MASJID AL IRSYAD SATYA DI KOTA BARU PARA

MASJID AL IRSYAD SATYA DI KOTA BARU
PARAHYANGAN
DAN SELASAR SUNARYO ART SPACE DI
BANDUNG
Mata Kuliah Filsafat Seni

Nama : Melida Atifa Rachmawati
NIM : 1211869023

Program Studi Desain Interior

Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

2 | Page

MASJID AL IRSYAD SATYA
Di Kota Baru Parahyangan, Kecamatan Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat, ada sebuah masjid kebanggaan. Masjid ini berhasil
menarik perhatian masyarakat dan para wisatawan mancanegara. Masjid
dengan desain unik dan menarik ini diberi nama Masjid Al-Irsyad, karya

arsitek kenamaan Ridwan Kamil.
Masjid Al-Irsyad terletak di sebelah Al-Irsyad Satya Islamic School
yang berafiliasi dengan Al Irsyad Singapore. Masjid ini berdiri di atas lahan
seluas 1 Ha dengan luas bangunan masjid 1700 m2 dan luas selasar 800
m2 diharapkan dapat menampung sekitar 1500 jamaah. Arsitek masjid
tersebut, Ridwan Kamil, menyebutkan bahwa desain masjid tersebut kaya
akan filosofi keagamaan. Ide masjid tersebut terinspirasi oleh Ka'bah yang
ada di Masjidil Haram, dengan bentuk kubus sederhana namun memiliki
kesan atau impresi yang kuat dan mendalam.
Masjid Al-Irsyad mulai dibangun pada 7 September 2009 dan
diresmikan pada 17 Ramadhan 1431 Hijriah tepatnya 27 Agustus 2010
silam. Bapak Sanusi Tanawi, Presiden Direktur Kota Baru Parahyangan,
dalam sambutannya mengatakan bahwa masjid tersebut dibangun untuk
menampung kebutuhan spiritual, pendidikan dan juga kebutuhan sosial
warga. Khususnya umat Muslim Kota Baru Parahyangan dan masyarakat
sekitarnya. Dengan pembangunan masjid tersebut diharapkan Kota Baru
Parahnyangan juga dapat tumbuh, berkembang dan terus berusaha
memenuhi fungsinya sebagai Kota Mandiri Berwawasan Pendidikan.

3 | Page


Penghargaan yang diraih
National Frame Building Association memilih Masjid Al-Irsyad, di
Kota Baru Parahyangan, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat (KBB),
menjadi satu-satunya bangunan tempat peribadatan di Asia yang masuk
ke dalam 5 besar “Building of The Year 2010. Perhelatan akbar dari para
arsitek seluruh dunia ini, menempatkan Masjid Al-Irsyad masuk dalam
kategori religious architecture.
Hal yang lebih membanggakan lagi, masjid berbentuk kotak ini
menjadi satu-satunya tempat peribadatan di luar gereja. Tempat
peribadatan lainnya San Josemaria Escriva Church dari Meksiko, Tampa
Covenant Church dari Amerika Serikat, Kuokkaia Church dari Finlandia, dan
Parish Church of St. Luke The Eva dari Prancis.
Terpilihnya Masjid Al-Irsyad lewat polling di internet di situs
ArchDaily.com untuk kategori rumah ibadah. ArchDaily adalah situs
publikasi arsitektur terpopuler dan berada di peringkat teratas versi Alexa
Global Internet Traffic. Situs yang dikelola praktisi arsitektur dan media ini
mulai beroperasi sejak 2008.
Kesuksesannya berasal dari seleksi yang ketat dalam memilih karya
yang layak dimuat. Sekitar 15 ribu karya arsitektur mencoba masuk ke

ArchDaily setiap tahun. Masjid Al-Irsyad tampil di antara 2.000 karya yang
berhasil masuk. Sekelompok kurator kemudian menyeleksi sekitar 2.000
karya tersebut untuk masuk dalam 14 kategori Building of the Year 2010.
Setiap kategori terdiri atas lima karya arsitektur.
Setelah memilih 70 desain arsitektur terbaik, keputusan akhir
diserahkan kepada pilihan pembacanya. Pengelola situs mengeluarkan
hasil voting pada 15 Februari dan kepopuleran Masjid Al-Irsyad dikalahkan
Gereja Tampa Covenant, Florida, Amerika Serikat. “Tidak jadi masalah
tidak menang,” kata Ridwan Kamil sang arsitek. “Masuk nominasi saja
sebuah prestasi buat saya.”
Lalu, apa yang membuat Masjid Al Irsyad, yang artinya tempat
pendidikan, ini berhasil menyisihkan puluhan, bahkan mungkin ratusan
tempat peribadatan lainnya?
Sepintas bentuk bangunan Masjid Al Irsyad tak menyerupai sebuah
bangunan masjid pada umumnya yang “selalu” memiliki kubah.

4 | Page

Bentuknya kotak atau kubus dengan warna dasar keabu-abuan. Namun
setelah masuk ke dalam masjid, kita akan merasakan sebuah kesejukan

yang biasa ditemui di masjid-masjid.
Ornamen di dalam masjidnya sederhana, tapi bisa dikatakan luar
biasa. Dikatakan luar biasa karena arsitekturnya relatif sederhana. Tapi
justru di situlah keunikannya, sederhana tapi memiliki daya magis yang
luar biasa.
Ketua DKM Masjid Al Irsyad, Adang Suryana memperkirakan,
keunikan arsitekturlah yang membuat Masjid Al Irsyad berhasil masuk 5
besar. Kekuatan Masjid Al Irsyad dari simbol-simbol yang digambarkan,
mulai dari halaman masjid sampai bangunannya.
Menurutnya, lansekap berbentuk garis-garis melingkar yang
mengelilingi bangunan masjid, terinspirasi dari konsep tawaf yang
mengelilingi Kabah. “Bangunan masjid berbentuk kotak itulah yang
terinspirasi dari bentuk Kabah yang sederhana. Meski sederhana tapi
mengandung makna yang sangat dalam,” kata Adang.
Dinding bangunan masjid bertuliskan dua kalimat syahadat dalam
bentuk kaligrafi 3 dimensional raksasa, yang tersusun rapi dari bata
berlubang. Dari sela-sela lubang itulah berembus angin dan cahaya
matahari. Meski bangunan masjidnya hanya memiliki luas sekitar 1.100
meter persegi dengan daya tampung sekitar 1.500 jemaah, namun
memiliki 99 buah lampu yang bertuliskan 99 nama suci Allah SWT atau

