Partisipasi Migran Sirkuler dalam Pembangunan Desa

7 -~

"P

i

-

- 1.

'j

"'*C

I>

,

6

-J:Z/"I


PARTlSlPASl MIGRAN SIRKULER
D A L A M PEWBANGUNAN DESA

( Studi Kasus Tentang Buruh Bangunan Dari Desa Giri Mulya,

Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta )

Oleh

IGNATIUS G A T O T T R I H A R S A
( 8840205 )

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT

PERTANIAN

1991


BOGOR

R I NGKASAN

Partisipasi segenap warga desa dalam pelaksanpan pembangunan prasarana fisik semakin hari
dirasa semakin penting. Pembangunan desa yang topdown perlahan-lahan dikoreks i men jad! hottom-11p.
Kesadaran itu muncul karena ( 1 ) semakin langkanya
dana dari pemerintah pusat dan ( 2 ) desakan ,sosialpolitis dari berbagai pihak:
Adanya sebagian warga desa yang menjadi
migran sirkuler menimbulkan masalah: "Apakah migrasi sirkuler mengganggu partisipasi warga desa dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana fisik ? " Masalah
tersebut dapat dirinci menjad? empat pertanyaan:
I.
Sejauhmana tingkat partisipasi
migran
sirkuler dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana. fisik di desa mereka ?
2. Dalam prass~anaapa tingkat partisipasi
tertinggi terjadi ? Mengapa demikian ?
3. Dalam bentuk apa tinqkat

partisipasi
tertinggl terjadi ? Mengapa demikian ?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi t ingkat partisipas i tersebut ?
Sebelum menjawab keempat pertanyaan di ptas
diperlukan pemahaman akan ke;adaan masyarakat desa
sampel, khususnya mengenai m'igran sirkulernya dan
aneka kegiatan pembangunan yang ada.
Masyarakat Giri Mulya telah diwarnai adanya
stratifikasi sosial. Dari'segi status sosial bisa
dibedakan antara warga desa yang menjadi perangkat
desa atau mantan perangkat desa (wong gede) dan
warga desa biasa (wong cilik). Dari s e ~ i status
karena
ekonomi,
ada yang disebut wong s o g i h
memiliki tanah luas (lebih dari 3 ha) dan ada yang
menyebut diri s e b a g z t 3 -9 mlarat karena hany;
memiliki tanah sempit (kurang dari 1 ha). Pemilikan


berkorelasi posit i f dengan pemil ikan

tanah

ternak

dan harta benda berharga yang lain.
Kendat i
sampel

dem ik ian, secara

memiliki

keseluruhan

ciri-ciri desa

miskin.


Tanahnya

berbukit-bukit karang atau kapur, tidak ada
sawah,

dan

serta

produktivitas

desa
sungai

Lahannya

sangat

rendah. Selain itu, tingkat pemilikan benda berharga yang menunjukkan orbitasi mental dan fisik warga
(radio, televisi,

amat rendah.
Karena

sepeda dan sepeda

kemiskinannya, warga

motor)

desa

juga

memiliki

s ikap yang mengutamakan subsistence security. Si kap
itu

tampak nyata pada adanya sebagian besar


desa

yang

sementara
migran

berusia muda
guna

sirkuler

meninggalkan

mencari pekerjaan

desa

dengan


signifikan

untuk
menjadi

(behorn).

Reborn ini berhasil meningkatkan
rumahtangga

warga

migran

dan

ternyata

antara pendapatan


prndapatan

ada

perbedaan

rumahtanggan

migran

dan nonmigran.
Keputusan

untuk

menjadi

migran

sirkuler


dipengaruhi oleh desakan kebutuhan rumahtangga
adanya t.eman yang lebih dulu menjadi migran.
dikatakan bahwa terjadinya migrasi sirkuler
tekanan

