Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kota Medan

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

SHERLY CHAIRITA

107018028/MEP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

S E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SHERLY CHAIRITA

107018028/MEP

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Sherly Chairita

Nomor Pokok : 107018028

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Dr. Rahmanta, M.Si Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec) (Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA)


(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 29 Januari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec

Anggota : 1. Dr. Rahmanta, M.Si

2. Dr. Rujiman, MA 3. Dr. HB. Tarmizi, SU


(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa judul dibawah ini :

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan benar dan jelas.

Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,


(6)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Daerah. Demikian juga dengan Kota Medan sebagai daerah yang sedang membangun, terus berusaha untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari dalam negeri khususnya dari sektor pajak. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan mengurangi ketergantungan pada sumber lain atau dana dari luar negeri. Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (2) menganalisis pengaruh inflasi terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (3) menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (4) menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (5) menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto, inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang telah dipublikasi oleh instansi terkait, seperti BPS, dan instansi lainnya. Data yang dipakai adalah data triwulanan dari tahun 2000 – 2011, sehingga diperoleh data sebanyak 12 x 4 = 48 pengamatan. Selanjutnya, model yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan double logaritma, dengan metode estimasi

Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Variabel

Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, (2) Variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, (3) Variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, (4) Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Secara serempak atau bersama-sama semua variabel independen berpengaruh singnifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Medan.


(7)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE REVENUE OF LAND AND BULDING TAX IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

Tax is a very important source of revenue for the economy of a region. As a developing city, the local government of Medan keeps doing its best to increase the revenue from domestic resurces especially from the tax sector which is istenden to be idependent in financing development by minimizing the reliance on others sources or foreign funds. The purpose of this study was to analyze (1) the influence of the value of GFDP, (2) the influence of inflation, (3) the influence of interest rate, (4) the influence of number of population, (5) the influence of the value of GRDP, inflation, interest rate and number of population on the revenue from land and building tax in the city Medan. This study used the secondary data result from 48 (12 x 4) observation carried out on the report quarterly published from 2000 to 2011 by the Central Bereau of Statistics and other agencies. The data were analyzed through multiple regression model using double logarithm with Ordinary least Square (OLS) estimation method. The result of this study showed that (1) GRDP had positive and significant influence on the revenue from land and building tax, (2) inflation had positive and insignificant influence on the revenue from land and building tax, (3) interest rate had negative and insignificant influence on the revenue from land and building tax, and (4) number of population had positive and insignificant influence on the revenue from land and building tax. Simultaneosly, all independent variables had significant influence on the revenue from land and building Tax in the city of Medan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Di Kota Medan” ini.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai pihak terutama dari suamiku tercinta Dedi Khairil, SE. Ak., MSi, dan putra-putriku tersayang, serta dukungan yang tiada hentinya dari orangtua kami.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.AK.CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E,. M. Ec, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli M.S, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin S, S.E., M. Ec, selaku Ketua Pembimbing dan Bapak Dr. Rahmanta, MSi, selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.


(9)

6. Bapak Dr. Rujiman, M.A., Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, MSi, dan Bapak Dr. Parapat Gultom selaku Pembanding atas masukan dan arahan yang diberikan. 7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Teman-teman Seperjuangan “Laskar Pelangi” Angkatan XX buat Ibu Syafrida, Yulia Nurjanah, Shanty Khalista, Jonathan Sitompul, Muhammad Muhajir, M. Aldi Budianto, Salomo Barus, Gunter Winteniro dan Andrew Moses.

9. Seluruh rekan-rekan kerja dan instansi terkait yang telah banyak membantu, Kanwil DJP Sumut I, BPS Kota Medan dan BPS Provinsi Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih perlu disempurnakan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, April 2014


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Sherly Chairita

Agama : Islam

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 27 Oktober 1980 Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Komplek Graha Tanjung Sari Blok. I-4 Medan Nama Orang Tua Laki-laki : Alm. Chairuddin Hasibuan

Nama Orang Tua Perempuan : Siti Rohani

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD Negeri No. 060787 Medan Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 4 Medan

Sekolah Menengah Atas : SMK Negeri 1 Medan

Diploma I : Program Diploma I Spesialisasi Perpajakan, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Medan Sarjana (S1) : Manajemen Universitas Terbuka


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Landasan Teori ... 10

2.2. Penelitian Terdahulu ... 19

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 22

3.2. Lokasi Penelitian ... 22

3.3. Spesifikasi Penelitian ... 22

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 23

3.5. Model analisis Data ... 24

3.6. Uji Statistik ... 25

3.7. Defenisis Operasional ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.2. Gambaran Penduduk ... 31

4.3. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan ... 33

4.4. Pengujian Hipotesis ... 37

4.5. Uji Asumsi Klasik ... 38

4.6. Uji Statistik Analisis Regresi Linier Berganda ... 44

4.6.1. Koefisien Determinasi(R2 4.6.2. Uji Serempak (Uji Statistik F) ... 44

) ... 44

4.6.3. Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 46

4.7. Interpretasi Hasil dan Pembahasan ... 47

4.7.1. Pengaruh PDRB terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 47

4.7.2. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 48

4.7.3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 49


(12)

4.7.4. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 50

4.7.5. Pengaruh PDRB, Inflasi dan Tingkat Suku Bunga dan Jumlah Penduduk terhadap Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. APBN Indonesia Tahun 2011 (Miliar Rupiah) ... 2

1.2. Penerimaan Pajak Tahun Anggaran 1989/1990-2010 ... 3

1.3. Penerimaan PBB dan BPHTB Kota Medan Tahun 2000 - 2009 (Ribuan Rupiah) ... 6

4.1. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 - 2010 di Kota Medan ... 32

4.2. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 – 2010 (Jutaan Rupiah) ... 34

4.3. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah) Pada Tahun 2008 – 2010 ... 35

4.4. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 – 2010 (%) ... 36

4.5. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun 2008 – 2010 (%) ... 37

4.6. Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda ... 38

4.7. Korelasi Antar Variabel Independen ... 39

4.8. Hasil Nilai VIF ... 39

4.9. Uji Durbin Watson ... 40

4.10. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 42

4.11. Hasil Uji Deviation From Linearity ... 43

4.12. Hasil Koefisien Determinasi (R2 4.13. Hasil Uji Secara Serempak/Bersama-Sama ... 45

) ... 44


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Penerimaan PBB... 20 4.1. Histogram Regression Standardized Residual ... 41


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Sekunder Hasil Penelitian ... 57

2. Data Logaritma Hasil Penelitian ... 61

3. Descriptive Statistics ... 65

4. Descriptive Korelasi ... 66

5. Model Summary, Anova dan Koefisien Regresi ... 67

6. Collinearity Diagnostics ... 68

7. Residual Statistics ... 69

8. Histogram Regression Standardized Residual ... 70

9. Normal P-P Plot Regression Standardized Residual ... 71

10. Scatterplot Regression Standardized Predicted Value ... 72

11. Partial Regression Plot Variabel PBB dan PDRB ... 73

12. Partial Regression Plot Variabel PBB dan Inflasi ... 74

13. Partial Regression Plot Variabel PBB dan Suku Bunga ... 75

14. Partial Regression Plot Variabel PBB dan Junlah Penduduk ... 76


(16)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Daerah. Demikian juga dengan Kota Medan sebagai daerah yang sedang membangun, terus berusaha untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari dalam negeri khususnya dari sektor pajak. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan mengurangi ketergantungan pada sumber lain atau dana dari luar negeri. Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (2) menganalisis pengaruh inflasi terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (3) menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (4) menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan, (5) menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto, inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang telah dipublikasi oleh instansi terkait, seperti BPS, dan instansi lainnya. Data yang dipakai adalah data triwulanan dari tahun 2000 – 2011, sehingga diperoleh data sebanyak 12 x 4 = 48 pengamatan. Selanjutnya, model yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan double logaritma, dengan metode estimasi

Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Variabel

Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, (2) Variabel inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, (3) Variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, (4) Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. Secara serempak atau bersama-sama semua variabel independen berpengaruh singnifikan terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Medan.


