Tinjauan Atas Penyusunan Anggaran Dan Realisasi APBD Pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Seiring dengan peranan pemerintah daerah yang mengelola keuangan daerahnya sendiri, sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi pendapatan pada tiap-tiap daerah guna meningkatkan perkembangan daerah tersebut. Seperti ditegaskan dalam UU No.32 Tahun 2004 bahwa otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Oleh sebab itu, Menurut Mardiasmo, (2000), “Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk itu, otonomi daerah diharapkan dapat (1) Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, (2) Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat, (3) Membudayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan”.

Agar terselenggaranya penyusunan laporan keuangan yang memenuhi asas tertib, transparansi, akuntabilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat, dapat dipercaya dan mudah dimengerti, perlu disusun sistem dan prosedur penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


(2)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta berbagai pertimbangan lainnya dengan maksud agar penyusunan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi APBD mudah dilakukan.

APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk satu tahun berjalan (1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). APBD disusun oleh Badan Eksekutif (pemerintah Kab/Kota), dan Legislatif (DPRD). Salah satu tujuan dibuat anggaran adalah untuk membiayai seluruh belanja rutin pegawai dan kegiatan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selanjutnya tahap pelaksanaan APBD adalah proses pelaksanaan pembiayaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten selama tahun anggaran berjalan. Setelah tahap pelaksanaan ini kemudian dilanjutkan dengan proses pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Walikota/ Bupati kepada DPRD Kota/Kabupaten untuk diberikan penilaian.

Sebagai salah satu instansi pemerintahan yang memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pelaporan APBD. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan proses penganggaran sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku. Kemudian melaksanakan dan mempertanggungjawabkan kegiatan berkaitan APBD dengan mengacu pada Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 sebagai pedoman dalam pelaksanaan, penatausahaan APBD dan laporan keuangan juga mencakup kebijakan akuntansi. Kebijakan akuntansi merupakan dasar yang harus dipatuhi dalam menyusun laporan keuangan.


(3)

Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan, yang dinyatakan secara kuantitaif dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Anggaran juga merupakan acuan pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintahan yang telah direncanakan dan sebagai alat controluntuk mengetahui dalam kurun waktu tertentu sampai dimana pelaksanaan realisasi dapat sesuai dengan yang direncanakan menurut anggaran yang telah ditetapkan.

Realisasi anggaran dapat dijadikan acuan untuk mengetahui sejauh manakah anggaran tersebut dipergunakan, untuk itu dilakukanlah penyusunan anggran dan realisasi APBD.

Pemerintah daerah juga harus memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu menyusun laporan keuangan daerah yang sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi dari Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dimana ketentuan Pasal 189 ayat (4) dan (5) yang berbunyi sebagai berikut:

Ayat (4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.


(4)

Ayat (5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Namun pada kenyataannya peraturan tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan oleh tiap-tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemda Provinsi Jawa Barat, keseluruhan jumlah SKPD yang ada di lingkungan Pemda Jawa Barat ada 47 unit, sehingga hal tersebut menyebabkan keterlambatan pada penyerahan laporan pertanggungjawaban yang seharusnya berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, serta menghambat proses pengolahan data di tingkat selanjutnya, sebab semua laporan pertanggungjawaban nantinya akan melalui proses audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dan tentunya pemeriksaan oleh BPK tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu banyak waktu yang akan terbuang hanya karena SKPD telat menyerahkan laporan pertanggungjawaban.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana inti permasalahan yang sebenarnya terjadi pada proses pertanggungjawaban tersebut. Oleh karena itu, laporan ini berjudul “TINJAUAN ATAS PENYUSUNAN ANGGARAN DAN REALISASI APBD PADA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT ”.


(5)

laporan Kerja Praktek ini menyajikan hasil pengamatan dan pengalaman yang di dapat penulis selama melakukan kerja praktek di Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dari penelitian judul ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses penyusunan Anggaran dan Realisasi APBD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses penyusunan anggaran dan Realisasi APBD pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui permasalahan dan solusi yang sebenarnya terjadi pada keterlambatan penyerahan laporan pertanggungjawaban keuangan oleh SKPD.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

1. Bagi Penulis

Kegunaan hasil penelitian tersebut bagi penulis , diantaranya :

a. Memberikan wawasan mengenai proses penyusunan realisasi APBD yang diselenggarakan pada instansi pemerintahan khususnya di lingkungan Pemda Provinsi Jawa Barat.

b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan realisasi pertanggungjawaban tersebut.


(6)

2. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat

Kegunaan hasil penelitian tersebut bagi Pemda Provinsi Jawa Barat, membantu dalam menguraikan permasalahan yang terjadi pada proses penyerahan laporan pertanggungjawaban keuangan oleh tiap-tiap SKPD, sekaligus membantu mencari solusi untuk menghindari terjadinya keterlambatan atas penyelesaian dan penyerahan laporan pertanggungjawaban keuangan tersebut.

3. Bagi Pembaca

Kegunaan hasil penelitian tersebut bagi Pembaca, adalah : a. Menambah wawasan singkat mengenai APBD.

b. Memberikan informasi tambahan mengenai proses penyusunan anggaran dan realisasi APBD pada instansi pemerintahan, khususnya di lingkungan Pemda Provinsi Jawa Barat.

c. Mengetahui permasalahan yang terjadi atas keterlambatan penyerahan laporan keuangan oleh SKPD.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam penyusunan laporan ini, penulis melaksanakan kuliah kerja praktek dengan menggunakan metode Block Release, yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan pada waktu tertentu serta metode Deskriptif Analitik, yaitu memaparkan data-dat yang diperoleh dari dalam instansi pemerintahan yang berhubungan erat dengan penelitian kemudian melakukan analisis. Agar dapat tersusunnya laporan kuliah kerja praktek ini tentunya sangat memerlukan teknik-teknik pengumpulan data.


