FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KABUPATEN JEMBER Oleh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI

KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

Oleh:

HANANTO ARIF ROHMAN NIM. 080810101051

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER 2015


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI

KABUPATEN JEMBER

SKRIPSI

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Progam Studi Ekonomi Pembangunan (S1) dan

mencapai gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

HANANTO ARIF ROHMAN NIM. 080810101051

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS JEMBER 2015


(3)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Papaku Budiana dan Mamaku Zuhriah yang tercinta, yang senantiasa

memberikan kasih sayang, dukungan, do’a serta pengorbanan yang tulus dan begitu besar selama ini;


(4)

Motto

Saya mau JADI Sarjana & DAPAT Sarjana (Anonim)

Saya mau SUKSES, karena SUKSES itu menyenangkan (penulis)

Membuat Cita-cita menjadi kenyataan itu harus ikhtiar & tawakal dan satu hal yg

gak boleh lupa,SABAR…

(Babe)


(5)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Hananto Arif Rohman NIM : 080810101051

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Paak bumu Dan Bangunan (PBB) Di Kabupaten Jember

adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang telah disebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapatkan sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, Januari 2015 Yang menyatakan,

Hananto Arif Rohman NIM. 080810101051


(6)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI

KABUPATEN JEMBER

Oleh

Hananto Arif Rohman NIM 080810101051

Pembimbing

Dosen Pembimbing I : Dr. Rafael Purtomo., M.Si.


(7)

TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kabupaten Jember Nama : Hananto Arif Rohman

Nim : 080810101051 Fakultas : Ekonomi

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Regional

Disetujui Tanggal : 17 desember 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rafael Purtomo., M.Si. NIP 19581024 198803 1 001

Dra. Anifatul Hanim, M.Si NIP 19650730 199103 2 001

Mengetahui, Ketua Jurusan

Dr. Sebastiana Viphindrartin, M.Kes Nip. 196411081989022001


(8)

PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI

KABUPATEN JEMBER

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : Hananto Arif Rohman NIM : 080810101051

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal:

...

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai kelengkapan guna memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Susunan Panitia Penguji

1. Ketua : ... (...) ( NIP)

2. Sekretaris : ……….. (...) (NIP)

3. Anggota : ………. (...) (NIP)

Mengetahui/Menyetujui, Universitas Jember

Fakultas Ekonomi Dekan,

Dr. H. Moch. Fathorrozi, M. Si NIP. 196 306 141 99002 1001 Foto 4 X 6


(9)

ABSTRAKSI

Skripsi Ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kabupaten Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumpal penduduk, PDR berpengaruh terhadap pajak bumi dan bangunan (PBB) di Kabupaten Jember.

Untuk mengukur besar pengaruh jumlah penduduk, PDRB terhadap Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Jember digunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis regresi linier berganda secara bersama-sama menunjukkan bahwa variabel jumlah penduduk (x1), pdrb (x2), mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pajak bumi dan bangunan dalam kurun waktu minimal 5 tahun di Kabupaten Jember. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil estimasi yang menunjukkan nilai probabilitas Tabel distribusi F dicari pada α = 5%, dengan derajat kebebasan (df) df1 atau 3-1 = 2, dan df2 n-k-1 atau 31-2-1 = 28. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (dalam hal ini untuk menguji pengaruh secara simultan) diperoleh hasil, yaitu bahwa Fhitung > Ftabel (88,736 >

3,34) dan signifikasi (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel jumlah penduduk dan PDRB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember.


(10)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI

KABUPATEN JEMBER”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Ekonomi dan Pembangunan dan guna mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Dr. Rafael Purtomo., M.Si. dan Ibu Anifatul Hanim, Dra. M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan tulus dan ikhlas memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis merasa tenang dan percaya diri dalam penyelesaian skripsi ini;

2. Bapak Dr. H. Moch. Fathorrozi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Jember, yang telah memberikan dorongan dan motivasi selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Jember;

3. Para guru di SDN bulak banteng lor surabaya, SMP Negeri 7 surabaya, SMA Negeri 19 surabaya, dan dosen-dosen di Fakultas Ekonomi Jember. 4. Mamaku Zuhriah, terima kasih karena telah melahirkanku dan

membesarkanku. Papaku Budiana terima kasih atas nasehat dan

sponsorshipnya. Adek – adekku Lukman hakim ardian dan Rizki setiana fitri, terima kasih.

5. Segenap mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Jember angkatan 2008 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Makasi atas kebersamaannya selama penulis belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Jember.


(11)

Semoga segala amal baik yang telah mereka berikan dengan tulus dan ikhlas pada penulis, mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, pada kesempatan ini penulis sisipkan suatu harapan mudah – mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Jember, januari 2015

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN PEMBIMBING ... vi

HALAMAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ... vii

HALAMAN PENGESAHAN ... viii

ABSTRAKSI ... ix

PRAKATA ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitin ... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Landasan Teori ... 5

2.1.1 Pengertian pajak... 5

2.1.2 Fungsi Pajak ... 6

2.1.3 Pajak Bumi Dan Bangunan ... 7

2.1.3 Pengertian PBB ... 7

2.1.3.2 Subjek PBB ... 7


(13)

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mmpengaruhi Pajak Bumi Dan

Bangunan ... 10

2.1.4.1 PDRB ... 10

2.1.5 Jumlah Penduduk ... 10

2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ... 12

2.3 Kerangka Konseptual ... 14

2.4 Hipotesis ... 15

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 16

3.1 Tempat Penelitian ... 16

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 16

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 17

3.4 Operational Variabel... 18

3.5 Populasi Dan Tempat ... 20

3.5.1 Pertumbuhan Penduduk ... 20

3.5.2 Persebaran Dan Kepadatan ... 20

3.6 Metode Penelitian ... 24

3.6.1 Metode Yang Di Gunakan ... 24

3.7.3 Analisis Data ... 24

3.6.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 24

3.6.2.2 Analisis Deskriptif Statistik ... 27

3.6.2.3 Analisis Regresi ... 27

3.6.2.4 Uji Hipotesis ... 28

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Gambaran Umum ... 29

4.1.1 Letak Geografis Penelitian ... 29

4.1.2 Kondisi Demografi Kabupaten Jember ... 32

4.1.3 Keadaan Ekonomi Kabupaten Jember ... 37

4.1.4 Penerimaan Pajak Bumi Bangunan ... 46

4.2 Analisis Data ... 48

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 48


(14)

4.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 53

4.2.4 Uji Hipotesis ... 54

4.2.4.1 Uji t ... 54

4.2.4.2 Uji F ... 55

4.2.4.3 Koefisien Determinasi ... 55

4.3 Pembahasan ... 55

4.3.1 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 56

4.3.2 Pengaruh PDRB Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 57

4.4 Keterbatasan Penelitian... 58

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59


(15)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Balakang

Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat di daerahnya. Untuk mewujudkan tugasnya tersebut maka pemerintah daerah harus memiliki sumber keuangan yang cukup dan memadai karena untuk pelaksanaan pembangunan daerah itu di perlukan biaya yang tidak sedikit. Salah satu sumber keuangan untuk penyelenggaraan pembangunan daerah tersebut adalah dana perimbangan yang mana salah satunya merupakan dana bagi hasil pajak yang bersumber dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Terdapat bermacam-macam definisi tantang “pajak” yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah :

Menurut Mohammad Zain (2006:312) bahwa : “Pajak adalah iuran wajib

yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang di gunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

Menurut Andriani mengartikan pajak, yang kemudian dikutip oleh Santoso Brotodihardjo (2003:2) : “Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan adalahuntun membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan

pemerintah”.

Salah satu pajak yang menjadi potensi sumber pendapatan daerah kita yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang masuk dalam kategori Pajak Daerah. Sejak tahun 2011 penarikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dilimpahkan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri nomor: 213/pmk.07/2010, nomor: 58 tahun 2010 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagai Pajak Daerah. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


(16)

yaitu iuran yang dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan (Rahman, 2011:41).

Pemerintah Daerah setiap tahunnya mempunyai target dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi tidak selalu target tersebut terealisasi dengan sempurna. Terkadang juga realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) jauh dibawah target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Menurut undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkaan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Yang dimaksud dengan Bumi adalah permukaan dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah, perairan, pedalaman serta laut Wilayah Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan-perairan. Disamping itu yang disebut subjek pajak bumi dan bangunan adalah badan yang secara nyata :

a. Mempunyai suatu hak atas bumi dan atau mempunyai manfaat atas bumi. b. Memiliki, menguasai dan akan memperoleh manfaat atas bangunan.

