Biologi dan fenologi pembungaan genus Alpinia, etligera dan zingiber

BIOLOGI DAN FENOLOGI PEMBUNGAAN
GENUS Alpinia, Etlingera DAN Zingiber

Oleh:
Eva Oktaviani
A34404057

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

BIOLOGI DAN FENOLOGI PEMBUNGAAN
GENUS Alpinia, Etlingera DAN Zingiber

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

Eva Oktaviani
A34404057

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009

RINGKASAN
EVA OKTAVIANI. Biologi dan Fenologi Pembungaan Zingiberaceae.
(Di bawah bimbingan ENDAH RETNO PALUPI dan DEBORA HERLINA
ADRIYANI).
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari variasi struktur bunga dan
periode pembukaan braktea ketiga genus Zingiberaceae (Alpinia, Etlingera dan
Zingiber) juga untuk mempelajari fenologi pembungaan yang mencakup masa
reseptif stigma dan viabilitas polen ketiga genus Zingiberaceae. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2008 sampai dengan bulan Agustus 2008,
bertempat di Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung, Laboratorium Zoologi
LIPI dan Laboratorium Mikroskop Terpadu, Departemen Biologi, IPB.

Bahan tanaman yang digunakan adalah koleksi tanaman dari Balai
Penelitian Tanaman Hias, yang terdiri dari 3 genus yaitu genus Alpinia (Alpinia
purpurata ”Kusuma”, A. purpurata ”Bethari”, A. purpurata ”Fatra” dan
A. purpurata ”Amorina”), Etlingera (Etlingera elatior ”Red Torch Ginger”dan
E. elatior ”Pink Torch Ginger”) dan Zingiber (Zingiber spectabile “Silvana” dan
Z. zerumbet).
Rancangan yang digunakan untuk penghitungan viabilitas polen adalah
Split Plot RAL dengan varietas (A. purpurata ”Kusuma”, A. purpurata ”Bethari”,
E. elatior ”Red Torch Ginger” dan E. elatior ”Pink Torch Ginger”) sebagai petak
utama dan waktu pengambilan sampel sebagai anak petak.
Kultivar yang diamati memiliki karakteristik tanaman dan bunga yang
bervariasi. Munculnya bunga pertama pada braktea merupakan tanda bahwa
braktea sudah membuka penuh seluruhnya, kecuali pada Zingiber spectabile
”Silvana” dan Z. zerumbet, walaupun bunga pertama telah muncul pada braktea,
tetapi periode braktea belum mancapai 100%. Periode pembukaan braktea dalam
satu malai sekitar 9 minggu pada A. purpurata ”Kusuma” dan A. purpurata
“Bethari”, sekitar 8 minggu pada E. elatior ”Red Torch Ginger”, A. purpurata
“Fatra” dan A. purpurata “Amorina” dan sekitar 7 minggu pada E. elatior ”Pink
Torch Ginger”.
Penentuan masa reseptif stigma dilakukan dengan pengamatan morfologi

bunga dan penyerbukan (A. purpurata ”Kusuma” x A. purpurata ”Bethari” dan
A. purpurata ”Bethari” x A. purpurata ”Bethari”). Bunga mekar dan munculnya
sekresi menandakan masa reseptif pada stigma. A. purpurata ”Kusuma”,
E. elatior ”Red Torch Ginger” dan E. elatior ”Pink Torch Ginger” mulai mekar
pada pukul 09.00, sedangkan A. purpurata ”Bethari” mulai mekar pada pukul
10.00. Periode produksi sekresi pada stigma E. elatior ”Red Torch Ginger” serta
E. elatior ”Pink Torch Ginger” dimulai pada pukul 09.00. Persentase penyerbukan
buatan (A. purpurata ”Kusuma” x A. purpurata ”Bethari”) tertinggi pada pukul
09.00. Jumlah biji yang paling banyak diperoleh dari penyerbukan (A. purpurata
”Kusuma” x A. purpurata ”Bethari”) pada pukul 12.00 dengan jumlah biji
rata-rata 178 butir. Ditinjau dari persentase pembentukan buah dan biji serta
perubahan morfologi bunga dapat ditentukan masa reseptif stigma pada
A. purpurata ”Kusuma”, A. purpurata ”Bethari”, E. elatior ”Red Torch Ginger”
dan E. elatior ”Pink Torch Ginger” berkisar antara pukul 09.00-12.00 WIB.

4

Viabilitas polen dengan pengecambahan polen dalam media cair
Brewbaker dan Kwack dilakukan pada pukul 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, dan
16.00. Viabilitas polen bervariasi antar kultivar dengan A. purpurata ”Bethari”

memiliki persentase viabilitas polen tertinggi sekitar 74% sedang E. elatior ”Pink
Torch Ginger” terendah sekitar 4%. Umumnya perkecambahan polen keempat
kultivar meningkat sejak sebelum bunga mekar pada pukul 08.00 sampai sekitar
pukul 14.00, kemudian mulai menurun, kecuali pada E. elatior ”Pink Torch
Ginger”. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat bunga mekar penuh, yang terjadi
sekitar pukul 11.00-12.00, viabilitas polen cukup tinggi yang memungkinkan
keberhasilan penyerbukan.

: BIOLOGI

Judul

DAN

FENOLOGI

PEMBUNGAAN

GENUS Alpinia, Etlingera DAN Zingiber
Nama Mahasiswa


: Eva Oktaviani

NRP

: A34404057

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc.
NIP . 131 842 407

Ir. Debora Herlina Adriyani, MS.
NIP. 080 043 625


Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Bogor sebagai anak terakhir dari lima
bersaudara pada tanggal 30 Oktober 1986, dari pasangan bapak Edi Kuswandi dan
ibu Sopiah.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Bangka 4
Bogor pada tahun 1998. Pendidikan lanjutan tingkat pertama ditempuh di SLTP
Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis
menyelesaikan pendidikan lanjutan tingkat atas di SMU Negeri 8 Bogor. Semasa
di sekolah tingkat pertama, penulis pernah menjabat sebagai bendahara dalam
OSIS (organisasi Siswa Intra Sekolah), kemudian pada sekolah tingkat atas,
penulis menjabat sebagai ketua 1 dalam OSIS (organisasi Siswa Intra Sekolah).
Pada tahun 2004, penulis masuk di IPB melalui jalur SPMB (Seleksi

Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis diterima di Fakultas Pertanian, program
studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih. Pada tingkat kedua, penulis
mengambil program kekhususan Teknologi Benih.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Biologi dan Fenologi Pembungaan
Genus Alpinia, Etlingera dan Zingiber”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya
kepada:
1. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. sebagai pembimbing akademik sekaligus
dosen pembimbing skripsi dan Ir. Debora Herlina Adriyani, MS. selaku
dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing,
mengarahkan dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi.
2. Dr. Dewi Sukma, SP, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan kritik dalam penyusunan skripsi.

