Penetapan Kadar Nitrat pada Air Minum AM 0285, AM 0286, AM 0289 dengan Metode Spektrofotometri

(1)

Lampiran 1. Persyaratan Permenkes RI No.492/Menkes/PER/IV/2010

NO PARAMETER SATUAN STANDARD

MAKSIMUM FISIKA

1. Bau Tidak Berbau

2. Warna TCU 15

3. Total zat padat terlarut (TDS) mg/L 500

4. Kekeruhan NTU 5

5. Rasa Tidak berasa

6. Suhu/ Temperatur 0C Suhu udara ± 3

KIMIA

1. Arsen (As) mg/L 0,01

2. Fluorida (F) mg/L 1,5

3. Total Chromium (Cr) mg/L 0,5

4. Cadmium (Cd) mg/L 0,003

5. Nitrit, (sebagai NO2-) mg/L 3

6. Nitrat, (sebagai NO3-) mg/L 50

7. Cyanida (CN) mg/L 0,07

8. Selenium (Se) mg/L 0,01

9. Aluminium (Al) mg/L 0,2

10. Besi (Fe) mg/L 0,3

11. Kesadahan mg/L 500

12. Chlorida (Cl) mg/L 250

13. Mangan (Mn) mg/L 0,4

14. pH 6,5-8,5

15. Seng mg/L 3

16. Sulfat mg/L 250

17. Tembaga mg/L 2

18. Ammonia mg/L 1,5

19. Air raksa mg/L 0,001

20. Antimon mg/L 0,02

21. Barium mg/L 0,7

22. Boron mg/L 0,5

23. Molybdenum mg/L 0,07

24. Nikel mg/L 0,07

25. Sodium mg/L 200

26. Timbal mg/L 0,01

27. Zat organik (KMnO4) mg/L 10


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Darmono. (2010). Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Gabriel, J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Gandjar, I. G dan Abdul, R. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harahap, I. A. (2015). Penetapan Kadar Nitrit dan Nitrat dalam Air di Kota Medan Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Manampiring, A. E. (2009). Studi Kandungan Nitrat (NO3) pada Sumber Air Minum Masyarakat Kelurahan Ruruhan Kec. Tomohon Timur Kota Tomoho. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Mulia, M. R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sutrisno, C. T. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Waluyo, L. (2009). Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM Press.


(3)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Penetapan kadar nitrat (NO3-) dilakukan di Laboratorium Kimia Air, Balai Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Willem Iskandar Pasar V Barat I No.4 Medan.

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

1. Sampel 1 dengan kode: AM 0285 2. Sampel 2 dengan kode: AM 0286 3. Sampel 3 dengan kode: AM 0289 3.2.2 Alat

Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer 50 ml, gelas ukur 50 ml, kertas saring, kuvet 10 ml, pipet volum 5 ml, tisu halus, spektrofotometer spectroquan nova 60 dengan panjang gelombang 410 nm.

3.2.3 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu aquades, larutan asam sulfanilat brusin, larutan asam sulfat (H2SO4) pekat.


(4)

3.3Prosedur

- Diambil sampel sebanyak 5 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. - Ditambahkan brusin sulfat 2,5 ml dan asam sulfat 10 ml ke dalam

erlenmeyer.

- Dicampur larutan tersebut sampai homogen. - Didinginkan, lalu ditambahkan aquades 10 ml. - Didinginkan.

- Diukur kadar nitrat sampel tersebut dengan menggunakan spektrofotometer spectroquan nova 60 dengan memasukkan kode 139.


(5)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penetapan kadar nitrat pada air minum menggunakan metode spektrofotometri. Pemeriksaan kadar nitrat pada air minum pada spektrofotometri spetroquan nova 60 dengan kode 139 dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Data Analisa Kadar Nitrat pada Air Minum

NO Sampel Jenis Sampel Hasil Analisa

1. 0285 Air minum 9,4 mg/L 2. 0286 Air minum 4,8 mg/L

3. 0289 Air minum 5,5 mg/L

4.2 Pembahasan

Nitrat (NO3-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktivitasnya mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan (Manampiring, 2009).

Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang


(6)

dari lima bulan. Keadaan ini dikenal sebagai methemoglobinemia atau blue baby disease, yang mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan atau cyanosis (Effendi, 2003).

Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/PER/IV/2010 untuk nitrat dalam air minum sebesar 50 mg/L. Dari data yang diperoleh bahwa konsentrasi nitrat dalam sampel air minum yang diuji tidak melebihi dari konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yaitu 50 mg/L. Sehingga sampel yang diuji memenuhi standar kualitas air yang masih aman atau masih memenuhi persyaratan.


(7)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

a. Dari analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar nitrat AM 0285 = 9,4 mg/L, AM 0286 = 4,8 mg/L, dan AM 0289 = 5,5 mg/L.

b. Air minum AM 0285, AM 0286, AM 0289 memenuhi persyaratan karena tidak melewati batas kadar maksimal menurut Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/PER/IV/2010 yaitu sebesar 50 mg/L.

5.2Saran

a. Diharapkan dilakukan pemantauan dan pengontrolan terhadap proses pengolahan air minum agar kadarnya tetap pada batas kadar yang telah ditetapkan.

b. Sebelum melakukan pengujian, diharapkan memahami metode, prinsip kerja, prosedur percobaan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan/ kelalaian yang dilakukan dalam pengujian.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (Gabriel, 2001).

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005).

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan yang mahir/ lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin banyak ragam zat pencemar akan semakin banyak pula teknik-teknik yang diperlukan untuk mengolah air tersebut, agar bisa dimanfaatkan sebagai air minum. Oleh karena itu dalam praktik sehari-hari maka


(9)

pengolahan air adalah menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber air tersebut bisa dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak (Sutrisno, 2004).

Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/ hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/ hari. Jadi untuk negara-negara yang sudah maju kebutuhan akan air pasti lebih besar dari kebutuhan untuk negara-negara yang sedang berkembang (Sutrisno, 2004).

Air sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa air kelangsungan hidup hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel; kandungan air bagi setiap jaringan tubuh sangat bervariasi misalnya jaringan otot sekitar 7,5%; jaringan lemak sekitar 2%; darah sekitar 90%. Air merupakan bahan pelarut di dalam tubuh dan membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit. Kebutuhan air untuk diminum setiap hari sekitar 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan air sekitar 60 liter/hari (untuk minum, cuci dan sebagainya) (Gabriel, 2001).

Air banyak diperlukan dalam berbagai bidang, antara lain (Gabriel, 2001): 1. Keperluan industri: dipakai sebagai bahan pelarut, sebagai bahan pendingin. 2. Keperluan pembangkitan tenaga listrik dikenal dengan nama PLTA.


(10)

4. Keperluan transportasi.

5. Sebagai sarana olahraga (ski air, berselancar, kolam renang). 6. Sebagai sarana pariwisata (air terjun).

7. Keperluan peternakan.

8. Keperluan kedokteran (hidroterapi, sebagai bahan pelarut obat, sebagai bahan infus).

2.1.1 Sifat Umum Air 2.1.1.1Sifat Fisik

a. Titik beku 0oC

b. Masa jenis es (0oC) 0,92 g/cm3 c. Masa jenis air (0oC) 1,00 g/cm3 d. Panas lebur 80 kal/gram e. Titik didih 100oC

f. Panas penguapan 540 kal/gram g. Temperatur kritis 347oC h. Tekanan kritis 347 Atm

i. Konduktivitas listrik spesifik (25oC) 1x10-17/ ohm-cm j. Konstanta dielektrikum (25oC) 78

2.1.1.2 Sifat Kimia

Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/ air tawar mengandung mineral. Macam-macam yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung struktur tanah dimana air itu diambil. Sebagai contoh mineral yang tertkandung dalam air itu bukan melalui suatu reaksi kimia melainkan terlarut dari suatu substansi misalnya dari batu andesit (dari batu vulkanis).


(11)

Sifat kimia yang lain yaitu konduktivitas listrik pada air paling sedikit 1000 kali lebih besar daripada cairan non metalik pada suhu ruangan (Gabriel, 2001) .

a. Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik dengan reaksi: H2O ↔ H+ + OH

-b. Air merupakan pelarut yang baik.

c. Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam kuat.

d. Air bereaksi dengan berbagai substansi membentuk senyawa padat dimana air terikat dengannya, misalnya senyawa hidrate.