Asmaul Husna.
Pada malam hari, jika semua lampu itu menyala akan terlihat
kemegahannya. Keunikan arsitektur lainnya terletak pada bentuk
mihrabnya. Berbeda dengan mihrab masjid pada umumnya yang tertutup
rapat oleh dinding bangunan masjid, di Masjid Al Irsyad, mihrabnya
dibiarkan terbuka, sehingga nuansa alam pegunungan yang hijau terlihat
jelas.
Satu lagi keunikannya, mimbar khatibnya dirancang di atas air
jernih yang dihiasai ikan berwarna-warni. Tepat di atas air berdiri bola
besar, yang bertuliskan kaligrafi Allah SWT.
Wisata religi

5 | Page

Masjid Al Irsyad berdiri di atas lahan 1.100 meter persegi, dengan
luas tanah keseluruhan 1 hektare lebih. Berkat keunikan bangunannya itu,
jamaah yang datang tidak didominasi warga Bandung dan sekitarnya, tapi
juga dari Jakarta, luar Pulau Jawa, bahkan sampai mancanegara.
“Turis asal Malaysia sempat datang ke
Masjid Al Irsyad. Para turis ini sempat

menyatakan kekagumannya atas bentuk
arsitektur bangunan Masjid Al Irsyad.
Banyaknya orang luar Bandung yang
datang secara tidak langsung menjadikan Masjid Al Irsyad sebagai salah
satu tempat wisata religi baru,” ungkap Adang Suryana.
Masjid Al Irsyad mulai dibangun 7 September 2009 dan selesai 27
Agustus 2010. Bentuk bangunan berupa kotak atau kubus ini merupakan
buah karya Ridwan Kamil, salah seorang arsitek ternama di Indonesia.
Imam terkenal yang sering menjadi imam masjid antara lain Ustaz
Muhamad Suhud seorang Al-Hafiz (penghafal Alquran), dan Ustaz Mutakin
Kirman, Lc.
Arsitektur dan Interior Masjid
Desain masjid dirancang mirip Kakbah. Warna dasarnya abu-abu.
Penataan batu bata pada keseluruhan dinding terlihat sangat
mengagumkan. Batu bata disusun berbentuk lubang atau celah di antara
bata solid. Pembangunan masjid ini diarsiteki oleh Ridwan Kamil. Dia
menciptakan desain unik sebuah masjid yang memanfaatkan sinar
matahari. Pembangunan masjid menghabiskan dana sebesar Rp 7 miliar.
Desain arah kiblat dibuat terbuka dengan pemandangan alam. Saat senja,
semburat matahari akan masuk dari bagian depan masjid yang tak

berdinding itu.
Dilihat dari kejauhan, akan menghadirkan lafaz Arab yang terbaca
sebagai dua kalimat tauhid, Laailaha Ilallah Muhammad Rasulullah, yang
artinya Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Kekuatan desain Masjid Al-Irsyad tampak pada embedding teks kaligrafi
Arab dengan jenis tulisan khat kufi. Bentuknya, dua kalimah tauhid yang

6 | Page

melekat pada tiga sisi bangunan dalam bentuk susunan batu bata, yang
dirancang sebagai kaligrafi tiga dimensi raksasa.
Masjid ini mempunyai luas 1.871 meter persegi hanya memiliki tiga
warna yaitu putih, hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut
menjadikan tampil lebih cantik, modern, simpel namun tetap elegan dan
enak dipandang mata.
Di dalam interior masjid, Sebuah suasana yang menyejukkan
dihadirkan saat memasuki bangunan dan pengunjung dapat melihat
ornamen-ornamen di dalamanya. Arsitektur yang relatif sederhana,
dengan ornamen yang sederhana, membuat kehadiran Masjid ini menjadi
sungguh luar biasa. Interior bagian dalam masjid menggunakan lampu

sejumlah 99 buah. Angka 99 ini merupakan simbol 99 nama suci Allah
SWT atau Asmaul Husna. Penggunaan sejumlah 99 buah lampu ini juga
menjadi simbol bermakna khusus, bagi umat Islam yang beribadah salat
dan berdoa di dalam masjid ini, Insya Allah mendapatkan berkah dan
hidayah dari semua kebaikan 99 nama Allah SWT.
Celah-celah angin pada empat sisi dinding menjadikan sirkulasi
udara di ruang masjid begitu baik, sehingga tidak terasa gerah atau panas
meski tak dipasangi AC atau kipas angin. Di Bagian imam sengaja tanpa
dinding artinya menggambarkan bahwa setiap makhluk yang salat dia
akan menghadap Allah.
Lanskap dan ruang terbuka, sengaja dirancang berbentuk garisgaris melingkar yang mengelilingi bangunan masjid. Lingkaran-lingkaran
yang mengelilingi masjid itu terinspirasi dari konsep tawaf yang
mengelilingi Kakbah.
Ruang salat di masjid yang mampu menampung sekitar 1.500
orang jemaah ini tidaklah memiliki tiang atau pilar di tengah sehingga
terasa begitu luas. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas
sekaligus penopang atapnya. Bentuk mihrab di masjid ini dirancang
sebagai tempat menghadap Allah dengan konsep “keindahan alam dan
kebesaran Allah”.
Halaman masjid juga ditata dengan filosofis Kabah di mana lanskap

dan ruang terbuka dirancang berbentuk beberapa garis melingkar yang
mengelilingi bangunan masjid. “Lingkaran yang mengelilingi masjid ini

