya
berfokus pada konjungsi koordinatif. Hal ini disebabkan karena
konjungsi yang diajarkan pada siswa kelas VII MTs hanya berpusat
pada konjungsi koordinatif.
3. Cara Menggunakan Konjungsi Koordinatif
Berikut adalah beberapa contoh cara penggunaan konjungsi
koordinatif yang benar.
a.

b.

28

Menghubungkan penambahan, yaitu konjungsi dan, dengan,
dan serta. Contoh kalimatnya ialah: (1) Nenek dan Kakek
pergi ke Makasar, (2) Adik dengan ayah belum pulang, (3)
Mereka menyanyi serta menari sepanjang malam.
Konjungsi atau menandai hubungan pemilihan. Contoh
kalimatnya ialah: Mana yang kamu pilih, yang merah atau
yang biru.31

Ibid., hlm. 300
R. Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:
Erlangga, 2015), cet. ke-5, hlm. 65
30
Hasan Alwi, dkk, op.cit., hlm. 300-301
31
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta:
Rineka Cipta, 2015), cet. ke-2, hlm. 98

29

15

c.

d.

e.

f.

g.

32

Konjungsi tetapi, sedangkan, namun dan sebaliknya menandai
hubungan pertentangan. Contoh kalimatnya ialah: (1) Anak itu
cerdas tetapi malas, (2) Ayahnya menjadi dokter di Puskesmas,
sedangkan ibunya menjadi bidan, (3) Sejak kecil dia kami
asuh, kami didik, dan kami sekolahkan. Namun, setelah
dewasa dan jadi orang besar dia lupa kepada kami. (4) Di
hadapan kita dia memang ramah. Sebaliknya, jauh dari kita
sombongnya bukan main.
Konjungsi bahkan, malah, apalagi, lagipula, dan jangankan
menandai hubungan penegasan. Contoh kalimatnya ialah: (1)
Anak itu memang nakal. Bahkan ibunya sendiri pernah
ditipunya, (2) Dinasihati baik-baik bukannya menurut,
malahan dia melawan kita, (3) Kamu saja yang lulusan SMA
tidak tahu, apalagi saya yang Cuma tamatan SD, (4) Saya
tidak hadir karena sakit. Lagipula saya tidak diundang, (5)
Jangankan seribu, serupiah pun tak punya.
Konjungsi melainkan dan hanya menandai hubungan
perbaikan. Contoh kalimatnya ialah: (1) Bukan dia yang
datang, melainkan ayahnya, (2) Semua orang setuju hanya dia
yang tidak setuju
Konjungsi lalu, kemudian, selanjutnya, setelah itu, dan
sebelum itu menandai hubungan pengurutan atau pengaturan.
Contoh kalimatnya yaitu: (1) Dipetiknya bunga itu, lalu
diberikannya kepadaku, (2) Diambilnya mangga itu, kemudian
dikupasnya hati-hati, (3) Beliau mengeluarkan dompet dan
mengeluarkan selembar uang kertas selanjutnya diberikan
kepada saya,32 (4) Beliau menyilakan kami masuk dan duduk
di ruang kerjanya. Setelah itu, ditanyakan apa maksud
kedatangan kami, (5) Kami baru saja selesai membangun balai
pertemuan ini. Sebelum itu, kami telah berhasil merehab
masjid tua itu.33
Konjungsi yaitu, yakni, bahwa, adalah dan ialah menandai
hubungan penyamaan. Contoh kalimatnya yaitu: (1) Kami
bermaksud melayari sungai terbesar di Pulau Jawa, yaitu
Bengawan Solo, pada masa yang akan datang, (2) Kedua
pencuri itu, yakni Dadi dan Dali, telah tertangkap kemarin, (3)
Ayah berkata bahwa hari ini dia akan pergi ke Bogor, (4)
Tugas mereka adalah mencuci, memasak, telah mereka
kerjakan dengan baik, (5) Kedua pencuri itu ialah Dadi dan
Dali, telah tertangkap kemarin.

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta,
2011), edisi revisi, hlm. 144-150
33
Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), cet.
ke-1, hlm. 225

16

h.

i.