2.2 Air Siap Minum/Air Minum

Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminat Level). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenakan dalam batas-batas aman (Gabriel, 2001).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan tanpa proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Persyaratan terbaru seperti yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002/Tanggal 29 Juli 2002. Jenis-jenis air minum seperti yang dimaksud adalah meliputi (Waluyo, 2009):

a. Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga b. Air yang didistribusikan melalui tangki air


(12)

d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan untuk masyarakat.

Air siap minum/air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut (Gabriel, 2001):

a. Harus jernih, transparan dan tidak berwarna.

b. Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik. c. Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum. d. Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard. e. Bebas kuman/LKM koliform dalam batas aman.

Di Indonesia, umumnya sumber air minum berasal dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water), dan air hujan. Termasuk air permukaan adalah air sungai dan air danau, sedangkan air tanah dapat berupa air sumur dangkal, air sumur dalam maupun mata air. Perbedaan sumber air minum akan menyebabkan perbedaan komposisi air yang dihasilkannya. Sebagai contoh, air tanah dapat melarutkan mineral-mineral bahan induk dari tanah yang dilewatinya. Disamping itu juga, pada air tanah terjadi penyaringan sebagian besar mikroorganisme sewaktu air meresap dalam tanah. Sedangkan pada air permukaan tidak terjadi penyaringan mikroorganisme yang terdapat di dalamnya (Mulia, 2005).

Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air terebut haruslah memenuhi persyratan-persyaratan kesehatan. Di Indonesia, standar air minum yang berlaku dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Mulia, 2005).


(13)

Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air minum tersebut (Mulia, 2005).

Standard air minum menurut WHO 1. Syarat fisik

a. Rasa Tak berasa b. Bau Tak berbau c. Sisa zat padat 500-1000 ppm

d. Derajat kekeruhan Tidak melebihi 5-15 unit (Turbidity unit) e. Warna 5-30 unit (Skala Platina-Cobalt) f. Ph 7-8,5 atau 6,5-9,2

2. Syarat kimia Level kontaminasi

Timbal (Pb) 0,1 ppm Selenium (Se) 0,05 ppm Arsen (Ar) 0,05 ppm Khrom (Cr valensi VI) 0,05 ppm Tembaga (Cu) 1,5 ppm Fluorida 1 ppm

3. Zat yang tidak mengganggu kesehatan tetapi tidak boleh melebihi batas yang ditentukan

Besi 0,3-1,0 mg/L Mangan 0,1-0,3 mg/L


(14)

Seng 1,0-1,5 mg/L Calsium 75-200 mg/L Magnesium 50-150 mg/L Sulfat 200-500 mg/L Chlorida 200-600 mg/L Nitrogen-nitrat 0,001 mg/L

NO3 50 ppm

Persyaratan kimia untuk air minum memiliki parameter yang paling banyak dibandingkan parameter baakteriologis, radioaktif, dan parameter fisik. Persyaratan kimia menurut Kepmenkes RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002/ Tanggal 29 Juli 2002 dibagi menjadi (Waluyo, 2009):

a. Bahan-bahan kimia inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan).

b. Bahan-bahan kimia inorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen).

c. Bahan-bahan kimia organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan).

d. Bahan-bahan kimia organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen).

e. Pestisida.


(15)

2.3 Sumber Air Minum

Sampai saat ini kebanyakan orang memanfaatkan air permukaan dan air tanah sebagai sumber air minum. Sumber-sumber air tawar adalah air permukaan yang merupakan air sungai dan danau. Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Air tanah pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran mengalami penyaringan alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah tergantung sekali dari jenis tanah yang dilaluinya. Pada proses ini mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut (Effendi, 2003).

Peraturan Pemerintah No 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya (Effendi, 2003):

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri dan pembangkit tenaga listrik.

2.4 Pengolahan Air Minum

Tujuan pengolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standard mutu air. Proses pengolahan air


(16)

minum merupakan proses perubahan sifat fisika, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum (Mulia, 2005).

Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan, penghilangan mikroba patogen, memperbaiki derajat keasaman (pH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan (Mulia, 2005).

Air tidak jernih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat proses penghilangan residu tersebut perlu ditambahkan koagulan. Bahan koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Untuk memaksimalkan proses penghilangan residu, koagulan sebaiknya dilarutkan dalam air sebelum dimasukkan dalam tangki pengendapan (Mulia, 2005).