(17)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE REVENUE OF LAND AND BULDING TAX IN THE CITY OF MEDAN

ABSTRACT

Tax is a very important source of revenue for the economy of a region. As a developing city, the local government of Medan keeps doing its best to increase the revenue from domestic resurces especially from the tax sector which is istenden to be idependent in financing development by minimizing the reliance on others sources or foreign funds. The purpose of this study was to analyze (1) the influence of the value of GFDP, (2) the influence of inflation, (3) the influence of interest rate, (4) the influence of number of population, (5) the influence of the value of GRDP, inflation, interest rate and number of population on the revenue from land and building tax in the city Medan. This study used the secondary data result from 48 (12 x 4) observation carried out on the report quarterly published from 2000 to 2011 by the Central Bereau of Statistics and other agencies. The data were analyzed through multiple regression model using double logarithm with Ordinary least Square (OLS) estimation method. The result of this study showed that (1) GRDP had positive and significant influence on the revenue from land and building tax, (2) inflation had positive and insignificant influence on the revenue from land and building tax, (3) interest rate had negative and insignificant influence on the revenue from land and building tax, and (4) number of population had positive and insignificant influence on the revenue from land and building tax. Simultaneosly, all independent variables had significant influence on the revenue from land and building Tax in the city of Medan.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, terus berusaha untuk meningkatkan penerimaan yang bersumber dari dalam negeri khususnya dari sektor pajak. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Disisi lain pengeluaran negara adalah pengeluaran yang bersifat pembiayaan seperti pengeluaran rutin, belanja pegawai, subsidi, pembayaran utang beserta bunganya. Pengeluaran ini biasanya ditutup dengan penerimaan dalam negeri utama yakni dari sektor migas dan non migas. Penerimaan negara terbesar saat ini adalah berasal dari penerimaan pajak, salah satu diantaranya adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

Bila kita melihat struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2011, terlihat bahwa sisi penerimaan Negara non migas atau penerimaan perpajakan sebesar Rp. 850,25 triliyun (anggaran.depkeu.go.id). Jumlah penerimaan pajak ini merupakan dari Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) sebelumnya yang berjumlah sebesar Rp. 839,54 triliyun sehingga terjadi perubahan sebesar Rp. 10,71 triliun atau naik sebesar Rp. 10,71 triliun atau naik sebesar 1,28%. Dibandingkan dengan PDB sampai dengan Triwulan III tahun 2011 sebesar Rp. 5.482,4 triliyun (data BPS), maka rasio


(19)

penerimaan pajak adalah sebesar 15,51% sedangkan terhadap keseluruhan APBN sumbangannya adalah sebesar 76,95%.

Revisi ini diperlukan mengingat defisit anggaran yang cukup tinggi yaitu sebesar 124,66 triliyun yang diakibatkan oleh pembengkakan pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Keadaan ini memaksa pemerintah mencari sumber pendanaan baru yang dapat menutupi kekurangan penerimaan pada APBN tahun berjalan.

Tabel 1.1. APBN Indonesia Tahun 2011 (Miliar Rupiah)

2011

RAPBN APBN

A. Pendapatan Negara dan Hibah 1.086.369,6 1.104.902 I. Penerimaan Dalam Negeri 1.082.630,1 1.101.162,5 1. Penerimaan Perpajakan 839.540,3 850.255,5 a. Pajak Dalam Negeri 816.422,3 827.246,2 b. Pajak Perdagangan Internasional 23.118 23.009,3 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 243.089,7 250.907

II. Hibah 3.739,5 3.739,5

B. Belanja Negara 1.202.046,2 1.229.558,5 I. Belanja Pemerintah Pusat 823.627 836.578,2 1. K/L 410.409,2 432.779,3 2. Non K/L 413.217,9 403.798,9 II. Transfer Ke Daerah 378.419,2 392.980,3 1. Dana Perimbangan 329.099,3 334.324 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 49.319,9 58.656,3

III. Suspen 0 0

C. Keseimbangan Primer 726,2 (9.447,3) D. Surplus/Defisit Anggaran (A – B) (115.676,6) (124.656,5)

E. Pembiayaan 115.676,6 124.656,5

I. Pembiayaan Dalam Negeri 118.672,6 125.266 II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (2.995,9) (609,5) Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 0 0


(20)

Dari sektor perpajakan sendiri menyumbang dana ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp. 850,25 triliyun, angka ini menunjukkan hampir 77 % pembiayaan Negara berasal dari sektor perpajakan. Maknanya partisipasi masyarakat pembayar pajak sangatlah diharapkan dalam rangka memenuhi kebutuhan dana untuk pembiayaan Negara.

Tabel berikut ini menunjukkan penerimaan pajak di dalam APBN sejak Tahun Anggaran 1989/1990 - 2010.

Tabel 1.2. Penerimaan Pajak Tahun Anggaran 1989/1990-2010

(Ttrilyun Rupiah)

Tahun Anggaran

Pajak Dalam Negeri

Pajak Perdagangan Internasional

Jumlah PDB Rasio (%) PPh PPN PBB Cukai Pajak

Lainnya

Bea Masuk

Pajak Ekspor

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

REPELITA V

1989/1990 5,75 5,99 0,6 1,48 0,19 1,89 0,17 16,07 147,45 10,9

1990/1991 8,25 8,12 0,79 1,79 0,22 2,8 0,04 22,01 173,31 12,7

1991/1992 9,73 9,15 0,94 1,91 0,29 2,87 0,02 24,91 200,86 12,4

1992/1993 12,52 10,74 1,11 2,24 0,25 3,22 0,008 30,088 236,91 12,7

1993/1994 14,76 13,94 1,48 2,63 0,28 3,56 0,014 36,664 308,10 11,9

1994/1995 18,76 16,54 1,65 3,15 0,3 3,9 0,13 44,43 364,18 12,2

1995/1996 21,01 18,52 1,89 3,59 0,45 3,03 0,19 48,68 434,64 11,2

1996/1997 27,06 20,35 2,41 4,26 0,59 2,58 0,08 57,33 511,88 11,2

1997/1998 34,39 25,19 2,64 5,1 0,48 2,99 0,13 70,92 633,21 11,2

1998/1999 55,94 27,8 3,56 7,73 0,41 2,31 4,63 102,38 947,96 10,8

1999/2000 72,7 33,1 4,1 10,4 0,6 4,2 0,8 125,9 1.134,23 11,1

2000 57,1 35 4,5 11,3 0,9 6,7 0,3 115,8 989,74 11,7

2001 92,8 55,8 6,3 17,6 1,7 9,8 0,7 184,7 1.477,60 12,5

2004 134,9 87,6 14,7 29,2 1,8 12,4 0,3 280,9 2.302,46 12,2

2005 175,5 101,3 19,6 33,3 2,1 14,9 0,3 347,0 2.776,00 12,5

2006 208,8 123 24,1 37,8 2,3 12,1 1,1 409,2 3.326,83 12,3

2007 238,4 154,5 29,7 44,7 2,7 16,7 4,2 491,0 3.959,69 12,4

2008 327,5 209,6 31,0 51,3 3,0 22,8 13,6 658,7 4.952,76 13,3

2009 317,6 193,1 30,8 56,7 3,1 18,1 0,6 620,0 5.636,58 11,0

2010 362,2 263,0 32,5 59,3 3,8 17,1 5,5 743,4 6.247,06 11,9


(21)

Lantas bagaimana caranya Departemen Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak mampu menghimpun dana sebanyak itu dari Wajib Pajak. Program yang dilakukan adalah Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi merupakan jawabannya. Program ini harus dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan jumlah dan kualitas pembayar pajak sehingga mampu memberikan sumbangan keuangan bagi negara.

