Parvovirus Pada Anjing

Dari Abu Hurairah r.a. : Rasulullah Saw bersabda : "Ketika seorang laki-laki sedang dalam perjalanan, ia kehausan.
Ia masuk ke dalam sebuah sumur yang curam, lalu minum di
sana. Kemudian ia keluar. Tiba-tiba ditemuinya seekor
anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat tanah
karena kehausan.
Orang itu berkata : Anjing ini sedang
merasakan apa yang telah saya rasakan.
Lalu ia turun
kembali ke sumur itu, memenuhi sepatunya dengan air, mem-.
bawanya keatas dengan menggigit sepatu itu.
Allah berterimakasih kepadanya dan mengampuni dosanya". Para sahabat bertanya : Hai Rasulullah! Kalau kami mengasihi binatang apakah kami memperoleh pahala? Beliau bersabda :
"Setiap hati yang pengasih mendapat pahala.
(HR. Bukhari)

Kupersembahkan untuk :
Ayah, ibu, kakak-kakak serta
adikku yang terkasih.

I

PARVOVIRUS PADAANJING


S K R I PSI

oleh
ENDANG ISTI WINDARWATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1 9 S 5

RINGKASAN
ENOANG 15Tl WINOARWAT1.
wah bimbingan DRH.

Par va virus pada anjing.

,(Oi ba-

SUNARYA PRAWIRADISASTRA MVSc.).


Tujuan dari penu1isan ini adalah untuk mengsna1 penyakit Parvavirus pads anjing, sshingga dapat dilakukan
tindakan untuk mengurangi ksjadian psnyakit.
Penyakit ini menyerang anjing dari semua umur dan
dari semua jenis anjing, ssrta bersifat sangat msnular
dan sukar untuk diobati.
Gejala yang menonjol dari penyakit ini adalah muntah
dan diars, dimena muntahan msngandung busa dan diarsnya
bsrdarah atau bercampur lendir.
Dalam msndiagnosa penyakit ini harus hati-hati katena gejaIa-geja1anya tidak spesifik dan mirip dengan penyakit-psnyakit yang disebabkah oleh agen 1ainnya.
Pengobatan tidak ada yang spesifik, hanya merupakan
terapi simptomatik saja.
lakukan
セ・ョ」ァ。ィ@

kukan vaksinasi.

Oleh karena itu lebih baik me-

sebelum hewan sakit yaitu dengan mela-


RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra kelima dari enam bersaudara, dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 26 Mei 1961 dari ibu
yang bernama Tati Sukati dan ayah bernama R.

Soedarto.

Lulus dari SD Kanisius di Yogyakarta tahun 1973, luIus SMP Negeri I di Yogyakarta tahun 1976 serta lulus SMA
Negeri VI di Yogyakarta tahun 1980.
Terdaftar sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
pada tahun 1980, dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan pada tahun 1981.

Tahun 1983 menjadi asisten pada ma-

ta ajaran Parasitologi bagian Entomolo9i.

Selanjutnya

pada tanggal 1 Agustus 1984 dinyatakan lulus sebagai Sarjana Kedokteran Hewan.

PARVOVIRU5 PAOA ANJING


Oleh

ENOANG 15Tl WINOARWATl

5kripsi sebagai salah satu syarat untuk memperaleh gelar
Oak t er Hewan
pada
Fakultas Kedakteran Hewan, Institut Pertanian Bogar

FAKUlTA5 KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT

PERTANIAN BDGDR

BOG 0 R
19B5

PARVOVIRUS PAOA ANJING


Oleh,

ENDANG IST1 WINDARWAT1
Sarjana Kedokteran Hewan 1984

B. 170529

5kripsi ini telah diperiksa
dan disetujui oleh :

(ORH.

5UNARYA PRAWIRADISA5TRA MIlSc.)

Dosen jurusan klinik

KA TAP ENGANT AR
Assalamu'alaikum wr.

wb.


