Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN
PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI,
KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FARMA YUNIANDRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan, bahwa tesis Formulasi Strategi Kebijakan
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat merupakan karya saya
dengan dibimbing oleh Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.

Bogor, Pebruari 2007
Farma Yuniandra
NIM.: P052040191

ABSTRAK
FARMA YUNIANDRA. 2007. Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA dan
DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Sejak penetapan Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat sebagai taman nasional, implementasi PHBM pada 25 desa di dalam dan
sekitar taman nasional menghadapi masalah. Tujuan penelitian ini ialah
menganalisis substansi kebijakan PHBM, mengkaji implementasi kebijakan dan
dampaknya di Taman Nasional Gunung Ciremai dan merumuskan strategi
kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai. Metode penelitian ialah
analisis kebijakan, deskripsi, AHP dan SWOT.
Implementasi kebijakan PHBM di Kabupaten Kuningan terdiri atas
beberapa tahapan, yaitu sosialisasi, pembentukan Forum PHBM, pemetaan,
inventori, perencanaan desa, Nota Kesepakatan Bersama (NKB), Nota Perjanjian
Kerja sama (NPK) dan Peraturan Desa. Dampak ekonomi dari kebijakan PHBM

di Kabupaten Kuningan ialah kontribusi PHBM pada pendapatan sekitar 7,71%
dari rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.336.573,- per kapita per tahun dan
tingkat kemiskinan masyarakat setelah PHBM secara umum relatif baik.
Penelitian ini menghasilkan rekomendasi, bahwa strategi kebijakan PHBM
yang dapat diterapkan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat ialah sosialisasi nilai ekonomi taman nasional dan
intervensi regulasi, pengembangan pemanfaatan taman nasional dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Kata kunci: Pengelolaan hutan bersama masyarakat, strategi kebijakan, taman
nasional

ABSTRACT
FARMA YUNIANDRA.
2007.
Formulation of Policy Strategy of
Collaborative Forest Management (CFM) in the Mount Ciremai National
Park, Kuningan Regency, West Java Province. Under the supervision of
CECEP KUSMANA and DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Since the enaction of Mount Ciremai in the Kuningan Regency, West Java
Province as national park, the implementation of CFM at 25 villages within and

surrounding the national park have been facing problem. The objectives of this
research are analysing the policy substance of CFM, examining policy
implementation and it’s impact in the Mount Ciremai National Park and
formulating policy strategy of CFM in the Mount Ciremai National Park. Methods
of this research are policy analysis, descriptive analysis, AHP and SWOT.
Implementation of the CFM policy in Kuningan Regency consists of some
steps: socialization, forming of CFM Forum, mapping, inventory, planning of
village, NKB, NPK and village regulation. Economic impact from the policy of
CFM in Kuningan Regency is the contribution of CFM to income of about 7,71%
from the nominal of Rp 3.336.573,- per capita per year and poverty rate after
CFM in general is relatively good.
This research results recommend that CFM policy strategies that can be
applied in Mount Ciremai National Park, Kuningan Regency, West Java Province
are socialization of economic value of the national park, intervence of regulation,
developing the utilition of national park and empowerment of the community
economic.
Key words: Collaborative forest management, national park, policy strategy

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, foto copy, mikro film dan sebagainya

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN
PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI,
KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FARMA YUNIANDRA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007


Judul Tesis
Nama
NIM
Program Studi

: Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat
: Farma Yuniandra
: P052040191
: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui:
Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
Ketua

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc

Anggota

Diketahui:
Ketua Program Studi Pengelolaan
Dekan Sekolah Pascasarjana,
Sumberdaya Alam dan Lingkungan,

Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS

Tanggal Ujian: 12 Pebruari 2007

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus:

Karya kecil ini dipersembahkan buat Ibu (almarhumah), Bapak,
Kakak, Keponakan dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Formulasi
Strategi Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat” berhasil diselesaikan. Penelitian tesis ini yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dilaksanakan di lapangan selama tiga
bulan pada bulan April–Juni 2006 di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc selaku anggota Komisi Pembimbing
atas bimbingan dan saran selama penelitian tesis ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ibu (almarhumah), Bapak dan seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih banyak memiliki keterbatasan
dan kekurangan.

Meskipun demikian, penulis berharap tesis ini dapat


bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Bogor, Pebruari 2007
Farma Yuniandra

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batusangkar pada tanggal 26 Juni 1974 dari Bapak
Makmur Munaf dan Ibu Farida.

Penulis merupakan putra bungsu dari enam

bersaudara. Tahun 1993, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program
Studi Manajemen Hutan pada Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1998.
Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister diperoleh penulis
pada tahun 2004 di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.


