Kandungan Logam Berat Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara

(1)

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR, SEDIMEN,

DAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PANTAI

BELAWAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ARYALAN GINTING

090302081

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(2)

KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA AIR, SEDIMEN,

DAN KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PANTAI

BELAWAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

ARYALAN GINTING

090302081/ MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Skripsi sebagai satu diantara beberapa syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Kandungan Logam Berat Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Aryalan Ginting

NIM : 090302081

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Pindi Patana, S.Hut., M.Sc. Dr. Nurmatias, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si


(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Aryalan Ginting

NIM : 090302081

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara” benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan data informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di akhir skripsi ini.

Medan, Januari 2014

Aryalan Ginting NIM. 090302081


(5)

ABSTRAK

ARYALAN GINTING, Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara, dibawah bimbingan PINDI PATANA dan NURMATIAS.

Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Logam berat yang masuk ke dalam perairan akan mencemari laut. Salah satu biota laut yang diduga akan terpengaruh langsung akibat penurunan kualitas perairan dan sedimen di lingkungan pantai adalah hewan jenis kerang-kerangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi logam berat pb di air, sedimen dan dalam tubuh kerang darah (Andara granosa) serta menganalisis korelasi konsentrasi logam berat antara air, sedimen, dan kerang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2013 di Perairan Pantai Belawan, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Jumlah titik stasiun yang diamati berjumlah 3 stasiun. Parameter yang diamati adalah parameter fisika-kimia perairan dan konsentrasi logam berat timbal pada kolom air, sedimen, dan kerang darah yang kemudian dianalisis dengan menggunakan spektofotometer serapan atom (AAS).

Hasil penelitian pada air menunjukkan konsentrasi logam berat timbal berkisar antara 0,64-0,91 mg/L. Sedangkan konsentrasi timbal pada sedimen berkisar antara 60,78-71,56 mg/kg dan konsentrasi timbal pada kerang berkisar antara 10,48-12,03 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa air, sedimen, dan kerang darah pada perairan Pantai Belawan telah tercemar oleh logam berat timbal.


(6)

ABSTRACT

ARYALAN GINTING, Lead Content of Heavy Metals in Water, Sediment, and Shells on the Beach in Belawan, North Sumatra province, under the supervision of PINDI PATANA and NURMATIAS.

Metals and other minerals commonly found in fresh water and sea water, although the amount is very limited. Heavy metals into the waters will pollute the sea. One suspected of marine life will be affected due to degradation of water and sediment in coastal environments is shellfish. This study aims to quantify the amount of lead concentrations of heavy metals in water, sediment, body shells (Anadara Granosa) and heavy metals analyzed the correlation between water, sediment and shellfish .

This study conducted in June-August in 2013 in the waters of Belawan Beach, Village Deli Chart, District of Medan Belawan, North Sumatra Province. point stations observed were three stations. Parameters measured were water physicochemical parameters and heavy metal concentrations of lead in the water column, sediment, and shellfish are then analyzed using atomic absorption spectrophotometer (AAS).

The results of research on water showed heavy metal concentrations of lead ranged between 0.64 to 0.91 mg / L. while lead concentrations in sediments ranged from 60.78 to 71.56 and lead concentrations in mussels ranged from 10.48 to 12.03 mg / kg. These results indicate that water, sediment, and shellfish contaminated with heavy metals lead already on the beach Belawan.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Aryalan Ginting dilahirkan di Berastagi pada tanggal 03 November 1991. Anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan dari I. Ginting dan S. Br Sembiring. Tahun 2003 penulis lulus dari SD Ledjen Jamin Ginting Berastagi, tahun 2006 lulus dari SMP Negeri 1 Berastagi, dan tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Berastagi. Pada tahun 2009 tersebut, penulis lulus seleksi melanjutkan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Saringan Masuk (USM) Lokal USU dan memilih program studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian.

Selama kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Praktikum Pencemaran dan Pengolahan Limbah pada tahun 2012 dan Asisten Mata Kuliah Praktikum Ekotoksikologi Perairan pada tahun 2013. Selain mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMASSPERA). Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai Budidaya Laut Batam, Kepulauan Riau selama sebulan dan Magang di UPT Perikanan Air Tawar Tuntungan Provinsi Sumatera Utara.

Penulis melakukan penilitian dari bulan Juni 2013 sampai bulan Agustus 2013 dengan judul “Kandungan Logam Berat Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara” dibawah bimbingan Pindi Patana, S.Hut., M.Sc. dan Dr. Nurmatias, M.Si.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Adapun judul usulan penelitian ini adalah “Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat arahan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak baik berupa materi, ilmu, dan informasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Pindi Patana, S.Hut., M.Sc.selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Nurmatias, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan seluruh staf pengajar dan pegawai. Ayahanda I. Ginting dan Ibunda S. Br Sembiring serta kakak Onasiska Br Ginting yang telah memberi dukungan, doa dan semangat kepada penulis. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2009 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kepada bapak Epeng selaku warga setempat dan seluruh masyarakat Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.


(9)

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang manajemen sumberdaya perairan dan informasi data terkini kandungan logam berat Pb dan Cd pada air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan.

Medan, Januari 2014


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Kerangka Pemikiran 4

TINJAUAN PUSTAKA 6

Kerang Darah (Anadara granosa) 6

Logam Berat 7

Timbal (Pb) 8

Kandungan Logam Berat dalam Kerang Darah (Anadara granosa) 9

Kandungan Logam Berat dalam Air 10

Kandungan Logam Berat dalam Sedimen 12

Dampak Negatif Logam Berat Bagi Manusia 14

Faktor Fisika Kimia Air 14

Suhu 15

Kecerahan dan Kekeruhan Air 15

pH Air (Derajat Keasaman) 16

Salinitas 16

DO (Dissolved oxygen) 16

Analisis Regresi Linear 17

METODE PENELITIAN 19

Waktu dan Lokasi Penelitian 19

Alat dan Bahan 20

Prosedur Penelitian 20


(11)

Pengambilan Sampel 21

Penanganan Sampel 22

Preparasi Sampel Air 22

Preparasi Sampel Sedimen 22

Preparasi Sampel Kerang 23

Parameter fisika- kimia perairan 23

Analisis Data 24

Penentuan Konsentrasi Logam berat 24

Koefisien Korelasi 24

Analisa Deskriptif 25

HASIL DAN PEMBAHASAN 27

Hasil 27

Parameter Fisika dan Kimia 27

Suhu 27

pH 28

Dissolve Oxygen (DO) 29

Salinitas 30

Kekeruhan 31

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dalam Air 32 Kandungam Logam Berat Timbal (Pb)dalam Sedimen 33 Kandungam Logam Berat Timbal (Pb) dalam Kerang 33 Perbandingan dengan Beberapa Penelitian Timbal (Pb) 34 Korelasi Logam Berat Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang 35

Pembahasan 36

Parameter Fisika dan Kimia Perairan 36

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen dan

Kerang 39

Hubungan Kandungan Logam Pb dalam Air, Sedimen

dan Kerang 42

KESIMPULAN DAN SARAN 44

Kesimpulan 44

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Titik Koordinat Stasiun Pengambilan Sampel 20

2. Parameter Kualitas Air dan Metoda Analisis 24

3. Interval Korelasi dan Tingkat Hubungan antara Faktor 25 4. Kriteria Baku Mutu Kandungan Logam Pb dalam Air,

Sedimen dan KerangNilai Parameter Fisika Kimia Perairan 25

5. Parameter Fisika, Kimia, dan Timbal (Pb) 27

6. Konsentrasi Rata-rata Logam Timbal dari Beberapa

Penelitian terhadap Organisme di Perairan Belawan 34 7. Hasil Analisis korelasi antara Kandungan Logam Berat Pb

pada Air, Sedimen dan Kerang di Stasiun 1 35

8. Hasil Analisis korelasi antara Kandungan Logam Berat Pb

pada Air, Sedimen dan Kerang di Stasiun 2 35

9. Hasil Analisis korelasi antara Kandungan Logam Berat Pb


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran 5

2. Lokasi Penelitian Pantai Belawan 19

3. Rata-Rata Nilai Suhu pada Stasiun Pengamatan 28 4. Rata-Rata Nilai pH pada Stasiun Pengamatan 29

5. Rata-Rata Nilai DO pada Stasiun Pengamatan 30

6. Rata-Rata Nilai Salinitas pada Stasiun Pengamatan 31 7. Rata-Rata Nilai Kekeruhan pada Stasiun Pengamatan 32

8. Rata-Rata Konsentrasi Pb dalam Air 32

9. Rata-Rata Konsentrasi Pb dalam Sedimen 33


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Lokasi Penelitian 56

2. Alat dan Bahan 57

3. Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Air 61

4. Preparasi Sampel Air, Sedimen, dan Kerang 62

5. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur DO 63 6. Baku Mutu air laut (Kepmen LH no.51 tahun 2004) 64 7. Industri yang Beroperasi di Sungai Deli dan Belawan 66 8. Surat Hasil Uji dan Analisis Logam Pb dengan Uji AAS 68 9. Surat Hasil Analisis Kekeruhan Puslit Sumatera Utara 70


(15)

ABSTRAK

ARYALAN GINTING, Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Pantai Belawan, Provinsi Sumatera Utara, dibawah bimbingan PINDI PATANA dan NURMATIAS.

Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Logam berat yang masuk ke dalam perairan akan mencemari laut. Salah satu biota laut yang diduga akan terpengaruh langsung akibat penurunan kualitas perairan dan sedimen di lingkungan pantai adalah hewan jenis kerang-kerangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung jumlah konsentrasi logam berat pb di air, sedimen dan dalam tubuh kerang darah (Andara granosa) serta menganalisis korelasi konsentrasi logam berat antara air, sedimen, dan kerang.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Agustus 2013 di Perairan Pantai Belawan, Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Jumlah titik stasiun yang diamati berjumlah 3 stasiun. Parameter yang diamati adalah parameter fisika-kimia perairan dan konsentrasi logam berat timbal pada kolom air, sedimen, dan kerang darah yang kemudian dianalisis dengan menggunakan spektofotometer serapan atom (AAS).