Tubagus (1992) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak antara lain: Kapasitas Administrasi yang tercermin dari jumlah penagihan, Jumlah Penetapan yang berlandaskan pada Perangkat UU dan Peraturan Pelaksanaannya dan Jumlah p e n d u d u k yang berlandaskan pada masyarakat, khususnya Wajib Pajak dan lingkungannya. Dengan kata lain bahwa faktor-faktor keberhasilan perpajakan adalah faktor administrasi Negara dan pajak, faktor undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan, factor kebijakan pemerintah, dan faktor masyarakat, khususnya wajib pajak (WP) (Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan perpajakan adalah: Tax law; Tax Administration, Tax Policy, dan Tax payer). Dari hasil penelitian Insukrindo dkk (1994) menemukan bahwa perkembangan pernbangunan di


(17)

wilayah setempat akan menaikkan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau yang sebelumnya tidak dikategorikan sebagai obyek pajak,_pada. Akhirnya menjadi obyek pajak PBB.

Kenneth Davey (1995) dalam Anton Sitanggang (2001) menyatakan bahwa Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap penerimaan PBB. Dari beberapa pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan PBB adalah: Pendapatan Domestik Regional Bruto ( P D R B ) per kapita, jumlah penduduk, dan inflasi (Kenneth Davey,1995). Pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan PBB merupakan input penting bagi Direktorat Jendral Pajak bidang PBB dan instansi lain yang terikat, sehingga mempunyai peranan yang penting didalam upaya peningkatan keberhasilan penerimaan perpajakan (khususnya PBB).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian, yang hasilnya ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul “F AKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

BUMI DAN BANGUNAN (PBB) DI KABUPATEN JEMBER”. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasi factor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pajak sebagai berikut:

a. Apakah jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember?

b. Apakah Produk Domestik Regional Bruto per Kapita berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember?

Pada dasarnya terdapat banyak faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB, diantara faktor-faktor tersebut yang akan diadakan penelitian adalah


(18)

mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan penerimaan PBB, dan masih sedikit diadakan penelitian.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas yang dijabarkan dalam pertanyaan penelitian, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

a. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh besamya jumlah penduduk terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember;

b. Untuk menganalisis ada tidaknya pengaruh PDRB per Kapita terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, khususnya yang berkaitan. Selain itu temuan dari penelitian ini dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah, khususnya aparat perpajakan dalam merealisasikan kebijakan Otonomi Daerah.


(19)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Mohammad Zain (2006:312) bahwa: “Pajak adalah iuran wajib

yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.

Menurut Andriani mengartikan pajak, yang kemudian dikutip oeh Santoso Brotodihardjo (2003:2) bahwa: “Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan

pemerintah”.

Menurut Mardiasmo (2004:1): “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur :

a. Pajak merupakan iuran dari rakyat kepada kas Negara yang berupa uang (bukan barang)

b. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya.

c. Dalam pembayarannya pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh Pemerintah.

d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara , yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.


(20)

2.1.2 Jenis Pajak

Sesuai dengan asas pemungutan pajak, maka di Indonesia ditetapkan berbagai pengelompokkan pajak agar dapat membedakan antara pajak yang satu dengan pajak yang lain. Jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam , yaitu (Mardiasmo) :

a. Menurut Golongannya:

1) Pajak Langsung Adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2) Pajak Tidak Langsun Adalah pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain . b. Menurut Sifatnya:

1) Pajak Subjektif Adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya , dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

2) Pajak Objektif Adalah pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak .

c. Menurut Lembaga Pemungutnya

1) Pajak Pusat Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

2) Pajak Daerah Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah .

2.1.2 Fungsi Pajak

Definisi atau pengertian fungsi pajak menurut Mardiasmo, dalam buku yang berjudulPerpajakan. Menyatakan bahwa fungsi pajak adalah:

a) Fungsi Budgetair, yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b) Dua fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.


(21)

2. 1.3 Pajak Bumi dan Bangunan

2. 1.3.1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut Soemitro (2006:1) Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas harta tidak bergerak, oleh sebab itu yang dipentingkan adalah objeknya dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badaan yang dijadikan subjek tidak penting dan tidak mempengaruhi besarnya pajak, maka disebut juga pajak objektif. Pajak Bumi dan Bangunan adalah salah satu pajak pusat yang merupakan sumber penerimaan Negara yang sebaagian besar hasilnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk kepentingan masyarakat daerah tempat objek pajak. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian PBB adalah iuran yang dikenakan terhadap orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak, memiliki, menguasai dan memperoleh manfaat dari bumi dan bangunan.

Namun sebagaimana telah dirubah dengan UU No. 28/2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang baru, Pajak Bumi dan Bangunan kini merupakan Pajak Daerah yang 100% penerimaannya akan diterima oleh Daerah yang bersangkutan. Dimana selama ini PBB merupakan pajak pusat, namun hampir seluruh penerimaannya diserahkan kepada daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, khusus PBB sektor perdesaan dan perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah. Sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. Dengan dijadikannya PBB Perdesaan dan Perkotaan menjadi pajak daerah, maka penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

2.1.3.2 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :

a. Mempunyai suatu hak atas bumi; b. Memperoleh manfaat atas bumi; c. Memiliki, menguasai atas bangunan; d. Memperoleh manfaat atas bangunan.


(22)

2.1.3.3 Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Ditinjau dari jenis pajaknya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan. Bumi merupakan permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pendalaman (termasuk rawa-rawa dan tambak perairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Menurut Mardiasmo (2002:271) dalam menentukan klasifikasi bumi dan bangunan, Menteri Keuangan harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Bumi/tanah: 1) Letak; 2) Peruntukan; 3) Pemanfaatan; 4) Kondisi. b. Bangunan:

1) Bahan yang digunakan; 2) Rekayasa;

3) Letak;

4) Kondisi lingkungan dan lain-lain.

Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan (Waluyo,2005:144). Berdasarkan UU No 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (1), yang menjadi Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/ atau dimanfaatkaan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan , perhutanan , dan pertambangan.

Selanjutnya penjelasan dari Pasal 77 Ayat (2), menguraikan lebih lanjut mengenai pengertian bangunan yang menjadi objek PBB adalah:

a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu komplek suatu bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;


(23)

b. Jalan TOL; c. Kolam renang; d. Pagar mewah; e. Tempat olahraga;

f. Galangan kapal, dermaga; g. Taman mewah;

h. Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak, dan; i. Menara.

Dalam rangka memberikan manfaat kepada pemerintahan atau berupaya dalam pelaksanaan pemungutan PBB secara adil maka undang-undang memberikan kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur tentang klasifikasi objek pajak. yang dimaksud dengan klasifikasi objek bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman serta untuk memudahkan penghitungan pajak terhutang.

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pasal 77 ayat (3) UU No 28 Tahun 2009 yaitu objek pajak yang :

a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, social, kesehatan, pendidikan dan kebudaayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani oleh suatu hak;

d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultan berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

e. Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan.


(24)

Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan paling rendah sebesar Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib pajak. Dimana ketetapannya di tambah 25 % dari hasil perhitungan PBB.

2.1.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi PBB

2.1.4.1 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)

Rochmat Soemitro (1989) dan Kenneth Davey (1995) dalam Anton Sitanggang menyatakan bahwa pemilik tanah pada umumnya memiliki kemampuan membayar pajak yang tinggi, oleh karenanya pemilik tanah dapat dijadikan ukuran, meski agak kasar mengenai kemampuan membayar pajak. Dalam teorl elastisitasnya menyatakan bahwa PORB, jumlah penduduk, dan tingkat inflasi berpengaruh terhadap penerimaan PBB. Bahwa apabila PORB dan jumlah penduduk (yang menjadi Subyek Pajak) mengalarni perubahan (kenaikan) sebesar 1%, maka penerimaan PBB akan mengalami perubahan sebesar jumlah persentase PDRB dibagi jumlah penduduk wilayah yang bersangkutan.

Elastisitas adalah kemampuan untuk menghasilkan tambahan pendapatan agar dapat menutup tuntutan yang sarna atas kenaikan pengeluaran pemerintah, dan dasar pengenaan pajaknya berkembang secara otomatis, misalnya bila harga-harga rneningkat, penduduk di suatu daerah berkembang dan pendapatan individu juga bertambah.

