12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Definisi Budaya Organisasi
Geert Hofstede menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program bersama yang mensyaratkan respon individual pada lingkungannya. Definisi
tersebut mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari- hari, tetapi dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam
Wibowo, 2010:15. Pandangan menurut budaya organisasi pada umumnya bersumber pada
pandangan Edgar Schein yang mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah sebagai filosofi yang mendasari kebijakan organisasi, aturan main untuk bergaul,
dan perasaan atau iklim yang dibawa oleh persiapan fisik organisasi Wibowo, 2010:16.
Budaya organisasi menurut Stephen Robbins adalah sebuah persepsi umum yang dipegang oleh anggota organisasi, suatu sistem tentang keberartian bersama.
Budaya organisasi berkepentingan dengan bagaimana pekerja merasakan karakteristik suatu budaya organisasi, tidak dengan apakah seperti mereka atau
tidak Wibowo, 2010:17. Berdasarkan ketiga definisi budaya organisasi di atas dapat disimpulkan
bahwa budaya organisasi adalah sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku anggota-
anggotanya.
13
Pada penelitian sebelumnya mengenai pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja yang dilakukan di beberapa institusi pendidikan tinggi dan
perguruan tinggi di kota Lahore, Pakistan, Sabri et al. 2011, menyimpulkan bahwa budaya organisasi terdiri dari 2 bentuk yaitu budaya organisasi yang
berkaitan dengan pemimpin dan budaya organisasi yang berkaitan dengan karyawan.
B. Budaya Organisasi Yang Berkaitan Dengan Pemimpin
Sabri et al. 2011: 126 dalam penelitiannya berpendapat bahwa pihak manajemen atau pemimpin dalam suatu organisasi berperan dalam memfasilitasi
karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tidak hanya memfasilitasi, tetapi juga mendukung
dan memberikan dorongan kepada karyawan untuk mengambil inisiatif dan memperhitungkan resiko. Organisasi juga harus fokus dalam pengembangan
organisasi dengan menjalin hubungan dengan komunitas-komunitas yang ada di luar organisasi.
Ketika seseorang membawa kebudayaan pada tingkatan organisasi dan mungkin juga membawanya ke dalam kelompok-kelompok di dalam organisasi
tersebut, seseorang akan dapat melihat dengan jelas bagaimana kebudayaan itu terbentuk, melekat, menstabilkan, dan memberikan susunan dan arti kepada
anggota kelompok. Proses dinamis pembentukan kebudayaan dan manajemen ini adalah inti sari kepemimpinan dan membuat seseorang menyadari bahwa
14
kepemimpinan dan kebudayaan merupakan dua sisi yang berada pada koin yang sama Suwarto dan Koeshartono, 2009: 51.
Menurut pendapat Wirawan 2007: 73, salah satu sumber budaya organisasi adalah pemimpin organisasi. Ketika pendiri organisasi meninggal, menjadi tua,
atau tidak mampu terus memimpin organisasi, kepemimpinannya diambil alih oleh pemimpin penerusnya. Ada 2 kemungkinan mengenai kelangsungan budaya
organisasi. Pemimpin baru tetap mempertahankan budaya organisasi lama sebagai warisan yang harus dipertahankan. Akan tetapi dapat juga terjadi pemimpin baru
merasa budaya organisasi yang ada perlu dikembangkan atau dirubah. Ia kemudian mengembangkan atau mengubah budaya organisasi yang ada.
Budaya organisasi selain terbentuk karena visi dan misi perusahaan, juga dibentuk oleh perilaku pemimpinnya. Kepemimpinan juga menyiratkan otoritas
dalam arti luas kata dan tidak hanya kuasa untuk memegang tongkat kepemimpinan. Nilai-nilai perilaku kepemimpinan ditunjukkan dengan perilaku
cinta kasih, pemberian wewenang kepada bawahan, perhatian terhadap visi organisasi, dan memiliki jiwa kesederhanaan. Hal ini didasarkan pada faktor-
faktor objektif, seperti kemampuan manajerial, dan lebih subyektif karakteristik yang mencakup kualitas pribadi dari para pemimpin.
Menurut Kane 2006, dalam Tsai, 2011: 2 nilai-nilai inti dari sebuah organisasi dimulai dari kepemimpinannya, yang kemudian berkembang menjadi
sebuah gaya kepemimpinan. Bawahan dari pemimpin akan dipimpin oleh nilai- nilai ini dan perilaku dari pemimpin. Ketika perilaku yang kuat, nilai-nilai, dan
kepercayaan telah berkembang, budaya organisasi yang kuat akan muncul.
15
Indikator perilaku kepemimpinan yang digunakan oleh Tsai 2011: 1-9 adalah dorongan dari pemimpin kepada bawahannya, pemberian visi yang jelas dari
pemimpin terhadap bawahannya, kesesuaian perilaku pemimpin dengan visinya, pemimpin meyakinkan bawahannya untuk mengakui visinya.
Dalam mempertahankan budaya organisasi di dalam organisasi, manajemen puncak Top Management berperan sangat penting sehingga budaya organisasi
bisa dipertahankan dan membuat karyawan memiliki pengalaman yang sama. Robbins dan Judge 2013: 554 mengatakan bahwa:
“The actions of top management also have a major impact on the organization’s culture. Through words and behavior, senior executives establish norms that
filter through the organization about, for instance, whether risk taking is desirable, how much freedom managers give employees, what is appropriate
dress, and what actions earn pay raises, promotions, and other rewards”.
Tindakan manajemen puncak memiliki dampak yang besar terhadap budaya organisasi. Melalui apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku,
para eksekutif senior memantapkan norma-norma yang berlaku di organisasi terkait sejauh mana pengambilan resiko diharapkan, seberapa banyak kebebasan
yang para manajer harus berikan kepada karyawan mereka, pakaian apa yang pantas, tindakan apa yang membuahkan hasil berupa kenaikan gaji, promosi, dan
imbalan lain.
C. Budaya Organisasi Yang Berkaitan Dengan Karyawan