Penghilangan mikroba patogen dapat dilakukan dengan menggunakan desinfectant. Bahan-bahan desinfectant yang banyak dipakai adalah kaporit dan ozon. Umumnya bahan-bahan desinfectant ini bersifat oxidator, sehingga dapat membunuh mikroba patogen. Dalam mencari kebutuhsn kaporit, harus ditentukan besar daya sergap chlornya. Daya sergap chlor adalah banyaknya chlor aktif yang dipakai oleh senyawa pereduksi yang ada dalam air. Jika daya sergap chlor telah dapat ditentukan, maka kebutuhan kaporit dapat ditentukan (Mulia, 2005).

Penghilangan gas-gas terlarut yang mengganggu di dalam air (misalnya H2S dan CO2) dilakukan dengan proses aerasi. Proses aerasi juga dapat bermanfaat untuk memisahkan besi dan mangan terlarut dalam air (Mulia, 2005).


(17)

2.5 Nitrat

Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Oksidasi nitrat menjadi amonia ditunjukan dalam persamaan reaksi:

Nitrobacter 2NO2- + O2 → 2NO3-

Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/L menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/L dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan, sehingga pertumbuhan alga dan tumbuhan air meningkat secara pesat (blooming). Kadar nitrat dalam air tanah dapat mencapai 100 mg/ L. Air hujan memiliki kadar nitrat sekitar 0,2 mg/L. Pada perairan yang menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1000 mg/L. Kadar nitrat untuk keperluan air minum sebaiknya tidak melebihi 10 mg/L (Effendi, 2003).

Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan.


(18)

Keadaan ini dikenal sebagai methemoglobinemia atau blue baby disease, yang mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan/cyanosis (Effendi, 2003).

Nitrat dan nitrit secara alamiah dalam bentuk ion yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Konsentrasi nitrat secara alamiah pada air permukaan dan sumber air umumnya hanya beberapa miligram per liter. Pada lahan pertanian konsentrasi nitrat meningkat tajam, mencapai konsentrasi beberapa ribu miligram per liter (Waluyo, 2009).

Eksperimen pada hewan percobaan menunjukkan bahwa nitrat atau nitrit dapat bersifat karsinogenik, terutama pada dalam bentuk senyawa N-nitroso. Pada manusia diperkirakan dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal, diare dengan darah, konvulsi, shock, koma, meninggal. Bila keracunan kronis dapat menyebabkan depresi umum, sakit kepala, gangguan mental (Waluyo, 2009). Sebagaimana halnya pada ammonia, adanya NO3 dalam air adalah berkaitan erat dengan siklus Nitrogen dalam alam. Dalam siklus tersebut dapat diketahui bahwa Nitrat dapat terjadi baik dari N2 atmosfir maupun dari pupuk-pupuk (fertilizer) yang digunakan dan dari oksidasi NO2- oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Nitrat yang terbentuk dari proses-proses tersebut adalah merupakan pupuk-pupuk bagi tanam-tanaman. Nitrat yang kelebihan dari yang dibutuhkan oleh kehidupan tanaman terbawa oleh air yang merembes melalui tanah, sebab tanah tidak mempunyai kemampuan untuk menahannya. Ini mengakibatkan terdapatnya konsentrasi nitrat yang relatif tinggi pada air tanah (Sutrisno, 2004).

Air sumur perorangan dengan konsentrasi nitrat 67-1100 mg/L telah mengakibatkan methemoglobinemia pada bayi yang memperoleh susu yang


(19)

dibuat dengan campuran air tersebut. Kandungan nitrat mempengaruhi suatu populasi tertentu dalam penggunaan air yang khusus. Konsentrasi nitrat yang melebihi 45 mg/L dalam air merupakan peringatan agar berhati-hati dalam penggunaan air tesebut untuk campuran makanan/ minuman untuk bayi (Sutrisno, 2004).

Jumlah NO3- (nitrat) yang besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi nitrit (NO2-), yang dapat bereaksi langsung dengan hemaglobin dalam darah membentuk “methaemoglobine” yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh. Standar konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk NO3- yang ditetapkan Dep. Kes. RI adalah sebesar 20,0 mg/L. Menurut standar Internasional WHO, batas konsentrasi yang diterima adalah 45 mg/L, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh US Public Health Service (Sutrisno, 2004).