7 | Page

terinspirasi konsep tawaf yang mengelilingi Kabah,” katanya. Setiap hari
masjid ini tak hanya dikunjungi oleh masyarakat di sekitar Bandung, juga
dari seluruh nusantara. Bahkan, ribuan orang dari berbagai negara seperti
Malaysia, Singapura, Timur Tengah, Belanda, Australia dan beberapa
negara Eropa lainnya rela jauh-jauh untuk melihat keunikan dan desain
futuristik Masjid Al-Irsyad ini. Masjid ini menjadi tujuan studi para
mahasiswa arsitektur di seluruh dunia karena masjid ini penuh dengan
konsep arsitektur kelas dunia.
Masjid Al-Irsyad ini menjadi sebuah ikon baru di kawasan Kota Baru
Parahyangan. Sebuah pesan penting disampaikan dari tema arsitekturnya,
oleh 2 kalimat syahadat yang dijadikan kekuatan bangunan Masjid ini.
Bentuk susunan bata pada dinding sisi bangunan dirancang khusus
berbentuk kaligrafi 3 dimensi berukuran raksasa.
Disaat waktu magrib datang, cahaya-cahaya yang keluar dari
dalam Masjid Al-Irsyad ini akan keluar melalui lubang-lubang dinding yang

membentuk kaligrafi kalimat syahadat yang indah. Kaligrafi ini merupakan
wujud dari kaligrafi cahaya yang menakjubkan.
Umat Islam mengenal bangunan Kabah di Mekah, sebuah
bangunan yang bentuknya seperti kubus yang terletak di tengah Masjidil
Haram di Mekah, yang merupakan bangunan monumen suci bagi kaum
umat Islam seluruh dunia. Kabah juga merupakan patokan arah kiblat atau
arah patokan saat melaksanakan ibadah shalat.
Konsep tata letak masjid Al-Irsyad ini mendapatkan inspirasi konsep
Tawaf yang mengelilingi Kabah. Karenanya lansekap dan ruang terbuka
dirancang berbentuk garis-garis melingkar mengelilingi masjid. Konsep
desain bangunan masjid sendiri menyimbolkan Kabah, yang merupakan
bangunan paling suci bagi umat Islam. Bentuk Kabah mendekati bentuk
kubus sederhana. Karenanya, bentuk masjid ini pun menghadirkan aura
makna religi yang mendalam.
Desain menarik lainnya yang menarik dari bangunan Masjid ini
terletak pada bentuk Mihrab di dalam bangunan. Konsep yang diangkat
dalam

merancang


bentuk

Mihrabnya

sendiri

merupakan

tempat

menghadap Allah dengan konsep Kebesaran Alam. Mihrab ini menghadap
ke area terbuka, menghadap gunung dan bukit di tatar Parahyangan.

8 | Page

Kebesaran alam yang dilukiskan di area Mihrab ini merupakan simbol agar
sebagai manusia, hendaknya dapat selalu rendah hati dengan melihat
begitu megahnya kebesaran alam. Sehingga manusia juga akan dapat
bersyukur dan selalu berkomunikasi dengan Tuhannya. Sedangkan pada
pada bagian mimbar Khatib, ditempatkan diatas air dengan diletakkan
bola berukuran besar, dengan tulisan kaligrafi Allah SWT.
Satu hal yang ingin diungkapkan oleh disain masjid tersebut adalah
berusaha memanggil orang untuk beribadah di dalamnya, terutama di
saat maghrib hingga malam hari dengan kalimat syahadat yang muncul
pada dinding bagian luar masjid sebagai efek dari cahaya lampu dari
dalam masjid yang terpancar melalui lubang-lubang pada dinding masjid
tersebut.
Arsitektur Masjid
Pada awal perkembangan peradaban Islam lebih berkonsentrasi
pada pengaturan perilaku ketimbang membuat bentuk lambang-lambang.
Muhammad ketika diangkat sebagai rasul tidak dibekali dengan sebuah
cetak biru bangunan masjid atau gambar benda-benda perlambang dan
sejenisnya. Namun ketika kebudayaan Islam mulai menyusun bentuknya,
seirama dengan itu sejumlah lambang mulai diposisikan, baik yang
berasal dari bentuk pinjaman maupun orisinal. Bentuk-bentuk lengkung,
kubah menjadi bagian dari corak Islam, ketika Islam menjadi pewaris sah
dari budaya agung : Byzantium, Mesir, Persia, dan India.
Pengertian Masjid
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim.
Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut
musholla, langgar atau surau. Ibadah adalah sebuah kata yang diambil
dari bahasa Arab, yang artinya perbuatan atau pernyataan bakti terhadap
Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama, segala usaha lahir
batin yang sesuai perintah agama yang harus dituruti pemeluknya, dan
upacara yang berhubungan dengan agama. Ibadah dapat berarti juga
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan,
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain tempat

9 | Page

ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.
Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah
dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid.
Arsitektur masjid mencitrakan ketundukan dan keteraturan yang
menyelaraskan kehidupan sesama manusia maupun dengan Sang Khaliq.
Shalat merupakan kegiatan pertama yang diwadahinya. Baik itu bersendiri
atau berjamaah, ketika melaksanakan shalat seseorang sedang berdialog
pasrah kepada Sang Pencipta maupun terhubung sesamanya.
Unsur-unsur Fisik Masjid
Arsitektur Masjid yang terdiri dari elemen-elemen arsitekturalnya:
denah, pilar, mihrab, kubah, minaret, muqarnas, sampai ke hiasan
kaligrafinya, secara keseluruhan menyatu membentuk “kalimat” yang
berperan mengantar masuk menuju realitas tertinggi bagi kehidupan
spiritual. Namun arah kiblat dan posisi imam serta makmum adalah pokok
utama yang harus terpenuhi. Unsur lain seperti tempat wudhu, minaret,
mimbar, adalah kelengkapan sekunder saja bukan yang wajib harus
diadakan. Karena dalam sunnah Rasul memang tercatat betapa di
masjidnya terdapat sebuah sumur ditengah-tengah halaman yang menjadi
tempat para jamaah datang melaksanakan wudhu. Juga Rasul pernah
memerintahkan agar sahabat Bilal mengambil posisi yang tinggi di salah
satu bagian dinding pembatas masjid untuk menyerukan panggilan azan.
Demikian juga, mimbar pun datang menyusul kemudian ketika para
jamaah merasa perlu agar Rasul berada di posisi sedikit lebih tinggi ketika
sedang berdakwah di dalam masjid supaya mereka yang kebagian tempat
duduk di belakang dapat lebih jelas bertatap wajah. Jadi kedudukan hokum
benda-benda tersebut sebatas sunah saja.
Apabila kubah, kaligrafi, muqarnas, maksura, semuanya tidak ada
dalam tampilan arsitektur masjid, tidak akan berpengaruh terhadap syarat
sah atau tidaknya shalat berjamaah. Kedudukan hukum lebih ringan lagi,
di posisi mubah : boleh ada, tapi bukan keharusan. Doktrin ibadah Islam,
shalat, sangat luwes dan sangat minimal mensyaratkan penyediaan
fasilitasnya.
Namun ketika diposisikan sebagai lambang, bidang-bidang
geometrik pembentuk wujud arsitekturalnya, apakah itu persegi, bulatan,