3. Seluruh keluarga atas doa, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Balai Penelitan Tanaman Hias Segunung yang telah memberikan ijin
untuk penelitian, terutama Bapak Suyono yang telah membimbing di
lapang selama penelitian.
5. Laboratorium Zoologi LIPI untuk ijin pengamatan struktur polen
menggunakan SEM.
6. Laboratorium Mikroskop Terpadu, Departemen Biologi IPB untuk ijin
pengamatan polen dengan mikroskop cahaya.
7. Seluruh staf TU BDP Fakultas Pertanian IPB.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan
para pembaca yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2009
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Keragaman Zingiberaceae ................................................................................... 3
Syarat Tumbuh .................................................................................................... 4
Perbanyakan Tanaman ........................................................................................ 4
Deskriptif Tanaman............................................................................................. 5
Genus Zingiber ................................................................................................ 5
Genus Alpinia .................................................................................................. 6
Genus Etlingera .............................................................................................. 8
Biologi Pembungaan ........................................................................................... 9
Penyerbukan ........................................................................................................ 9
Polen.................................................................................................................. 10
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 12
Tempat dan Waktu ............................................................................................ 12
Bahan dan Alat .................................................................................................. 12
Metode Penelitian.............................................................................................. 14
Rancangan Percobaan ....................................................................................... 16
Pengamatan ....................................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 18
Kondisi Umum .................................................................................................. 18
Deskriptif Tanaman........................................................................................... 18

Genus Alpinia ................................................................................................ 19
Genus Etlingera ............................................................................................ 19
Genus Zingiber .............................................................................................. 19
Periode Pembukaan Braktea ......................................................................... 20
Karakteristik Bunga .......................................................................................... 25
Fenologi Bunga ................................................................................................. 28
Masa Reseptif Stigma ................................................................................... 28
Viabilitas Polen ............................................................................................. 32
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 36
Kesimpulan ....................................................................................................... 36
Saran.................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37
LAMPIRAN .......................................................................................................... 39

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Halaman


1. Karakteristik tanaman delapan kultivar yang diamati............................... 20
2. Karakteristik bunga enam kultivar yang diamati ...................................... 27
3. Pengamatan morfologi bunga ................................................................... 30
4. Keberhasilan penyerbukan ........................................................................ 32
5. Pengaruh interaksi antara varietas dengan waktu pengambilan
sampel terhadap viabilitas polen ............................................................... 34

Nomor

Lampiran

Halaman

1. Panjang dan diameter braktea saat pembukaan maksimum ...................... 40
2. Sidik ragam pengaruh varietas dan waktu pengambilan
sampel terhadap viabilitas polen ............................................................... 40
3. Transformasi (arc sin) interaksi varietas
dan waktu pengambilan sampel
pada pengamatan viabilitas polen ............................................................. 40

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Teks

Halaman

1. Genus Alpinia: A). A. purpurata “Jungle king” (Kusuma),
B) A. purpurata “Jungle Queeen” (Bethari),
C). A. purpurata“Eileen McDonald” (Amorina) dan
D). A. purpurata“Red Ginger” (Fatra) ...................................................... 12
2. Genus Etlingera: A). E. elatior “Red Torch Ginger” dan
B). E. elatior “Pink Torch Ginger” ........................................................... 13
3. Genus Zingiber : A). Zingiber spectabile (Silvana) dan
B). Z. zerumbet .......................................................................................... 13
4. Perlengkapan SEM: A). Mikroskop dan B). Alat pelapis emas................ 13
5. Perkembangan braktea: A). Panjang braktea, B). Diameter braktea......... 21
6. Braktea A. purpurata “Kusuma”: A). Kuncup (0 minggu),
B). Mekar 25% (±3 minggu), C). Mekar 50% (±5 minggu),
D). Mekar 100% (±9 minggu) ................................................................... 23
7. Braktea A. purpurata “Bethari”: A). Kuncup (0 minggu),
B). Mekar 10% (±2 minggu), C). Mekar 50% (±5 minggu),
D). Mekar 100% (±9 minggu) ................................................................... 23
8. Braktea A. purpurata “Fatra”: A). kuncup (0 minggu),
B). mekar 10% (±2 minggu), C). mekar 50% (±5 minggu),
D). mekar 100% (±8 minggu) ................................................................... 23
9. Braktea A. purpurata “Amorina”: A). kuncup (0 minggu),
B). mekar 20% (±3 minggu), C). mekar 50% (±5 minggu),
D). mekar 100% (±8 minggu) ................................................................... 24
10. Braktea E. elatior “Pink Torch”: A). kuncup (0 minggu),
B). mekar 25% (±3 minggu), C). mekar 50% (±5 minggu),
D). mekar 100% (±7 minggu) ................................................................... 24
11. Braktea E. elatior “Red Torch”: A). kuncup (0 minggu),
B). mekar15% (±2 minggu), C). mekar 100% (±8 minggu) ..................... 24
12. Braktea Z. spectabile ”Silvana”: A). kuncup, B). mekar 50%,
C). mekar 100%......................................................................................... 24

11

13. Braktea Z. zerumbet: A). mekar 75%, B). mekar 100% ........................... 25
14. Karakteristik bunga Alpinia: A). Bunga mekar pada bagian bawah braktea,
B dan C). Bunga mekar pada bagian atas dan tengah braktea,
D). Dua bunga dalam basal braktea, E). Tiga helai mahkota bunga,
F). Posisi antera dan putik pada bunga...................................................... 26
15. Stigma A. purpurata “Kusuma”: A). Sekresi pada permukaan stigma,
B). Permukaan stigma dikelilingi oleh jaringan berambut........................ 28
16. Buah dan biji hasil silangan
Alpinia purpurata ”Kusuma” x Alpinia purpurata ”Bethari”................... 32
17. Polen yang dikecambahkan, pada A. purpurata ”Kusuma”:..................... 33
18. Polen A. purpurata ”Kusuma” A). Polen yang telah berkecambah
dengan satu pori, B). Permukaan polen..................................................... 33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya hayatinya.
Berbagai jenis tanaman dapat ditemukan, baik sebagai tanaman perkebunan,
pangan, kehutanan maupun tanaman hias. Tanaman hias mulai banyak
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan estetika, disamping
juga karena perannya secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan.
Tanaman hias juga dapat bermanfaat untuk mengurangi polutan.
Philodendron adalah contoh tanaman hias yang bisa mengurangi polutan yang
terkandung di dalam udara seperti kandungan formaldehid. Selain itu, beberapa
tanaman hias yang lain dapat menyerap zat-zat berbahaya yang biasa berada di
lingkungan sekitar kita, diantaranya adalah tanaman chrysanthemum, azalea,
dieffenbachia, palem, dan lain-lain (Anonim, 2007).
Keanekaragaman hayati di Indonesia belum dimanfaatkan secara
maksimal. Misalnya, jenis Nepenthes, tanaman dari famili Calamoideae, dan
lain-lain merupakan jenis tanaman asli Indonesia yang belum banyak dikenal
(Nais, 2003). Jenis tanaman lain yang asli dari Indonesia yaitu dari famili
Zingiberaceae. Tanaman ini memiliki potensi untuk dapat dikembangkan lebih
lanjut dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Zingiberaceae merupakan tanaman yang tersebar di daerah tropis dan
subtropis (Paimin dan Murhananto, 2007). Tanaman ini merupakan tanaman yang
menarik dari segi bentuk dan warna, terutama pada brakteanya yang sangat
bervariasi. Braktea pada Zingiberaceae bermacam-macam bentuk dan warnanya,
ada yang berwarna merah, kuning, merah muda bahkan putih. Bentuknya pun ada
yang seperti mangkuk, berkelompok seperti mahkota pada bunga mawar, dan
lain-lain.
Zingiberaceae memiliki potensi untuk dikomersialkan karena dapat
meningkatkan pendapatan jika pengelolaannya dilakukan dengan baik. Umumnya
masyarakat hanya mengetahui pemanfaatan sebagian dari jenis tanaman ini
sebagai bumbu masakan saja, kenyatannya Zingiberaceae dapat dijadikan sebagai
tanaman hias yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Brakteanya dapat