Alhamdulillah, dengan inayah dan hidayah Allah SWT.
penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun
dalam penyelesaiannya tidak sedikit penulis temui kesulitan-kesulitan.
P.enulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Hewan pada Fakultas Kedokteran Hawan, Institut Pertanian Bogar.
Pada kasempatan ini penulis menyampaikan ucapan tarima kasih kepada 8apak Drh.

Sunarya Prawiradisastra MVSc.

salaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada seluruh staf dan karyawan di lingkungan FKHIPB, penulis ucapkan terima kasih atas bantuannya selama

ini.
U·capan terima kasihpenulis yan{l sebesar-besarnya
kepada Ayah, I·bu, kakak-kakak s.erta adik tercinta yang
telah memberikan s.egalanya sehingga penulis dapat menyel.esaikan p.endi·di-kan ini.
Bantuan

セ。イゥ@


rekan-rekan dan semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu sangat dihargai.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
s.emua.

Bogar, Nopember 1985
Wassalam
Penulis

DAFT AR IS I
Halaman

. ...... .... ... .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. . .. ..

1

. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. ..

7


1.

P ENDAHULUAN

II.

ETlDLOGI

Ill.

EPIDEmOLOGI

IV.

PATOGENESA

V.

GEJALA KLINIK DAN PATOLOGI


. ... .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. . . .. . . ..

.. .

A.

B.

. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. . . .. . . .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .

10

.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . . .. ..

16

.... .. . . . .. .. .. . . .. .. . . .

16


Gejala klinik

.. . ..

A.1.

Parvovirus enteritis

A.2.

Parvovirus myocardi tis

21

.. .. .. .. ..

21

. .. .. .


22

.. . .. .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .

24

B. 1 ..

Parvovirus enteritis

B.2.

Parvovirus myocarditis

VI.

CARA MENOIAGNOSA

VII.

DIAGN05A BANDING

VIII.

PROGNOSA

IX.

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

.. . .. . .. .. . .. . .. . . . .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .

19

26

.. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . . ..

28

. .. .. .. .. .. .. .. . . .. . .. . .. .. .

29

A.

P engoba tan

.. .. .. .. .. .. .. .. . ..

. . .. .. .. . . .. .. . .. .. ..

29

B.

Pencegahan

. .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. ..

30

8. 1.

Imunisasi pasif

.

. . .. .. .. . ... .. ..

30

B.2.

Imunisasi aktif

. .. . . . . .. . . .. .

31

nesia

Vaksin yang beredar di Indo
.. . .. . .. .. .. . .. . . .. . .. .. . . .. ..

32

8.4

Kegagalan vaksinasi

34

B. 5.

Kontrol

B.3.

X.

16

. .. ...
.. ... .. .. .. .. .. .. . . .. . . .. ..

Gejala patologi

.

............

KES IMPULAN

......................................

35

...............................................................

36

........................................................

38

DAFTAR PUSTAKA

1.

PENDAHULUAN

Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang
banyak dipelihara orang, selain untuk ke5enangan dan keindahan juga sebagai tambahan ekonomi bagi keluarga dari
sebagian masyarakat tertentu.

Dleh karena itu kesehatan

hewan kiranya perlu diperhatikan supaya dapat melanjutkan
keturunan, terpelihara kelestariannya.
Dalam menjaga kelestariannya perlu diperhatikan tentang adanya penyakit-penyakit yang dapat menyerang anjing
dan menimbulkan kematian.

Diantara sekian banyak penya-

kit, penyakit yang disebabkah oleh virus, cukup gawat.
Salah satu dari penyakit virus tersebut adalah penyakit
Parvovirus pada anjing (Canine Parvovirus/CPV) yaitu suatu penyakit yang menyerang anjing dan sang at menular disebabkan oleh virus dari genus Parvovirus.

Di Amerika, penyakit ini pertama kali dilaporkan
oleh Eugster dan Nairn (1977), sedangkan di Inggris muncul dalam akhir tahun 1978 (McCandlish, 1980).

8anyak

teori telah dikemukakan untuk menjelaskan asal usul penyakit ini, akan tetapi kemungkinan besar penyakit ini
adalah mutan dari virus feline Panleukopenia (CPV) atau
virus Mink Enteritis (MEV), yaitu varian FPV yang patogenik untuk mink.

