Partisipasi Migran Sirkuler dalam Pembangunan Desa
7 -~
"P
i
-
- 1.
'j
"'*C
I>
,
6
-J:Z/"I
PARTlSlPASl MIGRAN SIRKULER
D A L A M PEWBANGUNAN DESA
( Studi Kasus Tentang Buruh Bangunan Dari Desa Giri Mulya,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta )
Oleh
IGNATIUS G A T O T T R I H A R S A
( 8840205 )
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
1991
BOGOR
R I NGKASAN
Partisipasi segenap warga desa dalam pelaksanpan pembangunan prasarana fisik semakin hari
dirasa semakin penting. Pembangunan desa yang topdown perlahan-lahan dikoreks i men jad! hottom-11p.
Kesadaran itu muncul karena ( 1 ) semakin langkanya
dana dari pemerintah pusat dan ( 2 ) desakan ,sosialpolitis dari berbagai pihak:
Adanya sebagian warga desa yang menjadi
migran sirkuler menimbulkan masalah: "Apakah migrasi sirkuler mengganggu partisipasi warga desa dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana fisik ? " Masalah
tersebut dapat dirinci menjad? empat pertanyaan:
I.
Sejauhmana tingkat partisipasi
migran
sirkuler dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana. fisik di desa mereka ?
2. Dalam prass~anaapa tingkat partisipasi
tertinggi terjadi ? Mengapa demikian ?
3. Dalam bentuk apa tinqkat
partisipasi
tertinggl terjadi ? Mengapa demikian ?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi t ingkat partisipas i tersebut ?
Sebelum menjawab keempat pertanyaan di ptas
diperlukan pemahaman akan ke;adaan masyarakat desa
sampel, khususnya mengenai m'igran sirkulernya dan
aneka kegiatan pembangunan yang ada.
Masyarakat Giri Mulya telah diwarnai adanya
stratifikasi sosial. Dari'segi status sosial bisa
dibedakan antara warga desa yang menjadi perangkat
desa atau mantan perangkat desa (wong gede) dan
warga desa biasa (wong cilik). Dari s e ~ i status
karena
ekonomi,
ada yang disebut wong s o g i h
memiliki tanah luas (lebih dari 3 ha) dan ada yang
menyebut diri s e b a g z t 3 -9 mlarat karena hany;
memiliki tanah sempit (kurang dari 1 ha). Pemilikan
berkorelasi posit i f dengan pemil ikan
tanah
ternak
dan harta benda berharga yang lain.
Kendat i
sampel
dem ik ian, secara
memiliki
keseluruhan
ciri-ciri desa
miskin.
Tanahnya
berbukit-bukit karang atau kapur, tidak ada
sawah,
dan
serta
produktivitas
desa
sungai
Lahannya
sangat
rendah. Selain itu, tingkat pemilikan benda berharga yang menunjukkan orbitasi mental dan fisik warga
(radio, televisi,
amat rendah.
Karena
sepeda dan sepeda
kemiskinannya, warga
motor)
desa
juga
memiliki
s ikap yang mengutamakan subsistence security. Si kap
itu
tampak nyata pada adanya sebagian besar
desa
yang
sementara
migran
berusia muda
guna
sirkuler
meninggalkan
mencari pekerjaan
desa
dengan
signifikan
untuk
menjadi
(behorn).
Reborn ini berhasil meningkatkan
rumahtangga
warga
migran
dan
ternyata
antara pendapatan
prndapatan
ada
perbedaan
rumahtanggan
migran
dan nonmigran.
Keputusan
untuk
menjadi
migran
sirkuler
dipengaruhi oleh desakan kebutuhan rumahtangga
adanya t.eman yang lebih dulu menjadi migran.
dikatakan bahwa terjadinya migrasi sirkuler
tekanan
kern iskinan di desa dan harapan
dan
Dapat
karena
memperoleh
pendapatan lebih baik di koti.
