Penentuan Kadar Aspal Optimum Pemeriksaan Marshall Test dengan Variasi Nilai Sand Equivalent dan

8 bahwa kualitas agregat yang diperiksa telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitas Agregat No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil Satuan Keterangan. 1 Berat jenis semu agregat kasar - 2,09 - - 2 Absorbsi agregat kasar maks. 3 1,51 memenuhi 3 Berat jenis semu agregat halus - 2,86 - - 4 Absorbsi agregat halus maks. 5 2,25 memenuhi 5 Kelekatan terhadap aspal min. 95 98,11 memenuhi 6 Sand Equivalent min. 60 88,65 memenuhi 7 Keausan agregat maks. 40 31,76 memenuhi 3.1.2. Aspal Hasil pemeriksaan aspal di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas aspal yang diperiksa telah memenuhi pesyaratan yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Kualitas Aspal No. Jenis Pemeriksaan Spesifikasi Hasil Satuan Keterangan. 1 Penetrasi 60 -70 64,2 0,1 mm memenuhi 2 Titik Lembek min. 48 50 ⁰C memenuhi 3 Berat jenis aspal min. 1 1,08 - - 4 Titik nyala min. 232 256 ⁰C memenuhi 5 Titik bakar min. 232 261 ⁰C memenuhi 6 Daktilitas 1200 – 1500 mm 1261 mm memenuhi

3.3 Penentuan Kadar Aspal Optimum

Analisa yang dilakukan pada penelitian ini adalah meninjau karakteristik campuran AC dengan menggunakan parameter Marshall Test. Dari pemeriksaan Marshall diperoleh nilai stabilitas, flow, Void in Mix VIM, Void Filled with Asphalt VFWA, dan Marshall Quotients MQ. Nilai – nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. 9 Tabel 4. Hasil Marshall Test Rata – rata dari Tiga Benda Uji Untuk Penentuan Kadar Aspal Optimum Karekteristik Marshall Kadar aspal Spesifikasi 5 5.5 6 6.5 7 Stabilitas kg 1283.90 1575.02 2024.02 2097.28 2052.02 800 Flow mm 3.03 3.50 3.60 3.83 3.83 2-4 VFWA 69.65 73.18 75.44 80.35 88.46 65 VIM 4.15 3.95 3.81 3.21 2.09 3-5 MQ kgmm 425.56 461.13 559.22 567.48 540.28 - Penentuan kadar aspal optimum diperoleh berdasarkan nilai tengah dari rentang kadar aspal terkecil hingga kadar aspal terbesar. Penentuan kadar aspal optimum dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Penentuan kadar aspal optimum