Penulis

pernah bekerja di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Perawang Sukses Perkasa
Industri (Surya Dumai Group) dan sejak tahun 2000 bekerja di Dinas Kehutanan
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN
PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI,
KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FARMA YUNIANDRA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan, bahwa tesis Formulasi Strategi Kebijakan

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat merupakan karya saya
dengan dibimbing oleh Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Bogor, Pebruari 2007
Farma Yuniandra
NIM.: P052040191

ABSTRAK
FARMA YUNIANDRA. 2007. Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA dan
DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Sejak penetapan Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat sebagai taman nasional, implementasi PHBM pada 25 desa di dalam dan
sekitar taman nasional menghadapi masalah. Tujuan penelitian ini ialah
menganalisis substansi kebijakan PHBM, mengkaji implementasi kebijakan dan

dampaknya di Taman Nasional Gunung Ciremai dan merumuskan strategi
kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai. Metode penelitian ialah
analisis kebijakan, deskripsi, AHP dan SWOT.
Implementasi kebijakan PHBM di Kabupaten Kuningan terdiri atas
beberapa tahapan, yaitu sosialisasi, pembentukan Forum PHBM, pemetaan,
inventori, perencanaan desa, Nota Kesepakatan Bersama (NKB), Nota Perjanjian
Kerja sama (NPK) dan Peraturan Desa. Dampak ekonomi dari kebijakan PHBM
di Kabupaten Kuningan ialah kontribusi PHBM pada pendapatan sekitar 7,71%
dari rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.336.573,- per kapita per tahun dan
tingkat kemiskinan masyarakat setelah PHBM secara umum relatif baik.
Penelitian ini menghasilkan rekomendasi, bahwa strategi kebijakan PHBM
yang dapat diterapkan di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat ialah sosialisasi nilai ekonomi taman nasional dan
intervensi regulasi, pengembangan pemanfaatan taman nasional dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Kata kunci: Pengelolaan hutan bersama masyarakat, strategi kebijakan, taman
nasional

ABSTRACT
FARMA YUNIANDRA.
2007.
Formulation of Policy Strategy of
Collaborative Forest Management (CFM) in the Mount Ciremai National
Park, Kuningan Regency, West Java Province. Under the supervision of
CECEP KUSMANA and DODIK RIDHO NURROCHMAT.
Since the enaction of Mount Ciremai in the Kuningan Regency, West Java
Province as national park, the implementation of CFM at 25 villages within and
surrounding the national park have been facing problem. The objectives of this
research are analysing the policy substance of CFM, examining policy
implementation and it’s impact in the Mount Ciremai National Park and
formulating policy strategy of CFM in the Mount Ciremai National Park. Methods
of this research are policy analysis, descriptive analysis, AHP and SWOT.
Implementation of the CFM policy in Kuningan Regency consists of some
steps: socialization, forming of CFM Forum, mapping, inventory, planning of
village, NKB, NPK and village regulation. Economic impact from the policy of
CFM in Kuningan Regency is the contribution of CFM to income of about 7,71%
from the nominal of Rp 3.336.573,- per capita per year and poverty rate after
CFM in general is relatively good.
This research results recommend that CFM policy strategies that can be
applied in Mount Ciremai National Park, Kuningan Regency, West Java Province
are socialization of economic value of the national park, intervence of regulation,
developing the utilition of national park and empowerment of the community
economic.
Key words: Collaborative forest management, national park, policy strategy

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, foto copy, mikro film dan sebagainya

FORMULASI STRATEGI KEBIJAKAN
PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT
DI TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI,
KABUPATEN KUNINGAN, PROVINSI JAWA BARAT

FARMA YUNIANDRA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis
Nama
NIM
Program Studi

: Formulasi Strategi Kebijakan Pengelolaan Hutan
Bersama Masyarakat di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat
: Farma Yuniandra
: P052040191
: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Disetujui:
Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
Ketua

Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc
Anggota

Diketahui:
Ketua Program Studi Pengelolaan
Dekan Sekolah Pascasarjana,
Sumberdaya Alam dan Lingkungan,

Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS

Tanggal Ujian: 12 Pebruari 2007

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Lulus:

Karya kecil ini dipersembahkan buat Ibu (almarhumah), Bapak,
Kakak, Keponakan dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih
sayangnya

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, sehingga tesis yang berjudul “Formulasi
Strategi Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat” berhasil diselesaikan. Penelitian tesis ini yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dilaksanakan di lapangan selama tiga
bulan pada bulan April–Juni 2006 di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Bapak Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, MSc selaku anggota Komisi Pembimbing
atas bimbingan dan saran selama penelitian tesis ini. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ibu (almarhumah), Bapak dan seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari, bahwa tesis ini masih banyak memiliki keterbatasan
dan kekurangan.

Meskipun demikian, penulis berharap tesis ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Bogor, Pebruari 2007
Farma Yuniandra

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batusangkar pada tanggal 26 Juni 1974 dari Bapak
Makmur Munaf dan Ibu Farida.

Penulis merupakan putra bungsu dari enam

bersaudara. Tahun 1993, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program
Studi Manajemen Hutan pada Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 1998.
Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister diperoleh penulis
pada tahun 2004 di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis

pernah bekerja di Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Perawang Sukses Perkasa
Industri (Surya Dumai Group) dan sejak tahun 2000 bekerja di Dinas Kehutanan
Kabupaten Kampar, Propinsi Riau.

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………………………..............…………..vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..............………... x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….............…………….xi
I.

PENDAHULUAN……………………………………………………....…………. 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………………....…….. 1
1.2. Kerangka Pemikiran………………………………….....................…….. 4
1.3. Perumusan Masalah......………………………………..…………………6
1.4. Tujuan.................................................................................................10
1.5. Manfaat...............................................................................................10

II.

TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………......11
2.1. Formulasi Strategi dan Analisis Kebijakan……………………………..11
2.2. Hutan dan Pengelompokannya..........................................................14
2.3. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat………………....................18
2.4. Kawasan Konservasi dan Taman Nasional........................................20
2.5. Pengambilan Keputusan, Analisis AHP dan SWOT..............………..25

III.

