2
arif_wibowouny.ac.id
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di tengah rentannya kondisi keuangan global, perbankan syariah di Indonesia mencatatkan kinerja yang sangat bagus, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup fantastis dan menggembirakan, tumbuh
antara 40-45 persen per tahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan asset, peningkatan pembiayaan, ekspansi pelayanan jaringan kantor yang semakin meluas menjangkau
33 propinsi di Indonesia.
1
Dalam satu tahun terakhir, sampai dengan bulan Oktober 2012 yoy, aset perbankan syariah tumbuh ± 37 sehingga total asetnya menjadi Rp174,09 triliun.
Pembiayaan telah mencapai Rp135,58 triliun 40,06, yoy dan penghimpunan dana menjadi Rp134,45 triliun 32,06
Menurut data Bank Indonesia, kini sudah ada 11 Bank Umum Syariah BUS, 24 Bank Syariah dalam bentuk Unit Usaha Syariah UUS, dan 156 BPRS, dengan
jaringan kantor meningkat dari 1.692 kantor di tahun sebelumnya menjadi 2.574 di tahun 2012
2
.
1
Agustianto, “Peluang, Tantangan dan Outlook Perbankan Syariah 2013”, dalam www3.eramuslim.com,
diakses tanggal 18 Agustus 2013
2
Daftar Lengkap Bank Syariah di Indonesia, dalam http:bi.go.idpdaftar-lengkap-bank-
syariah-di-indonesia.html diakses tanggal 18 Agustus 2013
3
arif_wibowouny.ac.id
Jumlah jaringan kantor layanan perbankan syariah meningkat sebesar 25,31. Data diperoleh pada 17 Desember 2012. Pertumbuhan asset, DPK dan
pembiayaan juga relative tinggi, masing-masingnya adalah, aset tumbuh ± 37, DPK tumbuh ± 32, dan Pembiayaan tumbuh ± 40. Market share pembiayaan
perbankan syariah dibanding konvensional pun, sudah sebesar 5,24
3
. Dengan pertumbuhan yang besar tersebut, maka akan semakin banyak
masyarakat yang terlayani. Makin meluasnya jangkauan perbankan syariah menunjukkan peran perbankan syariah makin besar untuk pembangunan ekonomi
rakyat di negeri ini. Mengingat bahwa misi dasar dan utama syariah adalah pengentasan kemiskinan dan pembangunan kesejahteraan seluruh lapisan
masyarakat, perbankan syariah seharusnya tampil sebagai garda terdepan atau lokomotif terwujudnya financial inclusion. Bank syariah harus dapat dinikmati
masyarakat luas bahkan di masa depan sampai ke pedesaan dan pelosok negeri. Menurut survey Bank Dunia 2010, hanya 49 persen penduduk Indonesia
yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan formal. Dengan demikian masyarakat yang tidak memiliki tabungan baik di bank maupun di lembaga keuangan
non-bank relative masih tinggi, yaitu sebesar 52 . Kehadiran bank-bank syariah
3
Agustianto, “Peluang, Tantangan …”
4
arif_wibowouny.ac.id
yang demikian cepat pertumbuhannya diharapkan akan mendekatkan masyarakat kepada lembaga keuangan formal, seperti perbankan syariah.
4
Untuk itu, diperlukan satu mekanisme yang bisa
mengenalkan, mensosialisasikan, mengedukasi, dan mempromosikan bank syariah dengan lebih
efektif dan efisien kepada masyarakat luas, terutama kepada mereka yang selama ini belum tersentuh oleh edukasi dan sosialisasi perbankan syariah.
Di sisi lain, institusi Masjid dengan segala perangkatnya dewasa ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai sentral kegiatan-
kegiatan peribadatan, sosial, dan kemasyarakatan. Tidak menutup kemungkinan melakukan kegiatan-kegiatan seperti menyemarakkan Majelis Taklim, Taman
Pendidikan Al-Qur’an, unit pelayanan zakat, lembaga pendidikan dan sekolah, baitul maal, dan termasuk di dalamnya berbagai kegiatan untuk pengenalan dan sosialisasi
Perbankan Syariah. Selain jumlahnya yang sangat tersebar, Masjid akan sangat mudah
menjangkau hampir semua umat Islam. Pemberdayaan ekonomi Islam melalui Masjid merupakan kegiatan yang saling menguntungkan dan yang seharusnya
dilakukan. Untuk mendorong program untuk menggerakkan ekonomi syariah
melalui lembaga masjid dengan para pengurus dan ulama masjid sebagai pemuka
4
Agustianto, “Peluang, Tantangan …”
5
arif_wibowouny.ac.id
pendapat, perlu diketahui terlebih dulu sejauh mana penerimaan atas konsep dan produk perbankan syariah saat ini. Diharapkan, penyusunan strategi sosialisasi dan
promosi untuk para pengurus dan ulama masjid segera bisa dirumuskan. Dari latar belakang di atas, maka penelitian untuk mengetahui sejauh
mana tingkat penerimaan adopsi konsep dan produk perbankan syariah pada pengurus dan ulama masjid perlu dilakukan. Hasil output yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebuah rekomendasi untuk penyusunan program sosialisasi dan promosi bagi pengurus dan ulama masjid selaku anggota kelompok acuan dan
pemuka pendapat dalam perilaku beribadah dan bermuamalah.
B. BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN