IV-1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor
Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data tahun 2010-2014 maka dihasilkan peta
ancaman bencana tanah longsor tahun 2014. Hal ini digunakan sebagai acuan pembuatan pembuatan peta risiko bencana tanah longsor. Sesuai dengan PERKA BNPB
No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umun Pengkajian Risiko Bencana, bahwa peta risiko bencana berkisar 5 tahun kedepan.
IV.1.1 Hasil dan Analisis Penilaian Parameter Jenis Tanah
Hatasil yang diperoleh dari analisis spasial jenis tanah bahwa sebagian besar wilayah Kota Semarang terbentuk dari jenis erodibilitas tingkat kepekaan tanah
terhadap erosi yang rendah yaitu aluvial, asosiasi aluvial kelabu, grumosol, latosol cokelat, latosol coklat kemerahan sebesar 79,432, sedangkan jenis tanah beredobilitas
sedang yaitu mediteranian coklat tua sebesar 19,533, dan sisanya regosol dan amdosol termasuk erodibilitas tinggi sebesar 1,036.
Jenis tanah aluvial termasuk klasifikasi rendah kerena tanah aluvial merupakan tanah endapan lumut dan pasir halus yang terbawa oleh air. Tanah grumosol juga
termasuk klasifikasi rendah terhadap longsor dikarenakan tanah ini merupakan tanah kapur dan batuan gunung api yang memiliki curah hujan tinggi cocok untuk tanaman
jagung kedelai dan tebu. Tanah Latosol hampir sama seperti tanah grumosol. Jenis tanah mediteranian adalah tanah putih dari gamping atau batu endapan
yang mengalami pelapukan. Sehingga memiliki tingkat erodibilitas sedang dalam kepekaan terhadap longsor.
Sedangkan regosol umumnya merupakan tanah yang bersifat lepat-lepas dan dapat menyimpan air. Akibat kekuatan gesernya relatif lemah, apalagi bila air yang
dikandungnya semakin jenuh dan menekan. Peningkatan kejenuhan air dapat terjadi apabila tanah-tanah tersebut menumpang diatas lapisan tanah atau batuan yang lebih
kedap air. Jadi air yang meresap ke dalam tanah sulit menembus lapisan batuan di
IV-2
bawahnya, dan hanya terakumulasi dalam tanah yang relatif gembur. Kontak antara lapisan batuan dan tanah yang lebih kedap air dengan massa tanah diatasanya sering
menjadi bidang gelincir gerakan tanah. Hal ini yang menyebabkan tingkat erodibilitas tinggi.
Dan jenis tanah amdosol memiliki kandungan organik yang tinggi sehingga secara alamiah rentan terhadap terjadinya bencana tanah longsor. Tabel 4.1 menjelaskan
luas dan persentase jenis tanah tiap kecamatan.
Gambar 4.1 Peta Jenis erodibilitas Tanah Kota Semarang Tabel 4.1 Luas dan Persentase Jenis Tanah Kota Semarang setiap Kecamatan
No Kecamatan
Luas Kelas Jenis Tanah Ha Luas Total
Rendah Sedang
Tinggi Ha
1 Banyumanik
2739,687 352,912
3092,6 2
Candisari 313,592
347,736 661,327
3 Gajah Mungkur
214,058 727,329
941,386 4
Gayamsari 643,487
643,487 5
Genuk 2729,734
2729,734 6
Gunungpati 4685,771
1463,416 6149,188
IV-3
Tabel 4.1 Lanjutan
No Kecamatan
Luas Kelas Jenis Tanah Ha Luas Total
Rendah Sedang
Tinggi Ha
7 Mijen
5320,713 63,3
5384,013 8
Ngaliyan 2192,521
2298,994 4491,516
9 Pedurungan
2162,612 36,021
2198,633 10
Semarang Barat 2033,822
180,365 2214,187
11 Semarang Selatan
614,568 614,568
12 Semarang Tengah
535,356 535,356
13 Semarang Timur
561,735 561,735
14 Semarang Utara
1140,372 1140,372
15 Tembalang
1698,447 2084,21
362,575 4145,232
16 Tugu
2987,229 2987,229
Total Luas 30573,704
7518,263 398,595
38453,812
Preaentase Luas 79,508
19,551 1,037
100,000
IV.1.2 Hasil dan Analisis Penilaian Parameter Penggunaan Lahan