10 | P a g e

bujur sangkar maupun lingkaran yang mengusung konsep spiritual
matematikanya. Garis dan bilangan yang terkandung di dalamnya bukan
sekedar menunjukan dimensi kuantitatifnya. Namun, merupakan jabaran
dari keberagaman yang terhubung sekaligus pada aspek kualitatif,
mengumandangkan pesan sesuatu. Sebuah panduan unsur-unsur yang
bersatu menciptakan keselarasan dan keindahan.
Ruang dalam Masjid
Ruang dalam adalah ruang yang tak dapat ditampilkan secara
lengkap dalam bentuk apapun dan hanya dapat dipahami dan dirasakan
melalui pengalaman langsung. Memahami ruang, mengetahui bagaimana
melihatnya, merupakan pengalaman tersendiri bagi manusia.
Manusia dengan segala kelengkapan fisik dan psikis
memungkinkannya untuk menanggapi, merespon berbagai macam bentuk
dan pengolahan ruang, serta pengaruhnya terhadap intelektual maupun
emosional mereka.
Implementasi pengalaman ruang dalam pada fasilitas ibadah
dominan menggunakan variabel pencahayaan dan skala ruang,
penggabungan dua hal tersebut dengan didukung variable lainnya
memberikan suasana spiritual dan skala ruang yang demikian besar
sehingga manusia merasa kecil dihadapan Tuhan. Variabel pencahayaan
dan skala ruang masih tetap dominan pada interior fasilitas ibadah mesjid.
Pendaran yang dibiaskan lampu-lampu memberikan kesan spiritual, juga
berfungsi mengembalikan skala manusia dibangunan yang besar dan luas.
Tata ruang dalam arsitektur masjid mencitrakan tata hubungan
kerundukan dan keteraturan yang menyeselaraskan kehidupan dengan
sesama manusia dan juga dengan Sang Pencipta. Orientasi kesatu titik,
kiblat adalah citra ketundukan semesta kepada Yang Satu. Citra hierarki
tata ruang abadi, tempat kedudukan jiwa suci di dalamnya. Masjid
merupakan pintu memasuki proses perubahan keadaan menuju jiwa yang
suci.
Teori Arsitektur dan Perilaku

11 | P a g e

Pendekatan perilaku, menekankan pada keterkaitan yang dialektik
antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan atau
menghuni ruang tersebut. Pendekatan ini menekankan perlunya
memahami perilaku manusia atau masyarakat yang berbeda-beda di
setiap daerah dalam memanfaatkan ruang. Pendekatan ini melihat bahwa
aspek-aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda akan
menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda. Karena
penekanannya lebih pada interaksi antar manusia dan ruang. Pendekatan
perilaku menekankan bahwa manusia merupakan makhluk berpikir yang
mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Didalam interaksinya, pendekatan perilaku memperkenalkan apa
yang disebut sebagai proses kognitif yakni proses mental dimana orang
mendapatkan, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuannya
untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang digunakannya.
Persepsi tentang Lingkungan
Persepsi lingkungan atau enviromental perception adalah
interprestasi tentang suatu seting oleh individu, didasarkan latar belakang
budaya, nalar, dan pengalaman individu tersebut. Setiap individu, dengan
demikian akan mempunyai persepsi lingkungan yang berbeda, karena
latar belakang budaya, nalar serta pengalamannya berbeda. Akan tetapi,
dimungkinkan pula beberapa kelompok individu mempunyai
kecenderungan persepsi lingkungan yang sama atau mirip, karena
kemiripan latar belakang budaya, nalar serta pengalamanya. Di dalam
kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, konsep ini menjadi sangat
dominan, oleh karena kajian arsitektur lingkungan dan perilaku justru
menekankan pada ragam dan kesamaan environmental perception
beberapa individu atau beberapa kelompok individu.
Apabila perancang tidak mencoba memahami persepsi lingkungan
masyarakat yang ia rancang lingkungannya, dimungkinkan tidak akan
terjadi sesuatu kualitas perancangan lingkungan yang baik. Di dalam
konteks studi antropologi lingkungan, isu mengenai persepsi lingkungan
ini akan menyangkut apa yang disebut sebagai aspek emic dan etic. Emic

