124 Tangerang Municipality in Figures 2017
penduduk.
19. Selang Waktu Terjadi Tindak Pidana Tahun t :
365 x 24 x 60 x 60 x detik [Jumlah peristiwa tindak pidana pada tahun t]
20. Selang Waktu Terjadi Tindak Pidana Tahun t Crime Clock mengindikasikan selang
waktu terjadinya satu tindak kejahatan dengan kejahatan yang lain.
21. Persentase Penyelesaian Tindak Pidana :
[Jumlah peristiwa tindak pidana yang diselesaikan] x [100] [Jumlah peristiwa
tindak pidana yang dilaporkan]. 22. Persentase Penyelesaian Peristiwa Tindak
Pidana menyatakan
persentase penyelesaian tindak pidana oleh polisi.
Suatu tindak pidana dinyatakan sebagai kasus yang selesai di tingkat kepolisian,
apabila:
1. Berkas perkaranya sudah siap untuk diserahkan atau telah diserahkan
kepada kejaksaan; 2. Dalam hal delik aduan,
pengaduannya dicabut dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan menurut undang-undang; 3. Telah diselesaikan oleh kepolisian
berdasarkan azas Plichmatigheid kewajiban berdasarkan kewenangan
hukum; 4. Kasus yang dimaksud tidak termasuk
kompetensi kepolisian; 5. Tersangka meninggal dunia;
6. Kasus kadaluwarsa.
23. Bencana Alam : Bencana alam adalah
peristiwa alam yang menimbulkan kesengsaraan, kerusakan alam dan
lingkungan, serta
mengakibatkan kesengsa-raan,
kerugian, dan
penderitaan pada penduduk. Tidak termasuk bencana yang disebabkan
karena hama tanaman atau wabah. expressed
in every 100,000 people.
19.
Ò
r
Ó ÔÕ
ÒÖ× Ø Ù Ú
365 x 2 4 x 60 x 60 x second [ Number of criminal cases in the
year of t]
20. Crime Clockindicates the time interval of occurrence between
one crime to another crime.
21.
Ò
r
Ó ÔÕ
ÒÖÕ Û
r
Û Ü Ø Õ
Ú
[Number of cleared criminal cases] x [100] [Number of reported
criminal cases].
22. Clearence Raterefers to percentage of crime clearance by police. A
criminal case is categorized as a cleared case by police, if :
1. All documents are ready to submit or already submitted to
justice court; 2. In the case of attense that
warrants complaint, the complaint was withdraw within
a given period state in the law; 3. The case was cleared by police
based on the principle of plichmatigheid obligation on
the basis of law outhority;
4. The case was not the responsibility of police office;
5. The suspect died; 6. The case was out of date.
http:tangerangkota.bps.go.id
Kota Tangerang Dalam Angka 2017 125
Bencana alam yang disajikan antara lain : tanah longsor, banjir, dan gempa
bumi.
24. Badan Pusat Statistik BPS pertama kali melakukan penghitungan jumlah dan
persentase penduduk miskin pada tahun 1984.
Penghitungan jumlah
dan persentase penduduk miskin mencakup
periode 1976-1981. Data dasar yang digunakan adalah Survei Sosial Ekonomi
Nasional Susenas Modul Konsumsi. Sejak itu, setiap tiga tahun sekali BPS
secara rutin mengeluarkan data jumlah dan persentase penduduk miskin yang
disajikan menurut daerah perkotaan dan perdesaan.
25. Sejak tahun 2003, BPS secara rutin mengeluarkan
data jumlah
dan persentase penduduk miskin setiap
tahun. Hal ini bisa terwujud karena sejak tahun 2003 BPS mengumpulkan data
Susenas Panel Modul Konsumsi setiap bulan Februari atau Maret. Mulai bulan
Maret
2007 jumlah
sampel yang
digunakan diperbesar
dari 10.000
rumahtangga menjadi
68.800 rumahtangga.
26. Untuk mengukur
kemiskinan, BPS
menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar basic needs
approach. Dengan
pendekatan ini,
kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan
GK, yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan GKM
dan Garis Kemiskinan Non Makanan 23.
