Histerektomi Pada Anjing

/

HISTEREKTOMI PADA ANJING

SKRIPSI

oleh
I NENGAH 8UDIARSA

8.17.0572

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9

a

5

RINGKASAN
I NEHGAH BUDIARSA.


Histerektomi Pada Anjing (Dibawah

bimbingan Prof. Dr. Soebadi Partodihardjo).
Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak dipelihara hampir di setiap rumah, baik sebagai kegemaran maupun
untuk keamanan pemiliknya.
Histerektomi merupakan suatu tindakan bedah dan pembuangan uterus dengan tujuan untuk menanggulangi hal-hal
yang patologik seperti pyometra, distokia yang berkepan jangan dan anaknya diduga masih hidup, adanya tumor uterus
serta untuk tindakan fisiologik yaitu sterilisasi untuk m£
ngatur keturunan (Arthur,197S).
Pemilihan anastetikum penting agar pelaksanaan operasi dapat berjalan dengan baik serta alat-alat yang dipakai
dalam operasi harus steril, tajam dan bebas karat.

Anas-

tetikum yang sering digunakan adalah pentobarbital sodium,
thiopentone sodium, ketamine HCI serta

セケャ。コゥョ・@


HCl.

Pelaksanaan histerektomi lebih sering dilakukan melalui pendekatan garis median (linea alba) mengingat di daerah ini relatif sedikit pembuluh darah serta visualisasi
dapat lebih jelas dan lebih luas.

Anjing dihisterektomi

pada umur sekitar enam sampai delapan bulan.

Operator da-

lam melaksanakan operasi perlu dibantu oleh dua orang asisten agar operasi dapat berjalan dengan baik.
Perawatan serta perhatian lebih khusus dalam proses
penyembuhan akan sangat besar artinya untuk keberhasilan

HISTEREKTOMI PADA ANJING

5 K RIP 5 I

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

Dleh

I NENGAH BUDIARSA
817.0572

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1985

Judul Skripsi

: HISTEREKTOMI PADA ANJING

Nama Mahasiswa

: I NENGAH BUOIARSA


Nomor Pokok

:

B17. 057 2

Skripsi ini te1ah diperiksa dan
telah disetujui oleh Pembimbing
Bogor,

セOa@

1}

U

_

I


I

-

lad'/
/
セN@

(Prof. Dr. Soebadi Partodihardjo)
Oosen Pembimbing

Tanggal Lulus Ookter Hewan :

KATA PENGANTAR
Tulisan ini merupakan telaah pustaka yang merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan per,didikan dokter he
wan pada Fakultas Kedokteran Hewan, IPB.
Melalui tulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1.


Bapak Prof. Dr. Soebadi Partodihardjo selaku dosen
pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan,
dorongan dan saran-saran sehingga tulisan ini dapat
penulis selesaikan.

2.

Staf Perpustakaan di lingkungan IPB, Bakitwan Cimanggu
dan BPT Ciawi dalam pencarian pustaka.

3.

Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan perhatian, dorongan ataupun lainnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempur-

na sehingga kritik dan saran yang membangun penu1is terima
dengan hati yang terbuka.

Akhirnya semoga tulisan ini da-


pat bermanraat bagi yang berkepentingan.

Bogor,

Desember 19B5

Penu1is

operasi ini.

Pemberian antibiotika setelah operasi ditu-

jukan untuk mencegah adanya infeksi sekunder.

RIWAYAT HIOUP
Penu1is di1ahirkan di Oesa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, 8ali tanggal 10 Pebruari 1961.
Merupakan anak kedua dari empat bersaudara ke1uarga I
Wayan Arnawa dan Ni Ketut Sekar.
Pada tahun 1967 penulis mulai masuk SO No. 1 Tengkudak dan lu1us tahun 1972.


Kemudian me1anjutkan ke

SMP Negeri Penebe1 dan berhasil 1u1us tahun 1975.
dari SMA Negeri Tabanan pada tahun 1980.