Hasil penelitian pada air menunjukkan konsentrasi logam berat timbal berkisar antara 0,64-0,91 mg/L. Sedangkan konsentrasi timbal pada sedimen berkisar antara 60,78-71,56 mg/kg dan konsentrasi timbal pada kerang berkisar antara 10,48-12,03 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa air, sedimen, dan kerang darah pada perairan Pantai Belawan telah tercemar oleh logam berat timbal.


(16)

ABSTRACT

ARYALAN GINTING, Lead Content of Heavy Metals in Water, Sediment, and Shells on the Beach in Belawan, North Sumatra province, under the supervision of PINDI PATANA and NURMATIAS.

Metals and other minerals commonly found in fresh water and sea water, although the amount is very limited. Heavy metals into the waters will pollute the sea. One suspected of marine life will be affected due to degradation of water and sediment in coastal environments is shellfish. This study aims to quantify the amount of lead concentrations of heavy metals in water, sediment, body shells (Anadara Granosa) and heavy metals analyzed the correlation between water, sediment and shellfish .

This study conducted in June-August in 2013 in the waters of Belawan Beach, Village Deli Chart, District of Medan Belawan, North Sumatra Province. point stations observed were three stations. Parameters measured were water physicochemical parameters and heavy metal concentrations of lead in the water column, sediment, and shellfish are then analyzed using atomic absorption spectrophotometer (AAS).

The results of research on water showed heavy metal concentrations of lead ranged between 0.64 to 0.91 mg / L. while lead concentrations in sediments ranged from 60.78 to 71.56 and lead concentrations in mussels ranged from 10.48 to 12.03 mg / kg. These results indicate that water, sediment, and shellfish contaminated with heavy metals lead already on the beach Belawan.


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Logam dan mineral lainnya hampir selalu ditemukan dalam air tawar dan air laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam logam baik logam ringan maupun logam berat jumlahnya sangat sedikit dalam air. Beberapa logam itu bersifat essensial sangat dibutuhkan dalam proses kehidupan, misalnya kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) yang merupakan logam ringan berguna untuk pembentukan kutikula/sisik pada ikan dan udang. Sedangkan tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mg), merupakan logam berat yang sangat bermanfaat dalam pembentukan haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada hewan air tersebut (Dahuri, 2001).

Logam berat yang masuk ke dalam perairan akan mencemari laut. Selain mencemari air, logam berat juga akan mengendap di dasar perairan yang mempunyai waktu tinggal (residence time) sampai ribuan tahun dan logam berat akan terkonsentrasi ke dalam tubuh makhluk hidup dengan proses bioakumulasi dan biomagnifikasi melalui beberapa jalan, yaitu melalui saluran pernapasan, saluran makanan dan melalui kulit (Darmono, 2001).

Salah satu biota laut yang diduga akan terpengaruh langsung akibat penurunan kualitas perairan dan sedimen di lingkungan pantai adalah hewan jenis kerang-kerangan. Odum (1994) menjelaskan bahwa komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisik, kimia, dan biologi suatu perairan, salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah jenis kerang-kerangan.


(18)

Supriharyono (2002) menyatakan, kerang adalah satu diantara beberapa hewan laut yang paling efisien mengakumulasi logam berat. Hal ini disebabkan, kerang hidup di lapisan sedimen dasar perairan, bergerak sangat lambat dan makanannya adalah detritus di dasar perairan, sehingga peluang masuknya logam berat sangat besar. Bahan-bahan buangan yang bersifat racun yang masuk ke perairan akan menurunkan kualitas air yaitu berubahnya sifat-sifat fisika dan kimia perairan. Hal ini dapat membahayakan kehidupan organisme perairan terutama hewan bentos karena pergerakannya yang terbatas (sessile) dan sifat hidupnya yang relatif menetap di dasar perairan sehingga bila terjadi pencemaran akan sulit untuk menghindar.

Pada perairan pesisir timur Sumatera Utara yang tercemar berat, tidak tertutup kemungkinan kandungan logam berat dalam tubuh kerang konsumsi sudah melampaui ambang batas yang diperkenankan (Salim, 1997). Penyakit Minamata di Jepang (Minamata Disease) tahun 1950-an yang membawa banyak korban merupakan contoh keracunan logam berat melalui konsumsi ikan dari laut, dan dikategorikan sebagai tragedi dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan logam berat Pb pada substrat, air dan kerang darah (Anadara granosa) di perairan pantai Belawan, Sumatera Utara.

Penelitian mengenai logam berat dengan kerang darah (Anadara granosa) sebagai bioindikator telah banyak dilakukan, terutama analisis beberapa karakteristik lingkungan perairan yang mempengaruhi akumulasi logam berat timbal dalam tubuh kerang darah di perairan pesisir timur Sumatera Utara. Berdasarkan hal itu, maka penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut dalam pendugaan kandungan logam berat pada kerang darah dengan jenis logam berat Pb


(19)

sehingga diharapkan dapat memberikan informasi yang baru dan melengkapi hasil penelitian-penelitian terdahulu.

Rumusan Masalah

Perairan Belawan dikenal sebagai penghasil kerang darah (Anadara granosa) di Sumatera Utara. Dimana daerah tersebut merupakan muara dari limbah industri, kapal, rumah tangga dan minyak pelumas sisa kapal ke perairan muara belawan. Melihat tingginya aktivitas masyarakat di sepanjang perairan muara Sungai Belawan seperti pembuangan limbah industri, rumah tangga, transportasi serta sisa pelumas dari kapal-kapal nelayan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran logam berat pada perairan muara Belawan seperti Timbal (Pb). Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah:

1. Seberapa besar kandungan logam berat Pb yang ada di perairan Pantai Belawan.

2. Berapa perbandingan konsentrasi Pb yang terdapat pada sedimen dengan yang terdapat pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Pantai Belawan, Sumatera Utara.

Tujuan Penelitian

1. Untuk menghitung jumlah konsentrasi kandungan logam berat Pb di air, sedimen dan dalam tubuh kerang darah (Anadara granosa) di perairan Pantai Belawan, Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis korelasi kandungan logam berat di air dan sedimen terhadap tubuh kerang darah (Anadara granosa) di perairan Pantai Belawan, Sumatera Utara.


(20)

Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang logam berat di perairan pantai Belawan, Sumatera Utara ditinjau dari ilmu ekotoksikologi.

2. Memberikan informasi bagi pihak pemerintah maupun masyarakat dalam upaya pengendalian pencemaran logam berat yang terdapat di perairan Belawan.

3. Memberikan informasi dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya di perairan pantai Belawan, Sumatera Utara.

Kerangka Pemikiran

Dari aktivitas manusia seperti industri, rumah tangga, dan perikanan akan menghasilkan limbah, dimana limbah yang tidak dapat digunakan kembali akan menjadi bahan pencemar bila dibuang ke badan air. Logam berat merupakan bahan pencemar yang bila konsentrasinya telah melebihi ambang batas akan berpengaruh terhadap organisme yang ada di perairan terutama kerang darah (Anadara granosa) maupun dapat berdampak terhadap manusia. Adapun kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.


(21)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penilitian Kandungan Logam Berat Pb Pada Air, Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pantai Belawan, Sumatera Utara

Aktivitas manusia

Industri Rumah tangga Perikanan

Limbah Logam

Perairan

Kualitas air (peningkatan kadar logam Pb)

Konsentrasi Pb pada Kerang darah (Anadaragranosa)


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Kerang Darah (Anadara granosa)

Hewan air jenis kerang-kerangan (bivalvia) atau jenis binatang lunak (moluska), baik jenis klam (kerang besar) atau oister (kerang kecil), pergerakannya sangat lambat di dalam air. Mereka biasanya hidup menetap di suatu lokasi tertentu di dasar air. Jenis kerang baik yang hidup di air tawar maupun di air laut banyak digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena habitat hidupnya yang menetap atau sifat bioakumulatifnya terhadap logam berat. Karena kerang banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat bioakumulatif inilah yang menyebabkan kerang harus diwaspadai bila dikonsumsi terus-menerus (Darmono, 2001).

Kerang Anadara terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10-30 meter. Kerang Anadara termasuk kedalam subkelas Lamellibranchia, dimana filament insang memanjang dan melipat, seperti huruf W, antar filamen dihubungkan oleh cilia (filiaranchia) atau jaringan (eulamellibranchia). Anadara juga merupakan ordo Toxodonta, dimana gigi pada hinge banyak dan sama, kedua otot aduktor berukuran kurang lebih sama, pertautan antar filament insang tidak ada (Oemarjati dan Wisnu, 1990).

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu komoditas yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan antara lain sebagai bahan makanan sumber protein (Dharma, 1988). Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap dan menyaring makanannya (filter feeder) serta lambat untuk dapat menghindarkan diri


(23)

dari pengaruh polusi. Oleh karena itu, jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran logam dalam lingkungan perairan (Darmono, 2001).

Kerang merupakan sumber bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena mengandung protein dan mineral. Kerang hidup di daerah perairan dan bisa bertahan hidup di tempat berlumpur. Kerang memiliki mobilitas yang rendah, sehingga dapat mengakumulasi logam berat yang ada di lingkungannya. Oleh sebab itu, adanya logam berat dalam tubuhnya dipandang dapat mewakili keberadaan logam berat yang ada dihabitatnya (Darmono, 1995).

Logam Berat

Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia. Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada mahluk hidup (Palar, 2008).

Menurut Connell dan Miller (1995), logam berat adalah suatu logam dengan berat jenis lebih besar. Logam ini memiliki karakter seperti berkilau, lunak atau dapat ditempa, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi dan bersifat kimiawi, yaitu sebagai dasar pembentukan reaksi dengan asam. Selain itu logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih besar dari 5 gr/cm3, mempunyai nomor atom lebih besar dari 21 dan terdapat di bagian tengah daftar periodik.