Migran sirkuler yang menjadi buruh
bangunan
di Yogyakarta, pada umumnya.seminggu sekali
ke
desanya dengan membawauang antara
dan
Rp
10.000,-. Mereka semua
kenek,
yang
pulang
Rp
8.000,-
tergolong
sebagai
yaitu lapisan terendah dari buruh
diupah sebesar Rp 2.000,- sehari
bangunan
plus
jatah
Warga desa yang tetap tinggal di desa
tidak
makan (senilai sekitar Rp 750,-).
tertarik
pada pembangunan prasarana
produksi
dan
pemasaran. Pertama, karena memang tidak ada potensi
untuk peningkatan produksi. Kedua, karena pasar
yang ada masih mampu menampung kebutuhan warga.
Yang ada hanya pembangunan prasarana perhubungan
dan sosial.
Pembangunan
prasarana perhubungan
hanya terdiri atas satu kegiatan, yajtu peningkatan
jalan desa yang dikerjakan secara gotong-royong
pada tingkat rukun tetangga. Sedangkan pemhangunan
prasarana
sosial terdiri atas
banyak
sekali
kegiatan.
Karena keterbatasan yang ada'pada penulis,
hanya dipilih empat kegiatan dalam pembangunan
prasarana sosial yang memerlukan dana terbesar dan
pengelolaan yang melibatkan banyak orang. Empat
kegiatan tersebut adalah (1)
pembangunan Masjid
Dusun, ( 2 ) Ralai Dusun beserta Kantor Kepala Dusun,
(3) Ralai Desa beserta Kantor Kepala Desa dan ( 4 )
Pos Ronda Rukun Tetangga.
Berdasarkan 74 .sampel, yang terdiri atas 38
rumahtangga yang menjadi buruh bangunan di kot.3
Yogyakarta (migran) dan 36 rumahtangga yang tidak
memiliki
anggota
sebagai
migran
(nonmigran)
diperoleh hasil sebagai herikut:
1. Jumlah dan prosentase partisipan migran
(30 orang / 80%) lebih besar dari jumlah
partisipan nonmigran ( 2 4 orang / 65%).
Jumlah dan rerata tingkat partisipasi migran
dalam pelaksanaan pembangunan prasarna fisik
di desa (Rp 3.443.500,- / Rp 90.618) lebih
besar dari tingkat partisipasi nonmigran (Rp
2.570.000,- 1 Rp 71.389,-).
5. Tingkat partisipasi tehtinggi bagi migran
pada
pembangunan
Ralai
Dusun
terjad i
sedangkan
bag i
nonm igran
ter j ad i
pada
pembangunan Mas j id Dusun. Ini di sebabkan oleh
tingkat relevansi fungsi prasarana dengan
kebutuhan nyata migran dan nonmigran.
3.
Bentuk
maupun
partisipasi,
nonmigran,
yang
baik
bagi
migran
tertinggi
berupa
tenaga (migran=hS%, nonmigran=65%), kemudian
disusul oleh bentuk uang (20%, 27%) dan
materi (12%, 8%). Ini disebabkan oleh selalu
uang
tersedianya tenaga, sedangkan kalau
mereka harus mencari dulu dengan susah payah
dan sedangkan kalau materi mereka
harus
mengorbankan keamanan subsistensi di
paceklik. .
4.
~ i n g k a t partisipasi
warg.
pelaksanaan
fisik
kegiatan
di desa ( Y )
pembangunan
pertama-tavx
musim
dalam
prasarana
dipengaruhi
oleh
tingkat relevansi fnngsi
prasarana
dengan kebutuhan nyata warga desa
(XI).
Adapun faktor tingkat partisipasi warga dalam
perencanaan pembangunan prasarana ( X 2 ) d a ~
tingkat pendapatan warga (X3) pengaruhnya
sangat keci l
.
Dengan dem ik i an dapat d i s i mpul kan bahwa
migrasi sirkuler tidak mengganggu partisipasi warga
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana fisik di
desa migran.