Lulus

Pada tahun

yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut
Pertanian Bogar me1a1ui Proyek Perintis II.

Setahun be-

rikutnya penu1is memi1ih Faku1tas Kedokteran Hewan, IPB
dan 1u1us Sarjana Kedokteran Hewan tangga1 21 September
1984.

OAFTAR lSI
halaman


......................................................

vi

PENDAHULUAN . ........................................................ ..

1

.. ..

3

Pengertian .................................................. ..

3

. . . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. .. . .. .. . .. ..

3


.. .. . . .. .. .. . .. .. .. . . .
Kasus-kasus .. .. .. .. .. .. . .. .. .. . . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. . ..
Siklus Reproduksi Anjing . . .. .. .. . . . . . .. .
OPERASI . . .. .. .. .. .. . . . .. .. . . .. .. . . .. .. .. . . . . . ..

4

DAFTAR GAM BAR
I.

TINJAUAN PUSTAKA . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . . . . .

II.

Sejarah

Penerapan Histerektomi

III.

セャetoda@

.. . .. . .. .. .. .. . . .. . .. .. .. . . .. ... .. ..
Operasi .. .. . . .. . .. .. .. ... . .. .. .. ... .. . . .. . ... .. ..
Pasea Operasi . . .. .. .. . .. .. .. . .. . .. .. . ... . .. .
PEM8AHASAN .. . . . ... . . . . .. . .. . .. . . ... . . .. .. . . .. ... . .. ..
Pemilihan Anastetikum .. . . .. . .. . ... .. . .. . ..
Pelaksanaan Histerektomi .. . . . . . . . ... .. .
KES IMPUL AN .. . ... .. .. . .. .. .. . . .. . . .. .. . . . . .. .. .. .. . . ..
Pra Operasi

IV.

V.

..

..

DAFTAR PUS TAKA

.........................................

7
8

10
10
15

19
20
20
23

27

28

DAFT AR GAM BAR
halaman

Nomor
1.

Persiapan operasi Aseptik pada Permukaan
Perut yang akan Dioperasi •••••••••••••

2.

10

Pembersihan Kuku-kuku Jari dan Tangan
Operasi •••••...........•.....•..•....•

10

3.

Alat-alat Operasi dan Kain Penutup Operasi •

14

4.

Susunan Letak Alat-alat Operasi dan Meja
Operasi •••••••••••••..••.••.•••....•••

5.

14

Penyayatan Kulit Pertama dengan Skalpel
Bard Parker A#lD •..••.•.•••••.••••••••

....... .....

15

6.

Urutan Penyayatan Lepisan Perut

7.

Pengangkatan Omentum ke Kranial untuk
Mendapatkan Corpus Uteri ••••••••••••••

18

8.

Pemotongan pada Pangkal Cervix •••••••••••••

18

9,

Penjahitan Peritoneum dengan Cat Gut Chromic
Medium 2-0 ••••••••••••••••••••••••••••

10.

16

18

Penjahitan Kulit dengan Benang yang Tidak
Diserap ••••.•.•.•...••..•.•.•...••••••

18

I.

PENOAHULUAN

Anjing merupakan hewan kesayangan yang banyak dipelihara hampir di setiap rumah, baik sebagai kegemaran ataupun sebagai -keselamatan pemiliknya.

Perhatian terhadap

kesehatan anjing dewasa ini semakin meningkat.
mikian

Namun de-

masih banyak dijumpai gangguan kesehatan anjing

tersebut. Salah satu gangguan kesehatan yang penting dalam
melanjutkan keturunan adalah gangguan alat reproduksi sehingga dengan demikian memerlukan penanganan atau tindakan
pengobatan terhadap suatu penyakit alat reproduksi.
Salah satu usaha untuk menyelamatkan kehidupan individu dapat dilakukan tindakan bedah yang merupakan suatu
tindakan pili han terakhir.

