Batasan Masalah Tujuan Perhitungan Fitness

Vista, CB Mahmudy, WF 2015, Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap, DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 11. strategies adalah representasi solusi yang digunakan berupa vektor bilangan pecahan[8]. Dalam penerapanya algoritma evolution strategies terbukti dapat menyelesaikan Vehicle Routing Problem With Time Windows pada distribusi minuman soda XYZ dengan teknik mutasi exchange mutation[6], pencarian rute optimum dengan studi kasus layanan pesan antar Pizza Hut Delivery PHD yang memperoleh nilai fitness terbesar pada generasi 50 dan 100[4]. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan algoritma evolution strategies untuk menyelesaikan permasalahan optimasi distribusi barang dua tahap melalui penelitian yang berjudul “Penerapan Algoritma Evolution Strategies untuk Optimasi Distribusi Barang Dua Tahap”. Penelitian ini bertujuan memperoleh solusi mendekati optimal untuk permasalahan distribusi barang dua tahap, yaitu distribusi dari produsen ke beberapa agen, dan dari agen ke beberapa sub agen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana menerapkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 2. Bagaimana menentukan parameter algoritma evolution strategies yang tepat untuk permasalahan distribusi barang dua tahap. 3. Bagaimana pengaruh parameter algoritma evolution strategies terhadap fitness dari solusi yang dihasilkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terfokus, perlu dilakukan pembatasan masalah, antara lain: 1. Penelitian ini menerapkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 2. Distribusi barang dua tahap yang diselesaikan adalah menentukan jalur distribusi optimal dengan meminimalkan biaya distribusi dari produsen ke beberapa agen dan dari agen ke beberapa sub agen. 3. Parameter penentuan optimasi adalah kapasitas produsen, kebutuhan agen dan sub agen, serta biaya distribusi tanpa memperhitungkan jadwal produksi, jumlah kendaraan, dan pengaruh lainnya. 4. Jumlah permintaan konsumen diasumsikan tidak lebih besar atau sama dengan persediaan produsen. 5. Data yang digunakan merupakan data dummy yang dibuat oleh peneliti sendiri. 6. Input data ke sistem terdiri dari parameter ES dan parameter kasus. Parameter ES adalah ukuran populasi µ, offspring λ, parameter a, range nilai sigma, jumlah generasi, dan perbandingan mutasi segmen. Sedangkan parameter kasus adalah banyaknya produsen, agen, dan sub agen, kapasitas produsen, kebutuhan agen dan sub agen, serta biaya distribusi dari produsen ke agen, maupun agen ke sub agen. 7. Output yang dihasilkan oleh sistem adalah jalur distribusi optimal, total biaya distribusi, dan nilai fitness dari solusi optimal.

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menerapkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap. 2. Mengetahui parameter algoritma evolution strategies yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan distribusi barang dua tahap. 3. Mengetahui pengaruh parameter algoritma evolution strategies terhadap fitness dari solusi yang dihasilkan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap.

1.5 Manfaat

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah dihasilkan suatu sistem yang menerapkan algoritma evolution strategies yang dapat membantu perusahan untuk menentukan jalur distribusi barang dua tahap yang optimal. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Dua Tahap Pada distribusi dua tahap perusahaan akan membangun sebuah distributor yang nantinya menjadi fasilitas perantara antara Vista, CB Mahmudy, WF 2015, Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap, DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 11. pabrik dan konsumen. Distributor dibangun sesuai dengan wilayah pemasaran yang dekat dengan lokasi agen atau konsumen[10]. Mekanisme distribusi dua tahap ini adalah dengan memindahkan barang hasil produksi dari pabrik dikirimkan ke beberapa distributor, selanjutnya distributor akan menyalurkan barang sesuai permintaan kepada beberapa agen atau konsumen yang lokasinya berdekatan dengan gudang distributor[2]. Tujuan dari distribusi dua tahap adalah mengoptimalkan biaya transportasi pada proses distribusi. Model distribusi dua tahap ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.0.1 Model Distribusi Dua Tahap Sumber : Chun Yi, 2009 Berdasarkan Gambar 2.1 biaya optimal distribusi dua tahap dapat dimodelkan secara matematis dengan fungsi yang dinyatakan oleh Gen dalam Prabowo 2011. Fungsi pencarian biaya optimal distribusi dua tahap dinyatakan pada Persamaan 2.1. ∑ ∑ ∑ ∑ 2.1 dimana, i : Jumlah pabrik i= 1,2,...i. k : Jumlah konsumen k= 1,2, ....k. j : Jumlah distributor j= 1,2,...j. a i : Jumlah kapasitas produksi. b j : Jumlah kapasitas jual ditributor. x ij : Jumlah barang yang dikirimkan dari pabrik menuju distributor. y jk : Jumlah barang yang dikirimkan dari distributor menuju konsumen. d k : Jumlah permintaan dari konsumen k. t ij : Biaya perjalanan dari pabrik menuju distributor. c jk : Biaya perjalanan dari distributor menuju konsumen. W: Jumlah maksimal distributor yang ditentutan. Fungsi tersebut memiliki beberapa batasan constraint dimana distribusi barang tidak melebihi maksimal kapasitas produksi seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.2 dan 2.3. ∑ 2.2 ∑ 2.3 Jumlah distributor yang dimiliki perusahaan tidak melebihi jumlah maksimal distributor yang ditentukan, dinyatakan pada Persamaan 2.4. ∑ 2.4 Barang yang dikirimkan dari distributor menuju konsumen tidak boleh kurang dari permintaan konsumen, dinyatakan pada Persamaan 2.5 ∑ 2.5 Penawaran total dari pabrik diasumsikan tidak nol atau sama dengan permintaan total dari konsumen, dinyatakan pada Persamaan 2.6 dan 2.7. ∑ ∑ ∑ ∑ 2.6 2.7