METODE………………………………………………………………………....31
3.1. Lokasi dan Waktu…………………………………………………………31
3.2. Bahan dan Peralatan……………………………………………………..31
3.3. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………....31
3.4. Analisis Data……………………………………………………...............33

IV.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................................................40
4.1. Taman Nasional Gunung Ciremai......................................................40
4.2. Kabupaten Kuningan..........................................................................42
4.3. Kecamatan Pasawahan, Cilimus dan Darma.....................................46
4.4. Desa Padabeunghar, Linggarjati dan Karangsari...............................49

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................53
5.1. Substansi Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat........................................53
5.2. Implementasi dan Dampak Kebijakan PHBM di Taman Nasional
Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat............89

v

A. Implementasi Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat....................89
B. Dampak Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat..................................95
1. Pertumbuhan Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan..............97
2. Disparitas Pendapatan.........................................................100
3. Ekonomi Rumah Tangga......................................................102
a. Struktur Pendapatan dan Ketergantungan terhadap
PHBM..............................................................................105
b. Distribusi Keuntungan dari PHBM..................................107
c. Analisis Kemiskinan di Desa...........................................109
5.3. Strategi Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat......................................110
A. Identifikasi Stakeholders.............................................................111
B. Klasifikasi Faktor-faktor Keputusan............................................115
C. Evaluasi Faktor-faktor Keputusan...............................................116
1. BKSDA II Provinsi Jawa Barat..............................................117
2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan....118
3. PMTH Kabupaten Kuningan.................................................120
4. LPI-PHBM Kabupaten Kuningan..........................................120
5. LSM Lokal Kabupaten Kuningan..........................................122
6. Universitas Kuningan............................................................123
VI.

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................130
6.1. Kesimpulan.......................................................................................130
6.2. Saran-saran......................................................................................131

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............132
LAMPIRAN.........................................................................................................136

vi

DAFTAR TABEL
Halaman

1.

Pengaruh kapabilitas pemerintah dan modal sosial pada pilihan lembaga
pengelolaan hutan.........................................................................................9

2.

Klasifikasi kawasan lindung menurut Keputusan Presiden Nomor 32
tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung...................................21

3.

Klasifikasi kawasan konservasi menurut Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor 129 tahun 1996
tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian
Alam, Taman Buru dan Hutan Lindung.......................................................22

4.

Klasifikasi hutan konservasi dan hutan lindung menurut Undang-Undang
Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan............................................22

5.

Skala dasar dari AHP..................................................................................28

6.

Responden peserta PHBM pada desa sampel………….............................32

7.

Responden untuk analisis dan perumusan strategi kebijakan……….........32

8.

Prioritas SWOT...........................................................................................35

9.

Evaluasi faktor internal dan eksternal.........................................................36

10.

Matriks SWOT dan kemungkinan strateginya.............................................37

11.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Kuningan tahun 2004..................43

12.

Tanaman pertanian yang terdapat di Kabupaten Kuningan tahun 2004.....44

13.

Penduduk Kabupaten Kuningan tahun 2004...............................................45

14.

Penduduk Kabupaten Kuningan menurut jenis kelamin dan kelompok
umur tahun 2004.........................................................................................45

15.

Sekolah menurut tingkatannya di Kabupaten Kuningan tahun 2005/2006.46

16.

Sarana jalan di Kabupaten Kuningan tahun 2000-2004..............................46

17.

Penggunaan lahan kering di Kecamatan Pasawahan, Cilimus dan Darma
tahun 2004...................................................................................................47

18.

Tanaman pertanian yang terdapat di Kecamatan Pasawahan, Cilimus
dan Darma tahun 2004................................................................................48

19.

Penduduk Kecamatan Pasawahan, Cilimus dan Darma menurut jenis
kelamin tahun 2004.....................................................................................49

20.

Sekolah menurut tingkatannya di Kecamatan Pasawahan, Cilimus dan
Darma tahun 2005/2006 (A = Negeri, B = Swasta).....................................49

21.

Penggunaan lahan di Desa Padabeunghar, Linggarjati dan Karangsari
tahun 2004...................................................................................................50

vii

22.

Tanaman pertanian yang terdapat di Desa Padabeunghar, Linggarjati
dan Karangsari tahun 2004.........................................................................51

23.

Penduduk Desa Padabeunghar, Linggarjati dan Karangsari menurut
jenis kelamin tahun 2004.............................................................................51

24.

Sekolah menurut tingkatannya di Desa Padabeunghar, Linggarjati dan
Karangsari tahun 2004................................................................................52

25.

Kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat dalam UUD 1945.......................................53

26.

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan yang berkaitan dengan kebijakan
PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan,
Provinsi Jawa Barat.....................................................................................84

27.

Peraturan menteri yang berkaitan dengan kebijakan PHBM di Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat......85

28.

Keputusan Bupati Kuningan mengenai kebijakan PHBM di Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat......86

29.

Inkonsistensi substansi kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat...................................88

30.

Implementasi kebijakan PHBM di Kabupaten Kuningan tahun 2001-2004.90

31.

Implementasi kebijakan PHBM di Kabupaten Kuningan tahun 2005..........90

32.