12 | P a g e

menggambarkan bagaimana suatu lingkungan dipersepsikan oleh
kelompok di dalam sistem tersebut (bagaimana suatu kelompok
mempersepsikan lingkungannya). Sementara etic adalah bagaimana
pengamat atau outsider (misalnya perancang) mempersepsikan
lingkungan yang sama.
Masalah emic dann etic ini menjadi penting, karena kita akan
berhadapan dengan suatu pandangan subjektif yang berbeda tentang
suatu lingkungan yang sama. Dengan pandangan yang berbeda ini kita
akan mempersepsikan perkampungan kumuh (slums), kesumpekan
(crowding), tekanan lingkungan (environment mental pressures), ruang
privat dan ruang publik, ruang profane dan sakral secara berbeda. Setiap
orang atau kelompok masyarakat juga akan mempunyai persepsi yang
berbeda tentang lingkungan yang baik, standard minimal lingkungan. Bagi
arsitek, perbendaharaan tentang persepsi orang ini akan menjadi sangat
penting, karena mereka mempunyai peran untuk menciptakan suatu
lingkungan yang seoptimal mungkin dengan persepsi lingkungan orang
atau masyarakat yang akan menggunakan lingkungan tersebut.
Image (Citra)
Enviromental Cognition (Kondisi Lingkungan) à Image (Citra) ß à
Schemata (Skemata) Kondisi lingkungan atau environmental cognition
adalah suatu proses memahami (knowing, understanding) dan memberi
arti (meaning) terhadap lingkungan. Proses ini dalam kajian arsitektur
lingkungan dianggap penting karena merupakan suatu proses yang
menjelaskan mekanisme hubungan antara manusia dan lingkungannya.
Dijelaskan oleh Rapoport (1977) bahwa konsep kognisi lingkungan
dikembangkan oleh para ahli psikologi dan antropologi. Para psikolog,
mengartikan kognisi lingkungan lebih sebagai proses mengetahui dan
memahami (knowing and understanding) lingkungan oleh manusia.
Sementara antropolog lebih melihatnya sebagai proses pemberian
arti atau makna terhadap suatu lingkungan. Manusia sebagai makhluk
yang berasio dan berbudaya selalu berupaya untuk menstrukturkan,
memahami dan memberi makna terhadap lingkungan di sekitarnya. Proses
kognisi lingkungan ini penting dikarenakan ketika manusia ingin
membentuk atau mengubah lingkungannya, kognisi lingkungan ini bekerja

13 | P a g e

dan menentukan produk dari lingkungan yang akan diciptakan. Kognisi
lingkungan, sebagaimana dikatakan Rapoport, ditentukan oleh tiga faktor
yaitu; organistic, environmental, dan kultural. Ketiganya saling berinteraksi
mempengaruhi proses kognisi seseorang. Dimungkinkan bahwa satu
faktor lebih berperan daripada faktor lainnya, akan tetapi setiap faktor
harus terlibat dalam kognisi lingkungan ini.
Di dalam proses kognisi ini struktur dan rangkuman subjektif
pengetahuan, pemahaman, dan pemaknaan terhadap lingkungan disebut
sebagai schemata. Dengan kata lain schemata, diartikan sebagai kerangka
dasar dimana rangkuman pengalaman terhadap lingkungan baik yang
pernah dialami maupun yang sedang dialami terkonstruksikan. Schemata
sering juga diartikan sebagai proses coding (pengkodean) yang
memungkinkan individu menyerap, memahami dan mengartikan
lingkungan tempat ia sedang berinteraksi.
Kognisi yang bersifat abstrak dapat diproyeksikan secara spasial,
dan di dalam kajian arsitektur lingkungan dan perilaku disebut peta
mental. Peta mental atau sering juga disebut sebagai cognitive maps
didefinisikan sebagai pandangan spasial yang spesifik terhadap suatu
lingkungan dan berpengaruh terhadap pola perilaku seseorang. Oleh
karena peta mental ini dipengaruhi oleh faktor organismic, environmental,
dan kultural, maka setiap orang akan memiliki peta mental yang berbedabeda terhadap suatu lingkungan yang sama.
Image / citra didapat dari suatu tempat atau benda yang menonjol
dalam sebagian peta mental seseorang . Seseorang tidak dapat
membentuk peta mental yang jelas bila di suatu area terpresentasikan
imagenya dengan baik apabila penghuninya mampu membentuk peta
mental yang jelas terhadap tempat tersebut, yaitu jika mendapatkan
unsur-unsur simbolik yang menonjol.
Pemahaman Lingkungan
Pembentukan kognisi mengenai suatu lingkungan merupakan suatu
pengetahuan, pemahaman, dan pengartian yang dinamis dan berputar.
Setiap menjumpai suatu lingkungan yang baru, seseorang berusaha
membentuk kognisinya terhadap lingkungan tersebut berdasarkan latar

14 | P a g e

belakang pendidikan, kultur, serta pengalamannya. Proses ini meghasilkan
apa yang disebut lingkungan yang terkognisikan pada tahap awal atau
kognisi sementara. Kognisi sementara ini kemudian di tes dengan
informasi yang muncul dari lingkungna lain, serta pengalaman yang
berkembang dari orang tersebut. Hasilnya merupakan kognisi baru
terhadap kognisi sementara yang telah muncul sebelumnya.kognisi baru
ini yang kemudian mempengaruhi pola perilaku seseorang. Secara
berputar, perilaku ini kemudian, kembali berpengaruh terhadap proses
kognisi orang tersebut terhadap lingkungan baru yang ia kunjungi atau
tempati.
Pemahaman lingkungan bersifat tidak saja subjektif akan tetapi
juga dinamis. Persoalan ini menjadi isu yang sangat menarik sekaligus
memusingkan para perencana dan arsitek. Disatu sisi, perancah atau
arsitek harus menciptakan suatu lingkungan yang sesuai dengan persepsi
dan keinginan. Namun di sisi lain persepsi dan preference klient itu sendiri
sesuatu yang seringkali berubah atau berkembang.
Adapun unsur-unsur yang berpengaruh terhadap proses pembentuk
persepsi lingkungan yang subjektif :
· Tingkat kompleksitas unsur atau

· Tanda-tanda dan Tingkat aktivitas

objek (level of complexity)

· Pemanfaatan ruang

· Urban grain dan texsture.

· Tingkat kebisingan dan

· Skala, tinggi, dan kepadatan

penerangan,

bangunan.