(7)

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Lokasi penulis dalam melaksanakan kerja praktek bertempat di Jl. Diponegoro No. 22 Bandung 40115. Telepon (022) 4232448-4233347-4230963. Adapun waktu kerja praktek adalah dari tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan 6 Agustus 2010, dengan jadwal sebagai berikut:


(8)

Tabel 1.1

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

NO KEGIATAN

Kerja Praktek

BULAN & TAHUN JUNI '10 JULI '10 AGT '10 SEPT '10 OKT '10 NOV '10 DES '10 I Persiapan Kerja Praktek 1 Permohonan Ijin Kerja Praktek

2 Realisasi Ijin

Kerja Praktek 3 Menentukan Tempat Kerja Praktek

4 Mendapat surat

penerimaan

5 Mendapat

Absen

II

Pelaksanaan

1 Aktivitas Kerja

Praktek 2 Bimbingan di tempat Kerja Praktek III Pelaporan Kerja Praktek

1 Konsultasi

2 Mulai

Bimbingan

3 Pembuatan

Laporan

4 Ujian Kerja

Praktek

5 Selesai


(9)

9 BAB II

GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN

2.1 Sejarah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekretariat Daerah merupakan salah satu unsur perangkat Daerah, yang pembentukannya berdasarkan Undang-ndang Nomor 22 tahun 1999 pasal 68 ayat 1 dan peraturan pemerintah nomor 84 tahun 2000 pasal 1 ayat 2 yang kemudian dibentuk berdasarkan peraturan daerah nomor 13 tahun 2000 tentang sekertariat daerah.

Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 ayat (1) Sekretaris daerah merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

Tugas pokok sekretariat daerah yaitu membantu Gubernur dalam pelaksanaan tugas pemerintah, organisasi dan tata laksana serta memberi pelayanan administratif kepada seluruh perangkat pemerintah.

Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut, Sekretariat Daerah juga berfungsi sebagai :

1. Pengkoordinasi perumusan kebijakan pemerintah daerah

2. Penyelenggaraan Administrasi pemerintah dan pelaksanaan pelayanan admnistrasi kepada seluruh perangkat pemerintah daerah.


(10)

3. Pengendalian sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintah daerah.

4. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dengan tugas dan fungsinya.

Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi tersebut. Sejak tahun 1950 segala urusan keuangan daerah dipegang oleh Biro Keuangan yang berkantor di Jl. Gereja No. 5 Bandung. Pada tahun 1967, Biro Keuangan dipindahkan ke Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga No. 137 Bandung, Dengan tugas dan fungsi yang sama. Kemudian pada tahun 1968, Biro Keuangan diganti menjadi administrator Bidang keuangan yang disesuaikan dengan struktur organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai assist. III . dengan diterbitkannya peraturan daerah Tk I Jawa Barat No. 1 Tahun 1993 tentang susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Wilayah Daerah Tk 1 Jawa Barat dan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang baru penggunaan Biro Keuangan ini digunakan sampai sekarang dengan tugas dan fungsi yang sama.

Biro Keuangan mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan pengelolaan keuangan daerah yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka proses pelaksanaan administrasi APBD, yang terdiri dari :

a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Penatausahaan d. Pertanggungjawaban


(11)

Selain itu, Biro Keuangan memiliki fungsi dalam mengelola keuangan daerah sebagai berikut:

1. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan penatausahaan sampai dengan pengendalian Administrasi pengelolaan Keuangan Daerah.

2. Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan di Bidang Keuangan Daerah.

3. Melaksanakan pengendalian/pengawasan preventif pelaksanaan APBD. 4. Menyelenggarakan pembinaan kepada aparat pengelolaan keuangan daerah

secara teknis fungsional dalam pengurusan keuangan secara khusus.

Sebagai salah satu organisasi pemerintahan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki Visi dan Misi dalam menjalankan tugas dan fungsi untuk melayani masyarakat khususnya warga di daerah Provinsi Jawa Barat.

a. Visi

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.

Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Provinsi Jawa Barat dapat


(12)

lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup nasional, regional, maupun global.

Penjabaran makna dari Visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut : - Mandiri adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu

memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi, infrastruktur, lingkungan dan sumber daya air.

- Dinamis adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan.

- Sejahtera adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat, yang didalamnya mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai.

b. Misi

Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 (lima) misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera.


(13)

o Misi Pertama, “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang Produktif dan Berdaya Saing”.

Tujuan :

1. Mendorong masyarakat ke arah peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja;

2. Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Sasaran :

1. Tuntasnya program pemberantasan buta aksara;

2. Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi anak usia sekolah;

3. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak;

4. Meningkatnya pelayanan sosial dan penanggulangan korban bencana; 5. Meningkatnya kesetaraan gender;

6. Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga kerja;

7. Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat;

8. Meningkatnya kualitas kehidupan beragama; 9. Revitalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.


(14)

o Misi Kedua, “Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis Potensi Lokal”.

Tujuan :

Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.

Sasaran :

1. Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal; 2. Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja;

3. Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing;

4. Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja; 5. Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.

o Misi Ketiga, “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah”.

Tujuan :

Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.

