34
Fadhilah Al Humaira, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DENGAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
terhadap pihak sekolah dikatakan bahwa siswanya memiliki kemampuan akademik yang heterogen dan tidak memiliki kelas unggulan. Sebagaimana yang
telah dikemukakan sebelumnya bahwa tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mengambil subjek individu-individu dari kelas-kelas yang telah terbentuk secara
acak untuk dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan kontrol, tetapi hanya dapat menggunakan kelas-kelas yang telah terbentuk dengan dasar pertimbangan
dari kepala sekolah dan guru. Oleh karena itu, teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling.
Siswa kelas VIII di SMP tersebut terdiri dari sembilan kelas yaitu mulai dari kelas VIII 1 sampai kelas VIII 9. Sedangkan, sampel penelitian ini sebanyak dua
kelas. Dari dua kelas yang diberikan kepada peneliti, melalui pengundian terpilihlah kelas VIII 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII 2 sebagai kelas
kontrol. Sampel penelitian tersebut merupakan kelas yang dibimbing oleh guru yang sama dan diberikan kepada peneliti dengan pertimbangan bahwa siswa pada
kedua kelas memiliki karakteristik dan kemampuan akademik yang relatif setara.
3.3. Definisi Operasional
Agar terhindar dari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan pada penelitian ini, didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan dalam
mengungkapkan ide-ide atau konsep-konsep matematika yang ditampilkan sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang
digunakan untuk menemukan solusi masalah yang sedang dihadapi sebagai hasil dari interpretasi pikirannya dan masalah tersebut dapat diungkapkan
melalui gambar, kata-kata, tabel, benda konkrit, atau simbol matematika. 2.
Disposisi matematis merupakan suatu dorongan, kesadaran, atau kecenderungan yang kuat untuk belajar matematika serta berperilaku positif
dalam menghadapi masalah matematis. Indikator disposisi matematis yang digunakan pada penelitian ini adalah 1 rasa percaya diri; 2 fleksibilitas; 3
gigih, tekun mengerjakan tugas matematika; 4 berminat, rasa ingin tahu, dan daya temu dalam melakukan tugas matematika; 5 memonitor,
35
Fadhilah Al Humaira, 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA DENGAN PENDEKATAN COLLABORATIVE PROBLEM SOLVING
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
merefleksikan penampilan dan penalaran mereka sendiri; 6 bergairah dan
perhatian serius dalam belajar matematika; 7 mengaplikasikan matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari; 8
mengapresiasi peran matematika; 9 berekspektasi dan metakognisi; 10 berbagi pendapat dengan orang lain.
3. Pembelajaran dengan pendekatan CoPS adalah pembelajaran yang dalam
prosesnya melibatkan kerja sama dari dua orang atau lebih yang memiliki tujuan sama yaitu untuk menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Pada
penelitian ini diterapkan 4 fase berdasarkan
Draft Accelerating Innovation in Education,
yaitu:
Define, Devise, Do,
dan
Review
. 4.
Pembelajaran biasa yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan mengikuti pendekatan yang diterapkan oleh guru di
sekolah penelitian. 5.
Efisiensi Belajar Efisiensi yang dimaksudkan pada penelitian ini merujuk pada seberapa besar
ketepatgunaan pembelajaran yang dilakukan dengan usaha mental rendah memberikan hasil belajar tinggi.
6.
Mental effort
usaha mental Usaha mental adalah aspek beban kognitif yang mengacu pada kapasitas
kognitif yang dikerahkan saat menghadapi tes dan saat berlangsungnya pembelajaran.
7.
Performance Performance
pada penelitian ini merujuk pada hasil tes kemampuan representasi matematis siswa.
8. Kemampuan Awal Matematis KAM siswa yang dimaksud pada penelitian
ini adalah kemampuan siswa sebelum berlangsungnya pembelajaran yang datanya diperoleh dari nilai ujian siswa. KAM di sini dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah.
3.4. Variabel Penelitian