Secara antigenik Canine Parvovirus (CPV)

identik dengan FPV (Moraillon, 1980), walaupun ada perbedaan dalam jenis hewan yang rentan serta beberapa sifat
biologiknya.

Walaupun ada perbedaan kecil dari struktur

2

antigenik antara CPV dan FPV, imunisasi silang terjadi
cukup baik (Anonymous, 1981)
Parvovirus membiak dalam sel yang aktif mengadakan
pembelahan, oleh karena itu virus ini terutama menyerang
jaringan tubuh yang aktif memperbanyak sel seperti usus,
sumsum tulang,

jaringan lymphoid (Ettinger, 1983).

Deng-

an demikian kasus CPV lebih banyak terjadi pada anak-anak
anjing umur muda meskipun pada umur tua dapat terkena juga.
Virus ini mengakibatkan dua sindrom penyakit yang
utama pada anjing yaitu pertama yang paling umum adalah
suatu radang usus (enteritis) yang menyerang anak anjing
yang baru disapih dan anjing-anjing tua/dewasa.

Bentuk

ini disebut dengan Canine Parvovirus Enteritis (CPVE).
Yang kedua adalah Canine Parvovirus Myocarditis (CPVM)
yang menyerang anak-anak anjing dan mengakibatkan kematian karena kegagalan fungsi jantung (McCandlish, Thompson,
Cornwell and Macartney, 198D;

McCandlish, 1981).

Saat ini penyakit CPV sudah tersebar luas diseluruh
penjuru dunia, dan di Indonesia muncul pada akhir tahun
1979.

Secara alami CPV ditularkan dengan kontak langsung

dengan anjing yang terinfeksi (Appel, Meunier, Pollock,
Carmichael, 1980).

Disamping itu juga secara kontak tak

langsung melalui faeces, urin, saliva dan mungkin muntahan yang berasal dari anjing tertular mengandung virus

3

yang amat banyak sehingga dapat merupakan sumber penularan (Afshar, 1981).

Perawat dan pemilik anjing juga dapat

bertindak sebagai penyebar penyakit (Anonymous, 1981).
Anjing-anjing yang terkena penyakit CPVE menunjukkan
tanda-tanda klinik yang tidak spesifik dan secara luas
terdiri dari vomitus (muntah) yang sering diperhatikan
pertama-tama, kemudian diikuti dengan diare yang profus
atau haemorrhagia dalam 24 - 48 jam kemudian (Swango,
1983).

Tanda lain adalah depresi, anorexia dan dehidrasi.

Dalam keadaan parah, muntahan berupa cairan berbuih
mengandung sejumlah besar isi gastrium.

Demam sering pa-

da anak anjing dengan temperatur 40°C - 42°C.

Faeces

berbentuk cair/pasta, kelabu terang atau kuning kelabu
dengan bau busuk yang khas, akhirnya berdarah atau mucus.
Juga terjadi leukopenia.
Pada penyakit CPVM, anak anjing dapat mati mendadak
(Wilkinson, 1979;

Kelly dan Atwell, 1979;

Howell, Robinson, Wicox and Pass, 1979).

Huxtable,
5ering terjadi

tanpa tanda-tanda klinik sebelum mati dan banyak kematian
terjadi selama atau sesuDah periode stress atau excitasi.
セ・ョオイエ@

Hayes, Russel and Babuik (1979), kematian terjadi
karena kegagalan jantung akut dan ini berlangsung dalam
beberapa menit sampai beberapa jam setelah gejala-gejala
dyspnoe, berteriak dan menangis atau col laps yang akut.

Sebelum mati membrana mukosa anak anjing tampak sangat
memucat.

4

Untuk mengetahui penyakit ini biasanya berdasarkan
gejala-gejala klinik yang dicurigai dan riwayat penyakit.
Juga dilakukan uji-uji laboratorium untuk memperkuat
diagnosa seperti uji HA faeces (Carmichael, 1980;
1980) dan tes HI serum (Pollock, 1979;

Appel,

Carmichael, 1980).