Sasaran :

1. Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan jasa; 2. Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal

untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air;


(15)

3. Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Jawa Barat;

4. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah);

5. Terwujudnya keamanan dan keserasian dalam pembangunan infrastruktur.

o Misi Keempat, “Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”.

Tujuan :

Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan. Sasaran :

1. Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta persebaran penduduk;

2. Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko bencana;

3. Meningkatnya fungsi kawasan lindung Jawa Barat; 4. Terlaksananya penataan ruang yang berkelanjutan;

5. Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin, dan surya.


(16)

o Misi Kelima, “Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi”.

Tujuan :

1. Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel; 2. Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat

kebangsaan. Sasaran :

1. Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi; 2. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerah

serta pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi;

3. Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat;

4. Meningkatnya kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan;

5. Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum di daerah;

6. Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

7. Meningkatnya kerjasama daerah dalam pembangunan; 8. Meningkatnya peran dan fungsi partai politik;

9. Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik; 10.Tumbuhnya pembangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan


(17)

2.2 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat

Struktur Organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan peranan masing-masing jabatan dalam mewujudkan kerjasama, struktur organisasi juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan, serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.

Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :

1. Biro Keuangan Dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan ini membawahi :

a) Bagian Anggaran, membawahi: 1) Sub Bagian Anggaran Program; 2) Sub Bagian Anggaran Non Program; 3) Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan; b) Bagian Perbendaharaan, membawahi:

1) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Program; 2) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Non Program; 3) Sub Bagian Belanja Pegawai;


(18)

c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahi: 1) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;

2) Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset; 3) Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan;

d) Bagian Kas Daerah, membawahi: 1) Sub Bagian Pengelolaan Kas; 2) Sub Bagian Penerimaan; 3) Sub Bagian Pengeluaran;

e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahi: 1) Sub Bagian Penganggaran;

2) Sub Bagian Penatausahaan;

3) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;

2.3 Deskripsi Jabatan

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada pasal 131 menyebutkan:

1) Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.


(19)

2) Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Biro Keuangan mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.

3) Rincian tugas Biro Keuangan:

a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Keuangan

b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan

e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah


(20)

g. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan Sekretariat Daerah

h. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah i. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD

j. Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah

k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

l. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota

m.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan

n. Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Biro Keuangan

o. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan p. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait

q. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,


(21)

pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan

b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan

c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.

Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahi : a. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

b. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset c. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan


(22)

Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan mempunyai fungsi:

a.Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota b.Pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban


(23)

c.Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota.

2.4 Aktivitas Utama Bagian Akuntansi dan Pelaporan

Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro Keuangan yang memiliki peran penting pada aktivitas pengelolaan keuangan Sekretariat Daerah provinsi Jawa Barat. Berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:

a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan

Daerah.

c. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan Daerah.

d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan. e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi. f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan.

g. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

h. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan.

i. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota.

j. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.


(24)

k. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.

m.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota.

n. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan Pelaporan.

o. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.

p. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan :

1. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan

b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan kebijakan akuntansi harus dibuat untuk mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antarperiode. Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan Keuangan.


(25)

c. Melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan pelaporan

d. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara berkala Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu bagian dari laporan keuangan tersebut adalah Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan secara berkala baik per semester maupun per tahun.

e. Menyusun bahan koordinasi dan konsolidasi atas laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam hal ini staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain melakukan konsolidasi, Sub Bagian ini pun melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) pemda sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel.

f. Menyusun bahan nota pengantar pertanggungjawaban pelaksanaan APBD g. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan

h. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan


(26)

Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. 2. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset

Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset b. Menyusun bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi aset c. Menyusun dan perumusan akuntansi aset

d. Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi akuntansi aset

e. Menyusun dan merumuskan penyajian informasi keuangan daerah

f. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan

g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan

h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait


(27)

3. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan

Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan melakukan berbagai aktivitas di antaranya:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan

b. Menyusun bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan keuangan Daerah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Kabupaten/Kota.

c. Menelaah bahan Rancangan Peraturan Daerah tentang laporan. pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota.

d. Melaksanakan pembinaan APBD bidang pelaporan keuangan daerah e. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan

f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan

g. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait


(28)

28 BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melaksanakan Kerja Praktek di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat berlokasi di jalan Diponegoro no. 22 Bandung. Bidang pelaksanaan Kerja Praktek, penulis ditempatkan pada Akuntansi Pelaporan (AKLAP) dan diberikan pengarahan serta bimbingan mengenai kegiatan dan pelaporan keuangan yang ada di Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Selama melaksanakan Kerja Praktek pada Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat, penulis melakukan beberapa kegiatan, Adapun kegiatan yang penulis laksanakan selama kerja praktek yaitu :

1. Penulis diberikan penjelasan secara lisan mengenai penyusunan Anggaran dan penyusunan APBD oleh dosen pembimbing Kerja Praktek.

2. Penulis membantu mencatat, mengkoreksi, mengentry data untuk keperluan Uang Persediaan (UP), Ganti Uang (GU), Tambahan Uang (TU) dan Langsung (LS) yang telah siap dicairkan atau yang di tolak menggunakan Microsoft Excel.

3. Diskusi atau tanya jawab dengan pegawai Akuntansi dan Pelaporan (AKLAP), mengenai proses penyusunan Anggaran dan Realisasi APBD.