3.4 Pemeriksaan Marshall Test dengan Variasi Nilai Sand Equivalent dan

Perendaman. Setelah didapatkan kadar aspal optimum sebesar 5,73, maka selanjutnya dibuat benda uji dengan variasi nilai sand equivalent 80, 60, 40 dan 20. Jumlah benda uji 16 sampel, dengan 8 sampel benda uji untuk perendaman 24 jam dan 8 sampel benda uji untuk perendaman 48 jam dengan masing – masing 2 benda uji pada variasi nilai sand equivalent. Selanjutnya semua benda uji dengan perendaman 24 jam dan 48 jam diuji dengan parameter Marshall Test yang kemudian dianalisa untuk mendapatkan nilai dari faktor kehilangan stabilitas R dan indeks penurunan stabilitas r, dari nilai – nilai tersebut akan diketahui durabilitas dari campuran yang dibuat. Adapun hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 3 sampai Gambar 8. 10 Tabel 5 Hasil Marshall Test rata – rata dengan variasi nilai sand equivalent 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam 24 Jam 48 Jam Stabilitas kg 964.04 926.29 1016.06 990.61 1070.48 1036.75 1131.44 1106.69 800 Flow mm 2.75 2.95 3.30 3.35 3.60 3.70 3.75 3.88 2-4 VFWA 68.25 70.46 71.58 73.65 78.77 81.91 88.49 89.48 65 VIM 4.43 3.96 3.74 3.35 2.48 1.99 1.05 0.94 3-5 MQ kgmm 350.33 314.31 308.37 295.30 302.76 281.02 297.75 285.66 - Density grcc 2.012 2.022 2.027 2.035 2.053 2.063 2.083 2.085 - Spek 20 Kadar Sand Equivalent 80 Karekteristik Marshall 60 40 Gambar 3 Hubungan nilai sand equivalen terhadap stabilitas Berdasarkan Gambar 3 memperlihatkan nilai stabilitas semakin menurun seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent. Gambar tersebut juga menunjukkan nilai stabilitas pada perendaman 48 jam nilainya lebih rendah dibandingkan pada perendaman 24 jam. Hal ini menunjukkan secara umum akibat lama perendaman yang lebih lama dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan nilai stabilitas campuran aspal – agregat. Gambar 4 Hubungan nilai sand equivalent terhadap Flow Berdasarkan Gambar 4. nilai flow semakin meningkat seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent atau dapat dikatakan semakin berkurangnya kadar lumpur lempung . makin memperbesar nilai kekelehan plastis kelembekan campuran. Hal ini bisa dijelaskan karena rongga udara yang dapat terisi oleh aspal akan lebih maksimal, karena tidak tertutup Min Maks 11 oleh butiran halus akibat kadar lumpur lempung yang ada. Berkurangnya nilai sand equivalent secara proporsional berarti kadar lempung lumpur yang ada pada campuran semakin besar. Kadar lempung yang semakin besar pada kadar aspal yang sama berakibat mengurangi fleksibilitas pada benda uji. Pada gambar tersebut juga menjelaskan nilai flow meningkat pada perendaman 48 jam dibandingkan perendaman 24 jam, yang artinya kelelehan plastis benda uji pada perendaman selama 48 jam lebih tinggi dari pada perendaman 24 jam. Gambar 5 Hubungan nilai sand equivalent terhadap VFWA Gambar 5. memperlihatkan bahwa variasi nilai sand equivalent berpengaruh terhadap nilai VFWA. Seiring bertambahnya nilai sand equivalent, maka semakin kecil nilai VFWA, yang artinya nilai void yang dapat terisi oleh aspal semakin rendah, sekaligus kontribusi kadar lempung lumpur sebagai filler mengindikasikan semakin kuat. Untuk pengaruh masa rendaman menunjukkan nilai VFWA pada perendaman 48 jam ternyata lebih tinggi dari perendaman 24 jam, yang artinya ini mengindikasikan akibat rendaman yang lebih lama memperbesar void yang dapat terisi oleh aspal. Gambar 6 Hubungan nilai sand equivalen terhadap VIM Berdasarkan Gambar 6 dapat diketahui bahwa nilai sand equivalent yang kecil akan menyebabkan nilai VIM yang semakin menurun atau sebaliknya. Hal ini disebabkan kadar Min Maks 12 lempung yang tinggi mampu mengisi lebih banyak rongga udara, sehingga dapat memperkecil rongga yang ada pada campuran, sehingga peran filler karena pengaruh SE yang rendah atau kadar lempung lumpur yang besar semakin tampak jelas, selain itu dari Gambar 6. juga memperlihatkan bahwa nilai VIM cenderung turun pada perendaman 48 jam dibanding perendaman 24 jam. Hal ini disebabkan sifat lempung yang cenderung menyerap air, lempung sebagai material kohesif masih tampak jelas, sehingga semakin lama benda uji direndam dalam, maka rongga yang ada pada campuran semakin kecil. Gambar 7 Hubungan nilai sand equivalen terhadap MQ Berdasarkan Gambar 7. nilai MQ meningkat seiring dengan bertambahnya nilai sand equivalent. Yang artinya pada kondisi ini kadar lempung lumpur yang kecil berdampak pada meningkatnya nilai kekakuan campuran, dan sebaliknya pada kadar lempung lumpur yang besar berdampak pada nilai interlocking dan friction antar butiran kasar CA semakin rendah kecil, sekaligus hal ini sekaligus menyebabkan nilai flow juga rendah. Gambar tersebut juga menjelaskan bahwa nilai MQ ternyata lebih rendah pada perendaman 48 jam dibanding perendaman 24 jam. Fenomena ini lebih bersesuaian karena faktor kadar lempung lumpur yang berperan sebagai material kohesip, sehingga pengaruh air dengan masa rendaman yang lebih lama menyebabkan penurunan nilai interlocking, friction dan daya adhesi menjedi lebih kecil akibat pengaruh air. Gambar 8 Hubungan nilai sand equivalen terhadap Density 13 Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin kecil nilai sand equivalent ternyata nilai density semakin besar. Hal ini disebabkan kadar lempung yang semakin tinggi mengisi rongga butiran yang masih ada, sehingga campuran semakin rapat, sekaligus hal ini menunjukkan kontribusi kadar lempung lumpur pada nilai SE yang rendah lebih berperan sebagai filler material lempung lumpur bukan sebagai material kotor.

3.5 Pengaruh Nilai Sand Equivalent terhadap Durabilitas

Dokumen yang terkait

PENGARUH NILAI SAND EQUIVALENT TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DAN DURABILITAS PADA Pengaruh Nilai Sand Equivalent Terhadap Karakteristik Marshall Dan Durabilitas Pada Campuran AC (Asphalt Concrete).

0 2 17

BAB 1 PENDAHULUAN Pengaruh Nilai Sand Equivalent Terhadap Karakteristik Marshall Dan Durabilitas Pada Campuran AC (Asphalt Concrete).

0 7 4

ANALISA KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT Analisa Karakteristik Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete-Binder Course ( AC-BC ) Menggunakan Limbah Beton Sebagai Coarse Aagregat.

0 2 17

ANALISA KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT Analisa Karakteristik Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete-Binder Course ( AC-BC ) Menggunakan Limbah Beton Sebagai Coarse Aagregat.

0 8 20

PENGARUH SEGREGASI AGREGAT TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN Pengaruh Segregasi Agregat Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 2 21

PENDAHULUAN Pengaruh Segregasi Agregat Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 0 6

PENGARUH SEGREGASI AGREGAT TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN Pengaruh Segregasi Agregat Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 1 13

PENGARUH PENUAAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 1 22

PENGARUH PENUAAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE Pengaruh Penuaan Dan Lama Perendaman Terhadap Durabilitas Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC).

0 1 12

ANALISIS KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN ASPHALT Analisis Karakteristik Marshall Campuran Asphalt Concrete (AC) Yang Dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS).

0 1 13