Jadi dengan demikian tindakan

ini dilakukan jika tidak mungkin lagi melakukan tindakan
lain untuk penyembuhan penyakit tersebut.
Bila dikatagorikan, bedah dapat dilaksanakan dalam
dua kondisi dilihat dari objek yang dibedah yaitu hewannya
dalam keadaan patologik dan hewan dalam keadaan fisiologik.
Seperti tindakan bedah untuk menanggulangi kasus pyometra
tentu memerlukan penanganan operasi yang berbeda dengan
tindakan bedah untuk sterilisasi, baik dalam tindakan praoperasi, operasi dan pasca operasi.
Penanganan bedah untuk menanggulangi hal-hal yang patologik tentu memiliki resiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan hal yang fisiologik.

Lebih sedikit faktor

penentu yang bisa kita kendalikan pada tindakan bedah

2
untuk menanggu1angi suatu penyakit.
Histerektomi merupakan suatu tindakan bedah untuk
membuang uterus dengan tujuan untuk menanggulangi hal-hal
yang pato1ogik seperti kasus pyometra, distokia yang berkepanjangan dimana aneknya diduga masih hidup, adanya tumor uterus, maserasi fetus ataupun adanya tumor cervix.
Disamping untuk hal-hal yang patologik, histerektomi banyak dilakukan untuk tindakan sterilisasi yaitu untuk
ュ・セ@

cegah adanya kebuntingan yang tidak diinginkan, (Arthur,

1975).
Objektif daripada penu1isan skripsi ini ada1ah membahas cara-cara terbaik untuk melakukan histerektomi baik
dalam kasus suatu penyakit ataupun tindakan sterilisasi.
Juga dibahas persiapan operasi dan perawatan pasca operasi dari anjing yang dihisterektomi.

II.

TINJAUAN PUS TAKA

Pengertian
Pengertian operasi caesar saat ini adalah mengeluarkan fetus dengan tindakan laparohisterotomi.

Kata caesar

berasal dari Bahasa Latin "caesaroft yang berarti saya memotong.

Mungkin pula diilhami oleh legenda kelahiran Ju-

lius Caesar dengan cara ini.

Histerektomi merupakan SUa-

tu tindakan bedah untuk membuang uterus dengan tujuan untuk sterilisasi ataupun untuk penanganan suatu penyakit
pada uterus demi keselamatan individu tersebut.

s・、。ョァセ@

kan histerotomi merupakan penyayatan daripada uterus tanpa adanya pembuangan dari uterus individu tersebut (Arthur,
1975).
Sejarah
Operasi caesar sudah dikenal sejak masa Romawi Kuno
terhadap mayat-mayat wanita yang meninggal dunia dalam keadaan hamil.

Oalam dunia peternakan , operasi ini sudah

dilakukan sebelum tahun 1500.

Pada tahun tersebut seorang

peternak babi berkebangsaan Swiss melakukan operasi terhadap istrinya seperti apa yang ia lakukan pada babi (Arthur,
1975).
Perkembangan operasi caesar histerektomi telah disarikan oleh Durfee di Amerika Serikat dan Horatio Storer
melakukan hal yang sama pada tahun IB69.

Pada mulanya

perasi caesar histerektomi ditujukan untuk tindakan

0-

4
penyelamatan individunya, namun kemudian berkembang sebagai teknik penanggulangan suatu penyakit uterus.

Kemudian

Davis memperkenalkan teknik ini untuk tindakan sterilisasi
pada manusia sekitar tahun 1951 (Britton, 19BO).
Brooks dan Whitwhat (1886 dalam Arthur, 1975) mulai
menggunakan bedah perut sebagai tindakan pengobatan terhadap distokia pada anjing Fox Terrier yang mengalami patah tUlang pelvis semenjak awal kebuntingan.
pula dikenal chloroform sebagai anastesia.