2.1.5 Jumlah Penduduk

Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang yang mengalami ledakan Jumlah penduduk yang selalu mengaitkan kependudukan dengan pembangunan ekonomi. Akan tetapikedua hubungan tersebut tergantung pada sifat dan masalah kependudukan yang dihadapi oleh setiap Negara, dengan demikian tiap Negara atau daerah mempunyai masalah kependudukan yang khas dan potensi serta tantangan yang khas pula (Wirosardjono, 1988).

Jumlah penduduk oleh para perencana pembangunan dipandang sebagai asset modal besar pembangunan dan juga dipandang sebagai beban pembangunan.


(25)

Sebagai asset apabila dapat ditingkatkan kualitas maupun keahlian/ketrampilan sehingga akan meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur, persebaran, dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut pelayanan social yang tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif. (Widarjono 1999).

Thomas Robert Malthus (1766-1834) dalam bukunya An essay on the principles of population yaitu tingginya pertambahan penduduk akan mengurangi output perkapita jika tidak disertai dengan kenaikan input yang lain seperti modal dan adanya hokum tambahan hasil yang menurun (diminishing return) akan mengurangi pertumbuhan output. Pertumbuhan penduduk hanya akan mengakibatkan tambahnya pengangguran sehingga rasio ketergantungan (dependency ratio) akan tinggi selanjutnya akan menurunkan tabungan masyarakat.

Pandangan pesimistis Malthus berlawanan dengan ekonom klasik yang dipelopori Adam Smith (1776) bahwa pertumbuhan penduduk tinggi akan menaikkan output melalui penambahan tenaga kerja dan ekspansi pasar baik pasar dalam negri maupun luar negri. Pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai perubahan teknologi akan mendorong tabungan dan juga penggunaan skala ekonomi didalam produksi.

Berdasarkan pemikiran klasik maka pertumbuhan penduduk akan mendorong perluasan investasi karena adanya kebutuhan perumahan yang semakin besar dan peningkatan kebutuhan umum lainnya (Irawan dan Suparmoko; 1997;46), hal tersebut akan mendorong harga tanah menjadi meningkat. Sebagaimana yang telah di teliti oleh Rultan 1961 dan Ottenman 1977 (dalam Yusriadi 1996) menemukan bahwa jumlah penduduk mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga tanah. Henry Mannan (1992) meneliti tentang upaya-upaya meningkatkan penerimaan pajak, menemukan bahwa realisasi penerimaan pajak di palangkaraya dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yaitu setiap pertumbuhan penduduk sebesar 1% maka penerimaan pajak daerah akan naik sebesar 0,0471%.


(26)

2.2 Tinjauan Penelitian Sebelumnya

a. Mintarsih (2003), dengan tesis yang berjudul : “Faktor-Faktor yang mempengaruhi besaran Pajak Bumi dan Bangunan di Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah dengan variable bebas jumlah wajib pajak; luas lahan; tertib administrasi dengan jenis data kwalitatif dan kwantitatif yang di olah dengan analisis regresi linier berganda.

b. Sugeng Wibowo (2001), dalam penelitiannya yang berjudul : "Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi kelalaian membayar PBB dam faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB di Kabupaten Pekalongan, Dengan variabel bebas jumlah luas lahan (X1); jumlah luas bangunan (X2); jumlah wajib pajak (X3); tertib administrasi ( X 4 ) . Jenis data : kwalitatif dan kwantitatif diolah dengan anaIisa Regresi berganda.

c. Anton Sitanggang (2001); juga meneliti Tingkat Kepatuhan wajib pajak ditinjau dari sudut jumlah surat penagihan, jumlah wajib pajak terpilih dana pembangunan prasarana, dan Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita terhadap penerimaan PBB di Daerah Istimewa Yogyakarta, Penelitian ini menggunakan alat analisis Uji Regresi dan Korelasi dengan program SPSS, yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor tingkat kepatuhan wajib pajak (jumlah surat penagihan, jumlah wajib pajak terpilih, dana pembangunan prasarana dan Pendapatan Domestik Bruto kapita berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

d. Muclis (2002) dalam penelitiannya yang berjuduI "Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Realisasi Penerimaan PBB" (Studi Komparasi antara Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal). Dengan variabel bebas antara lain: jumlah luas lahan tanah (Xj), jumlah luas bangunan (X2), jumlah wajib pajak (X3), tertib administrasi (X4). Metode pengolahan data dengan menggunakan Regresi Linier berganda dan uji beda struktur dengan Chow Test.


(27)

Dari peneIitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut ;

a. Penerimaan PBB sangat dipengaruhi oIeh luas lahan/tanah, luas bangunan, jumlah wajib pajak dan tertib administrasi.

b. Bila luas lahan/tanah naik maka penerimaan PBB akan meningkat meskipun koefisien regresi = 0,392. Karena penguasaan Iuas tanah perkapita dari tahu ke tahun cenderung menurun. Hal ini sebagai akibat pertumbuhan penduduk, luas bangunan naik maka penerimaan PBB akan naik

c. Wajib pajak dalam arti kwantitatif, naik maka penerimaan PBB akan naik.

d. Koefisien variabel = 1,137. Hal ini merupakan andalan dimasa yang akan datang.

e. Ketidak tertiban administrasi akan mempengaruhi penerimaan PBB dalam hal ini berkaitan dengan keakuratan data; tingkat kesalahan dalam penghitungannya.

f. Hasil analisis uji beda melaporkan: Potensi dasar yang dimiliki (Tegallebih berpotensi) dengan konstanta Kabupaten Tegal (13.735) dan Kabupaten Brebes (9,474). Tegal manajemen kurang sehingga tidak bisa memanfaatkan potensi yang ada. Sehingga pertumbuhan penerimaan lebih bagus Kabupaten Brebes dengan kata lain: mula-mula intersep Kabupaten Tegal tinggi, tetapi setelah berjalan lebih unggul Kabupaten Brebes.


(28)

Review penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama

(Tahun)

Judul Tesis/

Skripsi Alat Analisis Kesimpulan 1 Mintarsih

(2003)

Faktor yang mempengaruhi besaran PBB di daerah tingkat 1 Jawa Tengah

Uji regresi linier berganda dengan SPSS, Uji beda structur dengan

cow test

Faktor jumlah kepatuhan WP, jumlah surat WP,

jumlah dana pembangunan, prasarana

PDRB perkapita berpengaruh terhadap penerimaan PBB di DIY

2 Sugeng Wibowo

(2001)

Faktor kelalaian membayar PBB dan

penerimaan PBB Analisis kwalitatif, kwantitatif, uji regresi berganda Peningkatan PBB dipengaruhi kesadaran WP dan keaktifan aparat.

3 Anton

Sitanggang (2001)

Tingkat kepatuhan WP ditinjau dari

jumlah surat penagihan, jumlah

WP, dan PDRB perkapita terhadap penerimaan PBB di

DIY

Uji regresi dan kolerasi dengan program SPSS

Factor tingkat kepatuhan WP, jumlah surat penagihan WP, jumlah

PDRB perkapita berpengaruh terhadap

PBB di DIY

4 Muchlis (2002)

Factor yang mempengaruhi penerimaan PBB (studi komperatif Kab. Brebes dan

Tegal)

Uji regresi linier berganda dengan

SPSS

Factor luas lahan, luas bangunan, jumlah WP, tertib admin berpengaruh

terhadap PBB

Sumber : data diolah dari berbagai sumber

2.3 Kerangka Konseptual

Pada umumnya harga tanah dari waktu ke waktu cenderung meningkat dan tidak mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya permintaan akibat dari bertambahnya jumlah penduduk, tingkat PDRB perkapita dan tingkat inflasi di daerah tersebut yang mengakibatkan naiknya nilai jual tanah yang mengakibatkan miningkatnya penerimaan PBB (Kennet Davey, 1988;42). Dengan demikian maka dapat di gambarkan:


(29)

Skema kerangka konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan (Sugiyono, 2005:51). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut ;

H1 : Jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di

Kabupaten Jember;

H2 : Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRB) berpengaruh

signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember. Jumlah Penduduk

X1

PDRB Perkapita X2

Penerimaan PBB Y

H1


(30)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Dalam hal ini penelitian dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember dan dinas dinas terkait. Objek penelitian ini adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pendapatan Daerah pada pemerintah daerah Kabupaten Jember, khususnya pada Dinas Pendapatan Daerah.