Untuk mengisi kas APBN, pajak yang dipungut untuk mengisi kas APBN disebut sebagai pajak pusat sedang untuk mengisi kas APBD pajak yang dipungut disebut sebagai pajak daerah. Pajak pusat antara lain terdiri dari : PPN, PPn BM, PPh, PBB, dan BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan). PBB dan BPHTB sebelumnya adalah merupakan pajak pusat yang setelah dihimpun dikembalikan ke daerah oleh pemerintah pusat, karena PBB dan BPHTB pada hakekatnya adalah pajak properti, yang umumnya diserahkan kepada daerah, sebelum tahun 2010 pemungutan BPHTB dilakukan oleh pemerintah pusat namun mulai tahun 2010 pemungutan BPHTB dilakukan oleh Pemerintah Daerah, dan untuk PBB berdasarkan Per-61/PJ/2010 pemungutan PBB dikelola sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah selambat-lambatnya tahun 2014 dan untuk Kota Medan dikelola oleh Pemerintah Daerah mulai tahun 2012.

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan menjadi kajian penelitian yang diteliti oleh peneliti dan tertuang dalam tesis ini. Hal ini dikarenakan mengingat keunikan jenis pajak ini yang menembus segala lapisan publik dalam pengenaannya dan pemungutannya serta sumbangannya yang cukup signifikan dalam kas APBN dan kas APBD.


(22)

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya alam yang memberikan kesempatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab secara profesional yang diwujudkan dengan penyusunan pembagian keuangan dan menggali sumber-sumber pembiayaan lain secara optimal.

Dalam rangka otonomi daerah, PBB dan BPHTB termasuk pajak yang diandalkan dalam mengisi kas daerah dan merupakan sumber penerimaan yang cukup signifikan dalam mengisi kas APBD sehingga perannya sangat penting dalam realisasi otonomi daerah yang membutuhkan dana yang memadai dalam mendukung kegiatan pemerintah daerah. Penerimaan PBB diharapkan terus meningkat setiap tahunnya, namun dalam hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB, diantaranya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), tingkat bunga, inflasi dan jumlah penduduk, dan lainnya. Perkembangan penerimaan PBB dan BPHTB Kota Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(23)

Tabel 1.3. Penerimaan PBB dan BPHTB Kota Medan Tahun 2000 - 2009 (Ribuan Rupiah)

No Tahun Penerimaan

PBB BPHTB

1 2000 31.532.805 6.783.632 2 2001 51.279.690 8.273.204 3 2002 66.850.476 2.580.603 4 2003 97.294.733 7.981.421 5 2004 121.049.970 3.984.578 6 2005 133.274.495 80.099.851 7 2006 154.853.176 69.134.045 8 2007 169.873.819 101.467.263 9 2008 189.868.061 145.472.330 10 2009 202.860.042 140.425.441 Sumber : Data Penerimaan PBB & BPHTB Kota Medan

Berdasarkan Tabel 1.3. di atas, terlihat bahwa penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan, peningkatan tertinggi pada tahun 2009. Oleh karena itu, penulis ingin menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Pada era otonomi daerah setiap daerah memasuki era baru dalam penataan sistem pemerintahan dan sistem perekonomian. Dengan otonomi daerah diharapkan peran daerah dalam mendukung perekonomian nasional menjadi semakin besar karena kondisi perekonomian yang cenderung menuntut adanya peran aktif dari pemerintah daerah untuk lebih banyak menggali potensi perekonomian di daerahnya, serta memainkan peranan yang lebih besar dalam merangsang aktivitas perekonomian daerah.


(24)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan satu dari beragam indikator ekonomi yang digunakan dalam mengukur kinerja suatu perekonomian. Kinerja ekonomi daerah tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pemanfaatan indikator PDRB, seperti pertumbuhan ekonomi akan mendorong peningkatan permintaan tanah untuk memenuhi kebutuhan investasi seperti pembangunan kawasan industri, perhotelan, perkantoran, pusat perdagangan, dan untuk pemukiman.

Produk Domestik Regional Bruto menunjukkan kemampuan seseorang untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, termasuk membayar pajak. Kemampuan seseorang untuk membayar pajak didukung oleh tingkat pendapatan masyarakat, kekayaan, dan konsumsi seseorang maka semakin tinggi tingkat kemampuan seseorang dalam membayar pajak. Tingkat inflasi biasanya akan mendorong tingkat harga atau nilai properti. Sementara tingkat bunga dapat mendorong masyarakat untuk berinvestasi dalam kepemilikan property atau dapat juga mendorong masyarakat untuk melakukan tabungan di perbankan.

Dengan latar belakang pentingnya penerimaan PBB untuk pembangunan daerah dan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan PBB, maka perlu kiranya dilakukan suatu penelitian.

Berdasarkan dari latar belekang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan ?. 2. Apakah terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap penerimaan Pajak Bumi


(25)

3. Apakah terdapat pengaruh tingkat suku bunga terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan ?.

4. Apakah terdapat pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan ?.

5. Apakah terdapat pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan ?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penerimaan PBB di wilayah Kota Medan yaitu: 1. Untuk menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan.

2. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan.

3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan.

4. Untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan.

5. Untuk menganalisis pengaruh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan.


(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat yang berarti, yaitu :

1. Bagi Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendapatan Daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dengan tetap menjaga laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk tinjauan pembangunan ekonomi.

2. Bagi Ilmu Pengetahuan diharapkan dapat menambah referensi dalam bidang ilmu ekonomi khususnya perpajakan di Indonesia.

3. Bagi Penulis diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang ilmu ekonomi serta meningkatkan kemampuan analisis aspek-aspek ekonomi khususnya di bidang perpajakan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balasan secara langsung. Definisi pajak menurut Soemitro (2000) adalah: “Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Sedangkan pengertian pajak menurut Pasal 1 undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan adalah : “Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Pajak merupakan salah satu bentuk campur tangan pemerintah untuk mengatasi kegagalan mekanisme pasar dalam melaksanakan semua fungsi ekonomi. Terdapat 5 (lima) alasan yang mendorong pemerintah melakukan campur tangan di bidang ekonomi (Meler, 1995) :

1. Kegagalan pasar yang timbul dari banyak kemungkinan termasuk eksternalitas, ketiadaan pasar, peningkatan keuntungan, adanya barang publik dan ketidaksempurnaan informasi.


(28)

2. Keinginan untuk mencegah atau mengurangi kemiskinan dan/atau memperbaiki atau meningkatkan distribusi pendapatan.

3. Tuntutan masyarakat untuk memperoleh fasilitas atau barang-barang seperti : pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

4. Paternalisme, dalam kaitannya dengan penyelenggaraan dan penyediaan pendidikan, pensiunan (jaminan hari tua) dan obat-obatan.

5. Melindungi hak-hak generasi yang akan datang (termasuk hak-hak yang berhubungan dengan kelestarian lingkungan).

Kegagalan mekanisme pasar antara lain disebabkan oleh adanya ciri-ciri khusus dari produksi ataupun konsumsi atas barang-barang tertentu yang tidak dapat disediakan melalui mekanisme pasar, sehingga menimbulkan masalah eksternalitas yang memerlukan adanya campur tangan pemerintah baik melalui penyediaan anggaran, subsidi maupun pajak. Selain itu adanya nilai-nilai sosial yang menghendaki adanya penyesuaian dalam distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang dihasilkan dari sistem pasar dan penyebaran hak pemilikan melalui warisan. Sistem ekonomi yang mengandalkan mekanisme pasar (khususnya di dalam perekonomian yang sangat berkembang) tidak menjamin tumbuhnya kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas tingkat harga dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan, sehingga kebijakan atau campur tangan pemerintah diperlukan untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut.

Dari sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip dasar menghimpun dana yang diperoleh dari dan untuk masyarakat melalui mekanisme yang mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku (Nasucha,


(29)

1995). PBB merupakan pajak atas properti yang objeknya adalah bumi (tanah) dan/atau bangunan. Dasar pengenaan PBB adalah asas manfaat, sehingga siapa saja yang memperoleh manfaat atas tanah dan/atau bangunan wajib membayar PBB. Tanah dan/atau bangunan telah memberikan keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi yang mempunyai sesuatu hak atasnya atau memperoleh manfaat darinya. Oleh karena itu wajar bila diwajibkan memberikan sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara melalui pembayaran PBB. Penghasilan dari tanah dan/atau bangunan adalah dalam bentuk sewa ekonomi. Karena sifat penawaran dari tanah mencerminkan nilai kapitalisasi dari sewanya maka harganya akan terus meningkat sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk dan pendapatan. Sesuai Undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan bahwa dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (Pasal 6 Ayat 1), sehingga dengan demikian pengenaan PBB adalah didasarkan atas nilai dari tanah dan/atau bangunan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan, maka akan mempengaruhi peningkatan penerimaan PBB.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menunjukkan nilai seluruh output atau produk dalam suatu wilayah tertentu dan pada waktu tertentu biasanya satu tahun. Ada 3 (tiga) pendekatan dalam menghitung PDRB (Wijaya, 1992), yaitu :

1. Pendekatan produksi yang menghitung PDRB dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam wilayah dan waktu tertentu.


(30)

2. Pendekatan pendapatan yang menghitung PDRB dengan menjumlahkan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi (upah, gaji, sewa, tanah, bunga, keuntungan) dalam wilayah dan waktu tertentu.

3. Pendekatan pengeluaran yang menghitung PDRB dengan menjumlahkan semua komponen permintaan akhir yang meliputi pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, modal tetap atau investasi dan ekspor bersih.

Penghitungan PDRB dapat dilakukan atas dasar harga yang berlaku atau atas dasar harga konstan pada suatu tahun tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku merupakan semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan. Hal ini digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu daerah dan untuk menghitung besaran pendapatan perkapita masyarakat. PDRB atas dasar harga konstan merupakan semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil dari suatu tahun ke tahun berikutnya. Beberapa kelemahan PDRB sebagai alat ukur kesejahteraan masyarakat :

1. Tidak mencakup transaksi-transaksi kegiatan ekonomi yang tidak melalui pasar, seperti kegiatan produksi ibu rumah tangga, petani yang menanam sayur dan buah-buahan untuk konsumsi sendiri dan sebagainya.

2. Tidak mempertimbangkan kualitas barang-barang yang diproduksi, karena yang dihitung hanya kuantitasnya.

3. PDRB hanya mengukur besarnya output total masyarakat tanpa mengukur apakah konsumsi tersebut tepat atau diinginkan masyarakat.


(31)

4. Tidak memperhitungkan dampak negatif yang timbul terhadap kelestarian lingkungan seperti pencemaran air, polusi udara dan sebagainya yang diakibatkan oleh kegiatan produksi.

5. Tidak mencerminkan distribusi kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya, karena output nasional total yang lebih merata distribusinya dirasakan memberikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi dari pada bila terdistribusikan kurang merata.

Metodologi penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penghitungan PDRB menurut harga berlaku atau penghitungan PDRB atas dasar harga konstan.

1. Penghitungan PDRB menurut lapangan usaha secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Penghitungan PDRB atas harga berlaku dilakukan dengan dua metode yaitu: (1) Metode langsung dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah yang bersangkutan, dan (2) Metode tidak langsung dengan cara alokasi PDRB porpinsi, menggunakan beberapa indikator produksi dan indikator lainnya yang relevan selaku alokator.

Penghitungan dengan metode langsung menggunakan pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Sedangkan metode tidak langsung dengan menggunakan indikator antara lain berupa nilai produk bruto/netto setiap sektor, jumlah produk fisik, tenaga kerja, penduduk dan lainnya yang sesuai.


(32)

2. Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan dapat dilakukan secara:

a. Revaluasi yaitu mengalikan kuantum tahun berjalan dengan harga tahun dasar. Menyangkut biaya antara karena komponennya sangat banyak maka penghitungannya dilakukan dengan cara perkalian output pada masing-masing tahun dengan ratio tetap biaya antara.

b. Ekstrapolasi yaitu dengan mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi sebagai ekstrapolator.

c. Deflasi yaitu membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga sebagai deflator.

d. Deflasi berganda yaitu yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan nilai tambahnya diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut.

3. Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang menarik untuk dibahas, terutama berkaitan dengan dampaknya yang cukup luas terhadap makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, kemerosotan daya beli, tingkat bunga dan tingkat kesejahteraan. Tingkat harga merupakan opportunity cost bagi masyarakat dalam memegang asset finansial, semakin tinggi perubahan tingkat harga maka akan semakin tinggi pula opportunity cost untuk memegang asset finansial. Artinya, jika tingkat harga tetap tinggi, masyarakat akan merasa beruntung jika memegang asset dalam bentuk riil seperti tanah atau bangunan daripada dalam bentuk uang.


(33)

Macam-macam inflasi (Susanti, Ikhsan danWidyanti, 2000):

1. Inflasi sebagai akibat kebijakan, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter yang juga bisa merefleksikan defisit anggaran yang berlebihan dan cara pembiayaannya.

2. Cost Push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya-biaya

yang bisa terjadi walaupun pada saat tingkat pengangguran tinggi dan tingkat penggunaan kapasitas produksi rendah. Karena upah biasa merupakan komponen yang penting dalam biaya produksi, kenaikan upah yang tidak sejalan dengan kenaikan produktivitas akan menyebabkan proses terjadinya inflasi.

3. Demand Pull Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh permintaan agregat

yang berlebihan yang mendorong kenaikan tingkat harga umum. Pendorong kenaikan permintaan agregat dapat berasal dari goncangan internal maupun eksternal tetapi umumnya berasal dari kebijakan ekspansi moneter atau fiskal yang berlebihan.

Pengertian dari inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan harga yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi.

Menurut Nopirin (2000) Laju inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan Negara lain atau dalam satu Negara untuk waktu yang berbeda. Atas dasar besarnya laju infalsi dibagi kedalam tiga kategori yakni : (1) Inflasi merayap


(34)

(creeping inflation) ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% per tahun) dan kenaikan harga barang/jasa berjalan secara lambat dengan persentase kecil serta dalam jangka waktu yang relative lama. (2) Inflasi menengah

(galooping inflation) ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya

double digit) dan berjalan dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu / bulan lalu dan seterusnya. Efeknya terhadap pertumbuhan perekonomian lebih besar daripada creeping inflation. (3) Inflasi tinggi (hyper Inflation) merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga-harga naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkepentingan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya ditimbulkan oleh adanya perang) yang dibelanjai dengan mencetak uang.

4. Tingkat Suku Bunga

Menurut teori klasik tingkat bunga terjadi berdasarkan kekuatan permintaan dana (tabungan) di pasar uang. Timbulnya penawaran dana disebabkan adanya masyarakat yang kelebihan pendapatan untuk dikonsumsi sehingga mereka berhasrat untuk menabung. Di lain pihak terdapat masyarakat yang memerlukan dana untuk kegiatan investasi. Harga yang harus dibayar oleh pihak yang memerlukan dana untuk keperluan investasi yaitu tingkat bunga.

Tingkat bunga adalah pembayaran yang harus dilakukan untuk penggunaan uang. Tingkat bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan perunit waktu. Dengan kata lain masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Biaya untuk meminjam uang diukur dalam rupiah per tahun untuk setiap


(35)

rupiah yang dipinjam atau dalam persen pertahun adalah tingkat bunga. Masyarakat mau membayar bunga karena dana yang dipinjam membantu mereka untuk membeli barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan konsumsi atau membuat investasi yang menguntungkan.

Semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasan seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi semakin besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos-ongkos penggunaan dana (cost of capital). Semakin rendah tingkat bunga maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi sebab biaya penggunaan dana juga akan semakin kecil.