Dana dari lembaga donor, Pemda Kabupaten Kuningan dan Perum
Perhutani untuk implementasi kebijakan PHBM di Kabupaten Kuningan
tahun 2002-2005.........................................................................................93

33.

Implementasi kebijakan PHBM pada tiga desa sampel..............................94

34.

KTH dalam PHBM pada tiga desa sampel..................................................94

35.

Pendapatan peserta PHBM di desa sampel dari PHBM dan non PHBM....98

36.

Pendapatan KPH Kuningan tahun 1998-2003............................................99

37.

Kerusakan hutan akibat pencurian kayu dan kerugiannya tahun 19992004...........................................................................................................100

38.

Tingkat kemiskinan sebelum dan setelah PHBM......................................100

39.

Jarak disparitas pendapatan peserta PHBM di desa sampel antara yang
paling tinggi dengan yang paling rendah...................................................101

40.

Distribusi pendapatan menurut kelas pendapatan di desa sampel...........101

41.

Deskripsi variabel sosial ekonomi responden...........................................103

42.

Deskripsi statistik karakteristik sosial ekonomi responden........................104

43.

Sumber pendapatan rumah tangga peserta PHBM di desa sampel.........105

44.

Variabel yang berhubungan terhadap porsi pendapatan dari PHBM........106

45.

Variabel yang berhubungan dengan keuntungan dari PHBM...................108

46.

Analisis regresi dari variabel yang berhubungan dengan tingkat
kemiskinan.................................................................................................109

viii

47.

Stakeholders, kepentingan dan tingkat kepentingannya, tingkat
pengaruh dan peluang partisipasinya dalam PHBM di Taman Nasional
Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat...................112

48.

Faktor-faktor SWOT yang mempengaruhi strategi kebijakan PHBM di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat..........................................................................................................115

49.

Evaluasi faktor internal dan eksternal kebijakan PHBM di Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat....124

50.

Matriks analisis SWOT strategi kebijakan PHBM di Taman Nasional
Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat...................125

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.

Diagram alir kerangka pemikiran...................................................................5

2.

Analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah....................................13

3.

Kedekatan prosedur analisis kebijakan dengan pembuatan kebijakan.......14

4.

Suatu contoh dari hirarki AHP dengan tiga tingkatan..................................28

5.

Struktur hirarki perumusan strategi kebijakan.............................................35

6.

Posisi pada berbagai situasi........................................................................37

7.

Tahapan dari penelitian...............................................................................38

8.

Siklus kebijakan dan objek penelitian..........................................................39

9.

Kurva Lorens pada desa sampel...............................................................102

10.

Tipe rumah dan kontribusi sumber pendapatan pada pendapatan
rumah tangga............................................................................................106

11.

Distribusi keuntungan dari PHBM di desa sampel....................................109

12.

Stakeholders, tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap PHBM di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat..........................................................................................................114

13.

Pilihan BKSDA II Provinsi Jawa Barat terhadap kebijakan PHBM di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat..........................................................................................................118

14.

Pilihan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kuningan
terhadap kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat...............................................119

15.

Pilihan PMTH Kabupaten Kuningan terhadap kebijakan PHBM di Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat....120

16.

Pilihan LPI-PHBM Kabupaten Kuningan terhadap kebijakan PHBM di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat..........................................................................................................122

17.

Pilihan LSM lokal Kabupaten Kuningan terhadap kebijakan PHBM di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat..........................................................................................................123

18.

Pilihan Universitas Kuningan terhadap kebijakan PHBM di Taman
Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat....124

19.

Posisi kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat...............................................125

x

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Peta lokasi penelitian.................................................................................136

2.

Jadwal penelitian.......................................................................................137

3.

Kuisioner penelitian untuk implementasi dan dampak kebijakan PHBM
di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi
Jawa Barat.................................................................................................138

4.

Kuisioner penelitian untuk perumusan strategi kebijakan PHBM di
Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa
Barat..........................................................................................................141

5.

Nilai faktor prioritas dan semua prioritas dari analisis SWOT dan AHP....147

6.

Implementasi kebijakan PHBM di Kabupaten Kuningan tahun 20012004...........................................................................................................148

7.

Kegiatan Gerhan di Taman Nasional Gunung Ciremai wilayah
Kabupaten Kuningan tahun 2005..............................................................153

8.

PAD Kabupaten Kuningan dari sektor kehutanan pada Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Kabupaten Kuningan tahun 2001-2005.........................154

9.

PAD Kabupaten Kuningan dari sektor kehutanan pada dinas lainnya di
Kabupaten Kuningan tahun 2001-2005…………………………………......155

10.

Skala parameter dari SWOT kebijakan PHBM di Taman Nasional
Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat…………….156

11.