2

dijadikan bunga potong yang tahan lama, mencapai ±14 hari setelah pemotongan,
dengan nilai jual yang berbeda-beda antar genus.
Jenis Zingiberaceae belum banyak diteliti sehingga informasi mengenai
pengembangannya baik untuk pemuliaan dan perbaikan varietas maupun budidaya
dan pengembangbiakan serta potensinya secara ekonomis sangat terbatas. Oleh
karena itu informasi mengenai biologi bunga sangat diperlukan. Pengamatan
biologi bunga yang mencakup struktur bunga dan fenologi bunga akan bermanfaat
dalam perbaikan varietas untuk mendapatkan varian baru yang diperlukan dalam
mempopulerkan Zingiberaceae sebagai salah satu bunga tropis asli Indonesia.
Informasi mengenai biologi dan fenologi pembungaan Zingiberaceae akan
bermanfaat bagi para pemulia untuk dapat mengembangkan tanaman asli
Indonesia ini secara luas.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mempelajari variasi struktur bunga ketiga genus (Alpinia, Etlingera dan
Zingiber).
2. Mempelajari periode pembukaan braktea ketiga genus Zingiberaceae.
3. Mempelajari fenologi pembungaan mencakup masa reseptif stigma dan
viabilitas polen pada A. purpurata ”Kusuma”, A. purpurata ”Bethari”,
E. elatior ”Pink Torch Ginger” dan E. elatior ”Red Torch Ginger”.

TINJAUAN PUSTAKA
Keragaman Zingiberaceae
Tanaman Zingiberaceae merupakan tanaman tahunan yang banyak
ditanam di pekarangan, kebun, dan disekitar hutan jati. Zingiberaceae merupakan
tanaman berkeping satu (Monocotyledone) dan juga termasuk tanaman berbiji
tertutup (Angiospermae).
Ahli taksonomi membedakan ordo Zingiberales ke dalam 8 famili yaitu
Musaceae, Strelitziaceae, Lowiaceae, Heliconiaceae, Zingiberaceae, Costaceae,
Cannaceae, dan Marantaceae (Berry dan Kress, 1991). Sampai saat ini jumlah
genus dalam famili Zingiberaceae belum diketahui dengan pasti. Beberapa
literatur menyatakan bahwa famili Zingiberaceae terdiri atas 47 genus yang
mencakup sekitar 10001 sampai 1400 spesies (Paimin dan Murhananto, 2007;
Anonim, 2007) yang tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti di Afrika, Asia
dan Amerika, tetapi sebagian besar tersebar di Asia Tenggara.
Beberapa genus dari famili Zingiberaceae diantaranya adalah Zingiber,
Hedychium, Alpinia, Curcuma, Etlingera, Amomum, Hornstedtia, Globba,
Roscoea, dan masih banyak genus-genus yang lainnya. Genus Zingiber terdiri dari
sekitar 80 spesies (Winarto, 2003). Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan
salah satu contoh tanaman dari genus Zingiber yang merupakan terna tahunan
yang tumbuh merumpun. Selain jahe, dari genus Zingiber yang pemanfaatannya
digunakan sebagai bumbu masakan dan obat, banyak dari genus lain yang dapat
dijadikan sebagai bunga potong atau tanaman hias. Beberapa tanaman
Zingiberaceae yang sudah banyak dikenal dan digunakan sebagai tanaman hias
diantaranya adalah Alpinia purpurata, A. zerumbet, A. nutans, Zingiber zerumbet,
Z. spectabile, Etlingera elatior, Hedychium coronarium, H. flavescens,
H. gardnerianum, Curcuma petiole, dan lain-lain.
Tanaman dari famili Zingiberaceae merupakan contoh keanekaragaman
hayati yang banyak terdapat di Indonesia dan memiliki potensi untuk

1

http://www.botany.hawaii.edu/faculty/carr/zingiber.htm. Diakses pada tanggal
07 November 2007.

4

dikomersialkan karena akan meningkatkan pendapatan jika pengelolaannya
dilakukan dengan baik. Zingiberaceae belum banyak dikembangkan di
negara-negara lain yang tidak termasuk negara tropis, karena tanaman ini hanya
dapat berkembang dan tumbuh baik di daerah tropis, seperti Indonesia. Dengan
kondisi yang demikian, penting sekali dalam mempopulerkan jenis tanaman ini.
Tanaman ini tidak kalah menariknya jika dibandingkan dengan jenis
tanaman hias lain. Zingiberaceae memiliki bunga dan braktea yang bervariasi
bentuk, ukuran dan warna. Braktea dari tanaman ini dapat dijadikan bunga potong
yang tahan lama, dapat mencapai sekitar ± 14 hari setelah pemotongan. Nilai jual
dari masing-masing genus berbeda-beda. Untuk genus Alpinia nilai jualnya sekitar
Rp. 1.000,-/ tangkai, Etlingera dan Zingiber sekitar Rp. 3.000,-/ tangkai (harga
jual di Balai Penelitian Tanaman Hias). Tanaman ini sering digunakan untuk
dekorasi taman maupun acara-acara penting lainnya.
Syarat Tumbuh
Pada umumnya Zingiberaceae dapat tumbuh dengan baik dan menyukai
keadaaan lingkungan dengan sinar matahari yang cerah, tetapi tidak terkena
cahaya langsung, walaupun ada beberapa jenis yang dapat tumbuh subur dengan
kondisi penyinaran yang penuh. Beberapa jenis yang berasal dari Asia Selatan
toleran dengan iklim yang dingin. Banyak juga yang dapat tumbuh pada kondisi
lingkungan yang hangat dan kondisi posisi saluran air yang tepat serta dengan
penggunaan mulsa pada tanaman. Zingiberaceae yang termasuk tanaman tropis,
dapat hidup dengan suhu antara 38,8 ºC dan 44,4 ºC (70 dan 80 F) selama dalam
periode pertumbuhan. Rhizome pada tanaman ini tidak dapat mulai tumbuh jika
tanah mencapai suhu lebih dari 36,1 ºC (65 F). Beberapa spesies mengalami
2