kern iskinan di desa dan harapan

dan
Dapat

karena

memperoleh

pendapatan lebih baik di koti.
Migran sirkuler yang menjadi buruh

bangunan


di Yogyakarta, pada umumnya.seminggu sekali
ke

desanya dengan membawauang antara

dan

Rp

10.000,-. Mereka semua

kenek,
yang

pulang

Rp

8.000,-

tergolong

sebagai

yaitu lapisan terendah dari buruh

diupah sebesar Rp 2.000,- sehari

bangunan

plus

jatah

Warga desa yang tetap tinggal di desa

tidak

makan (senilai sekitar Rp 750,-).
tertarik

pada pembangunan prasarana

produksi

dan

pemasaran. Pertama, karena memang tidak ada potensi

untuk peningkatan produksi. Kedua, karena pasar
yang ada masih mampu menampung kebutuhan warga.
Yang ada hanya pembangunan prasarana perhubungan
dan sosial.
Pembangunan
prasarana perhubungan
hanya terdiri atas satu kegiatan, yajtu peningkatan
jalan desa yang dikerjakan secara gotong-royong
pada tingkat rukun tetangga. Sedangkan pemhangunan
prasarana
sosial terdiri atas
banyak
sekali
kegiatan.
Karena keterbatasan yang ada'pada penulis,
hanya dipilih empat kegiatan dalam pembangunan
prasarana sosial yang memerlukan dana terbesar dan
pengelolaan yang melibatkan banyak orang. Empat
kegiatan tersebut adalah (1)
pembangunan Masjid
Dusun, ( 2 ) Ralai Dusun beserta Kantor Kepala Dusun,
(3) Ralai Desa beserta Kantor Kepala Desa dan ( 4 )
Pos Ronda Rukun Tetangga.
Berdasarkan 74 .sampel, yang terdiri atas 38
rumahtangga yang menjadi buruh bangunan di kot.3
Yogyakarta (migran) dan 36 rumahtangga yang tidak
memiliki
anggota
sebagai
migran
(nonmigran)
diperoleh hasil sebagai herikut:
1. Jumlah dan prosentase partisipan migran
(30 orang / 80%) lebih besar dari jumlah
partisipan nonmigran ( 2 4 orang / 65%).

Jumlah dan rerata tingkat partisipasi migran
dalam pelaksanaan pembangunan prasarna fisik
di desa (Rp 3.443.500,- / Rp 90.618) lebih
besar dari tingkat partisipasi nonmigran (Rp
2.570.000,- 1 Rp 71.389,-).

5. Tingkat partisipasi tehtinggi bagi migran
pada
pembangunan
Ralai
Dusun
terjad i
sedangkan
bag i
nonm igran
ter j ad i
pada
pembangunan Mas j id Dusun. Ini di sebabkan oleh
tingkat relevansi fungsi prasarana dengan
kebutuhan nyata migran dan nonmigran.

3.

Bentuk

maupun

partisipasi,

nonmigran,

yang

baik

bagi

migran

tertinggi

berupa

tenaga (migran=hS%, nonmigran=65%), kemudian
disusul oleh bentuk uang (20%, 27%) dan
materi (12%, 8%). Ini disebabkan oleh selalu
uang
tersedianya tenaga, sedangkan kalau
mereka harus mencari dulu dengan susah payah
dan sedangkan kalau materi mereka
harus
mengorbankan keamanan subsistensi di
paceklik. .
4.
~ i n g k a t partisipasi
warg.
pelaksanaan
fisik

kegiatan

di desa ( Y )

pembangunan

pertama-tavx

musim
dalam

prasarana
dipengaruhi

oleh
tingkat relevansi fnngsi
prasarana
dengan kebutuhan nyata warga desa
(XI).
Adapun faktor tingkat partisipasi warga dalam
perencanaan pembangunan prasarana ( X 2 ) d a ~
tingkat pendapatan warga (X3) pengaruhnya
sangat keci l

.

Dengan dem ik i an dapat d i s i mpul kan bahwa
migrasi sirkuler tidak mengganggu partisipasi warga
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana fisik di
desa migran.