5. Jumlah Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.

Pada tahun 2010, penduduk Kota Medan mencapai 2 097 610 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 193 337 jiwa atau sebesar 10,15 persen. Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7 913 jiwa/ km².


(36)

2.2. Penelitian Terdahulu

1. Hening Widi Oetomo, 2006, Analisis Faktor Ruangan Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Tanah Perkotaan. Dengan hasil penelitian adalah dihasilkannya 5 faktor baru yang terdiri dari faktor sosial, faktor fisik, faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor konstruksi yang mempengaruhi nilai tanah perkotaan dengan menggunakan data pengukuran dan metode statistik analisis faktor.

2. Ari Budiharjo, 2003, Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, dan Inflasi terhadap Penerimaan PBB Pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah. Menggunakan metode analisa regresi model pooled time series. Dengan hasil penelitian bahwa penerimaan PBB dipengaruhi secara signifikan oleh faktor jumlah penduduk, PDRB, dan Inflasi.

3. Hadi Sasana, 2005, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PBB. Menggunakan metode Regresi Loglinier Berganda. Dengan hasil penelitian penerimaan PBB dipengaruhi oleh PDRB perkapita, jumlah wajib pajak, inflasi, jumlah luas lahan, jumlah bangunan, dan krisis moneter.

4. Mukhlis, 2002, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan PBB. Menggunakan metode Regresi Linier Berganda. Dengan hasil penelitian luas lahan, jumlah luas bangunan, jumlah wajib pajak, dan tertib administrasi mempengaruhi penerimaan PBB.

5. Yusriadi, 1996, Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan PBB. Menggunakan Metode Analisis Regresi Time Series. Dengan hasil penelitian PDRB, jumlah penduduk, dan panjang jalan secara signifikan berpengaruh pada penerimaan PBB.


(37)

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggunakan variabel-variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk kerangka konseptual yang akan dibangun dengan konsep sebagai berikut :

Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai variabel dependen disimbolkan dengan Y, PDRB sebagai variabel independen disimbolkan dengan X1, tingkat suku bunga sebagai variabel independen disimbolkan dengan X2,

tingkat inflasi sebagai variabel independen disimbolkan dengan X3, dan jumlah

penduduk sebagai variabel independn disimbolkan dengan (X4). Selanjutnya,

skema kerangka konseptual dapat dilihat gambar berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Penerimaan PBB 2. Hipotesis

Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara atas masalah yang sebenarnya dimana kebenarannya masih harus diuji. Berangkat dari perumusan

Tingkat Bunga (X2)

Tingkat Inflasi (X3)

PDRB (X1)

Jumlah Penduduk (X4)


(38)

masalah tersebut penulis mencoba membuat hipotesis tentang permasalahan sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kota Medan.

2. Tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kota Medan.

3. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kota Medan.

4. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kota Medan.

5. Produk Domestik Regional Bruto, tingkat suku bunga, inflasi dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan/nyata terhadap penerimaan Pajak Bumi Bangunan di Kota Medan.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitan adalah merupakan suatu gambaran serta prosedur dan pengolahan data yang didapat untuk memberikan hasil penelitian terhadap hipotesis yang diajukan.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang dianalisis yaitu PDRB, tingkat bunga, Inflasi dan jumlah penduduk berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Medan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi tersebut dengan alasan bahwa Kota Medan dengan struktur masyarakatnya merupakan pusat perekonomian maupun industri di Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dipakai adalah deskriptif analistis. Bersifat deskriptif karena dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh dan sistematis mengenai peraturan perundang-undangan tentang pemerintah daerah dan otonomi daerah yang berkaitan dengan peraturan


(40)

perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Bangunan dengan didasarkan pula kepada peraturan perundang-undangan tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan daerah. Bersifat analistis karena kemudian dari hasil penelitian dilakukan suatu analisis terhadap kinerja penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan selama ini di Kota Medan untuk menjawab permasalahan yang berkaitan dengan otonomi daerah.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah data sekunder. Data yang dipakai adalah data triwulanan tahun 2000 - 2011. Yakni data yang sah dipublikasi umum oleh instansi yang terkait untuk dapat dipergunakan sebagai bahan penelitian oleh khayalak umum. Pihak instansi inilah sebagai sumber data yang penulis kumpulkan.

Data sekunder yang diambil mulai dari tahun 2000 - 2011 data diambil secara bulanan dalam setahun sehingga diperoleh data pengamatan sebanyak 12 x 4 = 48 pengamatan.

Metode pemecahan data menjadi pertriwulan dilakukan dengan metode interpolasi data dengan rujukan Insukrindo (2000) dengan rumus sebagai berikut :

Q1 = ¼ [ Yt + (-4,5/12 (Yt – Yt-1

Q

))]

2 = ¼ [ Yt + (-1,5/12 (Yt – Yt-1

Q

))]

3 = ¼ [ Yt + (1,5/12 (Yt – Yt-1

Q

))]


(41)

Dimana : Q1

Q

: Nilai triwulan pertama

2

Q

: Nilai triwulan kedua

3

Q

: Nilai triwulan ketiga

4

Yt : Nilai pada tahun saat ini : Nilai triwulan keempat

Yt-1 : Nilai pada tahun sebelumnya

Adapun data – data yang penulis pergunakan adalah sebagai berikut: 1. Realisasi Penerimaan PBB di Kota Medan, dari Instansi Direktorat Jenderal

Pajak Kantor Wilayah Sumatera Utara I.

2. PDRB Kota Medan yang dilakukan secara total keseluruhan atas dasar harga berlaku.

3. Tingkat inflasi, dari instansi Bank Indonesia maupun Badan Pusat Statistik. 4. Tingkat suku bunga, dari instansi Bank Indonesia Kota Medan dan instansi

lainnya yang terkait.

5. Jumlah penduduk dari instansi Badan Pusat Statistik Kota Medan dan instansi lainnya yang terkait.

3.5. Model Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linier berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independen terhadap variable dependen. Metode yang digunakan adalah


(42)

Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kota Medan digambarkan sebagai berikut :

Y = a0 +a1 X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4

Selanjutnya, model di atas diubah menjadi bentuk double logaritama sehingga modelnya berbentuk :

+ e

LogPBB = Log a0 +a1 Log PDRB + a2 Log INF + a3 Log SB + a4

Dimana :

Log PDDK + e

PBB : Realisasi Penerimaan PBB di Kota Medan a0

PDRB

: Konstanta/Intercept

:

INF : Tingkat Bunga

Produk Domestik Regional Bruto

SB

PDDK : Jumlah Penduduk : Tingkat Inflasi

e : Error Term

3.6. Uji Statistik

1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variable independent secara bersama dapat memberi penjelasan terhadap variable independent. Dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai dengan 1 (0 < R2 <1).


(43)

2. Uji t-Statistik (Uji Secara Parsial)

Uji t-statistik merupakan satu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variable dependent dengan menganggap variable independent lainnya konstan, dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1

H

= 0 (tidak signifikan)

0 : b1

Dimana bi adalah koefisian variable independent ke-i nilai parameter hipotesis, artinya tidak ada pengaruh variable X

≠ 0 (signifikan)

i terhadap Y. Bila hitung >

t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak, hal ini berarti bahwa

variable independent yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependent dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0

Kriteria pengambilan keputusan, dalam hal ini menggunakan kaidah dari alat bantu program SPSS dengan membandingkan nilai Significant-t (Sig.t) terhadap nilai alpa, yakni:

diterima artinya bahwa variable independent yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variable independen.

a. Nilai Sig < alpa maka keputusan yang diambil adalah menerima Hi (menolak Ho), yaitu adanya pengaruh antara masing-masing variabel bebasnya terhadap variabel terikat.

b. Nilai Sig ≥ Sig.t maka keputusan yang diambil adalah menerima Ho (menolak Hi), yaitu tidak adanya pengaruh antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.