7 -~
"P
i
-
- 1.
'j
"'*C
I>
,
6
-J:Z/"I
PARTlSlPASl MIGRAN SIRKULER
D A L A M PEWBANGUNAN DESA
( Studi Kasus Tentang Buruh Bangunan Dari Desa Giri Mulya,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta )
Oleh
IGNATIUS G A T O T T R I H A R S A
( 8840205 )
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
1991
BOGOR
R I NGKASAN
Partisipasi segenap warga desa dalam pelaksanpan pembangunan prasarana fisik semakin hari
dirasa semakin penting. Pembangunan desa yang topdown perlahan-lahan dikoreks i men jad! hottom-11p.
Kesadaran itu muncul karena ( 1 ) semakin langkanya
dana dari pemerintah pusat dan ( 2 ) desakan ,sosialpolitis dari berbagai pihak:
Adanya sebagian warga desa yang menjadi
migran sirkuler menimbulkan masalah: "Apakah migrasi sirkuler mengganggu partisipasi warga desa dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana fisik ? " Masalah
tersebut dapat dirinci menjad? empat pertanyaan:
I.
Sejauhmana tingkat partisipasi
migran
sirkuler dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana. fisik di desa mereka ?
2. Dalam prass~anaapa tingkat partisipasi
tertinggi terjadi ? Mengapa demikian ?
3. Dalam bentuk apa tinqkat
partisipasi
tertinggl terjadi ? Mengapa demikian ?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi t ingkat partisipas i tersebut ?
Sebelum menjawab keempat pertanyaan di ptas
diperlukan pemahaman akan ke;adaan masyarakat desa
sampel, khususnya mengenai m'igran sirkulernya dan
aneka kegiatan pembangunan yang ada.
Masyarakat Giri Mulya telah diwarnai adanya
stratifikasi sosial. Dari'segi status sosial bisa
dibedakan antara warga desa yang menjadi perangkat
desa atau mantan perangkat desa (wong gede) dan
warga desa biasa (wong cilik). Dari s e ~ i status
karena
ekonomi,
ada yang disebut wong s o g i h
memiliki tanah luas (lebih dari 3 ha) dan ada yang
menyebut diri s e b a g z t 3 -9 mlarat karena hany;
memiliki tanah sempit (kurang dari 1 ha). Pemilikan
berkorelasi posit i f dengan pemil ikan
tanah
ternak
dan harta benda berharga yang lain.
Kendat i
sampel
dem ik ian, secara
memiliki
keseluruhan
ciri-ciri desa
miskin.
Tanahnya
berbukit-bukit karang atau kapur, tidak ada
sawah,
dan
serta
produktivitas
desa
sungai
Lahannya
sangat
rendah. Selain itu, tingkat pemilikan benda berharga yang menunjukkan orbitasi mental dan fisik warga
(radio, televisi,
amat rendah.
Karena
sepeda dan sepeda
kemiskinannya, warga
motor)
desa
juga
memiliki
s ikap yang mengutamakan subsistence security. Si kap
itu
tampak nyata pada adanya sebagian besar
desa
yang
sementara
migran
berusia muda
guna
sirkuler
meninggalkan
mencari pekerjaan
desa
dengan
signifikan
untuk
menjadi
(behorn).
Reborn ini berhasil meningkatkan
rumahtangga
warga
migran
dan
ternyata
antara pendapatan
prndapatan
ada
perbedaan
rumahtanggan
migran
dan nonmigran.
Keputusan
untuk
menjadi
migran
sirkuler
dipengaruhi oleh desakan kebutuhan rumahtangga
adanya t.eman yang lebih dulu menjadi migran.
dikatakan bahwa terjadinya migrasi sirkuler
tekanan
kern iskinan di desa dan harapan
dan
Dapat
karena
memperoleh
pendapatan lebih baik di koti.