2.2 Algoritma Evolution Strategies

Algoritma Evolution Strategies ES pertama kali dikembangkan oleh Schwefel and Rechenberg dari University of Berlin sekitar tahun 1960-an[7]. Algoritma evolution strategies sangat tepat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan optimasi karena menghasilkan solusi yang mendekati optimal dari suatu permasalahan yang kompleks[1]. Struktur umum algoritma evolution strategies menggunakan notasi µ miu menyatakan ukuran populasi, λ lamda menyatakan banyaknya offspring, dan r yang menyatakan operator rekombinasi [8] pada literatur lain ditulis sebagai ρ rho[5]. Terdapat empat tipe dalam algoritma evolution strategies, yaitu[8]: Vista, CB Mahmudy, WF 2015, Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap, DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 11. 1. µ, λ Proses reproduksi tidak menggunakan rekombinasi. Seleksi hanya melibatkan individu dalam offspring λ. 2. µ+λ Proses reproduksi tidak menggunakan rekombinasi. Seleksi melibatkan individu induk dalam populasi µ dan individu dalam offspring λ. 3. µr, λ Reproduksi melibatkan proses rekombinasi. Seleksi melibatkan individu dalam offspring λ dalam proses seleksi. 4. µr+ λ Reproduksi menggunakan rekombinasi. Seleksi melibatkan individu induk dalam populasi µ dan individu dalam offspring λ. Siklus penyelesaian masalah dengan menggunakan algoritma evolution strategies adalah sebagai berikut: 1. Representasi Kromosom Kromosom tersusun dari sejumlah gen yang merepresentasikan variabel-variabel solusi[7]. Pada algoritma evolution strategies, representasi kromosom disertai dengan fungsi fitness yang menyatakan kebaikan dari solusi, dan strategy parameters yang menyatakan level mutasi. Ada beberapa bentuk representasi kromosom, seperti representasi biner, integer, real, dan permutasi[8]. Pada penelitian ini menggunakan representasi permutasi untuk menyatakan solusi pada permasalahan distribusi barang dua tahap menggunakan algoritma evolution strategies. Setiap gen pada kromosom berupa angka integer yang menyatakan nomer dari setiap node. Gambar 2.2 merupakan contoh representasi permutasi. Node 1 2 3 4 Kromosom 2 3 1 4 Gambar 2.2 Representasi Permutasi 2. Reproduksi Proses reproduksi merupakan suatu proses dalam algoritma evolution strategies untuk membentuk suatu individu baru. Reproduksi pada ES µ+λ hanya menggunakan proses mutasi. Proses mutasi yang digunakan pada penelitian ini adalah exchange mutation. Metode mutasi exchange mutation bekerja dengan memilih dua posisi exchange point XP secara random, kemudian menukarkan nilai pada posisi tersebut[8]. Proses mutasi dengan metode exchange mutation dijelaskan pada Gambar 2.5. Parent 2 3 1 4 Offspring 1 3 2 4 Gambar 2.5 Proses Exchange Mutation Pada algoritma evolution strategies individu yang dibangkitkan disertai dengan nilai strategy parameters yang menyatakan level mutasi. Mekanisme self adaptation yang digunakan untuk mengontrol nilai strategy parameters menggunakan aturan 15, dimana nilai σ strategy parameter dinaikkan jika terdapat paling sedikit 15 atau 20 hasil mutasi yang menghasilkan individu yang lebih baik dari induknya, jika tidak maka nilai σ diturunkan. Aturan 15 ditunjukkan pada Persamaan 2.8[1]. { ⁄ 2.8 Jika jumlah generasi lebih besar dari 30, maka nilai a yang direkomendasikan antara 0.85≤ a ≤ 1[1]. Offspring λ yang dihasilkan pada proses algoritma evolution strategies diperoleh dari perkalian populasi awal µ dengan suatu constanta dalam rentang nilai [0, 10], seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 2.9[8]. 