Konjungsi jadi, karena itu, sebab itu, dan maka itu menandai
hubungan penyimpulan. Contoh kalimatnya ialah : (1) Ibunya
meninggal sejak ia berumur dua tahun. Ayahnya meninggal
sewaktu ia berusia empat tahun. Jadi, sejak kecil dia sudah
yatim piatu, (2) Kami benar-benar belum punya uang. Karena
itu, kami belum dapat melunasi hutang itu, (3) Kurang ajarnya
kepadaku sudah keterlaluan, sebab itu aku menghajarnya tadi
pagi.
Konjungsi kecuali, dan hanya menandai hubungan
pembatasan. Kami tidak akan ikut, kecuali ada biaya
perjalanannya.34

C. Hakikat Karangan
Karangan adalah suatu penyampaian pikiran secara resmi atau teratur
dalam ucapan atau tulisan atau suatu penyajian pembicaraan yang luas
tentang suatu pokok persoalan secara lisan atau tulisan.35 Berbeda dengan
pengertian karangan tersebut, Lamuddin Finoza mengemukakan bahwa
“Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur
tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada
prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari
alinea.”36
Lado mengemukakan bahwa mengarang adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut, asalkan mereka
memahami bahasa dan gambaran grafik itu.”37 Berbeda dengan
pengertian karangan yang diungkapkan oleh Lado, Wahyu Wibowo
mengemukakan bahwa “Karang-mengarang adalah suatu penyampaian
pikiran secara resmi atau teratur dalam tulisan.”38
Mahsusi

dalam

buku

berjudul

Mahir

Berbahasa

Indonesia

mengemukakan bahwa “Karangan berarti rangkaian, susunan, atau
34

Abdul Chaer, op.cit., hlm. 150-154
Rasjid Sartuni, dkk., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Nina
Dinamika, t.t.), hlm. 74
36
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa Jurusan
Non Bahasa), (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2001), cet. ke-7, hlm. 189
37
Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik
dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003), cet. ke-2, hlm. 56
38
Ibid., hlm. 56
35

17

komposisi. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang
diwujudkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan
kaidah komposisi”39 Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa karangan merupakan hasil pengungkapan gagasan
melalui bahasa tulisan.
1. Jenis-jenis Karangan
Mahsusi dalam buku berjudul Mahir Berbahasa Indonesia
mengemukakan bahwa “Karangan terbagi menjadi empat bentuk, yaitu
narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.”40 Senada dengan M. Atar
Semi, Minto Rahayu dalam buku berjudul Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi mengemukakan bahwa “Karangan terbagi ke dalam empat jenis,
yaitu deskripsi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi.”41 Berbeda dengan
pendapat tersebut, Wahyu Wibowo dalam buku berjudul Manajemen
Bahasa Pengorganisasian Karangan pragmatik dalam Bahasa Indonesia
untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis mengemukakan bahwa “Karangan
terbagi ke dalam lima jenis, yaitu karangan argumentasi, deskripsi,
eksposisi, persuasi dan narasi.”42
Rasjid Sartuni, dkk dalam buku berjudul Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi mengemukakan bahwa “Karangan terbagi menjadi lima
jenis, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.”43
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis membagi karangan
menjadi lima jenis, yaitu karangan narasi, argumentasi, persuasi, deskripsi,
dan eksposisi.

39

Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm.
228
40
Ibid., hlm. 229
41
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Grasindo,
2007), cet. ke-1, hlm. 158
42
Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik
dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003), cet. ke-2, hlm. 58-59
43
Rasjid Sartuni, dkk., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Nina
Dinamika, t.t.), hlm. 74-75

18

2. Hakikat Karangan Narasi
Karangan narasi berasal dari bahasa Inggris narration, yang artinya
cerita, dan kata narrative, artinya yang menceritakan. Karangan narasi
adalah karangan yang menceritakan atau menyampaikan serangkaian
peristiwa atau kronologi.44 Senada dengan pengertian tersebut, Gorys
Keraf mengemukakan dalam buku berjudul Eksposisi Komposisi Lanjutan
II bahwa “Karangan narasi merupakan semacam bentuk wacana yang
berusaha menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu
tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Narasi menyajikan
peristiwa dalam sebuah rangkaian peristiwa kecil yang bertalian.”45 Gorys
Keraf mengemukakan kembali dalam buku berjudul Argumentasi dan
Narasi Komposisi Lanjutan III yang menjelaskan bahwa “Narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelasjelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.”46
Senada dengan pendapat Gorys, Lamuddin Finoza mengemukakan
bahwa “Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha
menciptakan,