Uji laboratorium yang lain adalah isolasi virus dari faeces dan isi usus.
Pengobatan terhadap CPV tidak ada yang spesifik, tetapi hanya merupakan terapi simptomatik saja.

Istirahat

dan pengelolaan makanan (diet) merupakan terapi yang lebih berhasil daripada terapi kimiawi yang berkepanjangan
(Woods, Pollock and Carmichael, 1980).

Pemberian diure-

tik dan stimulan terhadap jan tung sangat msmbantu pada
kasus subakut dan myocarditis yang ringan.

Tetapi dari

semua pengobatan tersebut diatas akan lebih baik jika melakukan tindakan pencegahan sebelum anjing tersebut terkena penyakit.

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi,

akan tetapi vaksinasi harus dilakukan setelah antibodi
maternal dalam tubuh yang diperoleh dari induk berkurang
atau menurun'cyaitu kurang lebih pada saat anak anjing beE.
umur 2 bulan.

II.

ETIOLOGI

Parvovirus pada anjing merupakan tambahan baru pada
kelompok virus Parvoviridae (Siegl, 1976), dan memiliki
sifat-sifat kimia-fisis yang mirip dengan anggota-anggota
lainnya pada famili tersebut (Matthews, 1979).

Virus ini

merupakan virus yang paling kecil dari semua agen-agen
viral (Kramer, Meunier dan Pollock,

1980) dengan diameter

rata-rata 20 nanometer (18 nm - 22 nm), tidak berselubung,
simetri icosahedral dan memiliki singgle-strandsd DNA/DNA
bertangkai tunggal (8achmann, 1975).
Parvovirus pada anjing kemungkinan besar adalah mutan dari virus Feline Panleukopenia (FPV) atau virus Mink
Enteritis (MEV).

Secara antigenik Parvovirus pada anjing

identik dengan FPV atau MEV.

Walaupun ada perbedaan ke-

cil dalam struktur antigenik antara CPV dan FPV, imunisasi silang terjadi cukup baik (Anonymous, 1981).
Menurut Kramer et-al.

(1980), untuk raplikasinya vi-

rus ini sangat tergantung dari enzym termasuk sintesa DNA
dari sel host.

Replikasi virus ini terjadi pada inti sel

.yang sedang mengalami mitosis (pembelahan sell.

Oleh ka-

rena itu virus ini mempunyai afinitas khusus untuk menyerang organ-organ yang sedang mengalami pertumbuhan yang
capat.

Jantung, lapisan usus,

jaringan lymphoid dan sum-

sum tUlang dari anjing adalah tempat yang ideal untuk infeksi Parvovirus, selama sel-sel pada daerah ini sedang
membelah terutama untuk jantung adalah peda anak-anak

6
anjing yang sedang tumbuh.
Partikel CPV yang infektif seperti anggota famili
Parvoviridae lainnya, bersifat stabil.

Parvovirus stabil
0

pada pH 3 - 9 (Matthews, 1979), tahan pada suhu 100 C selama 3 hari, tahan terhadap proses pencairbekuan, detergen dan alkohol (Anonymous, 1981), dan dapat bertahan hidup di tanah selama lebih dari satu tahun serta mempunyai
daya tahan yang luar bias a terhadap desinfektan-desinfektan yang umum seperti phenol atau senyawa-senyawa amonium
quarterner (Anonymous, 1979;

MCCandlish, 1981).

Parvovirus dapat dinon-aktifkan dengan formalin, セᆳ
propiolakton, hydroxilamine, agen-ag.n pengoksida, irradiasi UV (Matthews, 1979) serta dengan larutan sodium hypochlorite atau clorox dengan pengenceran 1 : 30 (Anonymous, 1981;

McCandlish, 1981).

CPV juga mempunyai sifat untuk menggumpalkan sel-sel
0

0

darah merah kera dan babi pada suhu 4 C dan 25 C, namun
0

tidak pada suhu 37 C (Gagnon and Povey, 1979).

III.