· Unsur alami, Bau dan kebersihan

· Warna, material, detail
· Manusia : bahasanya, cara
berpakaian,
Masing-masing unsur akan secara keseluruhan mempengaruhi
proses pengartian, pemahaman, serta preferensi seseorang terhadap
suatu lingkungan. Tugas arsitek dan perencana kota adalah menyusun
keseluruhan unsur tersebut secara optimal, agar semakin banyak orang
dapat memahami, mengartikan, dan menyenangi lingkungan tersebut.
Kualitas Lingkungan

15 | P a g e

Keseluruhan proses pemahaman lingkungan, pada akhirnya akan
menghasilkan apa yang disebut sebagai persepsi mengenai kualitas
lingkungan. Konsep ini sangat penting dalam kajian arsitektur lingkungan
dan perilaku, terutama karena tujuan utama kajian arsitektur lingkungan
dan perilaku adalah untuk mencapai secara optimal kualitas lingkungan
yang baik. Kualitas lingkungan, didefinisikan secara umum sebagai suatu
lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau
sekelompok orang.
Definisi ini menegaskan bahwa dalam kajian arsitektur lingkungan
dan perilaku, kualitas lingkungan seyogyanya dipahami secara subjektif,
yakni dikaitkan dengan aspek psikologis dan sosio kultural masyarakat
yang menghuni suatu lingkungan. Pandangan ini menyempurnakan
pandangan sebelumnya, yang cenderung mengartikan kualitas lingkungan
dari aspek fisik dan bio-kimia saja (terutama menyangkut aspek
kebersihan).
Subjektifitas mengenai kualitas lingkungan ini harus dipahami oleh
arsitek dan perencana karena proses perancangan dan perencanaan
lingkungan sebenarnya merupakan proses tawar-menawar tentang
kualitas lingkungan.
Perlu diingat bahwa meskipun kualitas lingkungan sangat subjektif,
terdapat pula unsur-unsur dasar kualitas lingkungan yang harus kita jaga.
Sampai saat ini telah banyak disusun berbagai standar baku mutu
lingkungan yang ditujukan untuk menjamin terciptanya kualitas
lingkungan yang lebih baik.
Guna dan Citra
Bangunan, biar benda mati namun tidak berarti tak “berjiwa”.
Bangunan yang kita bangun ialah wadah bagi manusia. Oleh karena itu
merupakan sesuatu yang sebenarnya selalu dinapasi oleh kehidupan
manusia, oleh watak dan kecenderungan-kecenderungan, oleh napsu dan
cita-citanya. Seperti halnya pakaian. Dari pakaian, orang lain dapat
mengambil kesimpulan banyak tentang watak-sikap si pembuatnya,
tentang cita-citanya yang mulia atau kekosongannya.

16 | P a g e

Maka dalam membangun sebuah bangunan, ada dua lingkungan
masalah yang perlu kita perhatikan : Lingkungan masalah guna, dan
Lingkungan masalah citra.
Guna
Perkataan “guna” menunjuk pada keuntungan, pemanfaatan (use)
yang diperoleh. Pelayanan yang kita dapat darinya. Berkat tata ruangnya,
pengaturan fisik yang tepat dan efesiensi, kenikmatan (comfort) yang kita
rasakan di situ dan sebagainya. Guna dalam arti kata aslinya tidak hanya
berarti manfaat, untung materiil belaka, tetapi lebih dari itu punya daya
yang menyebabkan kita bisa hidup lebih meningkat. Bila udara panas,
rumah bisa berguna, berdaya guna karena di dalamnya tetap sejuk,
suasana kerja lebih semangat, iklim pergaulan lebih enak dan sebagainya.
Bila malam dingin, di dalam rumah tetap hangat.
Demikian suasana di dalam bisa lebih hangat juga, tidur dapat
nyaman dan sebagainya. Teori guna pada bangunan masjid menyangkut
fungsi dari bangunan yang sebagai tempat ibadah umat Islam. Sebuah
bangunan akan memberikan kesan baik bagi penggunanya apabila
bangunan telah dinyatakan benar/sesuai dengan fungsinya, disana
terjadin aktivitas-aktifitas peribadatan seperti sholat, mengaji, ceramah
keagamaan, dan sebagainya. Sesuatu tempat ibadah yang telah
dinyatakan benar secara fungsi akan membentuk citra yang baik serta
diharapkan dari suatu tempat peribadatan, maka disinilah teori citra
berperan penting dalam memaknai sebuah ruang peribadahan.
Citra
Citra sebetulnya hanya menunjuk suatu “gambaran” (image), suatu
kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. Citra tidak jauh
sekali dari guna, tetapi lebih bertingkat spiritual, lebih menyangkut derajat
dan martabat manusia yang berada didalam bangunan.Citra menunjuk
pada tingkat kebudayaan sedangkan guna lebih menuding pada segi
keterampilan/kemampuan. Bangunan adalah citra, cahaya pantulan jiwa
dan cita-cita penggunanya. Bangunan adalah lambang yang
membahasakan segala yang manusiawi, indah dan agung dari dia yang
membangunnya; kesederhanaan dan kewajarannya yang memperteguh

17 | P a g e

hati setiap manusia. Benda yang kita gunakan merupakan cermin dan
bahasa kemanusiaan kita yang bermatabat.
Keindahan yang tercipta oleh alam adalah keindahan ontologis
juga; datang dari keharusan kodrat pelestarian kehidupan dalam dirinya.
Keindahan yang dirasakan manusia bila memandang semua itu dalam
penghayatan mistis, bila itu, misalnya kita anggap sebagai memuja
Kemuliaan Tuhan, atau selaku peringatan untuk selalu bersikap mulia.
Penghayatan ontologis memakai bunga sebagai hiasan kamar di atas
meja, karena bentuk-bentuknya cantik estetis. Karena berfungsi rasional
dalam kegunaannya.
Masjid yang digunakan untuk tempat beribadah juga harus
memperhatikan pencitraan ruang dalamnya yang menciptakan mood
tertentu bagi orang yang datang ke Masjid. Pencitraan merupakan kesan
penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. Prinsip citra cahaya
selaku lambang rahmat Allah diterapkan juga oleh arsitek dengan
teknologi dan sistem-sistem konstruktif yang ingin melaraskan diri dengan
abad dan permasalahan modern.
Permainan bukaan cahaya, pemilihan warna, dan penataan interior
yang baik sangat mempengaruhi pencitraan ruang yang mampu
menciptakan kesan syahdu, tentram/tenang, khusuk, sejuk, dan terasa
alami seolah menghadirkan sosok Sang Pencipta.
1. Teori Estetika Islam • Perkataan estetika dalam bahasa Yunani ialah
aisthesis membawa maksud hal-hal yang dapat diserapkan oleh
pancaindera atau lebih khusus lagi ialah ‘kepekaan’. • Estetika juga boleh
diertikan sebagai persepsi pancaindera (sense of perception).
2. • Estetika sering diungkapkan sebagai persamaan makna seni,
tetapi ia berbeza dengan ‘falsafah keindahan’, kerana estetika tidak
semata-mata menjadi permasalahan falsafah. • Di dalamnya menyangkut
perbahasan ilmiah berkaitan dengan karya seni, sehingga menanggapi
bidang ilmiah,antaranya – keindahan dalam seni – pengalaman estetik, –
gaya atau aliran seni, – perkembangan seni dan sebagainya • Secara