mengisahkan,

merangkaikan

tindak-tanduk

perbuatan

manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung
dalam suatu kesatuan waktu.”47 Rasjid Sartuni, dkk mengemukakan bahwa
“Tujuan karangan narasi itu adalah menceritakan suatu peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga
menimbulkan

pengertian-pengertian

yang merefleksikan

penafsiran

penulisnya dan urutan peristiwanya disusun berdasarkan waktu.”48

44

Heri Jauhari, Terampil Mengarang (dari Persiapan hingga Presentasi, dari
Karangan Ilmiah hingga Sastra), (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), cet. ke-1,
hlm. 48
45
Gorys Keraf, Eksposisi Komposisi Lanjutan II, (Jakarta: PT Grasindo, 2007),
hlm. 17
46
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Komposisi Lanjutan III), (Jakarta: PT
Gramedia, 2006), hlm. 135-136
47
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia,
2001), cet. ke-7, hlm. 194
48
Rasjid Sartuni, dkk., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Nina
Dinamika, t.t.), hlm. 78

19

Berdasarkan pemaparan pengertian karangan narasi di atas dapat
penulis simpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa secara beruntut. Contoh jenis
karangan ini adalah biografi, kisah, roman, novel, cerpen dan lain-lain.
3. Jenis-Jenis Karangan Narasi
Karangan narasi terbagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan
narasi sugestif. Berikut adalah pemaparan lebih rinci mengenai kedua jenis
karangan narasi.
a. Karangan narasi ekspositoris ialah karangan yang bermaksud
memberitahukan suatu informasi faktual dan rasional kepada
pembaca. Bersifat faktual dan rasional maksudnya informasi harus
berdasarkan fakta dan masuk akal. Jenis karangan ini dimaksudkan
untuk menulis karangan ilmiah, peristiwa yang benar-benar terjadi,
dan berita.49 Senada dengan pengertian tersebut, Lamuddin Finoza
mengemukakan bahwa “Narasi ekspositoris ialah narasi yang
hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas.”50
b. Karangan narasi sugestif adalah karangan narasi yang mampu
menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan
makna kepada para pembaca melalui daya khayal.51 Senada dengan
pernyataan di atas, Heri Jauhari mengemukakan bahwa “Karangan
jenis narasi sugestif adalah jenis karangan yang didasarkan pada
daya imajinasi penulis berupa khayalan. Narasi sugesti biasa

49

Heri Jauhari, Terampil Mengarang (dari Persiapan hingga Presentasi, dari
Karangan Ilmiah hingga Sastra), (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), cet. ke-1,
hlm. 49
50
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (untuk Mahasiswa Jurusan
Non Bahasa), (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2001), cet. ke-7, hlm. 194-195
51
Ibid., hlm. 195

20

digunakan dalam karangan nonilmiah atau karangan sastra seperti
prosa (novel dan cerpen) dan drama.”52
Berdasarkan

pemaparan

mengenai

perbedaan

karangan

narasi

ekspositoris dan karangan narasi sugestif di atas, dapat penulis simpulkan
bahwa karangan narasi ekspositoris ialah karangan yang berisi informasi
berdasarkan fakta dan masuk akal. Sedangkan karangan narasi sugestif
ialah karangan yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca. Pada
penelitian ini, peneliti

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI INTRAKALIMATPADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NGEMPLAK Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Intrakalimat Pada Karangan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Ngemplak.

0 4 12

KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI INTRAKALIMAT PADA KARANGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I NGEMPLAK Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Intrakalimat Pada Karangan Siswa Kelas Vii Smp Negeri 1 Ngemplak.

0 4 19

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 9 18

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA N GONDANGREJO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas X Sma N Gondangrejo.

0 2 12

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA KARANGAN SISWA KELAS XI KEPERAWATAN 2 Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Pada Karangan Siswa Kelas XI Keperawatan 2 SMK N 1 Banyudono Boyolali.

0 1 10

ANALISIS BENTUK KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA KARANGAN NARASI SISWA Analisis Bentuk Konjungsi Koordinatif Dan Subordinatif Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII C SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 3 11

PENDAHULUAN Analisis Bentuk Konjungsi Koordinatif Dan Subordinatif Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VII C SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 2 6

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif Dan Subordinatif Dalam Dakwah Di Radio.

0 1 16

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF DALAM DAKWAH DI RADIO Analisis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Koordinatif Dan Subordinatif Dalam Dakwah Di Radio.

0 1 14

KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI 3 NAGARAWANGI.

2 8 28