(24)

Timbal (Pb)

Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan

Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2 (Palar, 1994). Logam Pb digunakan dalam industri baterai, kabel, penyepuhan, pestisida, sebagai zat anti letup pada bensin, zat penyusun patri atau solder, sebagai formulasi penyambung pipa sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air rumah tangga dengan Pb. Timbal sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar (premium dan premix), yaitu (C2H5)4 Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan angka oktan sehingga penggunanya akan menghindarkan mesin dari gejala “ngelitik” yang berfungsi sebagai pelumas bagi kerja antar katup mesin (intake dan exhaust valve) dengan dudukan katup valve seat serta valve guide.

Keberadaan Octane booster dibutuhkan dalam bensin agar mesin bisa bekerja dengan baik (Widowati ., 2008).

Walaupun pengaruh toksisitas akut agak jarang dijumpai, tetapi pengaruh toksisitas kronis paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis ini sering dijumpai pada pekerja di pertambangaan dan pabrik pewarnaan khusus, pabrik mobil (proses pengejutan), penyimpan baterai, percetakan, pelapis logam dan pengecatan sistem semprot. Konsentrasi Pb dalam produk cat sudah sangat menurun sampai batas maksimum 0,06%, tetapi waalaupun begitu bangunan tua yang masih ada sisa cat lamanya, kandungan Pb nya masih tinggi (Darmono, 2001).


(25)

Pb memiliki titik lebur rendah, mudah di bentuk, memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Apabila dicampur dengan logam lain maka akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Timbal meleleh pada suhu 328 oC (662 oF), titik didih 1740 oC (3164oF), dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20 (Widiowati, dkk., 2008).

Kadar Pb dalam tanah sekitar 5-25 ppm, dalam air tanah 1-60 ppm dan lebih rendah lagi dari permukaan air. Air minum bisa tercemari oleh Pb karena penggunaan pipa berlapis Pb, peralatan makan keramik berglasur, dan solder yang mengandung Pb. Pengemasan makanan menggunakan kertas koran bekas memungkinkan terjadinya migrasi logam berat (terutama Pb) dari tinta koran menuju makanan. Berdasarkan hasil penelitian, makanan/minuman sebesar 0,171 ± 0,02 ppm, dengan kecepatan reaksi pelepasan Pb 5,56 x 10-5 bpj/jam (Widiowati, dkk., 2008).

Kandungan Logam Berat dalam Kerang Darah (Anadara granosa)

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan biota laut yang tergolong molusca dari kelas pelecypoda. Kerang merupakan sumber bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat, karena mengandung protein dan mineral. Kerang hidup didaerah perairan dan bisa bertahan hidup ditempat berlumpur. Kerang memiliki mobilitas yang rendah, sehingga dapat mengakumulasi logam berat yang ada dilingkungannya. Oleh sebab itu, adanya logam berat dalam tubuhnya dipandang dapat mewakili keberadaan logam berat yang ada dihabitatnya. Kandungan logam dalam biota air, biasanya akan selalu bertambah dari waktu ke


(26)

waktu karena sifatnya yang bioakumulatif, sehingga biota air sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam lingkungan perairan (Darmono, 1995).

Logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh mahluk hidup, tetapi beberapa jenis logam masih dibutuhkan oleh mahluk hidup walaupun dalam jumlah yang sedikit. Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut: biota air, biota darat, dan biota laboratorium. Sedangkan toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi tempat mereka hidup, yaitu daerah pencemaran berat, sedang, dan daerah nonpolusi. Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam, dalam hal ini yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup terhadap toksisitas logam juga bergantung pada daya detoksikasi individu yang bersangkutan, dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi (Palar, 1994).

Kandungan Logam Berat dalam Air

Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam dan metaloid dengan densitas lebih besar dari 5 g/cm3, terutama pada unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Unsur-unsur ini biasanya erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Logam berat secara alami ditemukan pada batu-batuan dan mineral lainnya, maka dari itu logam berat secara normal merupakan unsur dari tanah, sedimen, air dan organisme hidup serta akan menyebabkan pencemaran bila konsentrasinya telah melebihi batas normal. Jadi


(27)

konsentrasi relatif logam dalam media adalah hal yang paling penting (Alloway dan Ayres, 1993).

Pencemaran logam berat terhadap lingkungan perairan terjadi karena adanya suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut dalam kegiatan manusia, dan secara sengaja maupun tidak sengaja membuang berbagai jenis limbah beracun termasuk di dalamnya terkandung logam berat ke dalam lingkungan perairan. Sumber utama pemasukan logam berat berasal dari kegiatan pertambangan, cairan limbah rumah tangga, limbah dan buangan industri, limbah pertanian (Wittmann, 1979 in Connell dan Miller, 1995).

Logam berat termasuk sebagai zat pencemar karena sifatnya yang tidak dapat diuraikan secara biologis dan stabil, sehingga dapat tersebar jauh dari tempatnya semula (Dewi, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa ada dua hal yang menyebabkan logam berat digolongkan sebagai pencemar yang berbahaya, yaitu (1) tidak dihancurkan oleh mikroorganisme yang hidup di lingkungan dan (2) terakumulasi dalam komponen-komponen lingkungan, terutama air dengan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorpsi dan kombinasi.

Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun dalam kadar yang sangat rendah (Hutagalung,1984). Kadar logam dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke dalam perairan alami melalui saluran pembuangan. Logam berat yang sangat beracun ini tahan lama dan sangat banyak terdapat di lingkungan. Logam berat tersebut adalah raksa (Hg), timah hitam (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), kromium (Cr) dan Nikel (Ni).


(28)

Timbal masuk keperairan melalui pengendapan jatuhan debu yang mengandung Pb yaitu dari hasil pembakaran bensin yang mengandung tetra etil, erosi dan limbah industri. Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang di konsumsi serta melalui pernafasan dan penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, di dalam tubuh manusia, dapat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan haemoglobin yang dapat menyebabkan anemia. Gejala yang di akibatkan dari keracunan logam timbal adalah kurangnya nafsu makan, kejang-kejang, muntah dan pusing-pusing. Timbal dapat juga menyerang susunan saraf dan mengganggu sistem reproduksi, kelainan ginjal dan kelainan jiwa (Palar, 2008).

Kandungan Logam Berat dalam Sedimen

Sedimen berasal dari kerak bumi yang diangkut melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat lain, baik secara vertikal ataupun horizontal (Friedman dan Sanders, 1978). Sedimen terdiri dari beberapa komponen dan banyak sedimen merupakan pencampuran dari komponen-komponen tersebut. Komponen tersebut bervariasi, tergantung dari lokasi, kedalaman dan geologi dasar (Forstner dan Wittman, 1983). Sedimen terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang berpengaruh negatif terhadap kualitas air. Bahan organik berasal dari biota atau tumbuhan yang membusuk lalu tenggelam ke dasar dan bercampur dengan lumpur. Bahan anorganik umumnya berasal dari pelapukan batuan. Sedimen hasil pelapukan batuan terbagi atas kerikil, pasir, lumpur dan liat. Butiran kasar banyak dijumpai dekat pantai, sedangkan butiran halus banyak di perairan dalam atau perairan yang relatif tenang.


(29)

Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar perairan. Dalam lingkungan perairan ada 3 media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat yaitu air, sedimen dan organisme hidup. Secara teoritis sedimen merupakan salah satu indikator penting dalam pemantauan pencemaran, khususnya logam berat (Fitriati 2004 diacu oleh Apriadi, 2005).

Bahan partikel yang tidak terlarut seperti pasir, lumpur, tanah dan bahan kimia anorganik dan organik menjadi bahan yang tersuspensi di dalam air, sehingga bahan tersebut menjadi penyebab pencemaran tertinggi dalam air. Keberadaan sedimen pada badan air mengakibatkan peningkatan kekeruhan perairan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya yang dapat menghambat daya lihat (visibilitas) organisme air, sehingga mengurangi kemampuan ikan dan organisme air lainnya untuk memperoleh makanan, pakan ikan menjadi tertutup oleh lumpur. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya kerja organ pernapasan seperti insang pada organisme air dan akan mengakumulasi bahan beracun seperti pestisida dan senyawa logam. Pada sedimen terdapat hubungan antara ukuran partikel sedimen dengan kandungan bahan organik. Pada sedimen yang halus, presentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi lingkungan yang tenang, sehingga memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan organik ke dasar perairan. Sedangkan pada sedimen yang kasar, kandungan bahan organiknya lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak mengendap. Demikian pula dengan bahan pencemar, kandungan bahan pencemar yang tinggi biasanya terdapat pada partikel sedimen yang halus. Hal ini diakibatkan adanya


(30)

daya tarik elektrokimia antara partikel sedimen dengan partikel mineral (Boehm, 1987 diacu oleh Apriadi, 2005).

Dampak Negatif Logam Berat Bagi Manusia

Masing-masing logam berat memiliki dampak negatif terhadap manusia jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar dan waktu yang lama. Dampak tersebut antar lain Timbal (Pb) bila terdapat dalam peredaran darah dan otak dapat menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin darah, gangguan neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-paru. Keluhan sakit kepala, gelisah, gugup, lemas dan mudah tersinggung, beberapa tanda yang mendahului efek keracunan sebelum terjadinya koma, kemudian kematian (Palar, 2008)

Faktor Fisika Kimia Air

Dalam studi ekologi, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan. Dengan dilakukannya pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat diketahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan kepadatan populasi. Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor iklim, fisika dan kimia (Suin, 2002).

Faktor fisik air yang sering merupakan faktor pembatas bagi organisme air adalah suhu, cahaya, konduktivitas, dan kecepatan arus, sehingga faktor fisik tersebut selalu diukur di dalam studi ekologi perairan (Suin, 2002). Beberapa faktor fisik yang mungkin ikut menentukan kualitas air adalah kekeruhan (turbiditas), warna, ketransparanan, suhu, kecepatan aliran, volume aliran (Sastrawijaya, 2000).