18 | P a g e

langsung pengkajian falsafah estetika bersangkutan dalam bidang
psikologi, sosiologi, antropologi dan lain-lain.
3. • Menurut Dharsono,(Pengantar Estetika) mengatakan cabang
estetika dipecahkan kepada empat bidang utama iaitu: 1. Nilai estetika
(esthetic value) 2. Pengalaman estetika (esthetic experience) 3. Pengkarya
atau seniman 4. Seni.
4. • Secara umumnya perbincangan persoalan estetika adalah
membincangkan persoalan : – Apakah itu seni ? – Apakah teori-teori seni ?
– Apakah keindahan dan teori tentang keindahan ? – Apakah keindahan itu
objektif atau subjektif ? – Apakah keindahan itu berperanan dalam
kehidupan manusia seharian ?
5. • Menurut Jakob Sumardjo (2000), dalam buku bertajuk ‘Filsafat
Seni’ menjelaskan perbezaan antara falsafah estetika dan falsafah seni. •
Antara lain beliau menerangkan bahawa estetika mempersoalkan hakikat
keindahan alam dan karya seni, sedangkan falsafah seni mempersoalkan
hanya karya seni atau benda seni atau artifak yang disebut seni. • Hujah
berikut mendorongkan perbincangan tentang falsafah seni : 1. Karya seni
mengekspresikan gagasan dan perasaan, sedangkan alam tidak
mengandungi makna ekspresi semacam itu.
6. • Dalam karya seni, orang akan bertanya, apakah yang ingin
dikatakan karya ini atau apa maksud karya itu?, tetapi tidak pernah
bertanya serupa ketika menyaksikan keindahan matahari terbenam di
pantai, atau menyaksikan bentuk awan senja, derasnya air terjun, jadi
karya seni selalu membawa makna tertentu dalam dirinya, yakni ada
komunikasi seni dengan orang lain. • Sebagai contoh kecantikan seorang
wanita apabila dilihat pada mata kasar adalah sesuatu yang indah. •

19 | P a g e

Sebaliknya dalam sebuah karya seni lukisan wanita yang muda atau yang
tua tetap akan kelihatan indah dalam makna karya seni.
7. • Seni dapat meniru alam, tetapi alam tidak mungkin meniru
artifak seni. • Melalui alam kita melihat keindahan yang azali dan melihat
kebesaran tuhan yang mencipta alam ini. • Sebaliknya karya seni tetap
mempunyai makna dan dapat menyelami makna- makna tersirat yang
boleh dinilai.
8. TEORI ESTETIKA ISLAM • Merasakan keindahan bererti menghayati
sebuah objek atau hal yang dirasa indah. • Keindahan adalah fitrah yang
sudah ada di dalam diri manusia. Hal itu dapat dibuktikan ketika kita
terpaku dengan alam, lukisan, syair, atau alunan nada dengan komposisi
yang artistik. • Siapa yang tidak terpesona ketika melihat langit senja
selepas hujan yang menyemburat jingga dari biasan matahari yang
perlahan kembali ke peraduan? • Atau rumpun bunga yang segar dengan
butir-butir embun di permukaan kelopaknya di pagi hari? • Keindahan
adalah kurniaan Allah kepada makhluknya yang diciptakan juga dengan
keindahan. • Seperti yang termaktub dalam QS:32:7: ”Yang memperindah
segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia
dari tanah.”
9. • Islam mengandungi banyak keindahan di setiap ajarannya. Islam
itu sendiri adalah keindahan. • Budaya mengucapkan salam yang
mengandung doa serta keselamatan merupakan hal sederhana dari
penyebaran keindahan lewat kasih sayang terhadap sesama manusia. •
Islam mengajarkan saling mengasihi, menolong yang lemah, saling
mengingatkan, saling memberi, dan saling mendoakan. • Selesai solat,
kita sering memanjatkan doa, bukan hanya untuk diri kita sendiri,
melainkan juga untuk seluruh umat muslim, yakni, ” ....ampuni juga

20 | P a g e

saudara mukmin, baik yang masih hidup ataupun yang telah mati.” Hal ini
merupakan pertanda bahwa Ukhuwah Islamiah menjadi unsur dari dasar
Islam.
10. • Keindahan hanya dapat dirasakan oleh perasaan yang halus.
Kehalusan tersebut akan menangkap hal-hal yang indah di manapun, di
sekitarnya, di alam ini. • Sumber dari keindahan itu sendiri adalah cinta.
Lalu, berasal dari manakah cinta itu? Dengan sangat indah, Buya HAMKA
mengatakan: • ”Apa sebabnya ada keindahan? Sebabnya ialah karena ada
cinta. Dengan cinta, alam diciptakan. Tiap awal surat dalam Al-Quran
dimulai dengan bacaan ’bismillah’ yang bererti ’dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang’. Itulah kunci rahsia cinta di alam ini.
Segala seni yang tinggi, syair, musik, dan lukisan adalah laksana rumus
untuk membuktikan adanya Yang Rahman dan Yang Rahim. Sumber segala
cinta!”
11. • Imam Al-Ghazali dalam buku ”Kimiya-i Sa’adat” mengatakan:
”Keindahan bentuk luar yang dilihat oleh mata telanjang dapat dialami
bahkan oleh anak-anak dan binatang. Sedangkan keindahan bentuk dalam
hanya dapat ditangkap oleh mata hati dan cahaya visi dalam manusia
belaka.” • Ketika kita mengagumi sebuah lukisan dengan segala teknik
penguasaan dan komposisi warnanya, itu adalah apresiasi keindahan
melalui indra penglihatan. • Ketika kaki kita tiba-tiba tergerak-gerak saat
ada alunan muzik dan keluarlah senandung dari mulut kita, itu adalah
apresiasi keindahan melalui indra pendengaran. • Akan tetapi, apresiasi
melalui pancaindra tersebut merupakan tahap awal. Ada yang lebih tinggi
dari sekadar pencapaian keindahan melalui indra pendengaran, yaitu
melalui akal, hati, pikiran, dan ilmu yang kemudian bermuara pada
keimanan.

