2. Unsur Dengan Sengaja dan Tanpa Hak

12 harus dilakukan dimuka umum akan tetapi dalam konstruksi Pasal 27 ayat 3 maka ko st uksi a adalah e dist i usika , e t a s isika , e uat dapat diakses a Inf o asi da atau Doku e Elekt o ik sehi gga tidak dipe luka ada a u su di uka umum. a Masalah Perumusan Unsur 34. Berdasarkan rumusan pasal 27 ayat 3 maka terdapat beberapa unsur penting yang dapat di lihat secara lebih teliti yaitu: a.1. Unsur Setiap Orang 35. Walaupun setiap orang bukanlah merupakan unsur tindak pidana, melainkan merupakan unsur Pasal yang merujuk kepada siapa saja orang perorangan sebagai pendukung hak dan kewajiban yang didakwa melakukan suatu Tindak Pidana dan setiap orang tersebut akan selalu melekat pada setiap perumusan tindak pidana, sehingga ia akan terbukti apabila semua unsur tindak pidana tersebut telah terpenuhi dan pelakunya dapat dimintai pertanggung jawaban pidana mencakup dalam keadaan sehat jasmani dan rohaninya dan telah membenarkan identitas- ide titas a a u a setiap o a g a g di aksud dala pasal i i e a ti setiap o a g sehi gga a g dapat digu aka dala Pasal i i adalah seseo a g, i di idu, uka kelompok orang, organisasi, badan hukum atau korperasi.

a.2. Unsur Dengan Sengaja dan Tanpa Hak

36. Kesengajaan adalah unsur kesalahan, sebagaimana dalam doktri n kesalahan terdiri dari dua bentuk yakni kesengajaan dan kelal ian. Undang-undang sendiri tidak memberikan keterangan mengenai arti dari kesengajaan. Dalam MvT ada sedikit keterangan tentang opzettelijk, yaitu sebagai weillens en wetens yang dalam arti harafiah dapat disebut sebagai menghendaki dan mengetahui maksudnya orang yang melakukan perbuatan dengan sengaja berarti ia menghendaki mewujudkan perbuatan dan ia mengetahui, mengerti nilai perbuatan serta sadar akan akibat yang timbul dari perbuatan itu , apabila dihubungkan dengan kesengajaan yang terdapat dalam rumusan tindak pidana dalam Pasal 27 ayat 3, maka kesengajaan dikatakan ada apabila adanya suatu kehendak atau adanya suatu pengetahuan atas suatu perbuatan atau hal-hal atau unsur-unsur tertentu serta menghendaki dan atau mengetahui atau menyadari akan akibat yang timbul dari perbuatan. 37. Bahwa menurut keterangan dari MvT yang menyatakan bahwa setiap unsur kesengajaan dalam rumusan suatu tindak pidana selalu ditujukan pada semua unsur yang ada di belakang perkataan unsur sengaja selalu diliputi unsur kesengajaan itu. Maka kesengajaan dalam Pasal 27 ayat 3, harus dibuktikan pada unsur-unsur sebagai berikut: tanpa hak; mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya; Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik; yang memiliki muatan penghinaan danatau pencemaran nama baik . 38. Kesengajaan sebagaimana Pasal 27 ayat 3 berarti : seseorang mengetahui dan sadar bahwa perbuatan mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik sebagai perbuatan yang dilakukan tanpa hak, suatu perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukumnya atau bertentangan dengan hak orang lain. Perbuatan pelaku dalam kaitannya dengan pencemaran nama baik dan lain-lain Pasal 310 KUHP, Pasal 311 KUHP, Pasal 317 KUHP, Pasal 318 KUHP dan Pasal 368 KUHP merupakan Actus Reus yang mendekatkan pada schuld a g e e tuk Opzet sampai pada opzet yang ter e dah aitu opzet ij ogelijkheid yakni melakukan perbuatan kesengajaan akan kemungkinan terjadinya akibat yang lain , yang tidak menjadi 13 pertimbangannya sebelum ia melakukan perbuatan tersebut dolus eventualis opzet bij mogelkheidbewustzjn. 39. Problemnya lagi adalah bahwa dalam kaitan dengan pasal 310 KUHP, maka dalam pasal-pasal te ta g pe e a a pe istaa pe ghi aa atau s aad , sepe ti hal a Pasal a at dan 2 KUHP, terdapat kata- kata se agai u su delik, aitu de ga se gaja di uka kata- kata e e a g keho ata atau a a aik seseo a g. Walaupu pelaku pe e a a a a aik e e ika alasa pe elaa ah a Pelaku tidak e pu ai aksud iat atau tidak te ukti se a a se gaja u tuk elakuka pe ghi aa , a g seaka aka u tuk e ghi da i ada a opzet se gaja se agai salah satu u su da i pasal KUHP. Hal tersebut akan terbentur pada doktrin dan yurisprudensi yang berkembang dalam KUHP yang membena ka ah a uka a i us i ju ia di a g dis a atka oleh Pasal KUHP, melainkan cukup adanya kesadaran, pengetahuan, ataupun pengertian pada pelaku bahwa pernyataannya obyektif yang akan berakibat dan menyerang kehormatan atau nama baik seseorang. Jadi doktrin saat ini menyatakan bahwa bukan tujuan utama untuk menghina atau adanya kesengajaan untuk menghina seseorang sebagai syarat pemidanaan.

a.3. Unsur mendistribusikan atau mentransmisikan atau membuat dapat diaksesnya