(29)

4. Mendengarkan arahan dari Ibu dan Bapak pembimbing di bagian Akuntansi dan Pelaporan.

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 3.3.1 Pengertian APBD

3.3.1.1 Anggaran

Anggaran Menurut Ahmad dalam buku Akuntansi Manajemen adalah sebagai berikut :

“Anggaran adalah suatu proses sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang perlu, pembagian tugas dan pelaksanaan rencana tersebut sampai pada akhirnya, tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana itu (Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri).”

(2007:183) Maka, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Anggaran adalah suatu proses dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.


(30)

Tujuan disusunnya suatu anggaran adalah :

1. Mengkoordinasikan semua faktor produksi yang mengarah pada pencapaian tujuan secara umum.

2. Sebagai suatu alat untuk mengestimasikan semua estimasi yang mendasari disusunnya suatu anggaran sebagai titik pangkal disusunnya suatu kebijaksanaan keuangan dimasa yang akan datang.

3. Sebagai alat untuk melakukan penilaian prestasi, sehingga membangkitkan motivasi para pelaksananya agar dapat mengoreksi kekurangan yang terjadi. 4. Sebagai alat komunikasi semua fungsi dalam perusahaan sehingga

kebijaksanaan dan metode yang dipilih dapat di mengerti dan di dukung oleh semua bagian, untuk tercapainya tujuan perusahaan.

Secara umum, tujuan disusunnya suatu anggaran adalah agar kebutuhan jangka pendek yang tercantum dalam anggaran dapat terpenuhi, anggaran akan menuntun agar pencapaian tujuan jangka pendek tetap konsisten sesuai dengan tujuan dan sasaran perusahaan.

Usia anggaran pada umumnya satu tahun bertujuan agar anggaran harus memungkinkan untuk dilakukan revisi dari waktu ke waktu karena perubahan kondisi ekonomi peraturan pemerintah serta faktor-faktor eksternal lainnya.


(31)

3.3.1.2 Pendapatan Daerah

Definisi pendapatan menurut IASC Framework adalah penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk, atau peningkatan aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban yang mengakibatkan penambahan ekuitas dana. Oleh karena itu, pendapatan dapat berupa arus aktiva masuk, peningkatan aktiva atau pengurangan utang, yang bukan berasal dari kontribusi pemilik entitas Pemerintah Daerah (rakyat). Pendapatan Daerah merupakan sarana Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tujuan maksimalisasi kemakmuran rakyat.

Pendapatan Daerah terdiri atas bermacam- macam jenis yang pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendapatan yang bersumber dari :

1. Transaksi- transaksi pertukaran (disebut pendapatan pertukaran).

2. Transaksi- transaksi non- pertukaran (disebut pendapatan non- pertukaran). Pendapatan pertukaran diperoleh bila pemerintah daerah menyediakan barang dan jasa kepada masyarakat atau pemerintah daerah lain dengan mengenakan pembayaran, seperti halnya perusahaan bisnis. Contoh pendapatan pertukaran adalah penjualan barang, pemberian pelayanan, bunga, royalti, dividen, dan komisi. Pendapatan non-pertukaran diperoleh dari pelaksanaan kekuasaan kedaulatan pemerintah daerah untuk menuntut pembayaran dari masyarakat (seperti PAD) dan juga dari donasi, hibah, dan pembayaran dari pihak lain (seperti Dana Perimbangan).


(32)

3.3.1.3 Belanja Daerah

Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran. Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu :

1) Belanja Administrasi Umum

2) Belanja Operasi, Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik 3. Belanja Modal

4. Belanja Transfer 5. Belanja Tak Tersangka

Belanja dapat juga dikategorikan menurut karakteristiknya menjadi dua bagian, yaitu :

1) Belanja Selain Modal (Belanja Administrasi Umum; Belanja Operasi, Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Publik; Belanja Transfer; Belanja Tak Terduga).

2) Belanja Modal.

a) Belanja Administrasi Umum

Semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publik. Diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.

1. Belanja Pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai. Belanja Pegawai


(33)

meliputi : Biaya gaji dan tunjangan, Biaya perawatan dan pengobatan, dan Biaya pengembangan sumber daya manusia.

2. Belanja Barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Belanja Barang meliputi :

a. Biaya bahan habis pakai contohnya biaya alat listrik dan elektronik, biaya alat tulis, dan biaya gas.

b. Biaya jasa kantor, yaitu biaya yang berhubungan dengan pelayanan serta penunjang administrasi kantor. Contohnya biaya kawat dan faks dan biaya pengiriman.

c. Biaya cetak danpenggandaan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mencetak dan penggandaan. Contohnya barang cetakan dan fotokopi. d. Biaya langganan, yaitu pengeluaran yang dibayar setelah manfaatnya

dinikmati selama satu periode. Contohnya biaya listrik, biaya telepon, dan biaya air.

e. Biaya Pakaian Dinas, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan pakaian dinas pegawai dan dewan. Contohnya biaya pakaian dinas, biaya pakaian upacara, dan biaya polisi/mantri/agen pamong praja. 3. Belanja Perjalanan Dinas merupakan pengeluaran pemerintah untuk

biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Biaya ini terdiri atas :


(34)

a. Biaya perjalanan dinas, yaitu pengeluaran perjalanan pegawai atau dewan yang menjalankan tugas. Contohnya biaya perjalanan dinas dalam daerah dan biaya perjalanan dinas luar daerah.

b. Biaya perjalanan pindah, yaitu pengeluaran perjalanan bagi pegawai yang pindah. Contohnya biaya perjalanan pindah dalam daerah dan biaya perjalanan pindah luar daerah.

c. Biaya pemulangan pegawai yang gugur, dipensiunkan, dan cuti besar. Contohnya biaya pemulangan dipensiun dalam daerah, biaya pemulangan dipensiun luar daerah, dan biaya pemulangan pegawai yang gugur.