dormansi pada suhu rendah dan kondisi kering1.
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman Zingiberaceae umumnya dilakukan secara vegetatif
dengan menggunakan rimpangnya (Paimin dan Murhananto, 2007). Cara lain
yang digunakan untuk perbanyakan yaitu dengan menggunakan teknik kultur

2

http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 07 November 2007.

5

jaringan. Cara ini merupakan proses perbanyakan dengan menggunakan jaringan
dari salah satu bagian tanaman.
Perbanyakan dengan menggunakan rimpang sudah cukup baik, selain
mudah cara ini pun lebih ekonomis karena perbanyakan menggunakan bagian dari
tanaman itu sendiri. Pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan.
Deskripsi Tanaman
Genus Zingiber
Zingiber zerumbet dan Z. spectabile Silvana” merupakan contoh tanaman
dari genus Zingiber. Zingiber zerumbet sering dikenal dengan nama lempuyang
atau “shampoo ginger” atau “wild ginger”. Tanaman ini memiliki braktea yang
tersembul di permukaan tanah (terpisah dengan tanaman) sama halnya dengan
braktea pada tanaman jahe atau dengan nama ilmiah biasa dikenal dengan sebutan
Zingiber officinale (Harmono dan Andoko, 2005). Braktea Z. zerumbet dapat
3

digunakan sebagai bunga potong1. Braktea berubah dari warna hijau sampai
dengan warna merah ketika telah tua. Tanaman ini secara alami menghasilkan biji
dalam jumlah yang besar, karena pada tiap basal braktea akan menghasilkan
biji-biji tersebut. Bunga pada tanaman ini berwarna kuning yang merupakan alat
reproduksi seksual bagi tanaman (Ratnasari, 2007). Bunga pada tanaman
Zingiberaceae merupakan bunga hermaprodit2. Ketinggian tanaman ini berkisar
antara 1-2 meter.
Z. spectabile ”Silvana” atau yang biasa disebut dengan nama “tepus tanah”
(Malaysia), atau dengan nama lain “black gingerwort”, “beehive ginger”, “tepus
tunduk”, “giant honeycomb” merupakan sejenis tanaman yang biasa dijumpai di
sepanjang kepulauan Peninsula, Malaysia (Larsen et al., 1999). Z. Spectabile
”Silvana” merupakan tanaman introduksi yang dibawa dari Miami, Amerika
Serikat pada tahun 1990 oleh Dr. Benny Tjia. Tanaman ini pertama kali
dikembangkan di kebun percobaan Biotrop di Bogor. Selanjutnya dikembangkan
di kebun percobaan Gunung Salak dan kebun percobaan Tapos, Cisarua. Balai
3
2

http://www.plant-group.com. Diakses pada tanggal 15 Desember 2007.
http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 07 November 2007.

6

Penelitian Tanaman Hias memperoleh tanaman ini dari kebun percobaan Biotrop
pada tahun 2003 dari hasil perbanyakan (Herlina et al., 2008). Tanaman ini dapat
mencapai ketinggian hingga 2 m. Daun dapat dijadikan obat tradisional untuk
mengurangi bengkak, penggunaannya dengan ditumbuk hingga menjadi halus.
Keunggulan dari tanaman ini yaitu dapat tumbuh pada dataran tinggi maupun
dataran rendah dengan kondisi sedikit ternaungi dan kelembaban yang tinggi.
Selain dapat tahan lama menjadi bunga potong, tanaman ini dapat dipanen dalam
berbagai ukuran, baik dari yang berdiameter kecil hingga yang besar dengan
tangkai yang panjang sehingga banyak diminati untuk dijadikan dekorasi taman
bahkan untuk rangkaian bunga. Braktea berwarna kuning ketika masih muda dan
akan berwarna merah jika semakin tua. Pada braktea ini sering terdapat air yang
sedikit berlendir pada setiap helaian braktea yang juga merupakan tempat
munculnya bunga. Bunga yang muncul pada braktea ini berwarna dasar kuning
dan berwarna coklat keunguan dengan bintik-bintik kuning pada mahkotanya. Ciri
khas yang unik dari bunga pada tanaman ini yaitu ukuran stamen yang panjang
dengan bentuk yang melengkung seperti tanduk (Adriyani, 2007). Silvana
merupakan pemutihan nama dari Z. spectabile.
Genus Alpinia
Alpinia merupakan genus yang paling besar jika dibandingkan yang lain,
dengan lebih dari 230 spesies1. Alpinia purpurata merupakan salah satu spesies
yang mempunyai banyak varietas, diantaranya A. purpurata “Kusuma”,
A. purpurata “Bethari”, A. purpurata “Amorina”, A. purpurata “Fatra”, dan
lain-lain. Daerah asal A. purpurata tersebar dari New Caledonia, New Hebrides,
Kepulauan Solomon, Bismarck dan Bougainville. Di Indonesia berkembang di
Sukabumi, Bogor dan Cianjur (Herlina et al., 2008). Keunggulan dari jenis
tanaman ini yaitu bahwa dapat tumbuh di dataran rendah hingga di dataran tinggi,
memiliki ukuran dan warna braktea yang bervariasi dan menarik untuk dijadikan
dekorasi atau bahkan dijadikan rangkaian bunga sehingga memiliki nilai
komersial sebagai bunga potong tropis. Braktea dapat bertahan tetap segar hingga
6 hari (Herlina et al., 2008).
1

http://www.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 07 November 2007.