Nilai faktor prioritas dan semua prioritas dari analisis SWOT dan AHP
kebijakan PHBM di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat……………………………………………….158

xi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebijakan merupakan salah satu unsur vital dalam suatu organisasi atau
lembaga apapun, baik lembaga pemerintah, swasta, pendidikan, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) atau lembaga internasional, bahkan dalam keluarga
atau institusi informal karena merupakan landasan untuk tindakan-tindakan nyata
di lapangan. Kebijakan yang ada pada setiap lembaga atau organisasi dapat
diturunkan dalam bentuk strategi, rencana, peraturan, kesepakatan, konsensus,
kode etik, program dan proyek. Keberhasilan kebijakan ini sangat ditentukan
oleh proses pembuatan dan pelaksanaannya.
Kebijakan sebagai ilmu pengetahuan memerlukan pendekatan interdisiplin
dan lintas sektoral, yaitu kebijakan di suatu sektor harus memperhatikan
implikasinya bagi kegiatan atau dampak di sektor lain. Permasalahannya ialah
kebijakan lintas sektoral sulit karena masing-masing sektor mempunyai strategi,
program, proyek dan anggaran terpisah.
Kebijakan merupakan bentuk intervensi pemerintah untuk mencari cara
pemecahan

masalah

dalam

pembangunan

untuk

mendukung

proses

pembangunan yang lebih baik. Dengan kata lain, kebijakan ialah upaya, cara
dan pendekatan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan yang sudah
dirumuskan.

Kebijakan bisa juga merupakan upaya pemerintah untuk

memperkenalkan model pembangunan baru berdasarkan masalah lama.
Kebijakan juga dapat diartikan upaya untuk mengatasi kegagalan dalam proses
pembangunan. Kegagalan itu bisa kegagalan kebijakan itu sendiri, kegagalan
pemerintah, kegagalan ekonomi, perdagangan dan pemasaran.
Kebijakan selalu menjadi isu penting dalam pengelolaan hutan, pertanian
atau pembangunan pada umumnya.

Pengalaman menunjukkan, bahwa di

negara-negara maju yang memiliki kebijakan yang baik merupakan kunci dari
keberhasilan pengelolaan negara, pembangunan, pasar, perdagangan atau
bisnis.

Sebaliknya, di Indonesia kebijakan pemerintah cenderung tidak

konsisten, selalu berubah dan sulit dilaksanakan secara utuh.

Hal ini

memerlukan perhatian yang serius karena pada dasarnya hampir semua
kegagalan pembangunan bersumber dari persoalan fundamental ini, yaitu
kegagalan kebijakan.

2
Pengelolaan hutan di Pulau Jawa dimonopoli oleh Perusahaan Umum
Kehutanan Negara (Perum Perhutani), sehingga ruang partisipasi daerah dan
masyarakat sekitar hutan sangat sempit. Kondisi ini menyebabkan timbulnya
berbagai konflik sosial yang pada akhirnya menimbulkan kerusakan hutan. Oleh
karena itu, Perum Perhutani melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pelibatan masyarakat dalam mengelola hutan. Kegiatan tersebut dimulai
dari Prosperity Approach dengan Perhutanan Sosial (PS), kemudian Pembinaan
Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dan diperbaiki dengan PMDH Terpadu
(PMDHT).

Namun, hal ini tidak cukup memberikan kesejahteraan bagi

masyarakat karena masyarakat sekitar hutan hanya dijadikan objek oleh Perum
Perhutani.
Salah satu alternatif dalam mengurangi kerusakan dan tekanan terhadap
hutan, Perum Perhutani meluncurkan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) dengan mengikuti hal serupa di Nepal, yaitu Joint Forest Management
(JFM)

berdasarkan

Keputusan

Direksi

Perum

Perhutani

Nomor

1061/Kpts/Dir/2000 tentang Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat dan diganti
dengan

Keputusan

136/KPTS/DIR/2001
Masyarakat.

Dewan
tentang

Pengawas
Pengelolaan

Perum

Perhutani

Sumberdaya

Hutan

Nomor
Bersama

PHBM dicanangkan oleh Perum Perhutani sebagai tonggak

transformasi Perum Perhutani menuju perubahan.

Program ini memiliki

perbedaan yang cukup mendasar dibandingkan dengan pola pengelolaan hutan
sebelumnya, yaitu pengelolaan yang semula timber forest management berubah
menjadi resources base management yang artinya pengelolaan hutan Perum
Perhutani tidak lagi berorientasi pada produk kayu saja, melainkan pada semua
komponen sumberdaya hutan. Kemudian, pola pengelolaan yang dulunya state
based forest management berubah menjadi collaborative forest management
yang artinya proses pengelolaan hutan Perum Perhutani dilaksanakan secara
bersama dengan prinsip saling berbagi (sharing), kesetaraan dan keterbukaan.
Kabupaten Kuningan yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Jawa Barat mempunyai hutan negara seluas 24.401 Ha (22,68% dari luas
daratan 107.597 Ha) dan hutan rakyat seluas 6.735 Ha (6,25%).

Namun,

menurut Aliadi (2002) telah terjadi degradasi hutan di Kabupaten Kuningan
seluas 5.844 Ha kehilangan tegakan akibat penjarahan, 2.300 Ha kondisinya
kritis berupa alang-alang, areal bekas kebakaran dan areal penggembalaan yang
tidak terkontrol serta seluas 7.577 Ha tidak produktif karena tingkat kerapatan

3
pohonnya yang rendah. Dengan demikian, luas kawasan hutan di Kabupaten
Kuningan yang masih berhutan hanya 8.680 Ha (35,57%) atau 8,07% dari luas
daratan.
Pada

awalnya

berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kehutanan

Nomor

419/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi
Daerah Tingkat I Jawa Barat Seluas ± 1.045.071 (Satu Juta Empat Puluh Lima
Ribu Tujuh Puluh Satu) Ha, fungsi kawasan hutan di Gunung Ciremai seluas
15.518,23 Ha yang terletak di perbatasan Kabupaten Kuningan dan Majalengka
ialah hutan lindung (7.748,75 Ha), hutan produksi (2.690,48 Ha), hutan produksi
terbatas (4.943,62 Ha) dan areal penggunaan lain (135,38 Ha). Kemudian, pada
tahun 2003 berubah menjadi hutan lindung berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 195/Kpts-II/2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di
Wilayah Provinsi Jawa Barat Seluas ± 816.603 Ha dan tahun 2004 berubah lagi
menjadi taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
424/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung pada
Kelompok Hutan Gunung Ciremai Seluas 15.500 Ha Terletak di Kabupaten
Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional
Gunung Ciremai.
Perubahan menjadi taman nasional di atas memunculkan reaksi berbeda
dari berbagai kalangan.