(31)

Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam proses metabolisme organisme di perairan. Perubahan suhu yang mendadak atau kejadian suhu yang ekstrim akan mengganggu kehidupan organisme bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu perairan dapat mengalami perubahan sesuai dengan musim, letak lintang suatu wilayah, ketinggian dari permukaan laut, letak tempat terhadap garis edar matahari, waktu pengukuran dan kedalaman air. Suhu air mempunyai peranan dalam mengatur kehidupan biota perairan, terutama dalam proses metabolisme. Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di lain pihak juga mengakibatkan turunnya kelarutan oksigen dalam air (Effendi, 2003).

Kekeruhan Air

Kekeruhan yang terjadi pada perairan tergenang seperti danau lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan parikel-partikel halus. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Menurut Koesbiono (1989), pengaruh kekeruhan yang utama adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok, sehingga aktivitas fotosintesis fitoplankton dan alga menurun, akibatnya produktivitas perairan menjadi turun. Di samping itu Effendi (2003), menyatakan bahwa tingginya nilai kekeruhan juga dapat menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.


(32)

pH Air (Derajat Keasaman)

Derajat keasaman air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan melihat tingkat keasaman atau kebasaan. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7 – 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam atau sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004).

Salinitas

Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volum air biasanya dinyatakan dalam satuan per mil ‰. Berdasarkan nilai salinitas air diklasifikasikan sebagai berikut: air tawar <0,5 ‰, air payau (0,5 – 30‰) laut (30 – 40 ‰) dan hiperhialin (>40 ‰) (Barus, 2004). Selanjutnya komponen fauna di estuaria berdasarkan salinitasnya dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yakni fauna air tawar, payau dan laut (Dahuri, 2003).

Dissolved oxygen (DO)

Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut, tekanan atmosfer semakin rendah. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada percampuran dan pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi


(33)

oksigen yang terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton. Difusi oksigen kedalam air dapat terjadi secara langsung pada kondisi air diam (stagnant) (Effendi, 2003).

Analisis Regresi Linear

Analisis regresi dipergunakan untuk menggambarkan garis yang menunjukan arah hubungan antar variabel, serta dipergunakan untuk melakukan prediksi. Analisa ini dipergunakan untuk menelaah hubungan antara dua variabel atau lebih, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna. Regresi yang terdiri dari satu variabel bebas (predictor) dan satu variabel terikat (Response/Criterion) disebut regresi linier sederhana (bivariate regression), sedangkan regresi yang variabel bebasnya lebih dari satu disebut regresi berganda (Multiple regression/multivariate regression),

yang dapat terdiri dari dua prediktor (regresi ganda) maupun lebih. Adapun bentuk persamaan umumnya adalah:

Y= a + bX Dimana :

Y : Variabel terikat

A : Parameter intersep (garis potong kurva terhadap sumbu Y) B : Koefisien regresi (kemiringan atau slop kurva linear) X : Variabel bebas

Tanda positif pada nilai b atau koefisien regresi menunjukkan bahwa antara variabel bebas dengan variabel terikat berjalan satu arah, di mana setiap penurunan atau peningkatan variabel bebas akan diikuti dengan peningkatan atau penurunan variabel terikatnya. Sementara tanda negatif pada nilai b menunjukkan bahwa antara variabel bebas dengan variabel terikat berjalan dua arah, di mana setiap


(34)

peningkatan variabel bebas akan diikuti dengan penurunan variabel terikatnya, dan sebaliknya (Abdurahman, dkk., 2012).


(35)

T K d U U P d m y 2 Tempat da Pene Kecamatan dengan bul Unit Pelay Universitas Pertanian U Peng dilakukan merupakan yakni daera 2).

an Waktu P

elitian ini d Medan B lan Agustus yanan Tekn Sumatera Universitas S

gambilan c di tiga sta

daerah mu ah pelabuha Gam METO Penelitian dilakukan di elawan, Pr s 2013. Pen nis Laborat Utara dan Sumatera U contoh air, asiun Perai uara dan ba n perikanan

mbar 2. Lok

ODE PEN

i Perairan P rovinsi Sum ngamatan d

torium Ilm n Laborator Utara.

sedimen d iran Pantai anyak terda n, dan Stasiu

kasi penelit

NELITIA

Pantai Belaw matera Utar dan analisis mu dan Da

rium Riset

dan kerang i Belawan apat pemuk

un III meng

ian Pantai B

N

wan, Kelura ra dari bul laboratoriu asar Umum dan Tekn

darah (An

(Lampiran kiman pendu garah ke lau

Belawan

ahan Bagan lan Juni sa um dilakuk m (UPT L nologi Fak

nadara gra

n 1). Stasi uduk, Stasi ut lepas (Ga

Deli, ampai kan di LIDA) kultas nosa) iun I iun II ambar


(36)

Pengambilan titik koordinat stasiun pengamatan menggunakan Global Positioning System (GPS) yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Titik koordinat stasiun pengambilan sampel stasiun ulangan Koordinat

North East

I 1 03⁰ 46' 22,4'' 098⁰ 42' 23,0'' 2 03⁰ 46' 18,0'' 098⁰ 42' 27,5'' 3 03⁰ 46' 12,4'' 098⁰ 42' 26,6'' II 1 03⁰ 46' 40,6'' 098⁰ 42' 39,0'' 2 03⁰ 46' 35,1'' 098⁰ 42' 54,9'' 3 03⁰ 46' 20,7'' 098⁰ 43' 03,2'' III 1 03⁰ 47' 22,3'' 098⁰ 43' 02,5'' 2 03⁰ 46' 54,5'' 098⁰ 43' 26,8'' 3 03⁰ 46' 30,1'' 098⁰ 43' 30,4''

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah botol sampel, peralatan analisis kimia di laboratorium, pH meter, Global Positioning System (GPS), kertas label, kertas whatman, coolbox, eckmen grab, plastik, ember, timbangan, Hot plate, Refractometer, termometer dan Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biota air berupa kerang darah (Anadara granosa) yang diambil dari setiap stasiun pengamatan, sampel air dan bahan kimia (HNO3, alkohol, dan aquabides), baik untuk analisis logam berat, analisis kualitas air maupun untuk keperluan pengawet sampel.

Prosedur Penelitian

Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi sampling untuk pengambilan logam berat adalah Purpossive Random Sampling pada tiga stasiun pengamatan.


(37)

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dimulai dari pukul 08.00-11.00 WIB. Pengambilan sampel kualitas air untuk parameter fisika dan kimia dilakukan secara langsung (insitu) pada masing-masing stasiun dan untuk parameter kimia air, air yang ada di stasiun diambil lalu dimasukkan ke dalam botol sampel dari masing-masing stasiun, air tersebut akan dianalisis secara (eksitu) di Unit Pelayanan Teknis Laboratorium Ilmu dan Dasar Umum (UPT LIDA) Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pengambilan sampel

Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan perahu nelayan. Contoh air diambil pada lapisan permukaan dengan menggunakan botol sampel 100 ml dan disimpan dalam coolbox. Pengambilan sedimen dilakukan dengan menggunakan Eckman grab. Sedimen dasar diambil sebanyak ± 200 gr dari tiap stasiun. Kemudian sampel tersebut dimasukan ke dalam kantong plastik dan disimpan dalam coolbox.

Selain dilakukan pengambilan sampel air dan sedimen, pada penelitian ini juga dilakukan pengambilan sampel biota air berupa kerang darah. Contoh kerang darah diambil dengan bantuan kapal nelayan di setiap stasiun dengan menggunakan penggaruk dan kerang yang tertangkap dengan alat penggaruk dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk mencegah kontaminasi logam selama pengangkutan ke laboratorium lalu kerang dimasukkan ke dalam coolbox. Pengambilan sampel biota air ini dilakukan untuk melihat kandungan logam berat yang ada dalam biota.


(38)

Penanganan sampel Preparasi Sampel Air

Preparasi sampel air dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Dasar Umum Universitas Sumatera Utara dan analisis logam berat dengan AAS dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sebanyak 100 ml sampel air dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahhkan HNO3 sebanyak 5 ml. Kemudian dipanaskan di atas hotplate sampai volume sampel air ± 30 ml, sampel didinginkan dan disaring dengan kertas saring whatman

0,45 μm. Filtrat diencerkan dengan aquabides dalam labu takar 100 ml dan dianalisis dengan menggunakan AAS (SNI 06 – 6989.8 - 2004).

Preparasi sampel sedimen

Preparasi sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Dasar Umum Universitas Sumatera Utara dan analisis logam berat dengan AAS dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Preparasi sampel dimulai dengan memisahkan sedimen dengan serasah atau cangkang kerang, kemudian contoh sedimen dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam. Setelah sedimen kering lalu digerus dan ditumbuk hingga halus. Bubuk sedimen yang dihasilkan kemudian ditimbang seberat 2 gram lalu diabukan dalam tanur selama 8 jam pada suhu 405 oC. Sampel yang telah menjadi abu ditambah HNO3 pekat sebanyak 10 ml . Hasil destruksi ini disaring dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Filtrat ini kemudian diukur dengan AAS (SNI 06 – 6989.8 - 2004). Proses preparasi sedimen di laboratorium terlampir pada Lampiran 4.


(39)

Preparasi Sampel Kerang

Preparasi sampel kerang dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Dasar Umum Universitas Sumatera Utara dan analisis logam berat dengan AAS dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Preparasi sampel dimulai dengan memisahkan daging kerang dengan cangkang, kemudian daging kerang diambil sebanyak 25 gram dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam. Kerang kering yang diperoleh digerus dan ditumbuk hingga halus. Bubuk kerang yang dihasilkan kemudian ditimbang seberat 4 gram lalu diabukan dalam tanur selama 8 jam pada suhu 405 oC. Sampel yang telah menjadi abu ditambah HNO3 pekat sebanyak 10 ml . Hasil destruksi ini disaring dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan aquabides sampai tanda batas. Filtrat ini kemudian diukur dengan AAS (SNI 06 – 6989.8 - 2004).