Nitrat ternyata juga dapat menjadi pupuk pada tanaman air. Bila terjadi hujan lebat air akan membawa nitrat dari tanah masuk ke dalam aliran air sungai, danau dan waduk, kemudian menuju larutan dakam kadar yang cukup tinggi. Hal ini akan merangsang tumbuhnya alga dan tanaman air lainnya. Kelimpahan unsur nutrisi nitrat ini dalam air disebut Euthrophication, yang berasal dari bahasa Latin Eutrophos yang artinya “pakan yang baik”. Kondisi eutrofikasi ini akan terlihat meningkat di perairan berbagai negara. Pengaruh negatif dari eutrofikasi ini ialah terjadinya perubahan keseimbangan kehidupan antara tanaman air dengan hewan air, sehingga beberapa spesies ikan akan musnah dan tanaman air akan dapat menghambat laju arus air (Darmono, 2001).


(20)

Jenis alga, terutama ganggang hijau, sangat subur bila mendapatkan pupuk nitrat ini. Bila mereka tumbuh di permukaan air, mereka akan menghambat sinar matahari yang masuk ke dalam air sehingga tanaman yang tumbuh di bawahnya akan mati. Bakteri pembusuk akan menguraikan organisme yang mati, baik tanaman maupun hewan yang terdapat di dasar air. Proses pembusukan tersebut banyak menggunakan oksigen terlarut di dalam air, sehingga kadar oksigen akan menurun secara dratis, dan pada akhirnya kehidupan biologis di daerah tersebut juga akan sangat berkurang (Darmono, 2001).

2.6 Spektrofotometri Visibel

Radiasi elektromagnetik, yang mana sinar ultraviolet dan sinar tampak merupakan salah satunya, dapat dianggap sebagai energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang merupakan jarak linier dari suatu titik pada satu gelombang ke titik yang bersebelahan pada panjang gelombang yang berdekatan. Sinar tampak mempunyai mempunyai panjang gelombang 400-750 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

Warna sinar tampak dapat dihubungkan dengan panjang gelombangnya. Sinar putih mengandung radiasi pada semua panjang gelombang di daerah sinar tampak. Sinar pada panjang gelombang tunggal (radiasi monokromatik) diabsorbsi maka sinar yang dihasilkan akan nampak sebagai warna komplemen warna yang diserap tadi. Jadi jika warna biru (450 sampai 480 nm) diabsorbsi maka radiasi yang dihasilkan adalah warna kuning (Gandjar dan Rohman, 2007).


(21)

Tabel 2.1 Hubungan antara warna dengan panjang gelombang sinar tampak Panjang gelombang Warna yang diserap Warna yang diamati/ warna

komplementer

400-435 nm Ungu (lembayung) Hijau kekuningan 450-480 nm Biru Kuning 480-490 nm Biru kehijauan Orange 490-500 nm Hijau kebiruan Merah 500-560 nm Hijau Merah anggur 560-580 nm Hijau kekuningan Ungu (lembayung) 580-595 nm Kuning Biru

595-610 nm Orange Biru kekuningan 610-750 nm Merah Hijau kebiruan

Spektra sinar tampak dapat digunakan untuk informasi kualitatif sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data yang diperoleh dari spektrofometri sinar tampak adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan (Publissed data) (Gandjar dan Rohman, 2007).

Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat


(22)

terjadi jika foton/ radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga. Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil dibandingkan dengan proses penyerapan (Gandjar dan Rohman, 2007).


(23)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup memerlukan air, tanpa air tidak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tidak dapat hidup tanpa air, sesuai dengan kegunaannya air dipakai sebagai air minum, air untuk mencuci dan mandi, air untu pengairan pertanian, air untuk kolam ikan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun di laut (Wardhana, 2001).

Air minum adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant Level). Level kontaminasi meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri

koliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman (Gabriel, 2001).

Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Lebih dari 70% tubuh terdiri dari air lebih dari 90% proses biokimiawi tubuh memerlukan air sebagai mediumnya. Bila air minum manusia itu berkualitas tidak baik, maka jelas akan mengganggu proses biokimiawi tubuh dan mengakibatkan gangguan fungsionalnya (Sutrisno, 2004).