Sebagian pihak,

antara lain Pemerintah Daerah

(Pemda) Kabupaten Kuningan dan Universitas Kuningan menyambut positif
perubahan fungsi kawasan hutan di Gunung Ciremai menjadi taman nasional.
Sebagian pihak yang lain, seperti sejumlah personil Lembaga Pelayanan
Implementasi (LPI)-PHBM dari unsur LSM dan perorangan serta masyarakat
pelaku kegiatan PHBM di kawasan hutan Gunung Ciremai menolak, belum
menerima atau setidaknya mengkritisi proses penetapan Taman Nasional
Gunung Ciremai ini dan proses lanjutannya karena di sebagian kawasan hutan
Gunung Ciremai yang berada di wilayah Kabupaten Kuningan terdapat 25 desa
pada tujuh kecamatan yang telah dalam proses implementasi PHBM dan
sebagian di antaranya telah melaksanakan negosiasi dan penandatanganan
Nota Kesepakatan Bersama (NKB) pada 18 desa dan Nota Perjanjian Kerja
sama (NPK) pada lima desa dengan Perum Perhutani serta melaksanakan
kegiatan pengelolaan hutan di lapangan.

Perubahan fungsi kawasan hutan

menjadi taman nasional berarti pengelola hutan akan berganti dan kesepakatan
kerja sama yang telah dibuat bisa menjadi tidak berlaku lagi.

4
Oleh karena itu, agar permasalahan di atas tidak berlarut-larut dan hutan
yang semakin sedikit ini bisa dikelola secara lestari perlu rasanya kebijakan yang
telah ditetapkan dan merupakan salah satu instrumen yang cukup penting dalam
suatu pengelolaan untuk dikaji kembali keefektifan dan keefisienannya serta
dicari strategi kebijakan terbaik dalam PHBM di Taman Nasional Gunung
Ciremai, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat.
1.2. Kerangka Pemikiran
Hutan yang merupakan salah satu dari sumberdaya alam mempunyai
berbagai manfaat, yaitu sosial, ekonomi dan ekologi. Manfaat sosial dari hutan
ialah sebagai hak masyarakat sekitar hutan, estetika dan budaya.

Manfaat

ekonomi hutan ialah hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, kebutuhan lahan
dan penyerapan tenaga kerja.

Sedangkan manfaat ekologi dari hutan ialah

keanekaragaman hayati, satwa dan habitatnya, iklim, pengatur tata air dan
pencegah erosi.
Untuk mendapatkan manfaatnya, hutan harus dikelola. Pengelolaan hutan
tergantung pada fungsi dan status suatu hutan. Namun, bentuk pengelolaan
suatu hutan harus memperhatikan juga stakeholders di sekitarnya karena
mempunyai kepentingan masing-masing terhadap hutan. Jika tidak, maka suatu
saat kepentingan yang berbeda-beda tersebut akan bersinggungan, sehingga
menimbulkan konflik. Bila konflik kepentingan ini berlangsung terus, maka akan
merugikan stakeholders dan hutan sendiri.
Hutan negara yang dikelola oleh Perum Perhutani di Kabupaten Kuningan,
Provinsi Jawa Barat hanya melibatkan masyarakat sebagai tenaga kerja,
sehingga kesejahteraan masyarakat tidak meningkat.

Hal ini menyebabkan

masyarakat mengganggu hutan berupa penjarahan dan perambahan, sehingga
kelestarian hutan menjadi terganggu. Di samping itu, hutan yang dikelola oleh
Perum Perhutani ini tidak berkontribusi secara signifikan pada PAD Pemda
Kabupaten Kuningan karena kontribusi sektor kehutanan turun ke daerah melalui
mekanisme Dana Alokasi Umum (DAU).
Gangguan terhadap hutan bertambah parah akibat perilaku sebagian
masyarakat

yang mengekspresikan tuntutan perubahan, demokrasi dan

kebebasan pasca reformasi tahun 1998 secara kebablasan.