Parameter fisika- kimia perairan

Pengukuran parameter fisika dan kimia air dilakukan dengan dua cara, yakni secara langsung (insitu) dan secara tidak langsung (eksitu). Pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan (insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, pH, DO, dan salinitas sedangkan pengamatan secara tidak langsung (eksitu) yaitu kekeruhan. Parameter kualitas air dan metode analisis pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.


(40)

Tabel 2. Parameter kualitas air dan metode analisis

Parameter Satuan Metode Analisis/ Alat Lokasi

Fisika

1. Kekeruhan  NTU Turbidity meter ex situ

2. Suhu 

3. Salinitas 

o C ‰

Thermometer air raksa Ion-ion terlarut

In situ In situ Kimia

1. pH  - pH meter In situ

2. DO  mg/l DO meter/ Titrasi winkler In situ

Logam Berat

1. Pb  ppm AAS Laboratorium

Analisis data

Penentuan Konsentrasi Logam Berat

Penentuan konsentrasi logam berat dengan cara langsung untuk contoh air dan cara kering/ pengabuan untuk contoh sedimen. Pengukuran logam berat dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry), selanjutnya dihitung dengan formula (Hutagalung dan Sutomo, 1999) :

K. x V

Ws Keterangan:

K sebenarnya : Konsentrasi sebenarnya (mg/kg)

K.AAS : Konsentrasi Atomic Absorption Spectrofotometry (mg/l) Vp : Volume pelarut (L)

Ws : Berat sampel (mg)

Koefesien korelasi

Untuk mengetahui keeratan hubungan logam berat antara air dan sedimen dibuat analisis Korelasi Spearman, maka pengelolaan data akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0. Dimana yang korelasikan adalah nilai konsentrasi logam berat di air, sedimen, dan kerang.


(41)

Matriks korelasi menunjukkan hubungan antara variabel yang ada. Menurut Sugiono (2005) menjelaskan, koefesien korelasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan (Tabel 3).

Tabel 3. Interval korelasi dan tingkat hubungan antar faktor

Interval Koefesien Tingkat Hubungan

0,00 – 0.199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1 Sangat Kuat

Analisa deskriptif

Untuk melihat kondisi pencemaran logam berat pada air dan sedimen Perairan Pantai Belawan maka hasil analisis logam berat dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota laut berdasarkan KEPMEN LH No.51 tahun 2004.. Sedangkan untuk melihat kondisi pencemaran logam berat di sedimen berdasarkan

Reseau Nationald’Observation (RNO), 1981 diacu oleh Hamidah, 1986 dan untuk kondisi pencemaran logam berat pada kerang darah berdasarkan Depkes RI, 1989 (Tabel 4).

Tabel 4. Kriteria baku mutu kandungan logam Pb dalam air, sedimen,dan kerang

Logam berat Baku mutu

Timbal (Pb)

Air (mg/L) KEPMEN LH No.51 tahun 2004 (0,008 mg/L) Sedimen (mg/kg) RNO tahun 1981 (10 - 70 mg/kg)

Kerang (ppm) Depkes RI, 1989 (2 ppm)

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4, kriteria kandungan logam berat Pb dalam air dan sedimen yang diperbolehkan di perairan air laut. Apabila kandungan logam tersebut berada diatas nilai baku mutu, maka akan menyebabkan pencemaran atau berdampak negatif bagi biota di sekitar perairan.


(42)

Pada perairan alami, kandungan logam berat pada sedimen lebih besar daripada di perairan. Hal ini dikarenakan logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke sedimen kemudian berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen sehingga terjadi penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen (Widowati, dkk., 2008).


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Parameter Fisika dan Kimia

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kualitas air yang dilakukan di perairan Belawan Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara dengan tiga kali pengambilan sampel.

Parameter perairan yang diamati pada penelitian ini meliputi parameter suhu, kekeruhan, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas (‰), Pb Air, Pb Sedimen, dan Pb Kerang (Tabel 5). Hasil pengamatan kondisi fisika dan kimia perairan yang dilakukan selama penelitian memberikan gambaran mengenai kondisi Perairan Pantai Belawan.

Tabel 5. Parameter Fisika, Kimia, dan Timbal (Pb) selama penelitian

No Parameter Satuan Stasiun

I II III

1 Suhu 0C 31,11 31 30,33

2 pH 6,5 6,356 6,722

3 DO mg/l 3,27 3,53 3,6

4 Salinitas ‰ 22 23 27

5 Kekeruhan NTU 23,31 24,59 26,75

6 Pb Air mg/l 0,64 0,91 0,87

7 Pb Sedimen mg/kg 60,78 71,56 60,9

8 Pb Kerang mg/kg 10,48 12,03 10,92

Suhu

Nilai rata-rata suhu perairan dapat dilihat pada Gambar 3. Disetiap stasiun kisaran suhu antara 30,33–31,11 ºC, suhu tertinggi berada pada stasiun I adalah 31,11 ºC dan terendah 30,33 ºC pada stasiun III. Pengukuran suhu dilakukan mengingat pentingnya parameter ini dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia


(44)

d m t t t i D n 7 d m dan biolog mempengar Peni terlarut dan terutama d terhadap w intensitas pe

G

Derajat ke

Nila normal yan 7,5. Air aka dibawah pH mempunyai 1 1 2 2 3 3 Rata  ‐ rata   nilai   suhu   (ºC)

i. Pada b ruhi proses-ingkatan su n juga akan di lapisan p waktu, oleh enyinaran m

Gambar 3. R

asaman (pH

ai pH mene g memenuh an bersifat a H normal a

i pH yang d

0 5 0 5 0 5 0 5 st 3 biota atau -proses meta uhu dapat n menaikka permukaan karena itu matahari. Rata–rata n H) entukan kon hi syarat un

asam atau b atau 7, mak

di atas pH n

asiun 1

31.11

organisme abolisme ya

menyebab an daya ra ditentukan u suhu air

nilai suhu (ºC

nsentrasi io ntuk suatu k

basa tergant ka air terseb normal bersi

stas

3

yang hidu ang terjadi d

kan penu acun bahan n oleh sina

laut akan

C) pada stas

on hidrogen kehidupan m

tung besar k but bersifat

ifat basa (W

siun 2

31

up di suatu dalam tubuh urunan day

-bahan tert ar atau inte

seirama de

siun pengam

n dalam su mempunyai kecilnya Hi asam, seda Warlina, 200 stasiu 30.3 u perairan, h kerang da ya larut ok tentu. Suh ensitas mat engan perub

matan

uatu larutan i pH sekitar idrogen. Bi dangkan air

04).

un 3

33 suhu rah. ksigen hu air tahari bahan n. Air r

6,5-la pH yang


(45)

t y o t s ( D d o b h O Pada terdapat pad yaitu 6.356 organik bah terlarut ma semakin m (Rinawati, d Dissolve Ox Oks dalam pera organisme u berasal dari hujan dan a Olem, 1994 0 1 2 3 4 5 6 7 Rata  ‐ rata   nilai   pH

a Gambar 4 da stasiun I 6. Nilai pH

han yang te aka akan m meningkat a

dkk., 2008)

Gambar

xygen (DO)

sigen terlaru airan merup untuk tumb i difusi oks aktivitas fot 4). Rata–rat

sta

6

4 nilai rata– III yaitu 6.

H air yang erlarut sedik menyebabka akibat aktiv . 4. Rata–rat )

ut adalah ga pakan fakto buh dan berk

sigen yang tosintesis o ta nilai DO

siun 1

6.5

a–rata pH a .72 dan nila g normal m

kit. Semaki an nilai pH vitas mikrob

ta nilai pH p

as oksigen y or penting kembang b

terdapat di oleh tumbuh O pada pen

stas

6.3

air sekitar 6 ai pH terend mengindikas

in banyak j H menurun ba dalam m

pada stasiun

yang terlarut sebagai pe iak. Sumbe atmosfer, han air dan nelitian dap

iun 2

356

6,5–6.72. Ni dah terdapa sikan bahw umlah baha n, karena k menguraikan

n pengamata

t dalam air. engatur met er oksigen te

arus atau a fitoplankto at dilihat

stasiu

6.72

Nilai pH tert at pada stasi wa jumlah b an organik konsentrasi n bahan or

an

Oksigen te tabolisme t erlarut dala aliran air m on (Novonty

pada Gamb

un 3

22 tinggi iun II bahan yang CO2 ganik erlarut tubuh am air elalui y dan bar 5.