(44)

3. Uji F (Uji Secara Serempak/Bersama)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat (tujuan penelitian).

Kriteria pengambilan keputusan, dalam hal ini juga mengunakan kaidah dari alat bantu software SPSS itu sendiri dengan membandingkan nilai dari F- Significant dengan alpa, yakni:

a. Nilai Sig.F < alpa maka keputusan yang diambil adalah menerima Hi

(menolak Ho

b. Nilai Sig.F > alpa maka keputusan yang diambil adalah menerima H ), yaitu adanya pengaruh antara seluruh variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

o

(menolak Hi

4. Uji Multikolinearitas

), yaitu tidak adanya pengaruh antara seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Uji multikolinearitas juga bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas bernilai nol. Uji ini untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi apakah terjadi problem multikol dapat melihat nilai tolerance dan lawannya variace inflation factor (VIF). Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS.


(45)

Apabila nilai tolerance value lebih tinggi dari pada 0,10 atau VIF lebih kecil dari pada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

5. Uji Serial Korelasi/Autokorelasi

Serial korelasi/Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data time

series) atau ruang (seperti dalam data cross section). Autokorelasi pada umumnya

lebih sering terjadi pada data time series walaupun dapat juga terjadi pada data cross section.

Dalam data time series observasi diurutkan menurut urutan waktu secara kronologis. Maka dari itu besar kemunginan akan terjadi interkorelasi antar observasi yang berurutan, khususnya kalau interval antara dua observasi sangat pendek. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM test) dimana apabila probabilitas observasi R2

6. Uji Normalitas

> α (5 %), maka bebas dari autokorelasi atau dapat juga dilakukan dengan Uji Durbin Wathson atau uji DW.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang ada. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji normalitas model regresi tersebut yaitu dengan analisis grafik (normal P-P plot) dan analisis statistik


(46)

(analisis Z skor skewness dan kurtosis) serta One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dari ketiga cara tersebut analisis Skewness-Kurtosis dan Uji Kolmogorov-Smirnov dianggap paling mendekati kebenarannya. Untuk analisis Skewness- Kurtosis, data dikatakan berdistribusi normal apabila rasio Skewness dan rasio Kurtosis berada diantara -2 hingga +2. Untuk Uji Kolmogorov-Smirnov, data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi.

7. Uji Linearitas

Uji terhadap linieritas berguna untuk mengetahui kebenaran bentuk model empiris yang digunakan dan menguji variabel yang relevan untuk dimasukkan dalam model empiris. Dengan kata lain uji linier bermanfaat untuk mengetahui adanya kesalahan dalam spesifikasi model. Uji linier yang digunakan adalah Ramsey, dimana kriterianya bila probabilitas F hitung >α (5 %), maka spesifikasi model sudah benar.

3.7. Definisi Operasional

Setiap variabel beserta cara pengukurannya dijelaskan sebagai berikut ini agar diperoleh kesamaan pemahaman persepsi dan arti terhadap konsep-konsep dalam penelitian ini, yaitu:

1. Realisasi Penerimaan PBB adalah nilai nominal pembayaran oleh wajib pajak PBB terhutang (penduduk) kepada Pemerintah melalui Dirjen Pajak (mulai tahun 2000 sampai dengan tahun anggaran 2011), diukur dengan satuan rupiah.


(47)

2. PDRB adalah nilai barang-barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah ataupun wilayah tertentu baik yang dihasilkan oleh perusahaan dalam negeri maupun yang dihasilkan oleh perusahaan luar negeri yang berada didalam negeri dalam kurun waktu 1 tahun yang dikonsumsi, sehingga dapat juga diartikan sebagai jumlah pendapatan agregat suatu penduduk dalam suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Nilai yang diambil dalam hal ini adalah hasil publikasi (data sekunder) dari BPS, diukur dengan satuan rupiah.

3. Tingkat Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang-barang secara umum yang terjadi dalam suatu periode dan dibandingkan pada periode sebelumnya, diukur dengan satuan persen.

4. Tingkat Suku Bunga Tabungan adalah prosentase antara tambahan pendapatan yang diterima oleh masyarakat (diberikan bunga sebagai nasabah perbankan) bila menabung pada bank. Tingkat suku bunga disini yang diambil bukan berdasarkan bank tertentu namun tingkat rata-rata yang diterima seluruh masyarakat akibat menabung di perbankan pada kurun waktu tertentu. Nilai ini adalah hasil publikasi dari BI selaku pengawas dan pengendalian sektor moneter oleh pemerintah, diukur dengan satuan persen. 5. Jumlah penduduk adalah banyak penduduk yang bertempat tinggal di Kota


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Perusahaan Daerah Kota Medan terletak antara : - 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara - 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.

4.2. Gambaran Penduduk

Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan maupun sebaliknya.


(49)

Pada tahun 2010, penduduk Kota Medan mencapai 2.097.610 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2000, terjadi pertambahan penduduk sebesar 193 337 jiwa (10.15%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 7 913 jiwa/km².

Tabel 4.1. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2006 - 2010 di Kota Medan

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km2 Penduduk ) Kepadatan Penduduk

per Km2

1 Medan Tuntungan 20,68 80.942 3.914

2 Medan Johor 14,58 123.851 8.495

3 Medan Amplas 11,19 113.143 10.111

4 Medan Denai 9.05 141.395 15.624

5 Medan Area 5,52 96.544 17.490

6 Medan Kota 5,27 72.580 13.772

7 Medan Maimun 2,98 39.581 13.282

8 Medan Polonia 9,01 52.794 5.859

9 Medan Baru 5,84 39.516 6.766

10 Medan Selayang 12,81 98.317 7.675

11 Medan Sunggal 15,44 112.744 7.302

12 Medan Helvetia 13,16 144.257 10.962

13 Medan Petisah 6,82 61.749 9.054

14 Medan Barat 5,33 79.771 13.278

15 Medan Timur 7,76 108.633 13.999

16 Medan Perjuangan 4,09 93.328 22.819

17 Medan Tembung 7,99 133.579 16.718

18 Medan Deli 20,84 166.793 8.004

19 Medan Labuhan 36,67 111.173 3.032

20 MedanMarelan 23,82 140.414 5.895

21 Medan Belawan 26,25 95.506 3.638

Kota Medan

2010 265,10 209.7610 7.913,0

2009 265,10 212.1053 8.001,0

2008 265,10 210.2105 7.929,5

2007 265,10 208.3156 7.858,0

2006 265,10 206.7288 7.798,0


(50)

Berdasarkan Tabel 4.1. terlihat bahwa kepadatan penduduk Kota Medan mengalami kenaikan dari tahun 2006 hingga 2010. Kepadatan penduduk yang terbanyak di kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebesar 22.819 jiwa per Km2 dan lalu diikuti di kecamatan Medan Tembung yaitu sebesar 16.718 jiwa per Km2, dan kepadatan penduduk yang sedikit di kecamatan Medan Labuhan yaitu sebesar 3.032 jiwa per Km2.

4.3. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi/ kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

Produk Domestik Bruto maupun agregat turunannya disajikan dalam 2 (dua) versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Disebut sebagai harga berlaku karena seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Dalam publikasi di sini digunakan harga tahun 2000 sebagai dasar penilaian.

Laju pertumbuhan ekonomi kota Medan pada tahun 2010 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Kota Medan mencapai 14,71 persen.

Ada beberapa sektor yang pertumbuhannya di atas rata-rata yakni sektor Bangunan 17,65 persen, sektor keuangan, asuransi dan jasa jasa perusahaan 18,19 persen.

Jika dilihat kontribusi masing-masing sektor pendapatan regional pada tahun 2010 masih sangat dominan berasal dari perdagangan dan restauran sebesar 26,92 persen.


(51)

Berdasarkan harga konstan pada tahun 2000 pendapatan perkapita telah mencapai Rp 15 110 000.