7

A. purpurata “Kusuma” merupakan tanaman introduksi yang didatangkan
dari Hawaii oleh Ibu alm. Abdul Kadir pada tahun 1992, kemudian di
kembangkan di kebun Cisalada, Sukabumi (sampai saat ini). Sub Balai Penelitian
Tanaman Hias Cipanas mendapatkan dari kebun Cisalada pada tahun 1996
kemudian dikembangkan di kebun percobaan Cipanas. Pada tahun 2003
digunakan untuk penelitian di kebun percobaan Segunung sampai saat ini (Herlina
et al., 2008). Memiliki ketinggian tanaman antara 258-298 cm. Braktea berwarna
merah (Red Group 53B) dan terletak pada terminal tanaman. Diameter braktea
pada tanaman antara 9.1-9.2 cm dan panjang braktea tanaman ini antara
21.8-24.9 cm. Bunga akan muncul pada setiap helaian braktea. Bunga berwarna
putih (White Group N155D) dengan kelopak bunga tambahan berwarna merah14.
Nama “Kusuma” merupakan pemutihan nama dari A. purpurata “Jungle King”.
A. purpurata “Bethari” merupakan tanaman introduksi yang didatangkan
dari Hawaii oleh Ibu alm. Abdul Kadir pada tahun 1992, kemudian di
kembangkan di kebun Cisalada, Sukabumi (sampai saat ini). Sub Balai Penelitian
Tanaman Hias Cipanas mendapatkan dari kebun Cisalada pada tahun 1996
kemudian dikembangkan di kebun percobaan Cipanas. Pada tahun 2003
digunakan untuk penelitian di kebun percobaan Segunung sampai saat ini (Herlina
et al., 2008). Tanaman ini memiliki ciri-ciri umum yang sama dengan
A.

purpurata

“Kusuma”,

yang

membedakannya

adalah

bahwa

pada

A. purpurata “Bethari” memiliki braktea yang berwarna pink pucat bahkan
4

mendekati putih (White Group 155B). Panjang braktea antara 16.5-17.2 cm dan
diameter braktea sekitar 5.9-7.1 cm.2 Letak braktea pada terminal tanaman. Bunga
berwarna putih (White Group N155D) seperti A. purpurata “Kusuma”, tetapi
kelopak bunga berwarna putih. Nama “Bethari” merupakan pemutihan nama dari
A. purpurata “Jungle Queen”.
A. purpurata “Fatra” merupakan varietas lokal yang banyak dijumpai di
daerah Jawa juga digunakan sebagai tanaman pekarangan. Tanaman ini sudah
dibudidayakan oleh petani bunga potong sejak dahulu (Herlina et al., 2008).
Memiliki ketinggian antara 259-285 cm. Braktea berwarna merah (Red Group

4

http://www.balithi.litbang.co.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2008.

8

53B). Braktea A. purpurata “Fatra” lebih kecil jika dibandingkan dengan
A. purpurata “Kusuma”. Panjang braktea berkisar antara 19.5-21.9 cm dan
diameter braktea 5.4-6.4 cm. Bentuk helaian braktea lonjong dengan ujung
tumpul. Warna bunga putih (White Group N155D) dengan kelopak tambahan
berwarna merah namun ukurannya lebih kecil. Nama “Fatra” merupakan
4

pemutihan nama dari A. purpurata “Red Ginger”1.
A. purpurata “Amorina” merupakan tanaman introduksi. Pada tahun 1994
didatangkan

dari

Hawaii

oleh

Ibu

Saifulsulun

kemudian

dikembangkan di kebun Winasari Ciapus, Bogor (sampai saat ini). Balai
Penellitian Tanaman Hias mendapatkan tanaman induk dari kebun Winasari pada
tahun 2003 (Herlina et al., 2008). Memiliki braktea berwarna merah muda (Red
Group 53B) dengan panjang braktea sekitar 24.9-26.4 cm dan diameter braktea
6.2-7.7 cm1. Braktea terletak pada terminal tanaman. Warna bunga putih (White
Group N155D). Nama “Amorina” merupakan pemutihan nama dari A. purpurata
“Eileen McDonald”. Mempopulerkan nama Indonesia ini sangat penting karena
terkait dengan asal usul tanaman.
Genus Etlingera
Beberapa varietas dari genus ini diantaranya adalah Etlingera elatior “Red
Torch Ginger” dan E. elatior “Pink Torch Ginger”. Menurut Larsen et al. (1999)
E. elatior dapat mencapai ketinggian hingga 8 m. Tanaman ini memiliki warna
dan braktea yang bervariasi dan menarik untuk dijadikan dekorasi dan rangkaian
bunga sehingga memiliki nilai komersial sebagai bunga potong tropis.
E. elatior “Red Torch Ginger” memiliki braktea berwarna merah cherry
dengan warna kuning di bagian tepinya. Braktea ini muncul pada permukaan
tanah (terpisah dari tanaman) dan berbentuk runcing di bagian terminalnya,
sehingga memudahkan untuk menjadi bunga potong. Bentuk bunga seperti
terompet berwarna merah dengan garis berwarna kuning pada ujung mahkota.
E. elatior ”Pink Torch Ginger” memiliki braktea yang berwarna merah
muda. Sama halnya dengan E. elatior “Red Torch Ginger” bahwa braktea muncul

4

http://www.balithi.litbang.co.id. Diakses pada tanggal 25 Mei 2008.

9

tersembul pada permukaan tanah (terpisah dari tanaman). Bunga berwarna merah
yang muncul pada helaian braktea tanaman.

Biologi Pembungaan
Bunga merupakan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan. Dari bunga
inilah akan terbentuk tanaman baru yang diawali dari perubahan bunga yang
tumbuh menjadi buah dan buah tersebut berisi biji yang kemudian biji tersebut
dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
Biologi bunga merupakan struktur atau bagian-bagian penyusun bunga.
Bunga dikatakan bunga lengkap apabila mempunyai empat bagian sebagai berikut
yaitu kelopak (calyx), tajuk atau mahkota (corolla), benang sari (stamen) dan
putik (pistillum). Zingiberaceae merupakan bunga lengkap, karena memiliki
keempat bagian tersebut.
Suhu, curah hujan, cahaya dan keadaan lingkungan merupakan faktor yang
dapat mempengaruhi pembungaan (Darjanto dan Satifah, 1990). Adanya
perbedaan antara suhu maksimum pada siang hari dan suhu minimum di waktu
malam dapat merangsang pembentukan bunga yang baik. Seperti pada
Zingiberaceae, bunga dapat tumbuh dengan baik pada kondisi yang lembab,
karena tidak cepat layu (Darjanto dan Satifah, 1990).