(46)

Y t S p y D b t Yaitu 3,27– terendah ter Salinitas Salin 1988). Rata pengamatan yaitu 27 ‰ Dilihat dari berada pad tersebut ma 0 1 2 3 4 Rata  ‐ rata   nilai   DO

–3,6. Nilai D rdapat pada

Gambar

nitas adala a-rata nilai n adalah 22 ‰. Sedangka i nilai salin da kisaran n asih baik unt

sta

3

DO tertingg stasiun I ya

5. Rata–rat

ah konsentr salinitas (G 2–27 ‰. N an nilai sali nitasnya sela

normal sali tuk perkemb

siun 1

3.27

gi terdapat p aitu 3,27.

ta nilai DO p

rasi total io Gambar 6) Nilai salini initas terend ama pengam initas untuk mbangan biol stas 3. pada stasiun pada stasiun

on yang te pada Perair itas tertingg dah selama matan Pera k air laut. logis kerang

iun 2

53

n III yaitu 3

n pengamat

erdapat di ran pantai B gi terdapat pengamata airan Pantai Nilai salin g darah. stasiu 3.6

3,6 dan nila

tan

perairan (B Belawan se

pada stasiu an adalah 2 i Belawan m nitas di per

un 3

6 ai DO Boyd, elama un III 22 ‰. masih rairan


(47)

K b d t a C p y s 2 r m k p Kekeruhan Kek banyaknya dalam air. K tersuspensi anorganik Cornwell, pada Perair yaitu berkis stasiun I y 23,306 NT rendah dib menggamba kedalam pe partikel kol 1 1 2 2 3 Rata  ‐ rata   nilai   salinitas   Gambar 6. n keruhan me cahaya yan Kekeruhan dan terla dan organi 1991 diacu ran Pantai sar antara 23 yaitu sebesa TU. Pada

bandingkan arkan sifat erairan. K oid fitoplan 0 5 0 5 0 5 0 St Rata–rata n enggambark ng diserap da

disebabkan arut (misaln

ik berupa u oleh Effen

Belawan se 3,306 –26,7 ar 26,746 N

umumnya n dengan optis perai Kekeruhan nkton. asiun 1 22 nilai salinita

kan sifat op an dipancar n oleh adan nya lumpu plankton d ndi, 2003). elama peng 746 NTU. N NTU dan te

perairan la perairan iran dalam

biasanya d

Stas

2

as pada stas

ptik air ya rkan oleh ba nya bahan o ur dan pas dan mikroo . Nilai rata gamatan dap Nilai kekeru erendah pad aut mempun tawar (Ef menyerap disebabkan siun 2 23 iun pengam ang ditentuk ahan-bahan organik dan sir halus), organisme l a-rata keker pat dilihat uhan terting da stasiun I nyai nilai ffendi, 200 sinar matah oleh parti 27 Stasiu matan kan berdas yang terdap n anorganik

maupun b lain (Davis ruhan (turb

pada Gamb ggi terdapat

III yaitu se kekeruhan 03). Keker hari yang m ikel tersusp 7 un 3 arkan pat di yang bahan s dan bidity) bar 7 t pada ebesar yang ruhan masuk pensi,


(48)

K a n t g G Kandungan Sela air disetiap nilai rata–r terendah di gambar bah 1 1 2 2 2 Rata  ‐ rata   nilai   kekeruhan   (NTU) 0 1 2 Komsemtrasi   logam   Pb   (mg/L)

Gambar 7. R

n Logam B

ama pengam stasiun mem rata tertingg i stasiun I d hwa nilai da

Ga 0 4 8 2 6 0 4 8 st 2 0 .5 1 .5 2 .5 3 st Rata–rata ni Berat Timb matan berlan miliki nilai gi terdapat dengan nila ari timbal se

mbar 8. Rat

asiun 1

26.746

tasiun 1

0.64

ilai kekeruh

al (Pb) dal

angsung kan rata–rata be t pada stas ai rata–rata emakin men ta–rata kon stas 24. stas 0

han pada sta

am Air

ndungan log erkisar anta

iun II yan 0.64 mg/L ningkat dari

sentrasi Pb

siun 2

.586

siun 2

.91

asiun pengam

gam Pb yan ara 0,64 – 0, ng bernilai L (Gambar stasiun I ke

pada air stasiu 23.30 stasiu 0.87 matan ng terdapat ,91 mg/L de 0,91 mg/L 8). Dilihat e stasiun

un 3

06

un 3

7 pada engan L dan pada II.


(49)

K K b P b s s K ( G Kandungan Kandungan bawah ini. Sela Pantai Bela berat Pb di stasiun III s stasiun 1 m

Kandungan

Has (Anadara g

Gambar 10. 1 2 3 4 5 6 7 8 Konsentrasi   logam   Pb   (mg/L)

n Logam B

n logam ber

Gamba ama peneliti awan berkis stasiun I se sebesar 60,9 enuju stasiu

n Logam B

il pengama

granosa) d . 0 0 0 0 0 0 0 0 0 st 6 Berat Timb

at timbal (P

ar 9. Rata–r ian ini, kan sar antara 6 ebesar 60,78 90 mg/kg. A un 2, kemud

Berat Timb

atan nilai k ari bulan J

asiun 1

60.78

al (Pb) dal

Pb) pada se

rata konsent ndungan log 60,78 – 71,5 8 mg/kg, di Ada pola pe dian menuru

al (Pb) dal

kandungan Juni hingg

stas

71

am Sedime

edimen dapa

trasi Pb dala gam berat P 56 mg/kg. R

i stasiun II eningkatan k un pada stas

am Kerang

logam ber ga bulan A

siun 2

1.56

en

at dilihat pa

am sedimen b di sedime Rata–rata k

sebesar 71, kandungan siun 3.

g

at Pb pad Agustus dap

stasiu

60.

ada Gambar

n

en pada Per kandungan l

56 mg/kg d di sedimen

da kerang pat dilihat

un 3

.9

r 9 di

rairan ogam dan di n pada darah pada


(50)

Gambar 10. Rata–rata konsentrasi Pb dalam kerang

Kandungan logam berat pada kerang darah (Gambar 10) berkisar antara 10,48 – 12,03 mg/kg. Rata-rata kandungan logam berat Pb pada stasiun I sebesar 10,48 mg/kg, stasiun II sebesar 12,03 mg/kg dan pada stasiun III sebesar 10,92 mg/kg. Ada kecenderungan peningkatan kandungan logam Pb dari stasiun I ke stasiun II dan terjadi penurunan kandungan logam Pb pada stasiun III.

Perbandingan Dengan Beberapa Penelitian Timbal (Pb) Pada Bivalva

Konsentrasi rata-rata logam berat timbal (Pb) pada kerang darah bila dibandingkan dengan konsentrasi rata-rata timbal pada organisme lainnya dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Konsentrasi Rata-rata Logam Timbal (Pb) dari Beberapa Penelitian terhadap Organisme di Perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara

No Biota Konsentrasi Pb (mg/kg)

1  Udang 0,1625*

2  Kerang Bulu 0,1377*

3  Cumi-cumi 0,0093*

4  Ikan Kepe-kepe 0,2738*

5  Kerang darah 0,1374* ; 0,042**

0 2 4 6 8 10 12 14

stasiun 1 stasiun 2 stasiun 3

Konsntrasi

 

logam

 

Pb

 

(mg/kg)

10.48

12.03


(51)

Sumber : *= Siagian, L.T.I (2004) ; **= Sitorus, H (2002)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di perairan Bagan Deli Belawan Sumatera Utara bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Siagian (2004) dan Sitorus (2002) pada tabel 8, maka hasil penelitian yang telah dilakukan jauh lebih tinggi dari hasil penelitian pada tabel 8. Konsentrasi Timbal (Pb) pada kerang darah yang diperoleh berkisar antara 10,48 – 12,03 mg/kg.

Korelasi Logam Berat Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang

Berikut ini merupakan hasil korelasi logam berat Pb antara air, sedimen, dan kerang (Tabel 5, 6, dan 7).

Tabel 5. Hasil analisis korelasi antara kandungan logam berat Pb pada air, sedimen, dan kerang di stasiun I

Parameter Regresi R² Korelasi

Kerang - Air

Y = - 20,265x +

25,149 0,131 0,362

Kerang -

Sedimen Y = -0,023x + 11,896 0,014 0,117 Air - Sedimen Y = 0,005x + 0,341 0,992 0,996

Tabel 6. Hasil analisis korelasi antara kandungan logam berat Pb pada air, sedimen, dan kerang di stasiun II

Parameter Regresi R² Korelasi

Kerang - Air Y = 12x + 1,112 0,689 0,830 Kerang -

Sedimen Y = 0,137 x + 2,260 0,992 0,996 Air - Sedimen Y = 0,008 x + 0,314 0,770 0,877

Tabel 7. Hasil analisis korelasi antara kandungan logam berat Pb pada air, sedimen, dan kerang di stasiun III

Parameter Regresi R² Korelasi

Kerang - Air Y = 8,833x + 3,180 0,792 0,890 Kerang -

Sedimen Y = -0,017x + 11,989 0,260 0,510 Air - Sedimen Y = 0,0x + 0,890 0,004 0,061


(52)

B. Pembahasan

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Suhu perairan merupakan salah satu parameter fisika yang penting bagi kehidupan biota laut. Cahaya matahari merupakan sumber panas yang utama di perairan, karena cahaya matahari yang diserap oleh badan air akan menghasilkan panas di perairan. Di perairan yang dalam, penetrasi cahaya matahari tidak sampai ke dasar, karena itu suhu air di dasar perairan yang dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu air di dasar perairan dangkal. Suhu air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas serta memacu atau menghambat perkembangbiakan organisme perairan (Yulistiana, 2007). Kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang optimal setiap biota mempunyai batas toleransi yang berbeda-beda. Suhu air adalah pengatur utama dalam proses-proses alami lingkungan perairan (Bahri, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Pantai Belawan bahwa nilai rata–rata suhu pada stasiun I adalah 31,11 ºC, nilai rata–rata suhu pada stasiun II adalah 31 ºC, dan nilai rata–rata suhu pada stasiun III adalah 30,33 ºC. Suhu di daerah penelitian masih sesuai dengan KepMen KLH/No51/2004 tentang baku mutu air laut untuk keperluan biota laut, nilai temperatur pada semua stasiun berada pada kisaran suhu alami (28-32°C).

Suhu juga mempengaruhi proses kelarutan logam–logam berat yang masuk ke perairan. Semakin tinggi suhu suatu perairan, kelarutan logam berat akan semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan Darmono (1995) yang menyatakan bahwa suhu yang tinggi dalam air akan menyebabkan laju biodegradasi yang dilakukan


(53)

oleh bakteri pengurai aerobik menjadi naik dan dapat menguapkan bahan kimia ke udara.

Nilai pH air yang normal juga mengindikasikan bahwa jumlah bahan organik yang terlarut sedikit. Semakin banyak jumlah bahan organik yang terlarut maka akan menyebabkan nilai pH menurun, karena konsentrasi CO2 semakin meningkat akibat aktivitas mikroba dalam menguraikan bahan organik (Rinawati, dkk., 2008).