3.2 Jenis dan Smber Data

Data yang diperoleh dari penelitian adalah data skunder. Menurut Sugiyono (2005:62), data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan – catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet. Pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, majalah, jurnal, dan sumber lain yang secara tidak langsung berhubungan dengan penelitian. Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:

a. Metode penelitian kuantitatif

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:7).

Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara


(31)

lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002:35).

b. Metode penelitian kualitatif

Beberapa metodologi seperti Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan metode kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam buku Moleong (2004:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Miles and Huberman (1994) dalam Sukidin (2002:2) metode kualitatif berusaha mengungkap berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pembahasan data yang yang digunakan dalam penelitian, antara lain:

a. Penelitian lapangan (Field Research)

Yaitu data yang dikumpulkan langsung dengan objek penelitian melalui

kuesioner. Menurut Sugiono (2003:135) kuesioner merupakan “teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti


(32)

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini menggunakan terstruktur yang meliputi petanyaan tertutup, yaitu menggunakan skala likert dengan lima tingkatan yaitu, STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, CS = Cukup Setuju, S = Setuju, SS = Sangat Setuju. Dalam pertanyaan ini responden hanya memilih satu jawaban yang paling sesuai diantara alternatif jawaban yang ada.

b. Riset Perpustakaan Data

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku literatur-literatur dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pihak terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini sebagai dasar perbandingan dalam pembahasan yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas, dan bahan-bahan dari catatan kuliah yang penulis ikuti selama masa perkuliahan.

3.4 Operational Variabel

Pengertian operasional variabel menurut Sugiyono (2010:58) adalah :

“Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

a. Variebel Independen atau Variabel Bebas

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable). Pengertian dari variabel bebas menurut Jonathan Sarwono dan Tutty Martadijera (2008:107) yaitu : “ Merupakan variabel yang dapat diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.”

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable) merupakan suatu variabel yang bebas dimana keberadaanya tidak dipengaruhi oeh variable yang lain, bahkan variabel ini merupakan suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain.


(33)

Menurut Sugiyono (2012:59) adalah “Variabel independen adalah variabel

yang mempengaruhi suatu yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat)”. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel independen adalah:

a) Jumlah penduduk (X1) :

Jumlah penduduk adalah wajib pajak yang tercantum pada Buku Daftar Himpunan Ketetapan (DHKP) yang mempunyai ketetapan ~ Rp. 5.000.000.00) (Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jendral Pajak No. Kep. 503IPJ/2000 tanggal 22 November 2000 tentang Tata cara penerbitan surat tagihan PBB dan tata cara pelaksanaan

penagihan PBB dan Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan). Adapun pengukurannya adalah daftar wajib pajak yang tercantum pada Buku Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) yang mempunyai ketetapan z Rp 5.000.000,- dan tahun anggaran 2010-2012.

b) Pendapatan Domestik Regional Bruto per Kapita (X2) :

PDRB perkapita adalah pendapatan kotor yang masyarakat di suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun dibagi jumlah penduduk. Adapun pengukurannya adalah : Besarnya angka Realisasi pendapatan Domestik Regional Bruto perkapita di Kabupaten Jember tahun 2010-2012.

b. Variabel dependen atau Variabel Terikat

Pengertian variabel depeden menurut Sugiyono (2012:59) “Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen (bebas). ”Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis variabel dependen (Y) adalah Penerimaan PBB (y) Penerimaan PBB adalah angka yang menunjukkan besarnya setoran pajak dari masyarkat kepada negara sesuai dengan ketetapannya. Adapun pengukurannya adalah angka yang menunjukkan realisasi setoran PBB secara bruto yang diterima di Kabupaten Jember tahun 2010-2012.


(34)

3.5 Popolasi dan tempat

3.5.1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Jember berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2012 tercatat sebanyak 2.329.929 jiwa, terdiri dari 1.143.766 jiwa penduduk laki-laki dan 1.186.163 jiwa penduduk perempuan, dengan sex ratio di Kabupaten Jember sebesar 96,43. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Kabupaten Jember relatif terus bertambah. Jika dibandingkan dengan Tahun 2008, penduduk Kabupaten Jember bertambah 14.227 jiwa atau sebesar 0,61 %. Jika dibandingkan dengan hasil sensus penduduk Tahun 2000, maka selama 10 (sepuluh) tahun terjadi pertambahan penduduk sebanyak 142.272 jiwa atau pertumbuhan rata-rata penduduk sebesar 0,63 % per tahun.

3.5.2 Persebaran dan Kepadatan

Distribusi penduduk Kabupaten Jember dapat dikatakan tersebar secara merata untuk masing-masing kecamatan. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Sumbersari dengan 125.981 jiwa (5,41 %), sedangkan Kecamatan Jelbuk merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 31.967 jiwa (1,37 %). Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Jember pada Tahun 2010 adalah 707,47 jiwa/km2. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah di Kecamatan Kaliwates dengan tingkat kepadatan sebesar 4.479,55 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Tempurejo memiliki tingkat kepadatan terendah dengan 134,71 jiwa/km2.


(35)

Tabel 3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk dan Proyeksinya untuk 5 tahun

No

. Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan

Tahun Tahun Tahun

n n+1 n+4 N n+1 n+4 N n+1 n+4

1. Kencong 65.127

2. Gumukmas 79.162 3.

Puger 114.33 2

4.

Wuluhan 114.65 2

5.

Ambulu 104.96 2

6. Tempurejo 70.649 7.

Silo 108.75 7

8. Mayang 48.408 9. Mumbulsari 62.323 10. Jenggawah 80.908

11. Ajung 74.377 12. Rambipuji 78.671 13. Balung 76.782 14. Umbulsari 69.311 15. Semboro 43.861 16. Jombang 54,30

17. Sumberbaru 166,37 18. Tanggul 199,99 19. Bangsalsari 175,28 20. Panti 160,71 21. Sukorambi 60,63 22. Arjasa 43,75 23. Pakusari 29,11 24. Kalisat 53,48

25. Ledokombo 146,92 26. Sumberjam

be

138,24

27. Sukowono 44,04 28. Jelbuk 65,06 29. Kaliwates 24,94 30. Sumbersari 37,05 31. Patrang 36,99

Sumber : Jember dalam angka

Tabel 3.2 Data perekonomian umum daerah 5 tahun terakhir


(36)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) 1 PDRB harga

konstan (Struktur perekonomian) (Rp) Rp9,783,82 8,130,000. 00 Rp10,326,735 ,610,000.00 Rp24,518, 550,060,0 00.00

2 Pendapatan perkapita kabupaten/kota (Rp) Rp 8,277,230. 00 Rp 9,198,010.00 Rp 9,681,440. 00

3 Upah minimum regional kabupaten/kota (Rp) Rp 645,000.00 Rp 770,000.00 Rp 875,000.0 0 Rp92 0,000 .00 Rp920 ,000.0 0

4 Inflasi (%) 11,10% 5,72% 7,87% 0.00 %

0.00%

5 Pertumbuhan ekonomi (%)

6,04% 5,5% 6,04% 0.00 %

0.00%

Sumber : PDRB kabupaten Jember

Tabel 3.3 : Jumlah rumah per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah

Rumah

Kencong 19,155

Gumukmas 23,283

Puger 33,627

Wuluhan 33,721

Ambulu 30,871

Tempurejo 20,779

Silo 30,517

Mayang 14,238

Mumbulsari 18,330

Jenggawah 23,796

Ajung 21,876

Rambipuji 23,139

Balung 22,583

Umbulsari 20,386

Semboro 12,900

Jombang 14,696

Sumberbaru 29,138


(37)

Bangsalsari 33,504

Panti 17,625

Sukorambi 11,145

Arjasa 11,191

Pakusari 12,235

Kalisat 21,991

Ledokombo 18,324

Sumberjambe 17,713

Sukowono 17,309

Jelbuk 9,402

Kaliwates 32,859

Sumbersari 37,053

Patrang 27,785

sumber : Jember dalam angka 2012

3.6 Metode Penelitian

3.6.1 Metode Penelitian Yang Digunakan

Metodologi Penelitian merupakan suatu teknik atau cara untuk mencari, mengungkapkan, memperoleh atau mencatat data, baik berupa data primer maupun data sekunder yang digunakan untuk keperluan menyusun suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan diperoleh suatu kebenaran data.

a. Metode Deskriptif Analisis Metode

Deskriptif analisis menurut Sugiyono (2002:11) menyatakan bahwa:

“Metode deskriptif analisis adalah metode yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan

variabel lain.”