2.9 3. Seleksi Seleksi yang digunakan pada ES adalah elitism selection, yaitu seleksi dengan mengurutkan individu-individu yang memiliki nilai fitness tinggi ke rendah. Seleksi menghasilkan individu terbaik dengan nilai fitness tertinggi sesuai dengan jumlah populasi sebelumnya. 4. Menghitung nilai fitness Fungsi fitness digunakan untuk mengukur kebaikan solusi yang dibawa oleh suatu individu. Fungsi fitness yang digunakan untuk masalah optimasi Vista, CB Mahmudy, WF 2015, Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap, DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 11. distribusi barang dua tahap, yaitu fungsi fitness untuk minimasi, dimana nilai fitness terbesar dari Fx yang paling kecil. Fungsi fitness untuk minimasi ditunjukkan pada Persamaan 2.10 dan 2.11[8]. 2.10 2.11 C merupakan constanta yang ditentukan sebelumnya. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Formulasi Masalah Dalam penelitian ini data parameter kasus yang digunakan adalah data dummy, yang dibuat oleh peneliti sendiri. Data tersebut berupa data kapasitas produsen, kebutuhan agen dan sub agen, serta biaya distribusi. Tabel 3.1 merupakan tabel data kapasitas produsen dan kebutuhan agen dan sub agen. Tabel 3.2 menjelaskan tabel biaya distribusi tahap 1, yaitu dari produsen ke agen. Tabel 3.3 adalah tabel biaya distribusi tahap 2, yaitu dari agen ke sub agen. Tabel 3.1 Tabel Kapasitas Produsen dan Kebutuhan Agen dan Sub Agen Node Produsen Agen Sub Agen 1 900 550 225 2 1000 750 275 3 600 400 4 310 Total 1900 1900 1210 Tabel 3.2 Tabel Biaya Distribusi Tahap 1 Agen1 Agen2 Agen3 Produsen1 4 8 27 Produsen2 21 12 7 Tabel 3.3 Tabel Biaya Distribusi Tahap 2 Sub1 Sub2 Sub3 Sub4 Agen1 5 13 25 20 Agen2 15 3 9 13 Agen3 7 18 17 6 Sedangkan untuk data parameter es yang digunakan untuk contoh perhitungan manual ditetapkan sebagai berikut: 1. 2 produsen, 3 agen, dan 4 sub agen 2. Ukuran populasi = 5 3. Ukuran offspring = 2µ 4. Parameter a = 0,85 5. Sigma σ = [1-3] 6. Jumlah generasi = 1 7. Rasio mutasi segmen = 50 : 30 : 20 3.2 Representasi Kromosom Representasi kromosom yang digunakan untuk merepresentasikan solusi optimasi distribusi barang dua tahap adalah representasi permutasi dua segmen. Segmen pertama sepanjang 6 gen merepresentasikan distribusi dari produsen ke agen. Segmen kedua terdiri 12 gen yang merepresentasikan distribusi dari agen ke sub agen. Posisi gen pada kromosom segmen 1 dan segmen 2 ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3. Agen1 Agen2 Agen3 Produsen1 1 2 3 Produsen2 4 5 6 Gambar 3.2 Posisi Gen pada Kromosom Segmen 1 Sub1 Sub2 Sub3 Sub4 Agen1 1 2 3 4 Agen2 5 6 7 8 Agen3 9 10 11 12 Gambar 3.3 Posisi Gen pada Kromosom Segmen 2 Inisalisasi kromosom dibentuk dengan menyusun posisi gen secara random. Setiap gen pada kromosom menyatakan prioritas distribusi. Gambar 3.4 adalah contoh kromosom yang dihasilkan. Gambar 3.4 Representasi Kromosom

3.3 Perhitungan Fitness

Fitness solusi yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 2.11, dimana constanta bernilai 1 dan fx adalah total biaya distribusi dua tahap. Tabel 3.4 dan 3.5 menjelaskan pencarian jalur dan perhitungan biaya Posisi 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kromo som 2 4 1 3 6 5 3 1 10 12 2 5 7 8 4 9 11 6 Tahap 1 Tahap 2 Vista, CB Mahmudy, WF 2015, Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap, DORO: Repository Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, vol. 5, no. 11. distribusi untuk menghitung nilai fitness kromosom pada Gambar 3.10. Tabel 3.4 Pencarian Jalur dan Biaya Distribusi Tahap 1 Tabel 3.5 Pencarian Jalur dan Biaya Distribusi Tahap 2 Dari total biaya yang diperoleh pada Tabel 3.4 dan 3.5, selanjutnya dapat dihitung nilai fitness dari kromosom sebagai berikut:

3.4 Reproduksi