Hal ini

menyebabkan kelestarian hutan semakin terganggu dan muncul konflik antara
masyarakat dengan Perum Perhutani. Menyikapi keadaan ini dan seiring dengan

5
perubahan paradigma, Perum Perhutani menerapkan PHBM yang melibatkan
seluruh stakeholders, seperti masyarakat, Pemda dan sebagainya dalam
mengelola hutan. Meskipun bentuk pengelolaan ini telah menghasilkan hal-hal
yang positif, tetapi ada beberapa hal yang masih menjadi masalah, yaitu
mengenai ketepatan sharing bagi hasil antara masyarakat dengan Perum
Perhutani, kontribusi PHBM pada kesejahteraan masyarakat dan sebagainya.
Pada tahun 2004, fungsi kawasan hutan di Gunung Ciremai dirubah
menjadi taman nasional, sehingga harus dicari lagi bentuk pengelolaan yang
tepat pada fungsi baru ini yang secara tidak langsung mengabaikan bentuk
pengelolaan sebelumnya. Oleh karena itu, harus dianalisis kebijakan PHBM dan
implementasi serta dampaknya di Taman Nasional Gunung Ciremai, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat dengan memformulasikan strategi kebijakan
PHBM yang bisa mengakomodir kepentingan para stakeholders agar tidak terjadi
konflik kepentingan dan hutan lestari.

Berikut gambar diagram alir kerangka

pemikiran.

Pengelolaan Hutan Perum Perhutani

Tenaga Kerja

Reformasi

Gangguan Hutan

Konflik

Sharing

Pendapatan Daerah

Kesejahteraan Masyarakat

Kelestarian Hutan

PHBM

Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran

6
1.3. Perumusan Masalah
Kondisi masyarakat di Kabupaten Kuningan yang tersebar pada 132 desa
sekitar hutan umumnya memprihatinkan karena sebagian besar merupakan desa
tertinggal meskipun berdampingan dengan sumberdaya hutan yang melimpah.
Namun, sumberdaya hutan tersebut sebagian rusak dan bertambah parah akibat
perilaku sebagian masyarakat yang mengekspresikan tuntutan perubahan,
demokrasi dan kebebasan pasca reformasi tahun 1998 secara kebablasan,
seperti penjarahan dan perambahan.

Situasi seperti ini mendasari dan

mendorong beberapa pihak di Kabupaten Kuningan berpikir dan berupaya untuk
mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Apalagi sumbangan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dari sektor kehutanan terhadap Kabupaten Kuningan tahun 1999
hanya 2,65% atau Rp 383.400.000,- (Gunawan, 2001).
Penjarahan hutan di Kabupaten Kuningan selama tahun 1998–2001 ialah
seluas 3.062,32 Ha dengan nilai kerugian mencapai Rp 2.997.567.330,- dengan
rincian tahun 1998 seluas 786,84 Ha dengan kerugian Rp 31.603.950,-, tahun
1999 seluas 806,70 Ha dengan kerugian Rp 78.379.380,-, tahun 2000 seluas
750,22 Ha dengan kerugian Rp 819.127.000,- dan tahun 2001 seluas 718,56 Ha
dengan kerugian Rp 2.068.457.000,- (Anonim, 2002).
Keprihatinan dan semangat mencari solusi atas masalah pengelolaan
hutan di Kabupaten Kuningan bertemu dengan gagasan PHBM yang tengah
bergulir di lingkungan Perum Perhutani. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini
sedang mencari jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya ialah kerusakan
hutan makin parah, konflik sosial di sekitar hutan meluas dan tekanan politik di
daerah yang menggugat eksistensinya.

PHBM dinilai sebagai jawaban yang

tepat, mengingat pendekatan sosial yang sudah ada tidak bisa menyelesaikan
masalah karena secara psikologis belum mampu mengikat hubungan emosional
masyarakat untuk merasa memiliki kawasan hutan. Hal ini menjadi tantangan
dan peluang untuk bersama-sama mewujudkan PHBM sebagai sistem
pengelolaan hutan baru yang lebih demokratis, adil, partisipatif dan sesuai
dengan karakteristik daerah.
Gagasan PHBM yang semula hanya terbatas pada beberapa orang dalam
pembicaraan informal terus bergulir dan meluas melibatkan berbagai pihak di
tingkat kabupaten, baik dari kalangan Pemda, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), Perum Perhutani, LSM dan organisasi kemasyarakatan lain, baik dalam
forum informal maupun formal.

Salah satu forum terpenting dalam proses

7
pengguliran gagasan PHBM ini ialah Lokakarya Implementasi PHBM bulan Juli
2000. Dalam forum ini, para pihak di Kabupaten Kuningan melakukan proses
pendalaman pemahaman bersama dan konseptualisasi gagasan PHBM secara
bersama dengan beberapa pihak dari luar kabupaten (Institut Pertanian Bogor,
Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjajaran dan Departemen Kehutanan).
Proses dialog multi pihak dalam lokakarya ini melahirkan kesepakatan, bahwa
PHBM merupakan solusi atas masalah pengelolaan hutan di Kabupaten
Kuningan yang kemudian diformulasikan dalam Dokumen Pokok-Pokok PHBM di
Kabupaten Kuningan.
Meskipun implementasi PHBM di tingkat lapangan masih menyimpan
sejumlah masalah, tetapi telah menunjukkan beberapa hasil positif pada aspek
kelestarian hutan, terutama berupa percepatan rehabilitasi hutan dan penurunan
proses kerusakan hutan akibat pencurian kayu. Berdasarkan data dari Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Kuningan tahun 2005, tahun 2000–2004 telah
berhasil dilakukan rehabilitasi hutan kritis seluas 9.448 Ha.