Penyerbukan
Penyerbukan atau pemindahan serbuk sari (polen) dari benang sari
(stamen) ke kepala putik (stigma) merupakan awal terjadinya proses reproduksi.
Penyerbukan di alam dapat terjadi dengan bantuan angin, air, serangga atau
binatang lain bahkan dapat terjadi karena bantuan manusia. Pada tiga genus yang
diamati memiliki bunga tipe macrostylus yang memiliki tangkai putik lebih
panjang daripada anter. Vektor yang membantu penyerbukan pada Zingiberaceae
diantaranya kupu-kupu dan ngengat, terutama pada genus Alpinia adalah semut
dan lebah juga burung pada genus Etlingera (Larsen dan Larsen, 2006)
Penyerbukan akan mudah terjadi jika bunga dalam keadaaan mekar dan
benang sari serta putik, kedua-duanya dalam keadaan masak. Penyerbukan pada
tumbuhan dapat terjadi dengan sendirinya atau biasa disebut penyerbukan sendiri

10

(putik dan benang sari telah masak pada saat yang bersamaan) dan terjadi
penyerbukan silang (untuk tanaman yang berumah dua atau hanya memiliki satu
kelamin saja). Penyebab terjadinya penyerbukan silang diantaranya yaitu
heterostylus, dikogamous, self incompatibility, dan lain-lain.
Bunga yang mekar merupakan tanda bahwa stigma telah reseptif, selain itu
terdapat tanda-tanda lain untuk mengetahui stigma telah reseptif yaitu dengan
melihat ada tidaknya papila, ada atau tidaknya sekresi dari kelenjar pada dasar
bunga dan terdapat aroma pada bunga. Kepala putik yang telah masak biasanya
mengeluarkan lendir yang berwarna transparan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan untuk perkecambahan serbuk sari. Serbuk sari atau polen yang berhasil
berkecambah di atas kepala putik akan mulai memanjang masuk ke dalam saluran
tangkai putik (stylus) menuju bakal buah (Darjanto dan Satifah, 1990).
Menurut Darjanto dan Satifah (1990), penyerbukan sebaiknya dilakukan
pada saat cuaca cerah dengan udara yang lembab, sedangkan cuaca yang dingin,
dapat menjaga bunga agar tidak cepat layu. Kondisi wilayah Cipanas yang
memiliki ketinggian 1.100 m dpl dengan rata-rata suhu pada bulan Juni yaitu
sekitar 20.7°C dan dengan kelembaban 81.7 % dan pada bulan Juli dengan suhu
rata-rata 20.7°C dan dengan kelembaban 72.8% (berdasarkan data iklim Cipanas
Cianjur 2008, BMG) sudah cukup untuk mendukung proses penyerbukan pada
tanaman.
Penyerbukan silang dapat terjadi jika putik dan benang sari tidak masak
dalam waktu yang bersamaan, sedangkan penyerbukan sendiri, putik dan benang
sari harus masak dalam waktu yang bersamaan (Utomo dalam Heller, 2008).

Polen
Polen atau serbuk sari merupakan jaringan hidup yang memiliki umur
terbatas dan kemudian akan mati. Serbuk sari atau polen yang baik adalah polen
dari kuncup bunga yang telah dewasa yang hampir merekah karena pada saat itu
ruang sari pada polen tersebut belum pecah dan terisi penuh dengan polen yang
memiliki daya tumbuh yang tinggi. Menurut Hoekstra (1982) polen tidak dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama atau panjang, harus segera
dikecambahkan setelah terpisah dari antera kecuali jika diberi perlakuan

11

perubahan suhu dan kelembaban. Seperti pada polen kelapa sawit, polen
dikatakan berkualitas baik apabila memiliki daya berkecambah yang tinggi dan
memiliki persentase pembentukan buah yang tinggi pula (Widiastuti, 2005).
Kualitas polen sama dengan viabilitas polen (Kelly et al., 2002) dan daya
simpan polen berbeda antar varietas (Sato et al., 1998). Menurut Kelly et al.
(2002) kualitas dan jumlah polen yang diproduksi bunga merupakan komponen
penting untuk kekuatan tumbuhan. Berbagai metode digunakan untuk menguji
viabilitas polen seperti aktivitas metabolik, semipermeabilitas membran, daya
berkecambah dan pembentukan biji yang dihasilkan. Untuk mengetahui viabilitas
polen dan stigma dapat menggunakan teknik in vivo dan in vitro (Egenti, 1978).
Teknik in vitro merupakan metode yang paling umum digunakan untuk pengujian
viabilitas polen yang toleran terhadap desikasi setelah dilembabkan (Towil dan
Walters dalam Priadi dan Rijadi, 2002).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung,
Laboratorium Zoologi LIPI dan Laboratorium Mikroskop Terpadu, Departemen
Biologi, IPB. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret 2008 sampai
dengan bulan Agustus 2008.

Bahan dan Alat
Bahan tanaman Zingiberaceae dari koleksi Balai Penelitian Tanaman Hias
terdiri dari 3 genus, yaitu genus Alpinia (A. purpurata “Kusuma”, A. purpurata
“Bethari”, A. purpurata “Fatra” dan A. purpurata “Amorina”) (Gambar 1A, B, C
dan D), Etlingera (E. elatior “Red Torch Ginger” dan E. elatior “Pink Torch
Ginger”) (Gambar 2 A dan B) dan genus Zingiber (Zingiber spectabile “Silvana”
dan Z. zerumbet) (Gambar 3A dan B).

A

B

C

D

Gambar 1. Genus Alpinia: A). A. purpurata “Kusuma”,
B). A. purpurata “Bethari”,
C). A. purpurata “Fatra”dan
D). A. purpurata “Amorina”

13

A

B

Gambar 2. Genus Etlingera: A). E. elatior “Red Torch Ginger” dan
B). E. elatior “Pink Torch Ginger”

A

B

Gambar 3. Genus Zingiber : A). Zingiber spectabile (Silvana) dan B). Z. zerumbet
Media pengecambahan polen berupa larutan Brewbaker dan Kwack
dengan komposisi larutan stok sebagai berikut: H3BO3 100 mg, Ca (NO3)2.4H2O
300 mg, MgSO4.7H2O 200 mg dan KNO3 100 mg. Media pengecambahan polen
dibuat dari 10 ml larutan stok ditambah 10 gram sukrosa dan diencerkan dengan
aquades hingga 100 ml.

A

B

Gambar 4. Perlengkapan SEM: A). Mikroskop dan B). Alat pelapis emas

14

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah mikroskop, pinset, kaca
pembesar (lup), gelas objek (deck glass), label, jarum osche, dan SEM (Scanning
Electron Microscope) (Gambar 4A dan B).