Sejak itu
Suatu hal yang

perlu dicatat saat itu adalah umumnya operasi dilakukan de
ngan mengabaikan tindakan aseptik dan antiseptik.
Penerapan Histerektomi
Histerektomi ditujukan untuk distokia yang berkepanjangan yang mana banyak terjadi trauma, luka maupun kerobekan uterus yang disebabkan oleh tidak berhasilnya fetotomi, mutasi atau penarikan secara paksa atau fetus

ュ・ョァセ@

lami emfisema, uterus yang atonik, infeksi yang hebat dan
penyakit uterus.

Tindakan histerektomi ini dilakukan un-

tuk menyelamatkan kehidupan anjing tersebut.

Pada kuda,
ォセ@

sapi, domba dan babi histerektomi tidak umum dilakukan

rena mempunyai nilai ekonomi yang lemah dalam pelaksanaan
pembedahannya sedangkan perawatan selanjutnya memerlukan
biaya tinggi dan mortalitasnya cukup tinggi.

Keberhasil-

an histerektomi pada sapi dan babi hanya kadang-kadang

ウセ@

ja baik dan jarang sekali pade kude diperoleh keberhesilan

5
karena kuda sangat peka terhadap peritonitis (Roberts,
1971).
Histerektomi sangat sering dilakukan pada anjing sebagai suatu pilihan dalam mencegah kebuntingan yang tidak
diinginkan dan sesudah bergaul pada musim kawin.

Petunjuk

utama untuk melaksanakan histerektomi pada anjing adalah
adanya pyometra dan distokia,yang berkepanjangan yang anaknya diduga masih hidup.

Petunjuk lain untuk pelaksa-

naan histerektomi adalah adanya tumor uterus, maserasi
tus maupun tumor cervix.

ヲセ@

Pemilihan histerektomi pada an-

jing hendaknya tidak dilakukan pada musim

ォ。キゥョセL@

karena

pada saat ini terjadi peningkatan vaskularisasi dan pembengkakan alat-alat genital (Arthur, Noakes, Pearson, 1982).
Bila pemeriksaan menunjukkan bahwa fetus telah mati
atau telah membusuk serta telah terjadi infeksi pada uterus maka penerapan operasi caesar merupakan tindakan yang
sangat membahayakan karena kemungkinan adanya kentaminasi
serta peritonitis sangat besar,

Tindakan yang sebaiknya

dilakukan adalah histerektomi (Frank, 1981).
Prinsip bedah serupa dilakukan pula dalam teknik gnotobiotik yaitu suatu car a untuk mendapatkan makhluk yang
bebas penyakit.

Anjing yang gnotobiot selalu diperoleh

dengan cara pembedahan (Krakowka, Austin. Long, Helphrey,
1981).
8erbagai pendapat tentang pelaksanaan histerektomi
pada berbagai tingkat umur berbeda-beda.

Menurut metoda

6
Flynn, operasi ini lebih baik dilakukan pada umur yang masih muda.

Ada pula yang mengatakan bahwa operasi ini di-

lakukan pada umur sekitar enam bulan yaitu sebelum estrus
pertama terjadi dengan tujuan

supaya

ciri femininnya ke

lihatan dan hormon kelamin sekunder telah berkembang.
Mayer (1959) mengatakan bahwa pelaksanaan histerektomi pada anjing dilakukan pada umur enam sampai delapan bulan atau lebih dengan tujuan agar uterus telah berkembang.
Freak (1975 dalam Arthur et al.

1982) mencoba mene-

rangkan Cara untuk mengenal distokia pada anjing dengan
berpegang pada keterlambatan melahirkan, lemahnya propulsi
(dorongan uterus) dan lambatnya fetus lahir meskipun kontraksi uterus dan abdomen cukup kuat.

Disamping itu pe-

ngalaman dalam menangani kasus ini sangat diperlukan terutama pengalaman pengenalan kebiasaan dari hewan berbagai
ras.