4. Belanja Pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Diantaranya Biaya pemeliharaan gedung kantor, Biaya pemeliharaan rumah dinas dan asrama, Biaya pemeliharaan meubelair, Biaya pemeliharaan perlengkapan kantor, Biaya pemeliharaan peralatan kantor, dan Biaya pemeliharaan emplasment kantor.

b) Belanja Operasi dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik.

Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik.Diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.


(35)

c) Belanja Transfer

Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Diantaranya Angsuran Pinjaman, Dana Bantuan, dan Dana Cadangan. d) Belanja Tak Tersangka

Belanja Tak Tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan- kegiatan tak terduga dan kejadian- kejadian luar biasa.

e) Belanja Modal

Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi :

1. Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.

2. Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur : pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.


(36)

3.3.2 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dalam proses penyusunan anggaran terdapat beberapa tahapan yaitu : 1. Penetapan Strategi Visi Organisasi dan Misi

Visi dan misi adalah cara pandang yang jauh ke depan yang memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi dari sudut pandang lain,

Visi dan misi harus dapat :

a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai

b) Memberikan arah dan fokus srategi yang jelas. c) Memiliki orientasi masa depan.

2. Pembuatan Tujuan

Pembuatan tujuan sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun atau yang sering di istilahkan dengan tujuan operasional,karena tujuan operasional merupakan turunan dari visi dan misi organisasi.

Tujuan operasioanl yang baik harus mempunyai karakteristik yaitu: a) Harus mempresentasikan hasil akhir.

b) Harus dapat diukur untuk menentukan hasil akhir yang diharapkan telah tercapai.

c) Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk menimbulkan interpretasi individu.


(37)

3. Penetapan Aktivitas

Penetapan aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang telah ditetapkan.

Secara umum alternatif keputusan berisi komponen – komponen sebagai berikut :

a) Dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan yang diharapkan menjadi jelas.

b) Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan mengapa alternatif – alternatif tersebut ditolak.

4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan

Setelah pengajuan anggaran disiapkan lalu langkah berikutnya adalah proses evaluasi dan pengambilan keputusan (penelahan dan penentuan peringkat).

Proses ini dapat dilakukan dengan standar baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kebebasan pada masing-masing unit untuk membuat kriteria dalam menetukan peringkat.

Teknisnya, alternatif keputusan dari semua aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan diurutkan berdasarkan prioritasnya. Setiap level anggaran dianggap sebagai satuan yang berbeda

Maka ke empat level tersebut dianggap sebagai satu alternatif yang berdiri sendiri dalam penyusunan anggaran program yang berbasis nol, asumsi yang digunakan adalah pengambil kebijakan dalam organisasi akan menerima apapun urutan prioritas yang telah ditetapkan. Dengan demikian kewajiban mereka hanyalah


(38)

menentukan besarnya anggaran , sehingga besarnya anggaran yang akan menentukan aktivitas mana saja yang dapat dilaksanakan.

Setelah anggaran selesai disusun, organisasi sektor publik melaksanakan kegiatan yang didalam kegiatan-kegiatan selama tahun berjalan. Pelaksanaan anggran kinerja idak bisa dilepaskan dari proses pelaporan dan evaluasi atas aktivitas yang telah dilaksanakan. Hal ini sangat penting karena, salah satu ukuran keberhasilan anggaran kinerja adalah kemampuannya untuk diukur dan dievaluasi guna mendapatkan umpan balik.

Untuk itu, setiap organisasi sektor publik harus melaporkan pada tingkat dimana mereka telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya setiap organisasi harus menyediakan informasi mengenai aktivitas yang telah dilakukan. Informasi ini seharusnya meliputi input, output, outcome, dan berbagai indikator kualitatif lainnya yang dirasa perlu. Hal ini berbeda dengan pelaksanaan anggran tradisional yang hanya menekankan pada pelaporan kuantitatif

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman pada Rencana Kerja (Renja) Pemerintah Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya tujuan bernegara. Setidaknya terdapat enam sub proses dalam penyusunan APBD, yaitu penyusunan KUA, penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), penyiapan SE Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD, penyusunan RKA SKPD, penyiapan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD, pembahasan


(39)

Raperda APBD dan penyusunan Raper KDH Penjabaran APBD, evaluasi serta penetapan Raperda APBD dan Raper KDH Penjabaran APBD.

Gambar 3.1 Mekanisme Penyusunan APBD Menurut UU No. 17 Tahun 2003

3.3.3 Pelaksanaan APBD

Pelaksanaan APBD dimulai dengan uraian tentang asas umum pelaksanaan APBD yang mencakup:

1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah harus dikelola dalam APBD;


(40)

2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan;

4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja;

5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;

6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam APBD;

7. Pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam keadaan darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam “rancangan perubahan APBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan


(41)

10. Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

3.3.4 Pembahasan Proses Penyusunan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Pengertian Realisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah :

Realisasi adalah menjadi nyata, perwujudan menjadi nyata (mengusahakan melaksanakan menjadi nyata)”.

Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah : “Suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dan diwujudkan menjadi nyata, agar rencana yang telah disusun oleh perusahaan dapat tercapai”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa antara Penyusunan Anggaran dan Realisasi APBD adalah urutan dalam membuat laporan dari pelaksanaan realisasi yang digunakan untuk menjalankan kegiatan pemerintahan yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dalam selama periode tertentu.