Perkembangan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 – 2010 (Jutaan Rupiah).

Tabel 4.2. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 – 2010 (Jutaan Rupiah)

No Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010

1 Pertanian 1.837.810,55 2.023.057,29 2.225.319,51

2 Penggalian 2.886,64 2.981,71 2.945,70

3 Industri Pengolahan 10.420.824,81 10.860.498,52 12.475.525,44

4 Listrik, Gas dan Air 1.142.922,02 1.244.801,65 1.415.443,98

5 Bangunan 6.233.094,48 6.927.190,35 8.149.938,26

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 16.917.473,49 19.502.959,16 22.431.933,66

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 12.456.643,15 14.255.715,71 15.786.832,71

8 Keuangan, Asuransi,

Usaha persewaan 9.547.458,30 10.062.914,30 11.893.128,25

9 Jasa-jasa 6.718.757,83 7.750.089,43 8.033.048,52

P D R B 65.277.871,26 72.630.208,14 83.315.016,03

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2011

Berdasarkan Tabel 4.2. terlihat PDRB atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan positif mulai tahun 2008 sampai tahun 2010, dimana nilai PDRB tahun 2008 sebesar 65.277.871,26 juta rupiah, dan pada tahun 2009 sebesar 72.630.208,14 juta rupiah, dan pada tahun 2010 sebesar 83.315.016,03 juta rupiah. Peningkatan nilai PDRB ini lebih banyak didominasi oleh peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor industri pengolahan serta sektor lainnya.

Perkembangan PDRB Kota Medan atas dasar harga konstan tahun 2000 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(52)

Tabel 4.3. PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Jutaan Rupiah) Pada Tahun 2008 – 2010

No Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010

1 Pertanian 735.253,74 765.950,80 771.325,61

2 Penggalian 567,16 569,77 553,49

3 Industri Pengolahan 4.514.289,28 4.591.595,91 4.792.159,14

4 Listrik, Gas dan Air 442.537,31 464.916,70 497.661,59

5 Bangunan 3.463.836,71 3.748.682,48 4.005.474,15

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 8.134.822,15 8.824.157,84 9.584.505,26

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 6.287.379,45 6.866.783,50 7.346.132,59

8 Keuangan, Asuransi,

Usaha persewaan 4.586.682,59 4.720.839,82 5.224.975,56

9 Jasa-jasa 3.208.583,61 3.446.554,21 3.690.691,41

P D R B 31.373.951,99 33.430.051,02 35.913.478,81

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2011

Berdasarkan Tabel 4.3. terlihat PDRB Kota Medan atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2008 nilainya sebesar 31.373.951,99 juta rupiah, dan pada tahun 2009 sebesar 33.430.051,02 juta rupiah, dan pada tahun 2010 sebesar 35.913.478,81 juta rupiah. Peningkatan nilai PDRB ini lebih banyak didominasi oleh peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan serta sektor lainnya.

Perkembangan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(53)

Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 – 2010 (%).

No Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010

1 Pertanian 16,48 10,08 10,00

2 Penggalian 6,56 3,29 1,21

3 Industri Pengolahan 15,41 4,22 14,87

4 Listrik, Gas dan Air 9,82 8,91 13,71

5 Bangunan 15,00 11,14 17,65

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 19,93 15,28 15,02

7 Pengangkutan dan Komunikasi 18,09 14,44 10,74

8 Keuangan, Asuransi, Usaha

persewaan 21,87 5,40 18,19

9 Jasa-jasa 14,01 15,35 15,28

P D R B 17,72 11,26 14,71

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2011

Berdasarkan Tabel 4.4. terlihat laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku di Kota Medan mengalami fluktuasi pada tahun 2008 nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 17,72 persen, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar 11,26 persen, dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 14,71 persen.

Perkembangan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(54)

Tabel 4.5. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun 2008 – 2010 (%).

No Lapangan Usaha

Tahun

2008 2009 2010

1 Pertanian 3,89 4,18 0,70

2 Penggalian 13,49 0,46 2,86

3 Industri Pengolahan 3,91 1,71 4,37

4 Listrik, Gas dan Air 4,52 5,06 7,04

5 Bangunan 8,07 8,22 6,85

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 5,60 8,47 8,62

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 8,15 9,22 6,98

8 Keuangan, Asuransi, Usaha

persewaan 10,31 2,92 10,68

9 Jasa-jasa 7,08 7,42 7,08

P D R B 6,89 6,55 7,43

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2011

Berdasarkan Tabel 4.5. terlihat laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Kota Medan mengalami fluktuasi atau dapat dikatakan telah mengalami kenaikan yang positif, dari tahun 2008 sampai dengan 2010, dimana pada tahun 2008 nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,89 persen dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 7,43 persen, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan produksi di berbagai sektor, khususnya di sektor keuangan, perdagangan dan hotel serta restoran.


(55)

4.4. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil regresi liner berganda dari data sekunder yang diolah dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan SPSS 20 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6. Hasil Persamaan Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -6.745 2.251 -2.996 .005

PDRB 1.051 .154 .822 6.813 .000

INF .049 .043 .048 1.133 .264

SB -.696 .477 -.154 -1.460 .152

PDDK .687 .706 .085 .972 .336

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

PBB = - 6,745 + 1,051 PDRB + 0,049 INF – 0,696 SB + 0,687 PDDK

4.5. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinieritas

Dari hasil nilai korelasi antar empat variabel independen bahwa terdapat korelasi tertinggi antara variabel PDRB dengan tingkat suku bunga dengan tingkat korelasi -0.701 atau sekitar 70,1%. Karena nilai korelasi tersebut masih berada dibawah 90%, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antara variabel tersebut.

Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance lebih dari 10 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel independen pada model regresi terebut tersebut.


(56)

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antara variabel independen pada model regresi tersebut.

Tabel 4.7. Korelasi Antar Variabel Independen

Correlations

PBB PDRB INF SB PDDK

Pearson Correlation

PBB 1.000 .865 -.205 -.703 .509

PDRB .865 1.000 -.239 -.701 .541

INF -.205 -.239 1.000 .348 -.026

SB -.703 -.701 .348 1.000 .125

PDDK .509 .541 -.026 .125 1.000

N PBB 48 48 48 48 48

PDRB 48 48 48 48 48

INF 48 48 48 48 48

SB 48 48 48 48 48

PDDK 48 48 48 48 48


(57)

Tabel 4.8. Hasil Nilai VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6.745 2.251 -2.996 .005

PDRB 1.051 .154 .822 6.813 .000 .104 9.597

INF .049 .043 .048 1.133 .264 .851 1.175

SB -.696 .477 -.154 -1.460 .152 .137 7.314

PDDK .687 .706 .085 .972 .336 .200 4.989

a. Dependent Variable: PBB

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

2. Uji Serial Korelasi

Nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1.914. Selanjutnya nilai ini dibandingkan dengan nilai dl dan du pada tabel Durbin Watson pada k = 4 dan n = 48, maka diperoleh nilai dl = 1,25 dan du = 1,63 pada tabel Durbin Watson. Dimana nilai DW hasil penelitian yaitu 1,99 lebih besar dari nilai dl yaitu 1.63 sehingga pada model regresitersebut tidak terdapat adanya autokorelasi.


(58)

Tabel 4.9. Uji Durbin Watson

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .967a .935 .929 .07639 1.914

a. Predictors: (Constant), PDDK, INF, SB, PDRB

b. Dependent Variable: PBB

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal (Wijaya, 2011).