Migran sirkuler yang menjadi buruh
bangunan
di Yogyakarta, pada umumnya.seminggu sekali
ke
desanya dengan membawauang antara
dan
Rp
10.000,-. Mereka semua
kenek,
yang
pulang
Rp
8.000,-
tergolong
sebagai
yaitu lapisan terendah dari buruh
diupah sebesar Rp 2.000,- sehari
bangunan
plus
jatah
Warga desa yang tetap tinggal di desa
tidak
makan (senilai sekitar Rp 750,-).
tertarik
pada pembangunan prasarana
produksi
dan
pemasaran. Pertama, karena memang tidak ada potensi
untuk peningkatan produksi. Kedua, karena pasar
yang ada masih mampu menampung kebutuhan warga.
Yang ada hanya pembangunan prasarana perhubungan
dan sosial.
Pembangunan
prasarana perhubungan
hanya terdiri atas satu kegiatan, yajtu peningkatan
jalan desa yang dikerjakan secara gotong-royong
pada tingkat rukun tetangga. Sedangkan pemhangunan
prasarana
sosial terdiri atas
banyak
sekali
kegiatan.
Karena keterbatasan yang ada'pada penulis,
hanya dipilih empat kegiatan dalam pembangunan
prasarana sosial yang memerlukan dana terbesar dan
pengelolaan yang melibatkan banyak orang. Empat
kegiatan tersebut adalah (1)
pembangunan Masjid
Dusun, ( 2 ) Ralai Dusun beserta Kantor Kepala Dusun,
(3) Ralai Desa beserta Kantor Kepala Desa dan ( 4 )
Pos Ronda Rukun Tetangga.
Berdasarkan 74 .sampel, yang terdiri atas 38
rumahtangga yang menjadi buruh bangunan di kot.3
Yogyakarta (migran) dan 36 rumahtangga yang tidak
memiliki
anggota
sebagai
migran
(nonmigran)
diperoleh hasil sebagai herikut:
1. Jumlah dan prosentase partisipan migran
(30 orang / 80%) lebih besar dari jumlah
partisipan nonmigran ( 2 4 orang / 65%).
Jumlah dan rerata tingkat partisipasi migran
dalam pelaksanaan pembangunan prasarna fisik
di desa (Rp 3.443.500,- / Rp 90.618) lebih
besar dari tingkat partisipasi nonmigran (Rp
2.570.000,- 1 Rp 71.389,-).
5. Tingkat partisipasi tehtinggi bagi migran
pada
pembangunan
Ralai
Dusun
terjad i
sedangkan
bag i
nonm igran
ter j ad i
pada
pembangunan Mas j id Dusun. Ini di sebabkan oleh
tingkat relevansi fungsi prasarana dengan
kebutuhan nyata migran dan nonmigran.
3.
Bentuk
maupun
partisipasi,
nonmigran,
yang
baik
bagi
migran
tertinggi
berupa
tenaga (migran=hS%, nonmigran=65%), kemudian
disusul oleh bentuk uang (20%, 27%) dan
materi (12%, 8%). Ini disebabkan oleh selalu
uang
tersedianya tenaga, sedangkan kalau
mereka harus mencari dulu dengan susah payah
dan sedangkan kalau materi mereka
harus
mengorbankan keamanan subsistensi di
paceklik. .
4.
~ i n g k a t partisipasi
warg.
pelaksanaan
fisik
kegiatan
di desa ( Y )
pembangunan
pertama-tavx
musim
dalam
prasarana
dipengaruhi
oleh
tingkat relevansi fnngsi
prasarana
dengan kebutuhan nyata warga desa
(XI).
Adapun faktor tingkat partisipasi warga dalam
perencanaan pembangunan prasarana ( X 2 ) d a ~
tingkat pendapatan warga (X3) pengaruhnya
sangat keci l
.
Dengan dem ik i an dapat d i s i mpul kan bahwa
migrasi sirkuler tidak mengganggu partisipasi warga
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana fisik di
desa migran.
"P
i
-
- 1.