Kriteria untuk menentukan distokia pada anjing tidak

cukup dilihat dari terlambatnya saat melahirkan karena variasai lamanya kebuntingan cukup panjang antara 54 - 72 ha-

ri.
Histerektomi dapat dilakukan secara totalis yaitu semua uterus dibuang atau partialis dimana sebagian uterus
disisakan.

Histerektomi partialis dimana uterus masih ada

dan prostaglandin masih dihasilkan dan siklus berahi berikutnya masih dapat terjadi ovulasi dan tidak dibuahi serta
hal ini akan berulang-ulang sehingga dapat menimbulkan
ta endometrium.

ウゥセ@

7
Kasus-kasus
Pada tahun 1824 bedah eksperimen pada anjing mulai
dikatekan berhasil, meskipun pade saat itu belum dikenal
anastetikum nemun hal ini dimungkinken karena Chretian
mengembengkan teknik penjahitan uterus dan dinding perut.
Kemudian pade tehun 1840 dimana dilakukan operasi caesar
pada anjing sebanyak sembilan ekor dan berhasil hidup sebanyak lima ekor (Arthur, 1975).
Pada anjing sering dilakukan histerektomi dan dalam
pelaksanaannya hasil yang sudah dicapai lebih baik daripada histerektomi pada hewan besar.

Hal ini disebabkan

oleh kondisi kerja yang baik dan uterus anjing relatif
kecil.

Histerektomi selalu dilakukan pada anjing dan

kucing jika disinyalir akan mengalami distokia setelah
24 - 36 jam atau lebih.

Oari 52 kali histerektomi pa-

da anjing memlliBrikan hasil yang sukses sebanyak 67%
(Soberts, 1971).
Okkens (1981) melaporkan bahwa dari 109 ekor anjing
yang sudah dihisterektomi di Fakultas Veteriner Utrecht
、セ@

telah diamati komplikasi alat-alat kemih yang terdiri

ri 7 kasus dimana anjing menjadi sering kencing, 6 kasus
mengalami penghambatan perkencingan serta 5 kasus
ria.

ィ・ュ。エセ@

Sembilan kasus menunjukkan adanya perlengketan

オセ@

jung uterus dengan kantong kencing dan delapan kasus pe£
lengketan dengan ureter.

Komplikasi lainnya adalah pe-

ritonitis sebanyak 20 kasus.

8

Siklus Reproduksi Anjing
Fase-fase estrus pade hewan betina meliputi fase proestrus, estrus, metestrus dan diestrus.

Fase proestrus
ーセ@

de anjing 9 - 10 hari dan pada saat ini dihasilkan pheroman sehingga anjing jantan tertarik akan anjing betina.
Selama ini folikel de Graaf dipengaruhi oleh Follicle StimUlating Hormone (FSH) dan distimulasi untuk mempertinggi
jumlah estrogen.

Fase estrus berlangsung 9 - 10 hari de-

ngan interval 5 - 15 hari (Carslson, 1982).

Pada saat ini

anjing betina mau dikawini oleh anjing jantan.

Dalam fase

ini folikel de Graaf akan matang dan men gal ami ruptura
24 - 48 jam setelah dimulainya estrus dan kemudian terjadi peningkatan konsentrasi Lutenizing Hormone (LH) dan KL
(korpus luteum) akan mulai tumbuh dari sisa sel granulosa
dari folikel dibawah pengaruh LH.

Fase metestrus ditandai

dengan adanya bunting suri 60 - 70 hari (Siegmund, 1979).
Fase ini dibawah pengaruh harmon progesteron yang dihasilkan oleh sel lutein pembentuk

KL.

FSH dihambat pelepasan-

nya oleh adanya konsentrasi progesteron yang tinggi.

Re-

gresi spontan dari KL terjadi pada hari ke 60 setelah estrus dan akan diikuti oleh fase diestrus.