EPIDEMIOLOGI

Parvovirus pada anjing telah tersebar luas diseluruh
penjuru dunia dan merupakan penyakit yang sangat menular.
Penyakit ini terjadi sepanjang tahun disebabkan karena
banyaknya anjing-anjing liar yang berkeliaran.

Anjing

dari semua umur dapat terkena, tetapi kejadian tertinggi
dan mortalitas tertinggi adalah pada anak anjing yang
terutama dikarenakan adanya myocarditiL (Ettinger, 1983).
Menurut McCandlish セN@

(1980)', bentuk infeksi

myocardial terjadi pada anak-anak anjing dari induk-induk
yang tidak memiliki antibodi terhadap Parvovirus pada saat bunting atau setelah melahirkan.

Anak-anak anjing ini

tidak terlindungi didalam rahim dan tidak menerima parlindungan melalui antibodi colostral sehingga anak-anak
anjing tersebut terkena pada beberapa minggu kehidupan
yang pertama.
Anjing dewasa yang terserang menunjukkan bahwa anjing itu belum mamiliki kekebalan atau belum pernah mandapat serangan penyakit semasa mUdanya (Anonymous, 1981).
Tidak ada pradileksi ras dan sex dalam arti kata semua

rentan terhadap CPU dan angka sakit dapat men「。ョァウセ@

capei 100

% dengan

angka kematian sampai 100

yang baru tertular dan sekitar 10

% di

% di

deerah

daerah enzootik

(Anonymous, 1981).
Menurut Appel (1980), bent uk dan kekerasan infeksi
CPU tergantung pada tempat infeksi, ukuran dan kondisi

8

hewan, ukuran dosis infektif dan kehadiran infeksi yang
terjadi bersama-sama.

Sedang menurut Swango (1983) seba-

gai predisposisi anjing terhadap parah tidaknya penyakit
Parvovirus adalah adanya parasit dalam tubuh anjing tersebut seperti cacing gelang dan coccidia (yang berpengaruh paling basar), juga Giardia sp serta parasit lainnya
atau karena hewan telah terinfeksi virus lainnya.
Laporan akhir dari Amerika mengindikasikan bahwa CPV
dapat ditularkan secara alami ke hewan liar seperti anjing liar (Mann, Bush, Appel, Beehler and Montali, 1980),
anjing hutan (Feetcher, 1979), racoons (Nettles, Pearson,
Gustafson and Blue, 19BO).

Akan tetapi Parvovirus pada

anjing ini tidak dapat menulari jenis hewan lain karena
masing-masing anggota famili Parvoviridae hanya menyerang
jenis hewan tertentu misalnya CPV hanya menyerang anjing,
Parvovirus pada babi hanya menyerang babi dan seterusnya
(Anonymous, 1981).
Menurut Appel セN@

(1980), penyakit ini ditularkan

dari satu anjing ke anjing lainnya dengan melalui rute/
jalur fecal-oral dan fomites (debu) mungkin pegang peranan yang penting.

Cara penularan penyakit ini bisa kare-

na kontak langsung dengan anjing yang terinfeksi, bisa
juga dengan kontak tak langsung.
Sebagai sumber p6nularan penyakit Parvovirus anjing
ini adalah faeces, urin, saliva dan mungkin muntahan yang

9

berasal dari hewan yang terinfeksi.

Penularan virus

mungkin terjadi lewat ingestion atau makanan yang terkontaminasi atau secara mekanik lewat piring, tempat tidur,
sangkar, insekta, hewan lain dan manusia (Anonymous,
1979).

Menurut Anonymous (1981), sumber penularan adalah

perawat anjin9 dan juga pemiliknya dapat pula bertindak
sebagai penyebar penyakit, terutama bila cara pemeliharaannya tidak dilaksanakan secara tertib kesehatan.

Anak

anjing bisa ditulari langsung setelah lahir bila induknya
tertular dan dalam faecesnya terkandun9 virus (Anonymous,
1981 ).
Menurut Appel (1980), faeces dari anjing-anjing
dengan CPV enteritis adalah sumber utama dari infeksi.
Jumlah dari virus infektif yang dikeluarkan bersama faeces sebanyak 1 milyar virion CPU per gram tinja/faeces
pada hari ke-5 atau ke-6 sesudah infeksi meskipun anjing
hanya menunjukkan gejala klinik yang ringan.