'j
"'*C
I>
,
6
-J:Z/"I
PARTlSlPASl MIGRAN SIRKULER
D A L A M PEWBANGUNAN DESA
( Studi Kasus Tentang Buruh Bangunan Dari Desa Giri Mulya,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta )
Oleh
IGNATIUS G A T O T T R I H A R S A
( 8840205 )
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
1991
BOGOR
R I NGKASAN
Partisipasi segenap warga desa dalam pelaksanpan pembangunan prasarana fisik semakin hari
dirasa semakin penting. Pembangunan desa yang topdown perlahan-lahan dikoreks i men jad! hottom-11p.
Kesadaran itu muncul karena ( 1 ) semakin langkanya
dana dari pemerintah pusat dan ( 2 ) desakan ,sosialpolitis dari berbagai pihak:
Adanya sebagian warga desa yang menjadi
migran sirkuler menimbulkan masalah: "Apakah migrasi sirkuler mengganggu partisipasi warga desa dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana fisik ? " Masalah
tersebut dapat dirinci menjad? empat pertanyaan:
I.
Sejauhmana tingkat partisipasi
migran
sirkuler dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana. fisik di desa mereka ?
2. Dalam prass~anaapa tingkat partisipasi
tertinggi terjadi ? Mengapa demikian ?
3. Dalam bentuk apa tinqkat
partisipasi
tertinggl terjadi ? Mengapa demikian ?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi t ingkat partisipas i tersebut ?
Sebelum menjawab keempat pertanyaan di ptas
diperlukan pemahaman akan ke;adaan masyarakat desa
sampel, khususnya mengenai m'igran sirkulernya dan
aneka kegiatan pembangunan yang ada.
Masyarakat Giri Mulya telah diwarnai adanya
stratifikasi sosial. Dari'segi status sosial bisa
dibedakan antara warga desa yang menjadi perangkat
desa atau mantan perangkat desa (wong gede) dan
warga desa biasa (wong cilik). Dari s e ~ i status
karena
ekonomi,
ada yang disebut wong s o g i h
memiliki tanah luas (lebih dari 3 ha) dan ada yang
menyebut diri s e b a g z t 3 -9 mlarat karena hany;
memiliki tanah sempit (kurang dari 1 ha). Pemilikan
berkorelasi posit i f dengan pemil ikan
tanah
ternak
dan harta benda berharga yang lain.
Kendat i
sampel
dem ik ian, secara
memiliki
keseluruhan
ciri-ciri desa
miskin.
Tanahnya
berbukit-bukit karang atau kapur, tidak ada
sawah,
dan
serta
produktivitas
desa
sungai
Lahannya
sangat
rendah. Selain itu, tingkat pemilikan benda berharga yang menunjukkan orbitasi mental dan fisik warga
(radio, televisi,
amat rendah.
Karena
sepeda dan sepeda
kemiskinannya, warga
motor)
desa
juga
memiliki
s ikap yang mengutamakan subsistence security. Si kap
itu
tampak nyata pada adanya sebagian besar
desa
yang
sementara
migran
berusia muda
guna
sirkuler
meninggalkan
mencari pekerjaan
desa
dengan
signifikan
untuk
menjadi
(behorn).
Reborn ini berhasil meningkatkan
rumahtangga
warga
migran
dan
ternyata
antara pendapatan
prndapatan
ada
perbedaan
rumahtanggan
migran
dan nonmigran.
Keputusan
untuk
menjadi
migran
sirkuler
dipengaruhi oleh desakan kebutuhan rumahtangga
adanya t.eman yang lebih dulu menjadi migran.
dikatakan bahwa terjadinya migrasi sirkuler
tekanan
kern iskinan di desa dan harapan
dan
Dapat
karena
memperoleh
pendapatan lebih baik di koti.