(42)

Tujuan Laporan Realisasi APBD adalah :

a) Menetapkan dasar – dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang – undangan.

b) Memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkatan ketercapaian target – target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

3.3.4.1 Isi Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa, sehingga menciptakan unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus / defisit, dan pembiayaan uyang dilkukan untuk penyajian yang wajar. Laporan realisasi anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuangan yang memuat hal – hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter.

1. Pendapatan

Pendapatan menurut ilmu ekonomi adalah nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama periode.


(43)

Dalam laporan reliasasi anggaran pemerintah Jawa Barat, terdapat beberapa pendapatan, yaitu Pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain – lain pendapatan yang sah.

A. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan salah satu komponen pendapatan sebagaimana diatur dalam pasal 79 undang – undang no. 22 Tahun 1999tentang pemerintahan daerah. Sumber pendapatan asli daerah terdiri dari : pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah, dan pendapatan hasil pengelolaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan dalam laporan realisasi anggaran pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009, pemerintah menganggarkan untuk pendapatan asli daerah sebesar Rp. 5.099.622.444.143,00 dan realisasi sebesar Rp. 5.520.690.390.00 dengan persentase sebesar 108.26%. ini menunjukan kenaikan jumlah pendapatan sebesar Rp. 421.372.246.256.

B. Pendapatan Transfer

Pendapatan transfer adalah pendapatan yang diterima oleh pemerintah provinsi yang berasal dari berbagai pihak, misalnya dari pemerintah pusat. Pemerintah provinsi jawa barat menerima beberapa dana transfer dari pemerintah pusat diantaranya : dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak, dan alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dari ke empat pendapatan transfer diatas, pemerintah privinsi jawa barat menganggarkan sebesar Rp. 1.958.446.598.046 sedangkan realisasi dari pendapatan transfer adalah Rp. 2.197.375.994.553 dengan jumlah kenaikan sebesar Rp. 238.929.396.507 dan persentase 112.208%.


(44)

Dari hasil pendapatan diatas dapat dijumlahkan antara pendapatan asli daerah, pendapatan trnsfer, tranPsfer pemerintah pusat lainnya. Dari segi anggaran apabila dijumlahkan sebesar Rp. 7.091.000.804.180 sedngkan untuk realisasinya sebesar Rp. 7.787.181.567.577 dengan kenaikan pendapatan sebesar Rp. 696.180.763.397 dan persentase 109.82%. ini menunjukan kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang sangat baik.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka kita dapat ambil kesimpulan Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana tertulis pemerintah daerah yang dirancang sesuai dengan peraturan undang – undang yang berlaku di indonesia untuk memperkirakan jumlah pendapatan yang akan diterima dan biaya belanja daerah selama satu periode kedepan.

Akan tetapi, pada saat realisanya ternyata lebih besar dari yang dianggarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, hal ini membuktikan bahwa anggaran yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan.

3.3.5. Masalah Keterlambatan Penyerahan Laporan SKPD

Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip yang dinyatakan dalam PP No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan dihasilkan dari masing-masing SKPD yang kemudian dijadikan dasar dalam membuat Laporan Keuangan Pemrov Jawa Barat. Pada Pemrov Jabar sendiri terdapat 47 unit SKPD yang tersebar di wilayah Provinsi Jawa Barat, jumlah SKPD tersebut sangat mempengaruhi penyerahan laporan pertanggungjawaban dikarenakan banyaknya SKPD yang ada, mempersulit Pemrov Jabar untuk melakukan pengawasan dan


(45)

kontrol terhadap jalannya pembukuan pada tiap-tiap SKPD. Selain itu, tiap-tiap SKPD tentunya memiliki permasalahan yang berbeda beda dalam menyusun laporan keuangan. Tidak semua pendapatan dan belanja yang dianggarkan berjalan dengan semestinya, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi karena pada prinsipnya tiap-tiap SKPD harus membuat DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) SPKD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh Kepala SKPD sebagai pengguna anggaran. Dimana DPA SKPD tersebut terdiri atas :

a. DPA SKPD 1

Digunakan untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan.

b. DPA SKPD 2.1

Digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung SKPD dalam tahun anggaran yang direncanakan.

c. DPA SKPD 2.2.1

Digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang diprogramkan.

d. DPA SKPD 2.2

Merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan SKPD yang dikutip dari setiap formulir DPA SKPD 2.2.1 (rincian anggaran belanja langsung menurut program dan per kegiatan SKPD).


(46)

e. DPA SKPD 3.1

Digunakan untuk merencanakan penerimaan pembiayaan dalam tahun anggaran yang direncanakan.

f. DPA SKPD 3.2

Digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam tahun anggaran yang direncanakan.

g. DPA SKPD

Merupakan kompilasi dari seluruh DPA SKPD.

Dari DPA SKPD itulah tiap-tiap SKPD melaksanakan anggaran baik untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran maupun penerimaan pendapatan. Karena ini anggaran persentase terealisasinya pun tidak akan selalu 100% ada saja proyek atau program yang tidak berjalan sesuai apa yang telah dianggarkan. Hal tersebut membuat SKPD tentu harus membuat penyesuaian pada laporan pertanggungjawaban yang akan disusun.