7 -~

"P

i

-

- 1.

'j

"'*C

I>

,

6

-J:Z/"I

PARTlSlPASl MIGRAN SIRKULER
D A L A M PEWBANGUNAN DESA

( Studi Kasus Tentang Buruh Bangunan Dari Desa Giri Mulya,

Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta )

Oleh

IGNATIUS G A T O T T R I H A R S A
( 8840205 )

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT

PERTANIAN

1991

BOGOR

R I NGKASAN

Partisipasi segenap warga desa dalam pelaksanpan pembangunan prasarana fisik semakin hari
dirasa semakin penting. Pembangunan desa yang topdown perlahan-lahan dikoreks i men jad! hottom-11p.
Kesadaran itu muncul karena ( 1 ) semakin langkanya
dana dari pemerintah pusat dan ( 2 ) desakan ,sosialpolitis dari berbagai pihak:
Adanya sebagian warga desa yang menjadi
migran sirkuler menimbulkan masalah: "Apakah migrasi sirkuler mengganggu partisipasi warga desa dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana fisik ? " Masalah
tersebut dapat dirinci menjad? empat pertanyaan:
I.
Sejauhmana tingkat partisipasi
migran
sirkuler dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana. fisik di desa mereka ?
2. Dalam prass~anaapa tingkat partisipasi
tertinggi terjadi ? Mengapa demikian ?
3. Dalam bentuk apa tinqkat
partisipasi
tertinggl terjadi ? Mengapa demikian ?

4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi t ingkat partisipas i tersebut ?
Sebelum menjawab keempat pertanyaan di ptas
diperlukan pemahaman akan ke;adaan masyarakat desa
sampel, khususnya mengenai m'igran sirkulernya dan
aneka kegiatan pembangunan yang ada.
Masyarakat Giri Mulya telah diwarnai adanya
stratifikasi sosial. Dari'segi status sosial bisa
dibedakan antara warga desa yang menjadi perangkat
desa atau mantan perangkat desa (wong gede) dan
warga desa biasa (wong cilik). Dari s e ~ i status
karena
ekonomi,
ada yang disebut wong s o g i h
memiliki tanah luas (lebih dari 3 ha) dan ada yang
menyebut diri s e b a g z t 3 -9 mlarat karena hany;
memiliki tanah sempit (kurang dari 1 ha). Pemilikan

berkorelasi posit i f dengan pemil ikan

tanah

ternak

dan harta benda berharga yang lain.
Kendat i
sampel

dem ik ian, secara

memiliki

keseluruhan

ciri-ciri desa

miskin.

Tanahnya

berbukit-bukit karang atau kapur, tidak ada
sawah,

dan

serta

produktivitas

desa
sungai

Lahannya

sangat

rendah. Selain itu, tingkat pemilikan benda berharga yang menunjukkan orbitasi mental dan fisik warga
(radio, televisi,
amat rendah.
Karena

sepeda dan sepeda

kemiskinannya, warga

motor)

desa

juga

memiliki

s ikap yang mengutamakan subsistence security. Si kap
itu

tampak nyata pada adanya sebagian besar

desa

yang

sementara
migran

berusia muda
guna

sirkuler

meninggalkan

mencari pekerjaan

desa

dengan

signifikan

untuk
menjadi

(behorn).

Reborn ini berhasil meningkatkan
rumahtangga

warga

migran

dan

ternyata

antara pendapatan

prndapatan

ada

perbedaan

rumahtanggan

migran

dan nonmigran.
Keputusan

untuk

menjadi

migran

sirkuler

dipengaruhi oleh desakan kebutuhan rumahtangga
adanya t.eman yang lebih dulu menjadi migran.
dikatakan bahwa terjadinya migrasi sirkuler
tekanan