Di samping itu,

jumlah pohon yang dicuri menurun dari 15.694 pohon pada tahun 1999 menjadi
6.017 pohon tahun 2000, 6.370 pohon tahun 2001, 1.786 pohon tahun 2002, 341
pohon tahun 2003 dan 549 pohon tahun 2004. Hal ini mengakibatkan kerugian
Perum Perhutani akibat pencurian kayu menurun dari 5,124 milyar rupiah tahun
1999 menjadi 1,9 milyar rupiah tahun 2000, 2,7 milyar rupiah tahun 2001, 767
juta rupiah tahun 2002, 104 juta rupiah tahun 2003 dan 81 juta rupiah tahun
2004. Perkembangan tersebut makin menguatkan keyakinan, bahwa kegagalan
tanaman dan pengamanan hutan masalah utamanya bukan masalah teknis,
melainkan masalah sosial.
Menurut Maksum (2005), dari 36 orang peserta PHBM diperoleh gambaran,
bahwa 50% responden memperoleh tambahan pendapatan Rp 250.000,- 500.000,- sekali panen dan sekitar 34% responden memperoleh tambahan Rp
500.000,- - 1.000.000,- sekali panen.

Sementara itu, menurut hasil evaluasi

penyelenggaraan PHBM yang dilakukan oleh Universitas Kuningan tahun 2004,
peningkatan pendapatan peserta PHBM rata-rata Rp 177.000,- per tahun atau
7,8% dari total sebelum mengikuti PHBM (Rp 2.259.600,-).
Terlepas dari angka-angka di atas, kegiatan PHBM dalam jangka pendek
telah memberikan tambahan pendapatan pada petani hutan, terutama dari
kegiatan tumpang sari. Hasil tumpang sari ini penting karena luas pemilikan
lahan para peserta PHBM umumnya sangat kecil menurut survey Universitas

8
Kuningan tahun 2004, rata-rata kurang dari 0,16 Ha.

Pada tahun-tahun

mendatang, para peserta PHBM akan memperoleh tambahan pendapatan dari
hasil hutan bukan kayu, seperti durian, petai, nangka, alpukat, kemiri, melinjo dan
bagi hasil tebangan kayu. Pada lokasi-lokasi yang pada saat NPK telah terdapat
tegakan hutan, pendapatan dari bagi hasil kayu akan lebih cepat.
Menurut Noorvitastri dan Wijayanto (2003), format sistem bagi hasil yang
lebih layak, adil dan ideal, baik bagi masyarakat maupun Perum Perhutani ialah
sebesar 25% untuk masyarakat dan 75% untuk Perum Perhutani karena format
ini menghasilkan Benefit Cost Ratio (BCR) Perum Perhutani yang hampir sama
dan sangat mendekati masyarakat yang artinya manfaat yang akan diperoleh
Perum Perhutani akan sama atau hampir mendekati dengan manfaat yang akan
diperoleh masyarakat. Namun menurut Affianto et al. (2005), pada daur tanaman
jati PHBM selama 40 tahun, Perum Perhutani memberikan kontribusi sebesar
49,8%, sementara 50,2% selebihnya dikontribusikan oleh masyarakat dan
apabila daur diperpanjang menjadi 60 tahun, kontribusi Perum Perhutani
meningkat menjadi 55% dan 45% sisanya dikontribusikan oleh masyarakat.
Tahun 2004, hutan Gunung Ciremai berubah fungsi menjadi taman
nasional, sehingga mengkhawatirkan masyarakat tentang kelanjutan peran serta
mereka dalam pengelolaan hutan.

Kekhawatiran ini terjadi karena dengan

berubahnya fungsi suatu kawasan hutan menjadi taman nasional dengan
berbagai aturan yang sudah baku menyebabkan sistem pengelolaannya tidak
lentur dan tidak akomodatif, sehingga berakibat langsung pada masyarakat.
Menurut Ramdan (2006), selain menghasilkan kayu hutan Gunung Ciremai
juga memberi manfaat tata air yang besar, yaitu zona resapan air Gunung
Ciremai menghasilkan rata-rata debit air yang besar (50–2.000 l/detik) untuk
setiap mata airnya dengan kualitas air secara alami umumnya memenuhi standar
kriteria kualitas air minum dan nilai manfaat hidrologi total kawasan Gunung
Ciremai dari sektor rumah tangga mencapai Rp 2.130.000.000,-/tahun.
Mata air di wilayah Gunung Ciremai digunakan untuk irigasi dan kegiatan
pariwisata, diantaranya Waduk Darma, Darmaloka, Balong Cigugur, Balong
Dalem dan Telaga Remis.

Potensi air dari wilayah Gunung Ciremai yang

dimanfaatkan untuk industri dan perekonomian, yaitu:
1. Suplai air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cirebon
sebesar 200 l/detik
2. Suplai air untuk PDAM Kota Cirebon sebesar 800 l/detik

9
3. Suplai air untuk Perusahaan Tambang Minyak Nasional (Pertamina) Cirebon
sebesar 50 l/detik
4. Suplai air untuk PT. Indocement Cirebon sebesar 36 l/detik
5. Kegiatan pertanian, perkebunan tebu dan pabrik gula memerlukan suplai air
sebesar 2.500 l/detik
Berdasarkan hal-hal di atas, maka menurut Nurrochmat (2005a) konsep
pengelolaan hutan lestari sangat spesifik dan tidak dapat digeneralisasi.
Community

based

forest

management,

co–management,

state

forest

management maupun private forest manage