Maka karena itu air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan


(24)

pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Karena itu dibuatlah parameter-parameter demi menjaga kualitas air minum (Harahap, 2015).

Pencemaran air minum oleh bahan organik menyebabkan amonia meningkat. Amonia larut di dalam air dan membentuk senyawa amonium yang cenderung akan mengikat oksigen. Dengan adanya mikroba nitosomonas senyawa amonium dan oksigen dapat membentuk senyawa nitrit dengan adanya mikroba nitrobakter akan membentuk senyawa nitrat (Harahap, 2015).

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian kadar nitrat dalam air minum. Hal-hal tersebut mendorong penulis memilih judul “ Penetapan Kadar Nitrat pada Air Minum AM 0285, AM 0286, AM 0289 dengan Metode Spektrofotometri”.


(25)

1.2Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

a. Untuk mengetahui berapa kadar nitrat (NO3-) yang terdapat dalam air

minum yang diuji di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui apakah air minum yang diuji memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010.

1.2.2 Manfaat

Penetapan kadar nitrat (NO3-) bermanfaat untuk menambah wawasan

penulis mengenai cara menganalisa nitrat (NO3-) pada air minum yang terdapat di

Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Sumatera Utara serta bermanfaat dalam mengetahui kualitas baku mutu untuk air minum.


(26)

PENETAPAN KADAR NITRAT (NO

3

-) PADA AIR MINUM AM

0285, AM 0286, DAN AM 0289 DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami, sangat mudah larut

dalam air dan bersifat stabil. Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan. Keadaan ini dikenal sebagai methemoglobinemia atau blue baby disease, yang mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan/cyanosis.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar nitrat (NO3-) pada air minum

dan apakah kadar tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010. Sampel yang digunakan adalah air minum yang ada di Laboratorium Kimia Balai Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri visibel.

Dari hasil analisis nitrat pada air minum diperoleh AM 0285=9,4 mg/L, AM 0286=4,8 mg/L, dan AM 0289=5,5 mg/L. Dimana Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010 untuk nitrat dalam air minum sebesar 50 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa penetapan kadar nitrat yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas konsentrasi standar maksimal yang telah ditetapkan.


(27)

PENET

APAN K

0285, AM

P

AN

UN

KADAR N

M 0286,

SPEK

T

HERD

N

ROGRAM

ALIS FA

FAK

NIVERSIT

ITRAT (N

AM 0289

KTROFOT

TUGAS A

OLEH

DINA MA

NIM 1324

M STUDI

ARMASI D

KULTAS F

TAS SUM

MEDA

2016

NO

3

-) PA

9 DENGA

TOMETR

AKHIR

H:

ARDIANA

410089

I DIPLOM

DAN MA

FARMAS

MATERA

AN

6

ADA AIR M

AN METO

RI

A

MA III

AKANAN

SI

UTARA

MINUM

ODE

AM


(28)

(29)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama : Herdina Mardiana Nomor Induk Mahasiswa : 132410089

Program Studi : D-III Analis Farmasi dan Makanan

Judul Tugas Akhir : Penetapan Kadar Nitrat Pada Air Minum AM 0285, AM 0286, AM 0289 Dengan Metode Spektrofotometri

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggungjawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

Herdina Mardiana NIM 132410089


(30)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penetapan Kadar Nitrat pada Air Minum AM 0285, AM 0286, AM 0289 dengan Metode Spektrofotometri”sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini penulis telah banyak mendapat dorongan, semangat dan dukungan dari baik moril, materil maupun doa dari berbagai pihak, terutama dorongan dari kedua orang tua penulis yaitu Sondi Silalahi dan Naema Sormin. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Dr.Masfria, MS., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan nasehat dan bimbingan hingga selesainya Tugas Akhir ini.


(31)

5. Seluruh staf dan pegawai Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan yang telah membimbing penulis saat PKL di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

6. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2013 khususnya Hanna, Fella, Nova, Frida, Eska, Wantrio, Evelin, Ade, Lily dan Dahliani.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun. Oleh karena itu, penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, 2016 Penulis

Herdina Mardiana NIM 132410089


(32)

PENETAPAN KADAR NITRAT (NO

3

-) PADA AIR MINUM AM

0285, AM 0286, DAN AM 0289 DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami, sangat mudah larut

dalam air dan bersifat stabil. Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan. Keadaan ini dikenal sebagai

methemoglobinemia atau blue baby disease, yang mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan/cyanosis.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar nitrat (NO3-) pada air minum

dan apakah kadar tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010. Sampel yang digunakan adalah air minum yang ada di Laboratorium Kimia Balai Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri visibel.