Pada penelitian yang telah dilakukan di perairan Pantai Belawan bahwa nilai pH yang terdapat pada stasiun I adalah 6,5 dan menurun pada stasiun II yang memiliki nilai rata-rata pH sebesar 6,35. Sedangkan pada stasiun III memiliki nilai pH rata-rata adalah 6,72. Kondisi pH umumnya relatif konstan dan mendekati netral. Hal ini menunjukkan sifat air yang mempunyai sistem penyangga (adanya ion inkarbonat (H

2CO3) yang sangat baik terhadap perubahan pH, sehingga pH perairan relatif konstan atau akan sedikit mengalami perubahan. Apabila terjadi pembuangan limbah domestik dan industri yang terus menerus ke perairan akan mengakibatkan perairan menjadi tercemar dan dapat mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kimia air yang berperan pada kehidupan biota perairan. Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses pembakaran dalam limbah. Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut diproses untuk degradasi senyawa organik dalam air (Warlina, 2004). Menurut Mason, (1993) diacu oleh Bahri, (2002), oksigen terlarut dalam suatu perairan dapat dipengaruhi oleh bahan organik yang terdapat didalamnya


(54)

karena bakteri pengurai membutuhkan oksigen untuk proses perombakannya. Sumber Oksigenterlarut dari perairan adalah udara diatasnya, proses fotosintesa dan glikogen dari binatang itu sendiri. Oksigen terlarut merupakan parameter kunci yang dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan.

Hasil pengukuran oksigen terlarut di lokasi penelitian pada stasiun I memiliki nilai rata-rata 3,27, pada stasiun II memiliki nilai rata-rata 3,53 dan pada stasiun III memiliki nilai rata-rata 3,6. Variasi nilai oksigen terlarut pada setiap stasiun penelitian dimana nilai oksigen terlarut pada semua stasiun berada dibawah kisaran baku mutu air laut untuk biota laut yang diperbolehkan oleh KepMen No 51/MENKLH/2004 yaitu >6 mg/l.

Salinitas menggambarkan kandungan konsentrasi total ion yang terdapat pada perairan baik organik maupun anorganik (Effendi, 2003). Pada hasil penelitian terlihat bahwa nilai salinitas berkisar antara 22-27 ‰. Nilai salinitas terendah 22 ‰ terdapat di stasiun I yang dekat daratan, sedangkan nilai salinitas tertinggi 27 ‰ terdapat di stasiun III yang terletak jauh dari daratan. Perbedaan salinitas setiap stasiun sangat dipengaruhi oleh jarak posisinya terhadap sungai dan laut, dan diduga dipengaruhi debit arus pasang surut yang kondisinya cenderung berfluktuasi. Pada saat pasang pengaruh arus dari laut mendorong massa air sungai masuk ke bagian hulu sungai, sebaliknya pada saat surut massa air laut terdorong massa air sungai. Menurut Boy, (1988) diacu oleh Bahri, (2002) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi salinitas antara lain aliran air tawar, gelombang, angin, dan kecepatan pasang surut air. Berdasarkan KepMen No 51/MENKLH/2004 bahwa salinitas pada perairan Pantai Belawan masih berada pada batas normal.


(55)

Kekeruhan adalah gambaran sifat optik dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh partikel–partikel yang ada dalam air. Pada umumnya perairan laut mempunyai nilai kekeruhan yang rendah dibandingkan dengan perairan tawar (Effendi, 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan bahwa nilai rata–rata kekeruhan pada stasiun I adalah 26,746 NTU, pada stasiun II nilai rata–rata kekeruhan adalah 24,586 NTU, dan pada stasiun III nilai rata–rata kekeruhan adalah 23,306 NTU. Berdasarkan KepMen No 51/MENKLH/2004 bahwa baku mutu kekeruhan adalah <5 NTU, pada perairan Pantai Belawan nilai kekeruhan sudah berada jauh dari baku mutu dan hal tersebut diduga karena padatnya pemukiman penduduk disekitar perairan dan tingginya aktivitas industri maupun perikanan pada daerah tersebut.

Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan Kerang

Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Namun, timbal juga bisa berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. (Widowati, dkk., 2008).

Berdasarkan hasil penelitian logam berat Pb pada air bahwa pada stasiun I nilai rata–rata logam Pb adalah 0,638 mg/L, pada stasiun II nilai rata–rata logam Pb adalah 0,910 mg/L, dan pada stasiun III nilai rata–rata logam berat Pb adalah 0,876 mg/L. Berdasarkan KEPMEN LH No.51 tahun 2004 baku mutu air laut untuk biota adalah sebesar 0,008 ppm. Bila dilihat dari hasil baku mutu maka konsentrasi logam berat Pb pada perairan Pantai Belawan sudah tercemar.

Data ini menunjukkan bahwa pada stasiun II dan III banyak menerima limbah yang mengandung Pb, hal ini disebabkan lokasi tersebut lebih dekat ke


(56)

daerah pelabuhan. Daerah tersebut merupakan tempat pelabuhan perikanan dimana alat transportasi laut yang membutuhkan bahan bakar dan menghasilkan buangan limbah Pb yang akhirnya mempengaruhi kualitas air laut di daerah tersebut dan juga karena lokasi tersebut merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal yang limbahnya terbuang ke laut. Umumnya bahan bakar minyak mendapat zat tambahan tetraetil yang mengandung Pb untuk meningkatkan mutu, sehingga limbah dan kapal-kapal tersebut dapat menyebabkan kadar Pb di perairan tersebut tinggi.

Sedimen merupakan tempat tinggal tumbuhan dan hewan yang ada di dasar perairan. Dalam lingkungan perairan ada 3 media yang dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat yaitu air, sedimen dan organisme hidup (Fitriati, 2004). Secara teoritis sedimen merupakan salah satu indikator penting dalam pemantauan pencemaran, khususnya logam berat.

Hasil penelitian logam berat Pb dalam sedimen pada stasiun I memiliki nilai rata–rata 60,78 mg/kg, pada stasiun II memiliki nili rata–rata 71,561 mg/kg, dan pada stasiun III memiliki nilai 60,90 mg/kg. Berdasarkan Reseau National d’Observation (RNO), 1981 diacu oleh Hamidah, 1986 bahwa baku mutu kandungan logam berat Pb dalam sedimen adalah berkisar 10-70 ppm. Bila dilihat dari hasil penelitian maka stasiun II sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Hal tersebut terjadi karena pada stasiun II yang merupakan tempat pelabuhan perikanan yang banyak terdapat kapal–kapal yang membuang limbahnya secara langsung ke badan air dan aktivitas masyarakat sekitarnya juga ikut berperan dalam pencemaran pada stasiun II tersebut.


(57)

Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan besar bahwa perairan telah terkontaminasi oleh Pb. Kontaminasi ini seiring dengan berjalannya waktu akan dapat menimbulkan akumulasi baik pada tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan, dan akan berbahaya bagi biota yang hidup dan mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan, yang pada gilirannya akan berbahaya pula bagi manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.

Kerang mendapatkan makanan dengan menjaring (filter feed) jasad-jasad renik terutama plankton nabati atau hewani, sehingga apabila lingkungan tempat kerang tersebut tercemar logam berat, maka pada tubuh kerang akan terakumulasi logam berat dalam jumlah tinggi.

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap kandungan logam berat Pb pada kerang darah (Anadara granosa) bahwa stasiun I memiliki nilai rata–rata 10,48 mg/kg, stasiun II memiliki nilai rata-rata 12,033 mg/kg, dan stasiun III memiliki nilai rata–rata 10,927 mg/kg. Berdasarkan Depkes RI, 1989 baku mutu logam Pb dalam kerang adalah sebesar 2 ppm. Maka dari setiap stasiun pengamatan sudah jauh melebihi baku mutu.

Tingginya kandungan logam berat pb pada daging kerang darah di setiap stasiun diduga karena letak lokasi dekat dengan pelabuhan kapal-kapal, bongkar muat, kapal ikan, pabrik-pabrik, dan galangan kapal serta pemukiman penduduk. Selain itu, di sepanjang hulu sungai juga terdapat banyak pabrik industri, memungkinkan adanya limbah buangan air yang dibuang ke sungai terbawa air sungai dan berakhir di muara sungai dan menjadi tempat berkumpulnya zat-zat cemaran yang dibawa oleh aliran sungai tersebut. Hal ini sesuai dengan yang


(58)

dikemukakan oleh Rochyatun dan Rozak, (2007) penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme di lingkungan dan terakumulasi ke lingkungan terutama mengendap di perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara absorbsi dan kombinasi. Selanjutnya menurut Suprapti, (2008) banyaknya kandungan Pb ini disebabkan oleh sifat dari kerang darah termasuk hewan sedentari yang hidupnya relatif menetap di dasar perairan dan merupakan hewan deposit

feeder, sehingga mampu mengakumulasi logam berat Pb yang terdapat di lokasi tersebut.

Hubungan Kandungan Logam Pb dalam Air, Sedimen, dan Kerang

Untuk mengetahui keterkaitan antara kandungan logam berat Pb dalam kerang dengan kandungan logam berat Pb dalam air dan sedimen, maka dilakukan uji korelasi. Berdasarkan hasil uji korelasi antara kandungan logam berat Pb pada kerang, air, dan sedimen memperlihatkan adanya korelasi positif dan negatif antara kandungan logam berat yang diamati. Hasil korelasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5, 6, dan 7.

Dari hasil uji korelasi antara Pb daging kerang dengan Pb air dan sedimen pada ketiga stasiun pengamatan di perairan Pantai Belawan diperoleh nilai korelasi yang tertinggi pada stasiun I antara Pb air dengan Pb sedimen dan stasiun II antara Pb kerang dengan Pb sedimen dengan korelasi 99,6% dan merupakan hubungan korelasi yang sangat kuat dengan koefisien regresinya positif dan searah. Apabila di stasiun I Pb pada air meningkat konsentrasinya maka Pb pada sedimen juga akan meningkat konsentrasinya. Hal tersebut juga terjadi pada stasiun II antara Pb


(59)

kerang dengan Pb sedimen. Tingginya akumulasi logam berat Pb pada sedimen tersebut menyebabkan tingginya logam berat pada daging kerang darah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmad, (2009) sedimen di dasar perairan telah terkontaminasi oleh Pb seiring dengan berjalannya waktu maka Pb akan terakumulasi di dalam sedimen dalam jumlah yang lebih banyak lagi, juga di dalam tubuh biota yang hidup dan mencari makan di dalamnya.