kern iskinan di desa dan harapan

dan
Dapat

karena

memperoleh

pendapatan lebih baik di koti.
Migran sirkuler yang menjadi buruh

bangunan

di Yogyakarta, pada umumnya.seminggu sekali
ke

desanya dengan membawauang antara

dan

Rp

10.000,-. Mereka semua

kenek,
yang

pulang

Rp

8.000,-

tergolong

sebagai

yaitu lapisan terendah dari buruh

diupah sebesar Rp 2.000,- sehari

bangunan

plus

jatah

Warga desa yang tetap tinggal di desa

tidak

makan (senilai sekitar Rp 750,-).
tertarik

pada pembangunan prasarana

produksi

dan

pemasaran. Pertama, karena memang tidak ada potensi

untuk peningkatan produksi. Kedua, karena pasar
yang ada masih mampu menampung kebutuhan warga.
Yang ada hanya pembangunan prasarana perhubungan
dan sosial.
Pembangunan
prasarana perhubungan
hanya terdiri atas satu kegiatan, yajtu peningkatan
jalan desa yang dikerjakan secara gotong-royong
pada tingkat rukun tetangga. Sedangkan pemhangunan
prasarana
sosial terdiri atas
banyak
sekali
kegiatan.
Karena keterbatasan yang ada'pada penulis,
hanya dipilih empat kegiatan dalam pembangunan
prasarana sosial yang memerlukan dana terbesar dan
pengelolaan yang melibatkan banyak orang. Empat
kegiatan tersebut adalah (1)
pembangunan Masjid
Dusun, ( 2 ) Ralai Dusun beserta Kantor Kepala Dusun,
(3) Ralai Desa beserta Kantor Kepala Desa dan ( 4 )
Pos Ronda Rukun Tetangga.
Berdasarkan 74 .sampel, yang terdiri atas 38
rumahtangga yang menjadi buruh bangunan di kot.3
Yogyakarta (migran) dan 36 rumahtangga yang tidak
memiliki
anggota
sebagai
migran
(nonmigran)
diperoleh hasil sebagai herikut:
1. Jumlah dan prosentase partisipan migran
(30 orang / 80%) lebih besar dari jumlah
partisipan nonmigran ( 2 4 orang / 65%).

Jumlah dan rerata tingkat partisipasi migran
dalam pelaksanaan pembangunan prasarna fisik
di desa (Rp 3.443.500,- / Rp 90.618) lebih
besar dari tingkat partisipasi nonmigran (Rp
2.570.000,- 1 Rp 71.389,-).

5. Tingkat partisipasi tehtinggi bagi migran
pada
pembangunan
Ralai
Dusun
terjad i
sedangkan
bag i
nonm igran
ter j ad i
pada
pembangunan Mas j id Dusun. Ini di sebabkan oleh
tingkat relevansi fungsi prasarana dengan
kebutuhan nyata migran dan nonmigran.

3.

Bentuk

maupun

partisipasi,

nonmigran,

yang

baik

bagi

migran

tertinggi

berupa

tenaga (migran=hS%, nonmigran=65%), kemudian
disusul oleh bentuk uang (20%, 27%) dan
materi (12%, 8%). Ini disebabkan oleh selalu
uang
tersedianya tenaga, sedangkan kalau
mereka harus mencari dulu dengan susah payah
dan sedangkan kalau materi mereka
harus
mengorbankan keamanan subsistensi di
paceklik. .
4.
~ i n g k a t partisipasi
warg.
pelaksanaan
fisik

kegiatan

di desa ( Y )

pembangunan

pertama-tavx

musim
dalam

prasarana
dipengaruhi

oleh
tingkat relevansi fnngsi
prasarana
dengan kebutuhan nyata warga desa
(XI).
Adapun faktor tingkat partisipasi warga dalam
perencanaan pembangunan prasarana ( X 2 ) d a ~
tingkat pendapatan warga (X3) pengaruhnya
sangat keci l

.

Dengan dem ik i an dapat d i s i mpul kan bahwa
migrasi sirkuler tidak mengganggu partisipasi warga
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana fisik di
desa migran.