Migran sirkuler yang menjadi buruh
bangunan
di Yogyakarta, pada umumnya.seminggu sekali
ke
desanya dengan membawauang antara
dan
Rp
10.000,-. Mereka semua
kenek,
yang
pulang
Rp
8.000,-
tergolong
sebagai
yaitu lapisan terendah dari buruh
diupah sebesar Rp 2.000,- sehari
bangunan
plus
jatah
Warga desa yang tetap tinggal di desa
tidak
makan (senilai sekitar Rp 750,-).
tertarik
pada pembangunan prasarana
produksi
dan
pemasaran. Pertama, karena memang tidak ada potensi
untuk peningkatan produksi. Kedua, karena pasar
yang ada masih mampu menampung kebutuhan warga.
Yang ada hanya pembangunan prasarana perhubungan
dan sosial.
Pembangunan
prasarana perhubungan
hanya terdiri atas satu kegiatan, yajtu peningkatan
jalan desa yang dikerjakan secara gotong-royong
pada tingkat rukun tetangga. Sedangkan pemhangunan
prasarana
sosial terdiri atas
banyak
sekali
kegiatan.
Karena keterbatasan yang ada'pada penulis,
hanya dipilih empat kegiatan dalam pembangunan
prasarana sosial yang memerlukan dana terbesar dan
pengelolaan yang melibatkan banyak orang. Empat
kegiatan tersebut adalah (1)
pembangunan Masjid
Dusun, ( 2 ) Ralai Dusun beserta Kantor Kepala Dusun,
(3) Ralai Desa beserta Kantor Kepala Desa dan ( 4 )
Pos Ronda Rukun Tetangga.
Berdasarkan 74 .sampel, yang terdiri atas 38
rumahtangga yang menjadi buruh bangunan di kot.3
Yogyakarta (migran) dan 36 rumahtangga yang tidak
memiliki
anggota
sebagai
migran
(nonmigran)
diperoleh hasil sebagai herikut:
1. Jumlah dan prosentase partisipan migran
(30 orang / 80%) lebih besar dari jumlah
partisipan nonmigran ( 2 4 orang / 65%).
Jumlah dan rerata tingkat partisipasi migran
dalam pelaksanaan pembangunan prasarna fisik
di desa (Rp 3.443.500,- / Rp 90.618) lebih
besar dari tingkat partisipasi nonmigran (Rp
2.570.000,- 1 Rp 71.389,-).
5. Tingkat partisipasi tehtinggi bagi migran
pada
pembangunan
Ralai
Dusun
terjad i
sedangkan
bag i
nonm igran
ter j ad i
pada
pembangunan Mas j id Dusun. Ini di sebabkan oleh
tingkat relevansi fungsi prasarana dengan
kebutuhan nyata migran dan nonmigran.
3.
Bentuk
maupun
partisipasi,
nonmigran,
yang
baik
bagi
migran
tertinggi
berupa
tenaga (migran=hS%, nonmigran=65%), kemudian
disusul oleh bentuk uang (20%, 27%) dan
materi (12%, 8%). Ini disebabkan oleh selalu
uang
tersedianya tenaga, sedangkan kalau
mereka harus mencari dulu dengan susah payah
dan sedangkan kalau materi mereka
harus
mengorbankan keamanan subsistensi di
paceklik. .
4.
~ i n g k a t partisipasi
warg.
pelaksanaan
fisik
kegiatan
di desa ( Y )
pembangunan
pertama-tavx
musim
dalam
prasarana
dipengaruhi
oleh
tingkat relevansi fnngsi
prasarana
dengan kebutuhan nyata warga desa
(XI).
Adapun faktor tingkat partisipasi warga dalam
perencanaan pembangunan prasarana ( X 2 ) d a ~
tingkat pendapatan warga (X3) pengaruhnya
sangat keci l
.
Dengan dem ik i an dapat d i s i mpul kan bahwa
migrasi sirkuler tidak mengganggu partisipasi warga
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana fisik di
desa migran.
7 -~
"P
i
-
- 1.