Setelah itu f£

likel de Graaf akan matang dibawah pengaruh FSK dan siklus
berahi akan terulang kembali.
Anjing mengalami mas a pubertas pada umur 6 - 12 bulan
dengan siklus berahi dua kali setahun yaitu bulan JanuariMaret dan Agustus - September (Siegmund, 1979).

Anjing

III.

METODA OPERASI

Pra Operasi
Sebelum melakukan suatu operasi maka anjing harus diperiksa keadaan kesehatannya secara umum.

Pemeriksaan kli

nik terutama pemeriksaan darah dan 'jantung harus dilakukan.
Hal ini penting karena pada hewan yang anemia misalnya, akan sangat berbahaya bila dilakukan suatu uperasi bedah.
Namun demikian pada kasus pyometra, pemeriksaan klinik dapat ditiadakan asalkan kondisi umum hewannya baik dan memungkinkan untuk dilakukan operasi.

Disamping pemeriksa-

an dietas maka umtuk memperoleh hasil operasi yang baik
perlu diketahui berat badan anjing tersebut untuk men entukan dosis pemakaian anastetikum atau obat yang akan dipakai.

Pada kasus anjing yang pyometra dan umurnya sudah

tua maka dosis anastetikum yang diberikan adalah dosis minimum.

Selain hewannya sendiri maka alat-alat untuk operasi
harus sudah steril, tajam dan tidak berkarat.

Sterilisa-

si dari alat-alat bedah dapat dilakukan dengan uap pada
tekanan tinggi selama 15 menit dan suhu 250 0 F.

Perleng-

kapan operator dan meja operasi serta ruangan operasi san gat menentukan k eberhasilan su'atu op erasi.
Pemilihan anastetikum dalam melakukan suatu operasi
bedah sangatlah perlu dipertimbangkan terhadap cara pemakaian obat, dosis, efek yang ditimbulkan dan tidak kalah

III.

METODA OPERASI

Pra Operasi
Sebelum melakukan suatu operasi maka anjing harus diperiksa keadaan kesehatannya secara umum.

Pemeriksaan kli

nik terutama pemeriksaan darah dan 'jantung harus dilakukan.
Hal ini penting karena pada hewan yang anemia misalnya, akan sangat berbahaya bila dilakukan suatu uperasi bedah.
Namun demikian pada kasus pyometra, pemeriksaan klinik dapat ditiadakan asalkan kondisi umum hewannya baik dan memungkinkan untuk dilakukan operasi.

Disamping pemeriksa-

an diatas maka umtuk memperoleh hasil operasi yang baik
perlu diketahui berat badan anjing tersebut untuk men entukan dosis pemakaian anastetikum atau obat yang akan dipakai.

Pada kasus anjing yang pyometra dan umurnya sudah

tUa maka dosis anastetikum yang diberikan adalah dosis minimum.

Selain hewannya sendiri maka alat-alat untuk operasi
harus sudah steril, tajam dan tidak berkarat.

Sterilisa-

si dari alat-alat bedah dapat dilakukan dengan uap pada
tekanan tinggi selama 15 menit dan suhu 250 0 F.

Perleng-

kapan operator dan meja operasi serta ruangan operasi sangat menentukan keberhasilan suatu operasi.
Pemilihan anastetikum dalam melakukan suatu operasi
bedah sangatlah perlu dipertimbangkan terhadap cara pemakaian obat, dosis, efek yang ditimbulkan dan tidak kalah

11
penting adalah pertimbangan ekonvmis dan persediaan obat.
Anastetikum yang sering digunakan dalam operasi bedah
、ゥ。セ@

taranya penthobarbital sodium (Sagatal), thiopentone sodium (Pentbthal), halothane (Floothane), ether.

Premedikasi

yang sering digunakan adalah xylazine Hel (Rompun), atropin sulfate

Belakangan ini anastetikum ketamine Hel (Ke-

talar) sering digunakan dalam suatu operasi.

MBGセL@

)."

k'

iGambar 1.

<