Sedangkan menurut Jonathan Sarwono (2006:258) Pendekatan Kuantitatif adalah: “Pendekataan Kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan


(38)

validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekataan ini karena kedua elemen tersebut akan

menentukan kualitas hasil penelitian.”

b. Metode Historis

Menurut Djudju Sudjana, dalam diktat “dasar-dasar metode penelitian sosial dan pendidikan” mengatakan bahwa metode penelitian histories adalah untuk merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui kegiatan pengumpulan, evaluasi, verifikasi dan sintesis dari bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

3.6.2. Analisis Data 3.6.2.1 Uji Asumsi Klasik

Setelah memperoleh model regresi linier berganda, maka langkah selanjutnya yang dilakukan apakah model yang dikembangkan bersifat BLUE (Best Linier Unbised Estimator). Metode ini mempunyai kriteria bahwa pengamatan harus mewakili variasi minimum, konstanta, dan efisien. Asumsi BLUE yang harus dipenuhi antara lain : data berdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, tidak terjadi heteroskedastisitas dan tidak terjadi autokorelasi.

a. Uji Normalitas

1) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah mutlak regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik (Latan, 2013:56). Dasar pengambilan keputusan antara lain :

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi rnemenuhi asumsi normalitas;

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(39)

2) Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan terhadap sampel dilakukan dengan mengunakan kolmogorov-smirnov test dengan menetapkan derajat keyakinan (α) sebesar 5%. Uji ini

dilakukan pada setiap variabel dengan ketentuan bahwa jika secara individual masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara simultan variabel-variabel tersebut juga bisa dinyatakan memenuhi asumsi normalitas (Latan, 2013:56). Kriteria pengujian dengan melihat besaran kolmogorov-smirnov test adalah;

a) Jika signifikasi > 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal b) Jika signifikasi < 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah pengujian dari asumsi untuk membuktikan bahwa variabel-variabel bebas dalam suatu model tidak saling berkorelasi satu dengan lainnya. Adanya multikolinearitas dapat menyebabkan model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir variabel independen Gejala multikolinearitas juga dapat dideteksi dengan melihat besarnya VIF (Variance Inflution Factor). Latan (2013:61), menyatakan bahwa indikasi multikolinearitas pada umumnya terjadi jika VIF lebih dari 10, maka variabel tersebut mempunyai pesoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut (Latan, 2013:66). Dasar pengambilan keputusan antara lain :


(40)

1) Jika ada pola tertentu. seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas;

2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya autokorelasi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya atau melihat kebebasan data pada model regresi. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi diantara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya pada model regresi (Janie, 2012:32). Metode pengujiannya menggunakan Durbin Watson Tabel (Uji DW) dengan taraf signifikasi 5%. Dasar pengambilan keputusan antara lain :

1) Penentuan dL dan dU (4 - dU); 2) dU < DW < (4 - dU);

3) Jika nilai dU lebih kecil dari nilai DW hitung lebih kecil dari (4 – dU), maka dapat diasumsikan model tidak terjadi antokorelasi positif atau negatif

3.6.2.2 Analisis Deskriptif Statistik

Analisis deskriptif statistik adalah menggambarkan tentang rinkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, varian, modus, dll. Analisis deskriptif ini dapat digunakan untuk memberikan penjelasan dalam penelitian lanjutan untuk memberikan hasil yang lebih baik tehadap analisis regresi. Analisis deskriptif bersifat penjelasan statistik dengan memberikan gambaran data tentang jumlah data, minimum, maxsimum, mean, dan standar deviasi (Prayitno, 2010:12).


(41)

Analisis Regresi Linear Berganda merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mngetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi variabel yang mempengaruhi disebut independent variable (variabel bebas) dan variabel yang mempengaruhi disebut dependent variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat salah satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai regresi sederhana, sedangkan jika variabelnya bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda (Prayitno, 2010:61).

Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember, digunakan analisis regresi linier berganda sebagai berikut (Prayitno, 2010:61) ;

Y= a+b

1

X

1

+b

2

X

2

+e

Keterangan :

Karakteristik pada masing-masing variabel

a = konstanta atau besarnya koefisien masing-masing variabel sama dengan nol

b1 = besarnya pengaruh jumlah penduduk

b2 = besarnya pengaruh PDRB

X1 = variabel jumlah penduduk

X2 = variabel PDRB

Y = penerimaan PBB e = faktor gangguan

3.6.2.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui signifikasi dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat yang terdapat dalam model. Uji hipotesis yang dilakukan adalah :

a. Uji t

Analisis ini digunakan untuk membuktikan signifikan tidaknya antara jumlah penduduk dan PDRB terhadap terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember. Rumusnya adalah (Prayitno, 2010:68) ;


(42)

Keterangan :

t = test signifikan dengan angka korelasi bi = koefisien regresi

Se (bi) = standard error dari koefisien korelasi Formulasi hipotesis uji t ;

1) Ho : bi 0, i = 1, 2

H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada pengaruh secara parsial (individu)

antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 2) Ha : bi 0, i = 1, 2

H0 ditolak dan Ha diterima, ada pengaruh secara parsial (individu) antara

variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 3) Level of significane 5% (Uji 2 sisi, 5% : 2 = 2,5%)

b. Uji F

Uji F digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel bebas secara simultan (serentak) terhadap variabel terikat (Prayitno, 2010:67). Dalam penelitian ini uji F digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel X1, dan X2, secara simultan terhadap variabel Y.

Rumus yang akan digunakan adalah :

Keterangan :

F = pengujian secara simultan R2 = koefisien determinasi k = banyaknya variabel n = banyaknya sampel Formulasi hipotesis uji F ; 1) Ho : b1, b2, b3 0


(43)

H0 ditolak dan Ha diterima, ada pengaruh secara simultan antara varibel

bebas (X1, dan X2) terhadap varibel terikat (Y)

2) Ha : b1, b2, b3 = 0

H0 diterima dan Ha ditolak, tidak ada pengaruh simultan antara varibel

bebas (X1, dan X2) terhadap varibel terikat (Y)

3) Level of significane 5%. c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi adalah data untuk mengetahui seberapa besar prosentase pengaruh langsung variabel bebas yang semakin dekat hubungannya dengan variabel terikat atau dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut bisa dibenarkan. Dari koefisiensi determinasi (R2) dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y (Prayitno, 2010:66).

Keterangan :

R2 = Koefisien determinasi berganda Y = Variabel terikat (dependent)

X = Variabel bebas (Independent)

b = Koefisien regresi linier

2 3 4

3 2 2 1 1

2 4

Y

Y X b Y X b Y X b Y X b Y R


(44)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Jember

Secara astronomi Kabupaten Jember terletak pada posisi 27’29”s/d 14’35”

Bujur Timur dan 59’6” s/d 33’56” Lintang Selatan. Jember memiliki luas

3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 – 3.330 mdpl. Iklim Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23oC – 32oC. Bagian selatan wilayah Kabupaten Jember adalah dataran rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau Barong. Pada kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah administratif kabupaten Banyuwangi. Bagian barat laut (berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo adalah pegunungan, bagian dari Pegunungan Iyang, dengan puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m). Bagian timur merupakan bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang persumber dari Pegunungan Raung di bagian timur, dan Sungai Bondoyudo yang bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian barat. Secara administrative Jember terbagi menjadi 31 kecamatan dan 248 desa/ kelurahan dan memiliki sekitar 76 pulau-pulau kecil.


(45)

(46)

Luas wilayah Kabupaten Jember 3.293,34 Km2, dengan karakter topografi berbukit hingga pegunungan di sisi utara dan timur serta dataran subur yang luas ke arah selatan. Secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 225 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Tempurejo dengan luas 524,46 Km2 atau 15,9% dari total luas wilayah Kabupaten Jember. Kecamatan yang terkecil adalah Kaliwates, seluas 24,94 Km2 atau 0,76%.

Kawasan lindung di Kabupaten Jember terdiri atas :

1) Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya yang berada di bagian timur,

2) Kawasan perlindungan setempat yang berada di sempadan pantai selatan Jember (100 m), sempadan sungai/kali di seluruh Jember, kawasan sekitar waduk, dan kawasan sekitar mata air,

3) Kawasan suaka alam berada di Wisata Pantai Watu Ulo, Gunung Watangan, Taman Nasional Meru Betiri dan Pegunungan Hyang,

4) Kawasan cagar budaya di Kecamatan Arjasa,

5) Kawasan rawan bencana alam karena erosi tinggi berada di Kecamatan Arjasa, Patrang, Sumberjambe, Mumbulsari, Kencong dan Wuluhan, dan kawasan rawan bencana alam karena hutan rusak berada di Kecamatan Silo dan Mumbulsari.