Metode Penelitian
1. Karakterisasi tanaman, bunga dan braktea
Untuk karakteristik tanaman, dilakukan pengamatan tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun, panjang dan lebar daun serta panjang tangkai
daun. Pada karakteristik bunga, dilakukan pengamatan panjang bunga,
panjang dan lebar labellum, panjang dan lebar kepingan mahkota (corolla
lobe), panjang dan lebar kelopak bunga, warna mahkota bunga, panjang pistil,
panjang kotak polen dan jumlah ovul per ovarium. Pengamatan tersebut
bermanfaat untuk mempelajari karakteristik dari tiap kultivar yang diamati.
Individu bunga diamati sejak muncul kuncup bunga sampai bunga layu.
Pengamatan braktea bunga dilakukan untuk mengetahui periode pembukaan
braktea dan tahapan bunga individu muncul dari awal pada braktea bunga dari
tanaman induk. Pola perkembangan pembukaan braktea diamati sejak braktea
kuncup sampai membuka penuh. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang
telah dewasa. Setiap kultivar diamati lima braktea. Pengukuran braktea terdiri
dari panjang dan diameter braktea dan jumlah helaian braktea.
2. Struktur polen dan stigma
Struktur polen dan stigma diamati dengan menggunakan mikroskop pemindai
elektron (Scanning Electron Microscope/SEM). Pengamatan dilakukan
terhadap bentuk polen, tekstur permukaan dan pori, sedangkan untuk stigma
diamati tekstur permukaannya. Prosedur persiapan sampel untuk pengamatan
menggunakan SEM:


Spesimen (polen dan stigma) disimpan di dalam desikator, disimpan
selama ±1 minggu agar kering.



Spesimen ditempel pada stub dengan menggunakan double tape.



Spesimen divakum selama 10 menit untuk megeluarkan gelembung
udara dalam spesimen.



Spesimen dilapisi dengan emas selama 5 menit.

15



Spesimen dimasukkan dalam chamber pada SEM untuk diamati.



Pengamatan dilakukan pada 20 KV dengan pembesaran 2000x untuk
polen dan 75x untuk stigma.

3. Penentuan Masa Reseptif Stigma
Untuk menentukan masa reseptif stigma, dilakukan pengamatan morfologi
bunga secara visual pada stigma (A. purpurata ”Kusuma”, A. purpurata
”Bethari”, E. elatior ”Pink Torch Ginger” dan E. elatior ”Red Torch Ginger”)
dan penyerbukan (A. purpurata ”Kusuma” X A. purpurata ”Bethari” dan
A. purpurata ”Bethari” X A. purpurata ”Bethari”) pada waktu yang
berbeda-beda. Masa reseptif stigma genus Zingiber tidak dilakukan karena
masa berbunga telah lewat (Oktober–April). Pengamatan morfologi pada
stigma ditentukan berdasarkan perubahan yang terjadi pada permukaan stigma
yang dilakukan pada pukul 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, dan pukul 16.00 WIB.
Penyerbukan dilakukan dengan menggunakan pinset, yaitu dengan cara
penyerbukan buatan pada pukul 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, 12.00, 15.00,
16.00, dan pukul 17.00 WIB. Untuk setiap kepala putik diserbuki dengan
polen dari tiap antera pada bunga yang berbeda. Penyerbukan dilakukan pada
Alpinia purpurata ”Kusuma” yang diserbuk dengan polen A. purpurata
”Bethari”, karena spesies ini diketahui dapat membentuk buah bila disilangkan
dengan sesamanya. Penyerbukan juga dilakukan pada A. purpurata ”Bethari”
yang diserbuki dengan polennya sendiri, karena untuk mengetahui tingkat
keberhasilan penyerbukan jika dilakukan selfing. Masing-masing jam
dilakukan terhadap lima bunga untuk mendapatkan rataan buah dan biji yang
dihasilkan. Buah yang terbentuk dari penyerbukan dipanen pada umur
±3.5 bulan setelah penyerbukan. Persentase buah dan biji yang terbentuk
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Persentase buah = Jumlah buah per braktea x 100%
Jumlah bunga per braktea
Persentase biji = Jumlah biji per buah x 100%
Jumlah ovul per buah
Masa reseptif stigma ditentukan berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi pada permukaan stigma dan persentase buah dan biji yang tinggi.

16

4. Viabilitas Polen
Viabilitas polen diamati dengan pengecambahan dan dilakukan terhadap
genus Alpinia dan Etlingera Pengambilan polen untuk pengecambahan
dilakukan pada pukul 08.00, 10.00, 12.00, 14.00, dan pukul 16.00 WIB. Media
pengecambahan yang digunakan adalah larutan Brewbaker dan Kwack. Polen
yang diambil merupakan sampel polen dari tiap antera pada bunga yang
berbeda-beda. Pengamatan perkecambahan polen dilakukan 1 jam setelah
pengecambahan.
Rancangan Percobaan
1. Viabilitas polen
Menggunakan Rancangan Split Plot RAL dengan varietas (A. purpurata
”Kusuma”,

A. purpurata ”Bethari”, E. elatior ”Red Torch Ginger”, dan

E. elatior ”Pink Torch Ginger”) sebagai petak utama dan waktu pengambilan
sampel sebagai anak petak.
Model linier : Yij = µ + Pi + a + Kj + (PK)ij + b
Ket : Yij = pengaruh perlakuan ke-i ulangan ke-j
µ = nilai rataan umum
Pi = pengaruh varietas ke-i
a = galat varietas
Kj = pengaruh pengambilan sample ke-j
Pkij = interaksi antara varietas ke-i dan pengambilan sample ke-j
b = galat pengambilan sample
Analisis statistik akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Duncan
(Duncan Multiple Range Test / DMRT), taraf

= 5%.

Pengamatan
Pengamatan terhadap tanaman meliputi:
-

Tinggi tanaman (tanaman yang telah dewasa dan berbunga, diukur dari
permukaan tanah sampai dengan ujung batang yaitu batas tumbuhnya
daun); diameter batang (batang yang sudah berbunga, diukur dari
pertengahan batang tanaman); jumlah, panjang dan lebar daun (panjang
diukur dari ujung pelepah sampai ujung helai daun dan lebar daun diukur

17

dari tengah-tengah daun); dan panjang tangkai daun (diukur dari ujung
tangkai pada daun sampai dengan ujung pelepah daun).
Pengamatan biologi bunga mencakup:
-

Individu bunga: Panjang bunga; panjang dan lebar kelopak bunga; panjang
dan lebar kepingan mahkota (corolla lobe); panjang dan lebar labellum
(lip); tahapan bunga muncul dari awal pada malai bunga; jumlah ovul per
ovarium.

Pengamatan braktea meliputi:
-

Panjang

dan

diameter

braktea;

jumlah

helaian

braktea;

lama

perkembangan braktea dari kuncup sampai membuka penuh.