Dari hasil analisis nitrat pada air minum diperoleh AM 0285=9,4 mg/L, AM 0286=4,8 mg/L, dan AM 0289=5,5 mg/L. Dimana Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010 untuk nitrat dalam air minum sebesar 50 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa penetapan kadar nitrat yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas konsentrasi standar maksimal yang telah ditetapkan.


(33)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Sifat Umum Air ... 6

2.1.1.1 Sifat Fisik ... 6

2.1.1.2 Sifat Kimia ... 6

2.2 Air Siap Minum/Air Minum ... 7

2.3 Sumber Air Minum ... 11


(34)

2.5 Nitrat ... 13

2.6 Spektrofotometri visibel……….. 16

BAB III METODE PENGUJIAN ... 19

3.1 Alat ... 19

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 19

3.2.1 Sampel ... 19

3.2.2 Alat ... 19

3.2.3 Bahan ... 19

3.3 Prosedur ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil ... 21

4.2 Pembahasan ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24


(35)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1 Hubungan Antara Warna dengan Panjang Gelombang Visibel ... 17 2 Data Analisa Kadar Nitrat pada Air Minum ... 21


(36)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Permenkes No 492/Menkes/PER/IV/2010 ... 24


(1)

5. Seluruh staf dan pegawai Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan yang telah membimbing penulis saat PKL di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Medan.

6. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2013 khususnya Hanna, Fella, Nova, Frida, Eska, Wantrio, Evelin, Ade, Lily dan Dahliani.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga membutuhkan masukan dan kritikan yang bersifat membangun. Oleh karena itu, penulis sangat membuka luas bagi yang ingin menyumbangkan masukan dan kritikan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Medan, 2016 Penulis

Herdina Mardiana


(2)

PENETAPAN KADAR NITRAT (NO

3

-) PADA AIR MINUM AM

0285, AM 0286, DAN AM 0289 DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tahap proses pengolahan memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum memerlukan persyaratan yang ketat karena air minum itu langsung berhubungan dengan proses biologis tubuh yang menentukan kualitas kehidupan manusia. Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami, sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang berumur kurang dari lima bulan. Keadaan ini dikenal sebagai

methemoglobinemia atau blue baby disease, yang mengakibatkan kulit bayi berwarna kebiruan/cyanosis.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar nitrat (NO3-) pada air minum dan apakah kadar tersebut memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010. Sampel yang digunakan adalah air minum yang ada di Laboratorium Kimia Balai Kesehatan Daerah Sumatera Utara. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan metode spektrofotometri visibel.

Dari hasil analisis nitrat pada air minum diperoleh AM 0285=9,4 mg/L, AM 0286=4,8 mg/L, dan AM 0289=5,5 mg/L. Dimana Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI No.492/ Menkes/ PER/ IV/ 2010 untuk nitrat dalam air minum sebesar 50 mg/L. Dari data di atas dinyatakan bahwa penetapan kadar nitrat yang dilakukan memenuhi persyaratan karena tidak melebihi batas konsentrasi standar maksimal yang telah ditetapkan.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air ... 4

2.1.1 Sifat Umum Air ... 6

2.1.1.1 Sifat Fisik ... 6

2.1.1.2 Sifat Kimia ... 6

2.2 Air Siap Minum/Air Minum ... 7


(4)

2.5 Nitrat ... 13

2.6 Spektrofotometri visibel……….. 16

BAB III METODE PENGUJIAN ... 19

3.1 Alat ... 19

3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 19

3.2.1 Sampel ... 19

3.2.2 Alat ... 19

3.2.3 Bahan ... 19

3.3 Prosedur ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Hasil ... 21

4.2 Pembahasan ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

5.1 Kesimpulan ... 23

5.2 Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Hubungan Antara Warna dengan Panjang Gelombang Visibel ... 17 2 Data Analisa Kadar Nitrat pada Air Minum ... 21


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Permenkes No 492/Menkes/PER/IV/2010 ... 24