Kawasan budidaya terdiri dari :

1) Pertanian Tanaman Pangan berada di seluruh kawasan kecuali pusat kota, 2) Perkebunan berada di lereng Gunung Argopuro dengan komoditi teh, kopi,

kakao, karet; lereng Gunung Raung dengan komoditi kopi dan tembakau; kawasan tengah hingga selatan dengan komoditi tembakau, tebu dan kelapa,

3) Perikanan laut terdapat di Kecamatan Gumukmas, Puger, Ambulu, Wuluhan dan Kencong; perikanan darat terdapat di Kecamatan Rambipuji, Kalisat dan Bangsalsari,

4) Pertambangan/Galian C berada di Kecamatan Puger, Pakusari, Sumbersari, Kalisat, Wuluhan, Arjasa, Ledokombo dan Rambipuji,


(47)

5) Hutan Produksi berada di kawasan perbatasan dengan Bondowoso dan Banyuwangi,

6) Industri kecil tersebar di setiap kecamatan, industri manufaktur berada di Kecamatan Rambipuji, Panti, Balung, Jenggawah, Sumbersari dan Arjasa, 7) Permukiman berada di Kawasan Pusat Kota dan setiap ibukota kecamatan.

Kabupaten Jember berbentuk dataran ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas Utara dan Timur serta Samudra Indonesia sepanjang batas Selatan dengan Pulau Nusabarong yang merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kabupaten Jember. Letaknya yang strategis karena berada dipersimpangan antara Surabaya dan Bali, sehingga perkembangannya cukup pesat dan menjadi barometer pertumbuhan ekonomi di kawasan Timur Jawa Timur. Sebagai Daerah Otonom, Kabupaten Jember memiliki batas-batas teritorial, luas wilayah, kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial politik dan sosial budaya serta sumber daya manusia. Kondisi obyektif yang demikian dapat mengungkapkan berbagai karakteristik sumberdaya alam, komoditas yang dihasilkan, mata pencaharian penduduk, keadaan serta ekonomi dan sosial budayanya yang mencerminkan kekuatan sebagai suatu kompetensi daerah, sekaligus beragam permasalahan yang dihadapinya.

4.1.2 Kondisi Demografis Kabupaten Jember

Pada Tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Jember mengalami peningkatan yaitu sebesar 2.451.081 jiwa. Sedangkan Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Jember adalah sebesar 2.332.726 jiwa, terjadi peningkatan sebesar 7,01% dibandingkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2009 sebesar 2.179.829 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk tersebut mempengaruhi tingkat kepadatan penduduk yang juga mengalami peningkatan dari 661,89 jiwa/km² pada tahun 2009 menjadi 708,32 jiwa/km² pada tahun 2010. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi terjadi pada wilayah ibu kota kabupaten seperti Kecamatan Kaliwates, Sumbersari, Patrang dengan tingkat


(48)

kepadatan masing-masing 4.485,20 jiwa/km², 3.408,34 jiwa/km² dan 2.553,96 jiwa/km². Padahal ketiga wilayah tersebut memiliki presentase luas wilayah yang relatif kecil tehadap luas Kabupaten Jember, dengan proporsi luas masing-masing sebesar 0,76%, 1,12% dan 1,12%.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Jember Tahun 2000-2011 Tahun Jumlah Penduduk

2000 2.162.688 2001 2.120.074 2002 2.123.968 2003 2.131.289 2004 2.136.999 2005 2.141.467 2006 2.146.571 2007 2,153.883 2008 2.168.732 2009 2.179.829 2010 2.329.929 2011 2.451.081 Rata-Rata 2.187.209

Sumber : BPS Kabupaten Jember, diolah

Dari tabel 4.1 kita dapat melihat jumlah penduduk Kabupaten Jember yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2001 jumlah penduduk turun sebesar 42.614 jiwa. Berdasarkan hasil analisis trend, jumlah penduduk dari Kabupaten Jember memiliki trend yang yang positif karena garis trend bergerak dari kiri bawah ke kanan atas yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jember terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat diketahui dari gambar 4.2 di bawah ini.


(49)

Sumber : Lampiran A3

Gambar 2 Trend Jumlah Penduduk Kabupaten Jember Tahun 2000-2011

Tabel 4.2 Banyaknya Kelurahan/ Desa, Dusun/ Lingkungan, RW, RT Menurut Kecamatan, 2012

No Kecamatan Desa/kelurahan Dusun/lingkungan RW RT

1 Kencong 5 24 123 526

2 Gumuk Mas 8 24 159 452

3 Puger 12 37 288 658

4 Wuluan 7 25 126 719

5 Ambulu 7 27 200 637

6 Tempurejo 8 29 109 441

7 Silo 9 41 213 622

8 Manyang 7 24 109 347

9 Mumbulsari 7 26 86 463 10 Jenggawah 8 36 97 536

11 Ajung 7 33 113 491

12 Rambipuji 8 42 159 517

13 Balung 8 27 110 368

14 Umbulsari 10 26 153 450

15 Semboro 6 14 98 291

16 Jombang 6 17 134 402

17 Sumberbaru 10 36 166 599

18 Tanggul 8 24 140 507

19 Bangsalsari 11 40 253 569

20 Panti 7 26 91 423

21 Sukorambi 5 16 66 249

0.00 500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 3,000,000.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Trend Jumlah Penduduk Kabupaten

Jember Tahun 2000-2011

jumlah penduduk trend


(50)

22 Arjasa 6 26 64 253

23 Pakusari 7 26 96 293

24 Kalisat 12 51 151 473 25 Ledokombo 10 39 147 422 26 Sumberjambe 9 58 103 426 27 Sukowono 12 27 143 374

28 Jelbuk 6 42 78 236

29 Kaliwates 7 32 152 490 30 Sumbersari 7 33 152 505

31 Patrang 8 38 119 404

Tahun 2012 248 966 4189 14.143 Tahun 2011 248 966 4127 14.166 Sumber : Bagian Pemerintahan Desa Kabupaten jember 2012

Berikut adalah data jumlah penduduk selama 5 tahun, dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Data yang diperoleh didapatkan dari Badan Pusat Statistik Jember (BPS), sebagai berikut ;

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk di Kabupaten Jember

No Kecamatan 2009 2010 2011 2012 2013 1 Kencong 5892458 6012712 6198672 632518 65208 2 Gumukmas 7181501 7328062 7554703 770888 79473 3 Puger 10409756 10622200 10950722 1117421 115198 4 Wuluhan 10396593 10608769 10936875 1116008 115052 5 Ambulu 9528104 9722556 10023253 1022781 105441 6 Tempurejo 6408346 6539129 6741370 687895 70917 7 Silo 9460783 9653860 9952433 1015554 104696 8 Mayang 4404554 4494443 4633446 472801 48742 9 Mumbulsari 5681217 5797160 5976454 609842 62870 10 Jenggawah 7384429 7535131 7768176 792671 81719 11 Ajung 6775104 6913371 7127187 727264 74976 12 Rambipuji 7167736 7314016 7540223 769410 79321 13 Balung 6978845 7121270 7341515 749134 77230 14 Umbulsari 27378255 27936995 28801025 2938880 302977 15 Semboro 3940866 4021292 4145662 423027 43611 16 Jombang 4521093 4613361 4756042 485310 50032 17 Sumberbaru 9007638 9191467 9475739 966912 99682 18 Tanggul 7505787 7658967 7895842 805698 83062 19 Bangsalsari 10352917 10564201 10890929 1111319 114569 20 Panti 5399823 5510024 5680437 579636 59756


(51)

21 Sukorambi 3453985 3524474 3633478 370763 38223 22 Arjasa 3423502 3493369 3601411 367491 37886 23 Pakusari 3791133 3868503 3988147 406954 41954 24 Kalisat 6831461 6970878 7186473 733314 75599 25 Ledokombo 5682964 5798943 5978292 610030 62890 26 Sumberjambe 5473320 5585020 5757753 587526 60570 27 Sukowono 5331568 5440376 5608635 572310 59001 28 Jelbuk 2931108 2990927 3083430 314636 32437 29 Kaliwates 10210383 10418758 10740988 1096019 112992 30 Sumbersari 11513191 11748155 12111500 1235867 127409 31 Patrang 8601662 8777206 9048666 923333 95189