'j
"'*C
I>
,
6
-J:Z/"I
PARTlSlPASl MIGRAN SIRKULER
D A L A M PEWBANGUNAN DESA
( Studi Kasus Tentang Buruh Bangunan Dari Desa Giri Mulya,
Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi Daerah lstirnewa Yogyakarta )
Oleh
IGNATIUS G A T O T T R I H A R S A
( 8840205 )
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN
1991
BOGOR
R I NGKASAN
Partisipasi segenap warga desa dalam pelaksanpan pembangunan prasarana fisik semakin hari
dirasa semakin penting. Pembangunan desa yang topdown perlahan-lahan dikoreks i men jad! hottom-11p.
Kesadaran itu muncul karena ( 1 ) semakin langkanya
dana dari pemerintah pusat dan ( 2 ) desakan ,sosialpolitis dari berbagai pihak:
Adanya sebagian warga desa yang menjadi
migran sirkuler menimbulkan masalah: "Apakah migrasi sirkuler mengganggu partisipasi warga desa dalam
pelaksanaan pembangunan prasarana fisik ? " Masalah
tersebut dapat dirinci menjad? empat pertanyaan:
I.
Sejauhmana tingkat partisipasi
migran
sirkuler dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana. fisik di desa mereka ?
2. Dalam prass~anaapa tingkat partisipasi
tertinggi terjadi ? Mengapa demikian ?
3. Dalam bentuk apa tinqkat
partisipasi
tertinggl terjadi ? Mengapa demikian ?
4. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi t ingkat partisipas i tersebut ?
Sebelum menjawab keempat pertanyaan di ptas
diperlukan pemahaman akan ke;adaan masyarakat desa
sampel, khususnya mengenai m'igran sirkulernya dan
aneka kegiatan pembangunan yang ada.
Masyarakat Giri Mulya telah diwarnai adanya
stratifikasi sosial. Dari'segi status sosial bisa
dibedakan antara warga desa yang menjadi perangkat
desa atau mantan perangkat desa (wong gede) dan
warga desa biasa (wong cilik). Dari s e ~ i status
karena
ekonomi,
ada yang disebut wong s o g i h
memiliki tanah luas (lebih dari 3 ha) dan ada yang
menyebut diri s e b a g z t 3 -9 mlarat karena hany;
memiliki tanah sempit (kurang dari 1 ha). Pemilikan
berkorelasi posit i f dengan pemil ikan
tanah
ternak
dan harta benda berharga yang lain.
Kendat i
sampel
dem ik ian, secara
memiliki
keseluruhan
ciri-ciri desa
miskin.
Tanahnya
berbukit-bukit karang atau kapur, tidak ada
sawah,
dan
serta
produktivitas
desa
sungai
Lahannya
sangat
rendah. Selain itu, tingkat pemilikan benda berharga yang menunjukkan orbitasi mental dan fisik warga
(radio, televisi,
amat rendah.
Karena
sepeda dan sepeda
kemiskinannya, warga
motor)
desa
juga
memiliki
s ikap yang mengutamakan subsistence security. Si kap
itu
tampak nyata pada adanya sebagian besar
desa
yang
sementara
migran
berusia muda
guna
sirkuler
meninggalkan
mencari pekerjaan
desa
dengan
signifikan
untuk
menjadi
(behorn).
Reborn ini berhasil meningkatkan
rumahtangga
warga
migran
dan
ternyata
antara pendapatan
prndapatan
ada
perbedaan
rumahtanggan
migran
dan nonmigran.
Keputusan
untuk
menjadi
migran
sirkuler
dipengaruhi oleh desakan kebutuhan rumahtangga
adanya t.eman yang lebih dulu menjadi migran.
dikatakan bahwa terjadinya migrasi sirkuler
tekanan
kern iskinan di desa dan harapan
dan
Dapat
karena
memperoleh
pendapatan lebih baik di koti.