Selain itu proses yang cukup memakan waktu adalah saat melakukan pencairan dana, dimana dana tiap-tiap SKPD akan diperkirakan oleh BUD. BUD akan membuat Surat Penyediaan Dana dalam rangka manajemen kas daerah. Selanjutnya Bendahara SKPD mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) berdasarkan SPD tersebut bersama dengan dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD. Proses selanjutnya adalah pengajuan SPP untuk diterbitkannya SPM (diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPP diterima). SPM yang telah ditandatangani kemudian diajukan kepada BUD sebagai otoritas yang akan melakukan pencairan dana. Setelah SPM diterima oleh BUD baru lah Bendahara


(47)

SKPD memperoleh SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) dimana surat tersebut berlaku pada bank yang telah ditunjuk sebagai tempat pencairan dana (SP2D diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima). Proses tersebut belum termasuk jika SPP dan atau SPM yang diajukan oleh Bendahara SKPD ditolak. Hal tersebut tentu akan menghambat program kerja tiap-tiap SKPD yang sangat membutuhkan dana tersebut. Saat dana tersebut dicairkan dan SKPD mulai melaksanakan program kerjanya, SKPD diberikan waktu sampai tanggal 10 bulan berikutnya untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban.

Format laporan tersebut sedikitnya harus terdapat Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24 Tahun 2005). Dengan demikian sudah jelas bahwa proses-proses tersebut sangat berpengaruh terhadap penyampaian laporan pertanggungjawaban oleh tiap-tiap SKPD. Mekanisme ini lah yang harus dipikirkan kembali solusinya jika Pemrov Jabar menginginkan laporan tersebut dapat diserahkan tepat waktu, sehingga proses verifikasi tersebut tetap berlangsung ketat namun tidak perlu berbelit-belit.


(48)

48

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian selama penulis melaksanakan kerja praktek sampai dengan menyusun hasil laporan kerja praktek ini, maka penulis dapat memberikan kesimpulan berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada maksud dan tujuan Kerja Praktek :

1. Anggaran adalah rencana tertulis pemerintah daerah yang dirancang sesuai dengan peraturan undang – undang yang berlaku di indonesia untuk memperkirakan jumlah pendapatan yang akan diterima dan biaya belanja daerah selama satu periode kedepan. Akan tetapi, pada saat realisanya ternyata lebih besar dari yang dianggarkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, hal ini membuktikan bahwa anggaran yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan.

2. Permasalahan tersebut terjadi karena banyaknya jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemerintah Provinsi Jawa Barat sehingga kurangnya pengawasan terhadap tiap-tiap SKPD dalam melaksanakan pembukuan, kemudian panjangnya mekanisme yang harus ditempuh oleh SKPD dalam melakukan pencairan dana ditambah ketatnya verifikasi dokumen untuk melengkapi proses administrasi tersebut.


(49)

4.2 Saran

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian selama penulis melaksanakan kerja praktek sampai dengan menyusun hasil laporan kerja praktek ini, maka penulis dapat memberikan saran atau solusi berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada maksud dan tujuan Kerja Praktek :

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mungkin perlu melakukan penambahan kinerja untuk memastikan anggaran yang akan dibuat harus sesuai dengan pengeluaran, sehingga agar lebih akurat lagi. 2. Sebaiknya mekanisme pada saat SKPD melakukan pencairan dana

lebih dipersingkat lagi, misal untuk keperluan rutin SKPD penulis menyarankan untuk menyiapkan akun khusus dana rutin per SKPD agar dapat langsung dicairkan oleh tiap-tiap Bendahara SKPD pada awal periode APBD berjalan. Untuk mempercepat SKPD dalam menjalankan programnya sekaligus menyiapkan laporan pertanggungjawaban.


(50)

Laporan Kerja Praktek

Diajukan sebagai salah satu syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Studi D-III

Program Studi Akuntasi

Disusun oleh : ANGGRA NUGRAHA

21308030

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(51)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 5

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 5

1.4 Metode Kerja Praktek ... 6

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 7

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN... 9

2.1 Sejarah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat ... 9

2.2 Struktur Organisasi Daerah Provinsi Jawa Barat ... 17

2.3 Deskripsi Jabatan ... 18

2.4 Aktivitas Utama Bagian Akuntansi dan Pelaporan ... 23

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 28

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 28

3.2 Teknik Pelaksanaan Kerja Praktek ... 28


(52)

v

3.3.1.3 Belanja Daerah...32

3.3.2 Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)...36

3.3.3 Pelaksanaan APBD...39

3.3.4 Pembahasan Laporan Realisasi APBD...41

3.3.4.1 Isi Laporan Realisasi Anggran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)...42

3.3.5 Masalah Keterlambatan Penyerahan Laporan SKPD...44

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...48

4.1 Kesimpulan...48

4.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 51


(53)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Biro Keuangan Prov. Jabar... 51

Lampiran 2 : Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan ... 52

Lampiran 3 : Laporan Realisasi Anggaran Belanja ... 53

Lampiran 4 : Laporan Realisasi Pembiayaan ... 54

Lampiran 5 : Surat Permohonan Kuliah Kerja Praktek ... 55

Lampiran 6 : Surat Penerimaan Kuliah Kerja Praktek dari Perusahaan ... 56

Lampiran 7 : Daftar Kehadiran Kuliah Kerja Praktek ... 57

Lampiran 8 : Surat keterangan hasil Kuliah Kerja Praktek dari perusahaan ... 58

Lampiran 9 : Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek ... 59


(54)

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat : Jakarta.

Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sondi Putra, Maulidah Rahmawati, 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat : Jakarta.

Ihyaul Ulum MD, 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007. Fokusmedia : Bandung.

Revrisond Baswir, 1989. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. BPFE-Yogyakarta : Yogyakarta.

