4
Pembuatan formulasi sediaan salep ekstrak etanol daun kirinyuh.
Tabel 2. Formula basis krim ekstrak etanol daun kirinyuh
.
Komposisii F1
F2 F3
F4
Ekstrak Kental Daun Kirinyuh g
- 2,5
5 10
Basis hingga g 100
100 100
100 Naibaho et al., 2013
Ekstrak etanol daun kirinyuh dilarutkan dengan air sebanyak 5 ml yang telah dipanaskan pada suhu 50
o
C ke dalam cawan porselin hingga homogen, kemudian dimasukan ke dalam basis dan diaduk hingga merata dengan basis. Setelah sediaan terbentuk, dimasukan ke dalam wadah salep.
2.5 Uji Sifat Fisik Sediaan Salep
Uji fisik untuk sediaan salep meliputi organoleptis, pH, viskositas, daya lekat dan daya sebar. Pengujian organoleptis dilakukan dengan cara mengamati sediaan salep dari bentuk, bau,
dan warna sediaan. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH stik dengan cara 0,5 gram salep
diencerkan ke dalam 5 ml aquadest. pH stik dicelupkan selama 1 menit, dilihat perubahan warna pada pH stik. Perubahan warna pada pH stik menunjukkan nilai pH dari salep.
Viskositas sediaan salep diukur menggunakan rion viscometer VTO6. Sediaan salep dimasukkan ke dalam cup, kemudian dipasang spindel ukuran 2 dan rotor dijalankan. Hasil
viskositas dicatat setelah viskometer menunjukan angka yang stabil dan dilakukan replikasi 3 kali Uji daya lekat dilakukan dengan menimbang salep 0,5 gram di atas objek glass dan
diletakkan lagi objek glass yang lain untuk menutupi bagian atas, diletakan beban dengan berat 1 kg diatasnya selama 5 menit. Dipasang objek glass pada alat uji daya lekat salep dan dilepaskan beban
seberat 80 gram dan dicatat waktunya hingga kedua objek glass tersebut terlepas. Dilakukan replikasi 3 kali.
Uji daya sebar merupakan pengujian untuk mengetahui kemampuan salep untuk uji daya sebar. Uji daya sebar dilakukan dengan cara penimbangan 0,5 g salep dan diletakkan pada tengah
cawan petri. Cawan petri yang satu ditimbang dan diletakkan cawan petri yang lainnya di atas massa salep kemudian didiamkan 1 menit. Diameter salep yang tersebar kemudian diukur di dua
posisi yang berbeda. Selanjutnya petri diberi beban 50 g dan kembali diukur diameter penyebaran. Penyebaran diteruskan dan tetap ditambah beban sebanyak 50 gram hingga mendapatkan
penyebaran yang stabil dan dicatat diameter penyebarannya. Pengujian direplikasi sebanyak 3 kali.
2.7 Pembuatan luka terbuka pada punggung kelinci
Hewan uji yang digunakan yaitu kelinci jenis lokal, sehat dan berat badan antara 1,5 - 2,5 kg sebanyak 6 ekor dan dibagi menjadi 6 kelompok luka. Induksi luka pada punggung kelinci dengan
5
cara: langkah pertama yang dilakukan adalah mencukur bulunya atau dirontokkan kemudian dianastesi menggunakan etil klorida spray dan dibuat luka sebanyak 6 bentuk lingkaran dengan
diameter ± 2 cm dengan cara mengangkat kulit dengan pinset dan digunting dengan gunting bedah. Masing-masing luka pada kelinci akan diberikan perlakuan seperti gambar 1.
A B C
D E F
Gambar 1. Model perlakuan luka terbuka pada kelinci
Keterangan: I : Luka tanpa diberi perlakuan sebagai kontrol negatif
IV : Luka dberi salep ekstrak etanol daun kirinyuh 2,5 II : Luka diberi povidone iodine sabagai kontrol positif
V : Luka dberi salep ekstrak etanol daun kirinyuh 5 III : Luka diberi salep tanpa ekstrak etanol daun kirinyuh
VI : Luka dberi salep ekstrak etanol daun kirinyuh 10
Setelah itu pada masing-masing kelompok luka kelinci dioleskan sediaan salep pada punggung kelinci yang dilukai dengan frekuensi 2 kali sehari dan kemudian ditutup dengan kasa dan plaster.
Diukur diameter luka dimulai hari kedua dengan mistar. Pengukuran dilakukan tiap hari dimulai dari hari kedua sampai luka dinyatakan sembuh. Luka dianggap sembuh bila diameter luka
mencapai 0 cm terdekat atau telah terbentuk jaringan baru yang menutupi luka.
2.8 Pengukuran persentase penyembuhan luka pada kelinci