Migran sirkuler yang menjadi buruh
bangunan
di Yogyakarta, pada umumnya.seminggu sekali
ke
desanya dengan membawauang antara
dan
Rp
10.000,-. Mereka semua
kenek,
yang
pulang
Rp
8.000,-
tergolong
sebagai
yaitu lapisan terendah dari buruh
diupah sebesar Rp 2.000,- sehari
bangunan
plus
jatah
Warga desa yang tetap tinggal di desa
tidak
makan (senilai sekitar Rp 750,-).
tertarik
pada pembangunan prasarana
produksi
dan
pemasaran. Pertama, karena memang tidak ada potensi
untuk peningkatan produksi. Kedua, karena pasar
yang ada masih mampu menampung kebutuhan warga.
Yang ada hanya pembangunan prasarana perhubungan
dan sosial.
Pembangunan
prasarana perhubungan
hanya terdiri atas satu kegiatan, yajtu peningkatan
jalan desa yang dikerjakan secara gotong-royong
pada tingkat rukun tetangga. Sedangkan pemhangunan
prasarana
sosial terdiri atas
banyak
sekali
kegiatan.
Karena keterbatasan yang ada'pada penulis,
hanya dipilih empat kegiatan dalam pembangunan
prasarana sosial yang memerlukan dana terbesar dan
pengelolaan yang melibatkan banyak orang. Empat
kegiatan tersebut adalah (1)
pembangunan Masjid
Dusun, ( 2 ) Ralai Dusun beserta Kantor Kepala Dusun,
(3) Ralai Desa beserta Kantor Kepala Desa dan ( 4 )
Pos Ronda Rukun Tetangga.
Berdasarkan 74 .sampel, yang terdiri atas 38
rumahtangga yang menjadi buruh bangunan di kot.3
Yogyakarta (migran) dan 36 rumahtangga yang tidak
memiliki
anggota
sebagai
migran
(nonmigran)
diperoleh hasil sebagai herikut:
1. Jumlah dan prosentase partisipan migran
(30 orang / 80%) lebih besar dari jumlah
partisipan nonmigran ( 2 4 orang / 65%).
Jumlah dan rerata tingkat partisipasi migran
dalam pelaksanaan pembangunan prasarna fisik
di desa (Rp 3.443.500,- / Rp 90.618) lebih
besar dari tingkat partisipasi nonmigran (Rp
2.570.000,- 1 Rp 71.389,-).
5. Tingkat partisipasi tehtinggi bagi migran
pada
pembangunan
Ralai
Dusun
terjad i
sedangkan
bag i
nonm igran
ter j ad i
pada
pembangunan Mas j id Dusun. Ini di sebabkan oleh
tingkat relevansi fungsi prasarana dengan
kebutuhan nyata migran dan nonmigran.
3.
Bentuk
maupun
partisipasi,
nonmigran,
yang
baik
bagi
migran
tertinggi
berupa
tenaga (migran=hS%, nonmigran=65%), kemudian
disusul oleh bentuk uang (20%, 27%) dan
materi (12%, 8%). Ini disebabkan oleh selalu
uang
tersedianya tenaga, sedangkan kalau
mereka harus mencari dulu dengan susah payah
dan sedangkan kalau materi mereka
harus
mengorbankan keamanan subsistensi di
paceklik. .
4.
~ i n g k a t partisipasi
warg.
pelaksanaan
fisik
kegiatan
di desa ( Y )
pembangunan
pertama-tavx
musim
dalam
prasarana
dipengaruhi
oleh
tingkat relevansi fnngsi
prasarana
dengan kebutuhan nyata warga desa
(XI).
Adapun faktor tingkat partisipasi warga dalam
perencanaan pembangunan prasarana ( X 2 ) d a ~
tingkat pendapatan warga (X3) pengaruhnya
sangat keci l
.
Dengan dem ik i an dapat d i s i mpul kan bahwa
migrasi sirkuler tidak mengganggu partisipasi warga
dalam pelaksanaan pembangunan prasarana fisik di
desa migran.