Sumber : BPS Jember 2014

Berdasarkan data dari BPS Jember, dapat diketahui bahwa selama 5 tahun ada 5 kecamatan dengan jumlah populasi terendah, yaitu Semboro, Sukorambi, Arjasa, Pakusari dan Jelbuk. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah populasi terpadat, yaitu Puger, Wuluhan, Umbulsari, Bangsalsari, dan Sumbersari. Jumlah populasi penduduk yang rendah di 5 kecamatan dapat disebabkan oleh adanya struktur demografis daerah, daerah yang ada pada 5 kecamatan tersebut, meliputi persawahan dan perkebunan yang luas, sehingga konsentrasi penduduk hanya terjadi disekitar jalur lintas kendaraan, atau lokasi-lokasi yang telah menjadi perumahan atau perkampungan. Sedangkan populasi penduduk yang padat atau tinggi di 5 kecamatan dapat disebabkan oleh adanya struktur demografi didalam suatu wilayah, daerah yang penduduk umumnya adalah daerah yang jauh dari pusat kota sehingga membentuk konsentrasi ekonomi pada desa yang jauh dari perkotaan, perkotaan sebagai pusat kota, dan daerah yang dekat atau lokasi sebagai perkantoran dan tempat pendidikan atau perkualiahan.

4.1.3 Keadaan Ekonomi Kabupaten Jember

Selama bertahun-tahun perekonomian Kabupaten Jember terus mengalami peningkatan. Peningkatan perekonomian itu tentu saja ditopang dari sembilan sektor ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Jember. Dapat kita lihat saja angka PDRB Kabupaten Jember pada tahun 2011 ini mengalami peningkatan sebesar 28.273.554,94 juta rupiah dengan kontribusi ekonominya sebesar 37,46 persen berdasarkan perhitungan harga berlaku. Kontribusi terbesar


(52)

masih dipegang oleh sektor pertanian yaitu mencapai besaran 10.663.456,54 juta rupiah pada tahun 2011. Sektor pertanian yang sejak bertahun-tahun lamanya menunjukan kinerja yang impresif seiring dengan membaiknya perekonomian di Kabupaten Jember, peran sektor pertanian cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun secara perlahan. Perubahan ini bukan berarti sektor pertanian mengalami penurunan, tetapi semata-mata karena sektor lain tumbuh lebuh cepat daripada sektor pertanian.

Tabel 4.4 Rata-Rata Pangsa Masing-Masing Sektor di Kabupaten Jember Atas Dasar Harga Berlaku,Tahun 2000-2011 (%)

Sektor Pangsa Rata-Rata Trend

Sektor Primer : 1. Pertanian 2. Pertambangan

43,85 3,96

Negatif Negatif Sektor Sekunder :

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan

8,02 0,86 3,01 Positif Positif Positif Sektor Tersier :

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keu. Persewaan dan Jasa Perush. 9. Jasa-Jasa 19,91 4,35 6,05 9,98 Positif Positif Negatif Positif Sumber : Lampiran A4

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang memiliki pangsa terbesar kedua dalam struktur perekonomian setelah sektor pertanian. Terutama pada sub sektor perdagangan, masih memberikan sumbangan terhadap pembentukan PDRB Kabupaten. Hal ini ditandai dengan berkembangnya minimarket/supermarket baru seperti indomart dan alfamart di berbagai pelosok kecamatan dan pusat perbelanjaan seperti golden market, carefour, matahari

departement store dan roxy yang masih menunjukkan eksistensinya. Tidak hanya di wilayah kecamatan kota, pendirian minimarket/supermarket tampak menjamur dengan radius lokasi tidak lebih dari satu kilometer.


(53)

Nampak bahwa usaha bisnis dan perdagangan saat ini merupakan usaha yang paling menguntungkan bagi pengusaha, karena dengan resiko minimal, sektor ini mampu memberi keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang lain. Selain itu, untuk berusaha di bidang bisnis dan perdagangan tidak memerlukan keahlian tertentu seperti halnya pada sektor yang lainnya. Pada tahun 2010 sektor perdagangan, hotel dan restoran berperan sebesar 24,52, sementara di tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 25,17 yang artinya kontribusinya naik 0,65 persen.

Kontribusi pangsa terbesar ketiga merupakan sektor industri pengolahan yaitu dengan pangsa sebesar 10,81 pada tahun 2011. Setiap tahun sektor industri pengolahan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat ditunjukan dengan banyaknya masyarakat Jember yang banyak bergerak di industri pengolahan berupa sub sektor makanan, minuman dan tembakau. Kontribusi pangsa keempat ditunjukan oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar 10,62 pada tahun 2011 yang naik dari 10,30 pada tahun 2010. Yang kelima adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang memberikan kontribusi sebesar 5,30 di tahun 2011. Kontribusi keenam yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 4,65. Selanjutnya yang ketujuh kontribusi dari sektor pertambangan dan galian dengan angka 2,78. Sektor bangunan hanya menyumbang 2,36 bagi perekonomian Kabupaten Jember. Kontribusi terkecil ditunjukan oleh sektor listrik, gas dan air bersih yang hanya memberikan pangsa sebesar 0,85 (Lampiran)


(54)

Sumber : Lampiran

Gambar 3. Trend Pangsa Masing-Masing Sektor di Kabupaten Jember Tahun 2000-2011

1) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jember

Dalam menghitung pertumbuhan ekonomi suatu wilayah biasanya menggunakan PDRB harga konstan 2000 karena dalam perhitungannya masih menggunakan harga yang sama yaitu harga pada tahun 2000 sehingga pertumbuhan ekonomi ini benar-benar diakibatkan dari perubahan jumlah nilai produksi sektoral yang sudah bebas dari pengaruh harga. Berdasarkan harga konstan tahun 2000, nilai PDRB Kabupaten Jember terus mengalami peningkatan di tiap tahunnya. Pada tahun 2011 ini saja telah mencapai 12.358.978,61 juta rupiah dengan angka pertumbuhan sebesar 7,00 persen dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat sebesar 11.550.549,44 juta rupiah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,05 persen.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jember tahun 2011 yang tercatat sebesar 7,00 persen didorong oleh percepatan pertumbuhan di semua sektor. Sektor-sektor yang mengalami percepatan pertumbuhan tertinggi dari PDRB atas dasar harga konstan 2000 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 50.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Trend Pangsa Sektor Ekonomi Kabupaten

Jember Tahun 2000-2011

pertanian pertambangan industri pngolhan listrik,gas,air brsh bangunan

perdgngan,hotel,rstoran pngangkutan,kmnikasi keu.prswaan,jsa perush jasa-jasa


(55)

10,66 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,93 persen, sektor jasa-jasa sebesar 8,87 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,76 persen. Sementara itu apabila dilihat dari percepatan pertumbuhan yang terendah dialami oleh sektor pertanian sebesar 3,63 persen dan sektor penggalian sebesar 4,29 persen (Lampiran )

Tabel 4.5 Rata-Rata Pertumbuhan Masing-Masing Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jember Harga Konstan 2000 Tahun 2001-2011 (%)

Sektor Pertumbuhan

Sektoral Rata-Rata Trend

Sektor Primer : 1. Pertanian 2. Pertambangan

4,07 3,51

Positif Positif Sektor Sekunder :

3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan

4,97 6,47 6,43 Positif Positif Positif Sektor Tersier :

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keu. Persewaan dan Jasa Perush. 9. Jasa-Jasa 6,48 5,53 6,06 5,67 Positif Positif Positif Positif Sumber : Lampiran A5

Dari tabel diatas dapat dilihat mulai tahun 2000 hingga tahun 2011, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember secara umum menunjukkan

ascending economic growth trend” atau trend pertumbuhan ekonomi yang terus

menaik. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi hanya mampu tumbuh sebesar 5,55 persen karena disebabkan oleh pengaruh krisis global dunia seperti menurunnya nilai ekspor dan permintaan luar negeri akan produk perkebunan dan industri yang memang mempunyai kualitas ekspor. Keadaan semakin membaik permintaan luar negeri akan produk ekspor mulai meningkat begitu juga dengan optimisnya pasar dan meningkatnya daya beli masyarakat sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 7,00 persen pada tahun 2011.