Pada stasiun III nilai korelasi Pb air dengan Pb sedimen yang terendah dengan nilai kolerasi 6,1% dan koefisien regresi positif. Pada stasiun I nilai kolerasi Pb kerang dan Pb sedimen adalah 11,7 % dengan koefisien regresi negatif. Dimana semakin tinggi Pb kerang maka Pb pada sedimen akan semakin rendah.

Analisis Dampak Pencemaran Logam Berat Timbal

Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas, keanekaragaman dan kedewasaan ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi (Racmansyah, dkk ., 1998).

Kandungan logam berat yang menumpuk pada air laut dan sedimen akan masuk ke dalam sistem rantai makanan dan berpengaruh pada kehidupan organisme (Said, dkk., 2009).

Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan, pencernaan, dan penetrasi melalui kulit. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah


(60)

yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal) (Darmono, 2001).

Timbal (Pb) adalah salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Timbal dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut (Purnomo, 2009).


(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai kandungan logam berat Pb pada air, sedimen, dan kerang di Perairan Pantai Belawan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsentrasi logam berat timbal (Pb) di air memiliki kisaran nilai rata–rata 0,638–0,910 mg/L, Pb di sedimen 60,78-71,561 mg/kg, dan Pb pada kerang darah 10,486-12,033 mg/kg. Dengan kisaran nilai rata-rata suhu 30,33-31,11 ºC, pH 6,5-6,72, DO 3,27-3,6, salinitas 22-27 ‰, dan kekeruhan 23,31-26,75 NTU.

2. Korelasi yang tertinggi pada stasiun I antara Pb air dengan Pb sedimen dan stasiun II antara Pb kerang dengan Pb sedimen dengan korelasi 99,6% dan positif (searah). Sedangkan korelasi yang terendah terdapat pada stasiun III antara Pb air dengan Pb sedimen dengan nilai kolerasi 6,1% dan koefisien regresi positif

Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi masyarakat mengenai kelayakan daging kerang darah yang berasal dari perairan Pantai Belawan untuk dikonsumsi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pengambil kebijakan (Stake Holder) misalnya departemen Kelautan, Depperindag dan Bappedalda dalam pengawasan dan penjagaan kualitas lingkungan di perairan Pantai Belawan.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, I. 2000. Kandungan Logam Berat Cd, Pb, Cu dan Zn Dalam Air, Sedimen dan Berberapa Organisme Bentos di Muara Sungai Asahan, Sumatra Utara. Skripsi, Institut pertanian Bogor.

Alaert, G. dan S. Sri. 1987. Metode Penelitian Air: Usaha Nasional. Surabaya. Alloway, B.J. dan D.C. Ayres. 1993. Chemical principles of environmental

pollution. Chapman & Hall, London.

Apriadi, D. 2005. Kandungan Logam Berat Hg, Pb dan Cr pada Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Pema viridis L.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. IPB, Bogor. Skripsi.

Bahri, S. 2003. Tingkat Kontaminasi Logam Berat Hg dan Pb di Perairan Muara Cunda Lhokseumawe Aceh Utara. Tesis. Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan. USU Pres. Medan.

Bengen, D. G. 1998. Sinopsis Analisis Statistik Multivariabel Multidimensi. Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Connell, D. W., and G. J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Terjemahan. Penerbit UI Press. Jakarta.

Dahuri, R. 2001. Pengeelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya. Jakarta.

Darmono, 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta. Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. UI Press. Jakarta.

Dewi, K. S. P. 1996. Tingkat pencemaran logam berat (Hg, Pb dan Cd) di dalam sayuran, air Minum dan rambut di Denpasar, Gianyar dan Tabanan. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (Tesis).

Dharma, B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia. Sarana Graha. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Fitriati, M. 2004. Bioakumulasi Logam Raksa (Hg), Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Kerang Hijau (Perna viridis) Yang Dibudidaya di Perairan


(63)

Pesisir amal dan Cilincing Jakarta. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Forstner, U. dan G.T.W. Wittman. 1983. Metal pollution in the aquatic environment. Springer verlag. Berlin Heidelberg, New York, Tokyo, Germany.

Friedman, G.M. dan J. E. Sanders. 1978. Principles of sedimenology. John Wiley and Sons, New York.

Hutagalung, H.P. 1984. Logam berat dalam lingkungan Laut. Pewarta oceana IX No. 1 tahun 1984.

Hutagalung, H.P. dan Rochyatun, E. 1995. Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Cr, Zn, Ni), Balitbang Lingkungan Laut, Puslitbang Oseanologi. LIPI, Jakarta.

Inswiasri, Lubis, A. Dan Tugaswati, T. 1993. Kandungan Logam Kadmium Dalam Biota Laut Jenis Kerang-kerangan dari Teluk Jakarta, Pusat Penelitian EkologiKesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, http//:www.kalbc.co.id/files/08kandungankadmium103.html.

Koesbiono. 1989. Dasar-Dasar Ekologi Umum. IPB. Bogor.

Manahan, S. E. 2002. Environmental Chemistry. Seventh Edition. Lewis Publisher, New York.

Marganof, 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyerap Logam Berat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Meilanty, H.,Wahab, A.W., danYusafir, H. 2005. Analisis Kandungan Ion Timbal Pada Kerang Darah (Anaddara granosa) di Pada Pelabuhan Pare-Pare. Marrina Chimica, Oksigen, Oktober 2005. Vol. 6 No. 2. ISSN1411-2132. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (MENKLH). 2004.

Keputusan. MENKLH. No.51/MENKLH/2004, tentang Baku Mutu Air Laut, Jakarta.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis. Penerjemah: H.Muhammad Eidman. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.

Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta (Penerjemah Tjahjono Samingar).

Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta. Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.


(64)

Racmansyah, P.R, Dalfiah, Pongmasak dan T, Ahmad. 1998. Uji toksisitas logam berat terhadap benur udang windu dan nener bandeng. Jurnal Perikanan Indonesia.

Rahman, A. 2005. Kandungan Logam Tembaga (Cu) pada Karang Tipe Branching di Perairan Kepulauan Krakatau, Bioscientae, Vol. 2, No

2:11-16.

Rinawati, Supriyanto, R dan Dewi, S.W. 2008. Profil Logam Berat (Cd, Co, Cr, Cu, Fe, Mn, Pb dan Zn) di Perairan Sungai Kuripan Menggunakan

ICP- OES. Prosiding Seminar Nasional Sain dan Teknologi-II,17-18 November 2008. Lampung; Universitas Lampung. 251-366. Salim, E. 1997.

Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3S. Jakarta.

Rohyatun, E. dan Rozak, A. 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat dalam Sedimen di Perairan Teluk Jakarta, Makara, Sain, Vol. 11, No.1:28-36.

Said, I., Jalaluddin, M. N., Upe, A., dan Wahab, A.W. (2009). Penetapan konsentrasi logam berat krom dan timbal dalam sedimen estuaria sungai matangpondo Palu.

Jurnal Chemica,10(2), 40–47.

Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas. Padang.

Suprapti, N.H. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. BIOMA, Desember 2008. Vol. 10 No. 2 Hal. 53-56.

Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tahir, A. 2012. Ekotoksikologi dalam perspektif kesehatan ekosistem laut. Karya Putra Darwati. Bandung.

Tarigan, Z. dan Sediadi, A. 2000. Pemantauan Kandungan Logam Berat di Kawasan Perairan Irian Jaya, Artikel Lingkungan dan Pembangunan, 20 (3):

186-193.

Warlina, L. 2004. Pencemaran Air : Sumber, Dampak dan Penanggulangannya, Makalah Pengantar ke Falsafah Sain, Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Yulistiana, L. 2007. Penentuan Kualitas Air dan Kajian Daya Tampung Sungai Kapuas, Kota Pontianak. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian


(65)

(66)

Lampiran 1. Lokasi Penelitian

Stasiun 1

Stasiun 2


(67)

Lampiran 2. Alat dan Bahan

Eckman Grab Refrakto meter

GPS (Global Positioning System) Thermometer


(68)

pH meter Botol sampel

Gayung Botol winkler


(1)

minyak 5 PT. United

Rope Jl. KL. Yos Sudarso km 10 Pabrik pipa PVC dan nilon Limbah

cair -

HC, CO, VC, NH3, bau, zat pewarna, Cd, Pb

2. Jenis Industri yang beroperasi di sekitar sungai Belawan serta limbah yang dihasilkannya

No Nama

Perusahaan Alamat

Jenis Kegiatan

Jenis

Limbah Jenis Polutan 1 PT. Ever

Bright Paya Gell Baterai kering Limbah

cair Cd, zat pewarna 2 PT. Damai

Abadi Paya Gell Pelapisan logam Limbah cair, B3

CN, fenol, lapisan minyak dan lemak, B3 3 PT. Invilon

Sagita Paya Gell Pipa PVC Limbah cair

HC, VC, NH3, bau, zat pewarna, Cd, Pb 4 CV. Kawat

Kasa Tanjung Gusta Kawat Kasa Limbah cair

NOx,SOx, CO,H2S, Cl, bau, As, Cr, Zn, B3, Ni, lapisan minyak dan

lemak 5 PT. Kelambir

Jaya

Tanjung

Gusta Kertas

Limbah cair

Cd, sludge, BOD, COD, NH3, CaCO3, gas

buangan, Hg 6 PT. Everbright

Battery Factory Paya Gell Baterai kering Limbah cair

Lapisan minyak, Pb, Kekeruhan, zat pewarna.


(2)

Lampiran 8. Surat Hasil Uji dan Analisis Logam Pb pada Air, Sedimen, dan Kerang dengan Uji AAS dari Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(3)

(4)

(5)

(6)