Penentuan masa reseptif stigma:
-

Warna dan perubahan permukaan stigma

-

Jumlah buah dan biji yang terbentuk

-

Persentase pembentukan buah, jumlah biji per buah

Viabilitas polen:
Viabilitas polen dihitung berdasarkan persentase polen yang berkecambah
dengan ciri polen yang telah berkecambah sudah membentuk tabung polen
sepanjang minimal sama dengan diameter polen. Periode viabilitas polen
ditentukan berdasarkan penurunan viabilitas.
Viabilitas polen = Jumlah polen yang berkecambah x 100%
Total polen yang diamati
Viabilitas polen digunakan untuk menentukan periode viabilitasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Lokasi Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung (Balithi Segunung),
dengan ketinggian 1100 m dpl. Suhu pada siang hari berkisar antara 24° C-26° C
dan pada malam hari berkisar antara 18° -20° C, dengan kelembaban nisbi (RH)
70%-90%. Pada kondisi tersebut, ketiga genus dapat tumbuh dengan baik.
A. purpurata “Kusuma”, A. purpurata “Bethari”, E. elatior “Pink Torch
Ginger”, E. elatior “Red Torch Ginger” dan Z. zerumbet ditanam dalam kondisi
tidak ternaungi, sedangkan Z. spectabile “Silvana” dalam kondisi ternaungi karena
selama pertumbuhan, tanaman ini memerlukan naungan. Z. spectabile “Silvana”
juga menggunakan mulsa jerami untuk menjaga kelembaban dan menghindari
percikan tanah karena air hujan agar bunga tetap bersih sampai waktu panen.
Perbanyakan tanaman pada A. purpurata dilakukan secara vegetatif
dengan cara pembelahan rhizome dan planlet. Perbanyakan tanaman dengan
pembelahan rhizome lebih baik karena jika dengan planlet, membutuhkan waktu
yang lama untuk berbunga yaitu sekitar 3 tahun. Pembelahan dengan
menggunakan rhizome dapat dilakukan setiap waktu, minimal 3 buah rhizome
setiap pembelahan. Pada awal penanaman sebaiknya dilakukan dalam polybag
atau pot sampai tanaman tumbuh tunas baru, kemudian baru dipindah ke lapang.
Jika menggunakan rhizome, tanaman sudah berbunga sekitar 9 bulan setelah
tanam (Herlina et al., 2008). Untuk Zingiber, tanaman juga diperbanyak secara
vegetatif dengan pembelahan rumpun tanaman tetapi bisa juga dengan setek
batang, perbanyakan secara generatif dengan menggunakan biji tidak dapat
dilakukan karena secara normal tanaman ini tidak menghasilkan biji. Genus
Etlingera juga diperbanyak secara vegetatif dengan pembelahan rumpun.

Deskripsi Tanaman
Delapan kultivar yang diamati mempunyai karakteristik tanaman yang
bervariasi baik tinggi tanaman, diameter batang, panjang daun, diameter daun,
panjang tangkai daun, jumlah daun dan jumlah helaian braktea. Karakteristik
tanaman

(Tabel

1)

berbeda-beda

pada

tiap

kultivar

yang

diamati.

19

Hasil pengamatan karakteristik tanaman dilakukan dari rata-rata lima tanaman
yang diamati. Pengamatan ini berguna untuk melihat karakteristik tanaman pada
delapan kultivar yang diamati.
Genus Alpinia
Pada genus Alpinia, A. purpurata “Kusuma” memiliki ukuran yang paling
tinggi dibandingkan ketiga spesies yang lain, dengan jumlah helaian braktea
sekitar 95 helai dan tinggi tanaman sekitar 1.5 m (Tabel 1). Hal ini menunjukkan
keterkaitan antara komponen yang satu dengan yang lain. Semakin tinggi tanam
dan ukuran diameter batang semakin besar, maka jumlah helaian brakteanya pun
semakin banyak, terkait dengan pernyataan Herlina et al. (2008) bahwa tanaman
akan mulai muncul braktea jika diamater batang lebih dari 1 cm. A. purpurata
“Kusuma” memiliki diameter batang sekitar 1.6 cm. Untuk jenis hama yang sering
menyerang pada genus Alpinia yaitu semut, kutu putih, apid, thrips dan ulat.
Genus Etlingera
Pada genus Etlingera, sama halnya dengan genus Alpinia, bahwa tanaman
yang memiliki tinggi tanaman dan diameter batang yang paling besar, maka
jumlah helaian brakteanya pun semakin banyak yaitu pada E. elatior “Red Torch
Ginger”. Jumlah helaian braktea mencapai sekitar 233 helai dengan diameter
batang sekitar 2.3 cm dan tinggi tanaman sekitar 2.5 m (tabel 1). Hama yang
sering menyerang dilapang pada tanaman ini yaitu ulat. Vektor yang sering
dijumpai adalah kupu-kupu.
Genus Zingiber
Genus Zingiber yang memiliki ukuran yang paling besar yaitu pada
Z. spectabile ”Silvana”. Tanaman ini memiliki tinggi tanaman, diameter batang
serta komponen lain yang paling besar dibandingkan Z. zerumbet, yaitu tinggi
tanaman sekitar 2 m dengan diameter batang sekitar 1.5 cm (Tabel 1). Hal ini
diduga terkait dengan kondisi tanaman yang ternaungi karena Z. zerumbet tidak
dalam kondisi ternaungi. Pada genus Zingiber, tanaman memerlukan naungan
selama pertumbuhan (Adriyani, 2007). Pengamatan jumlah helaian braktea pada

20

Z. zerumbet tidak dilakukan karena musim berbunga tanaman ini pada bulan
Oktober-April (terlewat).
Tabel 1. Deskripsi tanaman delapan kultivar yang diamati
varietas

Tinggi
tanaman
(cm)

Diameter
batang
(cm)

Panjang
daun (cm)

Lebar
daun (cm)

Panjang
tangkai
daun
(cm)

Jumlah
daun

Jumlah
helaian
braktea

K

129.78±5.95

1.64±0.15

51.82±0.53

17.38±0.98

1.04±0.54

14.6±0.55

95±15.35

B

139.96±13.54

1.06±0.37

34.3±13.19

11.2±3.66

0.3±0.07

10±1.95

78±8.62

F

77.94±17.34

1.3±0.14

30.08±3.94

12.5±1.65

0.76±0.54

8±1.30

57±6.26

A

87.2±24.83

1.06±0.11

34.54±4.25

11.06±0.76

0.58±0.08

11±3.05

67±7.50

PT

169.22±30.32

2.18±0.18

46.18±3.83

13.22±0.74

0.52±0.13

18±3.16

166±12.27

RT

246.3±53.71

2.28±0.18

49.34±5.06

16±1.47

1.46±0.41

22±3.27

233±17.59

S

194.56±7.45

1.42±0.15

43.34±1.98

8±0.48

0.88±0.22

38±6.19

122±48.08

Zz

119.52±13.11

0.9±0.1

33.86±1.19

6.12±0.67

0.4±0.07

23±3.32

-

Ket: K = A. purpurata “Kusuma”
B = A. purpurata “Bethari”
F = A. purpurata “Fatra”
A = A. purpurata “Amorina”

PT = E. elatior “Pink Torch Ginger”
RT = E. elatior “Red Torch Ginger”
S = Z. sp