(1)

c. Nilai slope 0,672 pada PDRB, menunjukkan bahwa setiap kenaikan kegiatan PDRB 1 satuan, maka hal tersebut akan meningkatkan penerimaan PBB sebesar 0,672, dan sebaliknya.

4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Uji t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan secara parsial. Tabel distribusi t dicari pada α = 5%, dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 31-2-1 = 28. Hasil analisis regresi berganda adalah untuk mengetahui jumlah penduduk dan PDRB serta variabel dependen yaitu penerimaan PBB di Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (dalam hal ini untuk menguji pengaruh secara parsial) diperoleh hasil yang sebagai berikut ;

a. Variabel jumlah penduduk (X1) memiliki nilai t 3,770 > 2,048 dan signifikasi 0,018 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember;

b. Variabel PDRB (X2) memiliki nilai t 5,244 > 2,048 dan signifikan 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara parsial variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember. thitung positif, maka jika ada peningkatan pada variabel PDRB maka akan meningkatkan penerimaan PBB.

4.2.4.2 Uji F

Uji F dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap variabel dependen yaitu penerimaan PBB di Kabupaten Jember secara simultan. Tabel distribusi F dicari pada α = 5%, dengan derajat kebebasan (df) df1 atau 3-1 = 2, dan df2 n-k-1 atau 31-2-1 = 28. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda (dalam hal ini untuk menguji pengaruh secara simultan) diperoleh hasil, yaitu bahwa Fhitung > Ftabel (88,736 > 3,34) dan signifikasi (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel jumlah penduduk dan


(2)

PDRB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember.

4.2.4.3 Koefisien Determinasi

Berfungsi untuk mengetahui besarnya proporsi atau sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan, maka dapat ditentukan dengan uji koefisien determinasi berganda (R2). Dilihat dari nilai koefisien determinasi berganda, hasil analisis menujukkan bahwa besarnya persentase sumbangan pengaruh variabel jumlah penduduk dan PDRB terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember, dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square (R2) menunjukkan sebesar 0,769 atau 23,1% dan sisanya 40,3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini, seperti besarnya pajak dan banyaknya usaha kena pajak.

4.3 Pembahasan

Hasil pengujian koefisien dari analisis regresi linear berganda, menunjukkan jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh secara parsial terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember. Hasil pengujian koefisien dari analisis regresi linear berganda, menunjukkan bahwa jumlah penduduk dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan, “ada pengaruh jumlah penduduk dan PDRB terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember” adalah diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa jika jumlah penduduk dan PDRB, memiliki nilai positif, maka akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan penerimaan PBB di Kabupaten Jember.

4.3.1 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel jumlah penduduk sebesar 0,441 atau 44,1% dengan arah positif. Jumlah penduduk


(3)

sebagai banyaknya jumlah perkembangan penduduk yang ada di Kabupaten Jember, dalam hal ini dirasa telah dapat mempengaruhi adanya peningkatan atau pengaruh pada penerimaan pajak bumi dan bangunan dari dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Jember dapat diketahui berdasarkan jumlah penduduk yang tergolong relatif besar yaitu mencapai 4.800.000 orang pada tahun 2009 sampai dengan 2013. Pertumbuhan jumlah penduduk yang besar ini dapat memberikan sumbangan pengaruh atau peningkatan terhadap peningkatan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang relatif tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh adanya penduduk yang produktif didalam berusaha dalam meningkatkan pendapatan atau usahanya, sehingga dengan adanya penduduk yang produktif sangat membantu perkembangan pertumbuhan pada sektor usaha atau industri di Kabupaten Jember yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi adanya sumbangan pajak atau penerimaan pajak bumi dan bangunan untuk wilayah Kabupaten Jember yang relatif meningkat dengan jumlah yang relatif besar.

Menurut Widarjono (1999:73), jumlah penduduk oleh para perencana pembangunan dipandang sebagai asset modal besar pembangunan dan juga dipandang sebagai beban pembangunan. Sebagai asset apabila dapat ditingkatkan kualitas maupun keahlian/ ketrampilan sehingga akan meningkatkan produksi nasional. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi beban jika struktur, persebaran, dan mutunya sedemikian rupa sehingga hanya menuntut pelayanan social yang tingkat produksinya rendah sehingga menjadi tanggungan penduduk yang bekerja secara efektif.

4.3.2 Pengaruh PDRB Terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan

Penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa nilai koefisien variabel PDRB sebesar 0,672 atau 67,2% dengan arah positif. PRDB sebagai suatu pendapatan kotor yang masyarakat dalam suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun yang jumlahnya relatif besar pada tahun 2009 sampai dengan 2013 yaitu mencapai rata-rata sebesar Rp 371.000.000,-, dengan adanya jumlah pendapatan masyarakat atau PDRB yang relatif besar maka akan memberikan pengaruh dalam peningkatan aktivitas usaha yang ada didalam suatu masyarakat sehingga dengan


(4)

adanya pendapatan yang ada dimasayakat yang nantinya juga akan menjadi suatu modal usaha didalam mengembangkan suatu usaha produktif yang nantinya juga akan memberikan pengaruh dalam besarnya pendapatan yang akan memberikan sumbangan pengaruh pada pajak atau kewajibannya kepada pemerintah mengenai pajak yang harus dibayarkan oleh masyarakat terhadap besarnya pendapatan atau usaha yang sedang produktif yang ada dimasyarakat. Semakin besar jumlah PDRB di Kabupaten Jember, secara tidak langsung perputaran permodalan yang ada dimasyakat juga relatif besar dan dapat mengembang, semakin besar perkembangan suatu usaha masyarakat didalam suatu wilayah tentunya akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan kewajiban pajak yang akan memberikan kontribusi terhadap besarnya penerimaan pajak bumi dan bangunan yang ada di Kabupaten Jember.

Menurut Wijaya (1990:262), pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dicerminkan melalui nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dimana PDRB secara agresif menunjukkan kemampuan daerah tertentu dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi didaerah tersebut. PDRB diartikan sebagai total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu dalam kurun waktu tertentu (satu tahun). Hal ini menunjukkan besarnya nilai tambah produksi yang dihasilkan dari berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah tanpa mementingkan faktor produksi yang dipakai. Sedangkan menurut Elfianti (2011:14), peningkatan PDRB dapat juga diartikan sebagai peningkatan jumlah output yang tentunya dapat berpengaruh terhadap pendapatan perkapita yang kemudian akan mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam membayar pungutan, baik itu pajak, retribusi maupun pungutan-pungutan lain yang diterapkan oleh pemerintah daerah. Besarnya kapasitas pajak dan retribusi suatu daerah penting untuk menetapkan target penerimaan yang lebih akurat dan sangat diperlukan untuk mengukur kinerja administrasi penerimaan daerah yang tujuannya digunakan sebagai perencanaan penerimaan daerah yang lebih baik. Potensi pajak dan retribusi daerah dapat direfleksikan oleh aktifitas ekonomi suatu


(5)

daerah yang tergambar pada data PDRB, dimana PDRB menunjukkan total nilai tambah (produk akhir) yang dihasilkan oleh suatu daerah.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan didalam penelitian ini adalah 1) Penelitian ini hanya diorientasikan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh jumlah penduduk dan PRDB terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupeten Jember; 2) Sampling yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder dengan periode waktu tahun 2009 - 2013.


(6)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ;

a. Jumlah penduduk berpengaruh terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember dengan arah positif. Semakin besar jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Jember akan memberikan pengaruh terhadap penerimaan pajak bumi dan bangunan, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang produktif akan membantu peningkatan penerimaan pajak bumi dan bangunan;

b. PDRB berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PBB di Kabupaten Jember dengan arah positif. Semakin besar PDRB yang ada di Kabupaten Jember akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan, hal ini disebabkan karena setiap sektor usaha akan memberikan kontirbusi terhadap pajak yang diberikan.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat disarankan sebagai berikut ;

a. Pihak Pemerintah Kabupaten Jember diharapkan dapat lebih mengembangkan adanya kemampuan dan produktifitas penduduknya, maka diharapkan penduduk yang ada dapat memberikan sumbangan dalam meningkatkan penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Jember; b. Pihak Pemerintah Kabupaten Jember diharapkan dapat lebih

mengembangkan adanya pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang ada di Kabupaten Jember, maka diharapkan pertumbuhan ekonomi wilayahnya akan meningkat sehingga akan mendukung peningkatan dan kontribusi penerimaan sumbangan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Jember.