Uji normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik-titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

dan dengan melihat grafik histogram dari residualnya. Persyaratan dari uji normalitas data adalah sebagai berikut (Wijaya, 2011):

a. Jika output Grafik Histogram menunjukkan pola berdistribusi normal, maka mengindikasikan data berdistribusi normal.

b. Jika Grafik Normal P-Plot of Regression Standardized Residual menunjukkan penyebaran data (titik-titik) di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Berdasarkan Grafik Histogram, dapat dilihat bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Begitu juga, berdasarkan penyebaran data (titik-titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual maka dapat dirlihat bahwa data menyebar di sekitar


(59)

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1. Histogram Regression Standardized Residual


(60)

Pengujian normalitas dapat juga dilakukan dengan tabel Kolmogorov-Sminov. Menurut Ghozali (2001) menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau mendekati normal atau bisa dianggap normal, dapat pula dilakukan Uji Statistik parametrik Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan menggunakan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian normalitas data dengan menggunakan Uji Smirnov dengan dasar pengambilan keputusan melihat Tabel Kolmogorov-Smirnov Test, yaitu jika nilai Kolmogorov-Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan pada 0,05 (p > 0,05), maka residual berdistribusi normal. Berikut hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Berdasarkan Tabel Kolmogorov-Smirnov Test di atas, diketahui bahwa nilai Kolmogorof–Smirnov Test adalah berturut-turut sebesar 0,501, 0,782, 0,170, 0,928 dan 0,965 dan ini berarti tidak signifikan pada tingkat 0,05 (karena niali p > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PBB PDRB INF SB PDDK

N 48 48 48 48 48

Normal Parametersa,b Mean 10.4911 13.0295 .2533 .5648 5.7046

Std. Deviation .28597 .22369 .27867 .06324 .03524

Most Extreme Differences Absolute .119 .095 .160 .079 .072

Positive .060 .092 .097 .079 .072

Negative -.119 -.095 -.160 -.072 -.058

Kolmogorov-Smirnov Z .827 .657 1.109 .544 .498

Asymp. Sig. (2-tailed) .501 .782 .170 .928 .965

a. Test distribution is Normal.


(61)

4. Uji Linieritas

Uji linieritas adalah untuk melihat hubungan antara variabel bebas/independen dan variabel terikat/dependen, apakah berbentuk linier atau tidak linier. Bentuk hipotesisnya adalah :

Ho : Model regresi berbentuk linier

Ha : Model regresi berbentuk tidak linier

Selanjutnya, menetapkan taraf alpa signifikansi, misaknya 5 persen, berarti apabila nilai signifikansi lebih besar dari alpa 5% berarti Ho diterima, artinya model regresi berbetuk linier, sebaliknya bila nilai signifikansi lebih kecil dari alpa 5% berarti Ho ditolak, artinya model regresi berbetuk tidak linier. Hasil pengujian linieritas pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.11. Hasil Uji Deviation From Linearity ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

PBB * Independen Variabel

Between Groups

(Combined) 3.808 46 .083 2.300 .487

Linearity .161 1 .161 4.484 .281

Deviation from

Linearity 3.646 45 .081 2.251 .492

Within Groups .036 1 .036

Total 3.844 47

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Berdasarkan Tabel Uji Deviation From Linearity di atas, diketahui bahwa nilai Deviation From Linearity Test adalah sebesar 0,492 dan ini berarti tidak signifikan pada tingkat 0,05 (karena niali p = 0,492 > 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi berbentuk linier.


(62)

4.6. Uji Statistik Analisis Regresi Linier Berganda

4.6.1. Koefisien Determinasi (R2

Koefisian determinasi (R

)

2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variasi variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2001). Berikut Tabel Hasil Koefisien Determinasi (R2

Tabel 4.12. Hasil Koefisien Determinasi (R

) hasil olah data dengan SPSS:

2

Model Summary

)

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .967a .935 .929 .07639

a. Predictors: (Constant), PDDK, INF, SB, PDRB

b. Dependent Variable: PBB

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Berdasarkan Tabel Hasil Koefisien Determinasi (R2) di atas, maka diperoleh

nilai koefisien determinasi (R2) = 0,935. Hal ini menunjukkan bahwa 93,50%

penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kota Medan dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel PDRB, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan jumlah penduduk. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 6,5% lagi dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.


(63)

4.6.2. Uji Serempak (Uji Statistik F)

Uji Serempak (Uji Statistik F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen (bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serempak terhadap variabel dependen (terikat). Hasil uji secara serempak (Uji Statistik F) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Hasil Uji Secara Serempak/Bersama-Sama

ANOVA

Model

b

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.593 4 .898 153.917 .000a

Residual .251 43 .006

Total 3.844 47

a. Predictors: (Constant), PDDK, INF, SB, PDRB

b. Dependent Variable: PBB

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

Berdasarkan Tabel Anova di atas, maka diperoleh nilai signifikansi pada regresi linier beganda sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada regresi berganda lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, maka Ho (variabel PDRB, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan jumlah penduduk secara serempak tidak ada pengaruh signifikan terhadap penerimaaan PBB) ditolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan jumlah penduduk secara serempak berpengaruh signifikan terhadap penerimaaan Pajak Bumi dan Bangunan/PBB).


(64)

Selain dengan membandingkan nilai signifikansi F (F hitung) terhadap nilai probabilitas, Uji Serempak (Uji Statistik F) dapat juga dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung terhadap F tabel. Berdasarkan Tabel Anova di atas, diperoleh F-hitung = 153.917, sedang F-tabel(0,05;4;43)

4.6.3.Uji Statistik t (Uji Parsial)

= 2,65. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung lebih besar dari F tabel (153,917 > 2,65). Oleh karena F hitung > F tabel, maka tolak Ho dan terima Ha. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB, tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan jumlah penduduk secara serempak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaaan.

Uji Statistik t (Uji Parsial) digunakan untuk menentukan pengaruh antara variabel bebas PDRB, tingkat inflasi, tingkat suku bunga dan jumlah penduduk secara parsial terhadap penerimaaan PBB dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.14. Hasil Uji Secara Parsial

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -6.745 2.251 -2.996 .005

PDRB 1.051 .154 .822 6.813 .000

INF .049 .043 .048 1.133 .264

SB -.696 .477 -.154 -1.460 .152

PDDK .687 .706 .085 .972 .336

a. Dependent Variable: PBB


(65)

Berdasarkan hasil Uji Statistik pada uji t atau Uji Parsial pada Tabel 4.12, maka diperoleh nilai signifikansi variabel PDRB sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05), maka Ho (secara parsial tidak ada berpengaruh secara signifikan Produk Domestik Regional Bruto terhadap nilai Pajak Bumi dan Bangunan) ditolak, dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh secara signifikan terhadap nilai Pajak Buni dan Bangunan di Kota Medan.

Berdasarkan hasil Uji Statistik t atau Uji Parsial Tabel 4.12, diperoleh nilai signifikansi variabel tingkat inflasi sebesar 0,264. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,264 > 0,05), maka Ho (secara parsial tidak ada pengaruh secar signifikan tingkat inflasi terhadap nilai PBB) diterima, dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel tingkat inflasi berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai Pajak Buni dan Bangunan di Kota Medan.

Berdasarkan hasil Uji Statistik t atau Uji Parsial Tabel 4.12, diperoleh nilai signifikansi variabel tingkat bunga sebesar 0,152. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,152 > 0,05), maka Ho (secara parsial tidak ada pengaruh secara signifikan variabel tingkat suku bunga terhadap nilai PBB) diterima, dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel tingkat suku bunga berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai Pajak Buni dan Bangunan di Kota Medan.

Berdasarkan hasil Uji Statistik t atau Uji Parsial Tabel 4.12, diperoleh nilai signifikansi variabel jumlah penduduk sebesar 0,336. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,336 > 0,05), maka Ho (secara parsial tidak ada pengaruh secara signifikan jumlah penduduk terhadap nilai PBB) diterima, dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel jumlah penduduk


(1)

(2)

Lampiarn 11. Partial Regression Plot Variabel PBB dan PDRB


(3)

(4)

Lampiarn 13. Partial Regression Plot Variabel PBB dan Suku Bunga


(5)

(6)

Lampiran 15. Peta Lokasi Penelitian di Kota Medan