Karena le-

bih sedikit dari 1000 partikel-partikel infeksius akan
meneruskan penyakit, maka kesanggupan dari penyebaran penyakit melalui rute fecal-oral adalah besar.

Banyak an-

jing-anjing menjadi terinfeksi ketika mereka dengan tidak
sengaja menghirup virus dari permukaan pencemaran dengan
faeces dari anjing-anjing yang terinfeksi.
Menurut Afshar (1981), virus yang dikeluarkan bersarna faeces hanya dapat diisolasi selama 10 dang masa inkubasi virus ini adalah 3 -

14 hari.

10 hari.

5e-

IV.

PATOGENESA

Menurut Kramer ・エセN@

(1980), sesudah infeksi oral,

virus tidak bereplikasi pada awalnya di epithelium usus.
Infeksi pertama pada lymphocyte dari tonsil-tonsil dan
jaringan lymphatik lainnya.

Sedang menurut percobaan

yang di lakukan oleh. Macartney, 'McCandlish, Thompson dan
Cornwell (1984b), virus pertama kali ditunjukkan perada
dalam thymus dari hari ke-1,

エ・。ーセ@

tidak dijumpai dalam

lymphonodus meliputi pa1atin tonsil dan lymphoglandula
retropharyngeal sampai hari ke-2 sesudah inokulasi.

-oi

thymus virus didapatkan di daerah cortex, sedangkan pada
hari ke-2 dan ke-3 sesudah inokulasi, virus ditemukan pada pusat sel-sel kecambah dari lymphonodus dan pulpa putih dari limpa.
Sesudah dari jaringan lymphoid, virus .dikeluarkna/
dilepaskan kedalam darah sehingga menyebabkan terjadinya
viraemia yang mencapai puncaknya pada l;Iari ke-3 sampai
hari ke-5 sesudah infeksi, dan selama phase viraemia in1lah epithelium usus menjadi t·erinfeksi (Kramer ..!!.!: al.,
1980).

Namun menurut laporan Macartney..!!.!: a1. (1984b),

virus dapat sampai ke usus meialui dua jalan yaitu pertama melalui darah, kedua meIaIui rute oral.

Melalui darah

a·dalah karena adanya viraemia plasma pada anjing-anjing
yang terinfeksi pada hari ke-3 dan ke-4 setelah inokulasi,
yang kemungkinan dihasilkan oleh pelepasan virus daiam
darah dari jaringan-jaringan lymphoid.

Dari viraemia

11
inilah terjadi Iokalisasi virus dalam daerah proliferatif
aktif mitotik dari epithel usus mulai hari ke-4.

Melalui

oral dapat sampai ke usus yaitu karena sifat dari virus
yang tahan terhadap pH rendah sehingga memungkinkan passase virus yang infeksius melalui lambung sampai ke selsel absorptif dari usus halus.
Replikasi virus dalam usus dibatasi pada
liferatif dari kripta-kripta epithelium.

セ。・イィ@

pro-

Sebagaimana pa-

da beberapa individu, kerusakan-kerusakan pada kripta
sangat berlanjut.

Sejumlah kecil antigen didapati pada

sel-sel epithelial kripta dan lebih banyak lagi dijumpai
pada lumen.

Kea-daan ini terjadi bersamaa,n dengan muncul-

nya perubahan-perubahan hyperplastik pada epithel kripta
pada beberapa anjing.

Akan dijumpai juga phase replikasi

dari virus yang pendek, perluasan dari replikasi virus
akan ditandai dengan beberapa kerusakan-kerusakankripta
yang berikutnya.

Secara pasti antigen akan tidak nampak

secara tepat dari sel-sel epithelia pada daerah-daerah
yang

セ・イゥョヲォウ@

dengan berat/hebat pada usus dan tidak

aGlanya peuarnaan yang khas pada mukosa usus p.ada anjing
yang dibunuh hari ke-12 dan ke-13 setelah inoKulasi akan
,cen