ÝÞ
tu r
Þ ß à á
s
Þ
s
âã
r
ä
Natural disaster is a natural phenomenon leading to
misery, damages or detriment, and financial loss, as well as the
suffering of people. Not including in this category is disaster from plant
microbe or outbreak. The natural disasters recorded in this category
include land slide, flood, and earth quack.
24. BPS-Statistics Indonesia measured poverty incidence for the first time
in 1984. The measurement covered the period of 1976-1981. Basic data
used to measure poverty were obtained from the results of the
National Socio Economic Survey Susenas - Consumption Module.
Since then BPS-Statistics Indonesia routinely released the figures of
poverty incidence once every three years which were presented by
urban and rural areas.
25. BPS-Statistics Indonesia has started to release the figures of poverty
incidence annually since 2003. This could be realized because BPS-
Statistics Indonesia has started to collect
panel data
in the
implementation of
Susenas- Consumption
Module every
February or March. Starting from March 2007, the number of sample
size was enlarged from 10,000 households to 68,800 households.
26. To measure poverty, BPS-Statistics Indonesia has used the concept of
basic needs approach. Therefore, poverty is viewed as economic
inability to fulfill food and non-food basic needs which are measured by
http:tangerangkota.bps.go.id
126 Tangerang Municipality in Figures 2017
GKNM. Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan perdesaan.
27. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita
per bulan dibawah Garis Kemiskinan. 28. Garis
kemiskinan makanan
GKM merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari.
Garis kemiskinan non-makanan GKNM adalah
kebutuhan minimum
untuk perumahan,
sandang, pendidikan,
kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. 29. Sejak Desember 1998 digunakan standar
kemiskinan baru
yang merupakan
penyempurnaan standar yang lama. Penyempurnaan standar ini meliputi
perluasan cakupan
komoditi yang
diperhitungkan dalam kebutuhan dasar. Disamping itu penyempurnaan juga
dilakukan dengan mempertimbangkan
keterbandingan antar daerah provinsi serta perkotaan-perdesaan dan antar
waktu yang disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat harga antar daerah
yaitu dengan cara melakukan standarisasi harga terhadap harga di DKI Jakarta.
Penyempurnaan standar kemiskinan ini diharapkan dapat mengukur tingkat
kemiskinan secara lebih realistis.
30. Ukuran Kemiskinan yang disajikan hanya Head
Count Index
HCI-P0, yaitu
persentase penduduk miskin yang berada di bawah Garis Kemiskinan GK.
31. Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indikator komposit yang
digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia di
consumption expenditure. The method used is calculating poverty
line, which
consists of
two components that are Food Poverty
Line FPL and Non-Food Poverty Line NFPL. The poverty line was
calculated separately for urban and rural areas.
27. A person whose expenditure per capita per month is below the
poverty line is considered to be poor.
28. The Food Poverty Line refers to the daily minimum requirement of
2,100 kcal per capita per day. The Non-Food Poverty Line refers to the
minimum requirement
for household necessities for clothing,
education, health, and other basic individual needs.
29. A new standard to measure poverty has been adopted since December
1998. This new standard was the revision of the old standard. The
revised standard
included the extension
of the
commodity coverage to be accounted in
estimating the minimum basic needs. The new standard was also
improved in
its regional
comparability, by
using the
reference population of the same real income expenditure class
across regions so that it is also comparable over time. The revised
poverty standard hopefully was able to measure the incidence of
poverty more realistically.
30. Poverty Measures presented only Head Count Index HCI-P0, namelys
http:tangerangkota.bps.go.id
Kota Tangerang Dalam Angka 2017 127
suatu wilayah. Walaupun tidak mengukur semua
dimensi dari
pembangunan manusia, IPM setidaknya mencakup tiga
dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan
dasar manusia. Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang, dan sehat yang
diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir, berpengetahuan dan ber-
keterampilan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah,
serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai standar
hidup
layak yang
diukur dengan
pendapatan per kapita yang disesuaikan.
4.1. Pendidikan