Ahmad, kamaruddin. 2007. Akuntansi Manajemen. Jakarta : PT Rajagrafindo persada.


(55)

61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Anggra Nugraha

Tempat tanggal lahir : Bandung, 02 Desember 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.KopoBlok J no.30 Rt.01/07 Bandung.

DATA PENDIDIKAN

SD NEGERI PAJAGALAN Bandung 1996 - 2002

SMPN 38 BANDUNG Bandung 2002 - 2005

SMA PASUNDAN 1 BAND UNG Bandung 2004 - 2007 Universitas Komputer Indonesia Bandung 2008 - sekarang


(56)

i Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan atas Kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Kerja Praktek.

Adapun tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh jenjang Diploma III Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Hasil Kerja Praktek ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun bahasannya.

Selain itu penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis, sehingga Laporan Hasil Kerja Praktek ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing kerja praktek yaitu Ely Suhayati., SE., M.Si. Ak. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :


(57)

ii

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung .

5. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak., Ak, selaku Dosen Wali Kelas Ak-5 Angkatan 2008 Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas Komputer Indonesia Bandung.

6. Dra.Hj.Silviaty M,Si selaku Kepala Bagian di Pemerintah Provinsi Jawa Barat Bagian Akuntansi dan Pelaporan.

7. Dindin Mahpudin., SE., Ak., M.Ak selaku pembimbing di instansi yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar dan tekun dalam membimbing penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini. 8. Bapak, Ibu, dan Karyawan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bagian

Akuntansi dan pelaporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 9. Untuk Ayah ku tersayang Bapak Tatang dan Ibu ku tersayang Juju,

penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua yang telah diberikan kepada penulis atas doa, dukungan dan kasih sayang. Semoga


(58)

iii

Bandung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

11.Untuk kakak ku Hendra Purnama, Ruli Yanti, juga semua sodaraku terima kasih atas dukungan dan doa yang selalu diberikan

12.Untuk sahabat-sahabat terbaik ku Yadi, Syam, Rendi, Fikry, Aldo, Indra, Fajrin, Andi, Ivan, Teguh, Randi, Agung, Imam, Gyan, Uci, Ira, yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.

13.Untuk semua anak kelas 3 AK-5 yang selalu kompak dalam belajar.

Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas Laporan Kerja Praktek ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2010 Penulis

Anggra Nugraha 21308030


(59)

(1)

50

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat : Jakarta.

Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sondi Putra, Maulidah Rahmawati, 2007. Akuntansi Pemerintahan. Salemba Empat : Jakarta.

Ihyaul Ulum MD, 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang : Malang.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007. Fokusmedia : Bandung.

Revrisond Baswir, 1989. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. BPFE-Yogyakarta : Yogyakarta.

Ahmad, kamaruddin. 2007. Akuntansi Manajemen. Jakarta : PT Rajagrafindo persada.


(2)

61

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Anggra Nugraha

Tempat tanggal lahir : Bandung, 02 Desember 1989 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.KopoBlok J no.30 Rt.01/07 Bandung.

DATA PENDIDIKAN

SD NEGERI PAJAGALAN Bandung 1996 - 2002 SMPN 38 BANDUNG Bandung 2002 - 2005 SMA PASUNDAN 1 BAND UNG Bandung 2004 - 2007 Universitas Komputer Indonesia Bandung 2008 - sekarang


(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan atas Kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Kerja Praktek.

Adapun tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh jenjang Diploma III Program Studi Akuntansi di Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari dalam penulisan Laporan Hasil Kerja Praktek ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun bahasannya.

Selain itu penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu penulis, sehingga Laporan Hasil Kerja Praktek ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing kerja praktek yaitu Ely Suhayati., SE., M.Si. Ak. Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :


(4)

ii

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia Bandung.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M,Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si., Selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung .

5. Siti Kurnia Rahayu, SE.,M.Ak., Ak, selaku Dosen Wali Kelas Ak-5 Angkatan 2008 Program Studi Akuntansi Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas Komputer Indonesia Bandung.

6. Dra.Hj.Silviaty M,Si selaku Kepala Bagian di Pemerintah Provinsi Jawa Barat Bagian Akuntansi dan Pelaporan.

7. Dindin Mahpudin., SE., Ak., M.Ak selaku pembimbing di instansi yang telah meluangkan waktunya kepada penulis dan dengan sabar dan tekun dalam membimbing penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini. 8. Bapak, Ibu, dan Karyawan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bagian

Akuntansi dan pelaporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 9. Untuk Ayah ku tersayang Bapak Tatang dan Ibu ku tersayang Juju,

penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua yang telah diberikan kepada penulis atas doa, dukungan dan kasih sayang. Semoga


(5)

iii

kalian diberi kesehatan dan rejeki yang berlimpah serta dalam lindungan Allah SWT.

10.Semua Bapak Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia Bandung yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

11.Untuk kakak ku Hendra Purnama, Ruli Yanti, juga semua sodaraku terima kasih atas dukungan dan doa yang selalu diberikan

12.Untuk sahabat-sahabat terbaik ku Yadi, Syam, Rendi, Fikry, Aldo, Indra, Fajrin, Andi, Ivan, Teguh, Randi, Agung, Imam, Gyan, Uci, Ira, yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.

13.Untuk semua anak kelas 3 AK-5 yang selalu kompak dalam belajar.

Akhir kata penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak atas Laporan Kerja Praktek ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2010 Penulis

Anggra Nugraha 21308030


(6)