21 | P a g e

12. • Hal yang penting di sini adalah bagaimana perasaan tentang
keindahan itu dapat membawa kita kepada keyakinan terhadap Yang Maha
Indah, Yang Maha Halus, dan Sang Sumber dari segala cinta dan kasih. •
Dengan mengembangkan tiga hal yang ada dalam diri manusia, yaitu
akal, hati, dan kehendak maka akan bermuara kepada keyakinan akan
keberadaan Zat yang tak terbatas (infinite mind). • Kemegahan alam
dengan segala hal mempesona yang terkandung di dalamnya adalah
tanda-tanda keberadaan-Nya yang hanya boleh ditangkap oleh
pemahaman dan hati yang halus. Merasa atau syukur adalah hal pertama
yang ada pada diri manusia sebelum dapat berpikir. • Akan tetapi, tidak
cukup hanya boleh merasa kerana itu tidak bermakna apa-apa jika akal
tidak dapat mengambil hikmah. • Kita mesti sepakat dengan apa yang
dinyatakan oleh Titus Burckhardt dalam ”Sadre Art in East and West”,
yakni: ‘Art to the Moslem is a ‘proof of the divine extence’ only to the
extent that is beautiful....”
13. Kesimpulan • Falsafah Estetika ada hubungannya dengan nilai
keindahan dan nilai keindahan adalah berpaksi kepada kesenian. • Sejak
zaman Yunani Kuno lagi ahli-ahli falsafah telah membicarakan tentang
kesenian dan hubungannya dengan seniman. • Contoh Plato dengan
tegasnya tidak menerima para seniman dan menyatakan bahawa para
seniman sepatutnya dibuang dari republik (negeri). • Alasan beliau
bahawa seniman adalah seorang yang suka meniru objek fizikal dan
menipu dalam penghasilan karya. • Karya seniman bukanlah sesuatu
sumber sebenar untuk dijadikan sumber pengetahuan. • Sebagai contoh
dalam dialognya, “kalau manusia ingin mengkaji kerusi mesti melihat
kerusi sebenar bukannya lukisan atau karya kerusi”. • Beliau juga
menyatakan bahawa karya lukisan boleh menghalang manusia daripada

22 | P a g e

pengetahuan sebenar. • Oleh yang demikian beliau telah pun
membicarakan persoalan kesenian dalam falsafah kehidupan manusia. •
Aristotle pula telah mempertahankan mengenai mimesis dan menyatakan
bahawa peniruan itu adalah satu unsur yang perlu ada dalam fitrah
manusia. Manusia sering • meniru alam ciptaan Tuhan.

23 | P a g e

SELASAR SUNARYO ART SPACE
Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) adalah sebuah ruang dan
organisasi nirlaba yang bertujuan mendukung pengembangan praktik dan
pengkajian seni dan kebudayaan visual di Indonesia. Dididirikan pada
tahun 1998 oleh Sunaryo, SSAS aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
yang berorientasi pada edukasi publik. Dengan arahan dan dukungan dari
Yayasan Selasar Sunaryo, fokus utama SSAS adalah pada
penyelenggaraan program-program seni rupa kontemporer, melalui
pameran, diskusi, residensi dan lokakarya.
Sebagai pusat kebudayaan, SSAS menyelenggarakan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan disiplin-disiplin seni lain seperti
desain, kriya, seni pertunjukan, sastra, arsitektur, dan lain sebagainya.
Selain memajang koleksi permanen, SSAS juga menyelenggarakan
pameran-pameran tunggal atau bersama yang menampilkan karya-karya
para seniman muda dan senior, dari Indonesia maupun mancanegara.
Semua jenis kegiatan di SSAS—mencakup program anak-anak,
konser musik, pementasan tetaer, pemutaran film, pembacaan karya
sastra, ceramah dan berbagai aktivitas lainnya—dirancang berdasarkan
arahan dari Dewan Pertimbangan Kuratorial yang terdiri dari para
akademisi, kritikus dan praktisi seni. SSAS juga berkiprah dalam jejaring
seni rupa kontemporer internasional melalui kerjasama dengan berbagai
insitusi di luar negeri.
Selasar Sunaryo Art Space ( SSAS ) dimulai sebagai Selasar
Sunaryo Seni , realisasi mimpi lama Sunaryo untuk berkontribusi , dan
dukungan , pengembangan Fine Arts di Indonesia . Hari ini , sebagai
institusi , SSAS telah menjadi pemain kunci dalam seni dan lanskap
budaya Indonesia .
Pembangunan tidak-untuk -profit Art Space dimulai pada tahun
1994 dan mencakup area seluas sekitar 5.000 bentuk METRES.THE dasar
persegi bangunan ini terinspirasi oleh bentuk " kuda lumping " , artefak
budaya tradisional Indonesia . Kata " Selasar " mencerminkan konsep

24 | P a g e

desain : untuk ruang terbuka yang menghubungkan satu ruang dengan
yang lain , dan bertindak sebagai jembatan antara bangunan . Konsep
utama " Selasar " , juga mencerminkan tujuan ruang untuk
menghubungkan karya seni dengan penonton dan membawa budaya yang
berbeda bersama-sama .
Selasar juga merupakan ruang ' terbuka ' dalam arti bahwa
penerimaan gratis dan galeri menyambut seluas-luasnya penampang
masyarakat . SSAS bangga menawarkan kesempatan bagi semua untuk
menikmati seni , dan berfokus pada pendidikan seni . SSAS juga responsif
terhadap proyek-proyek dan inisiatif yang diusulkan oleh orang lain
apabila cocok .
Selasar Sunaryo Seni resmi dibuka pada bulan September 1998
dengan pameran tunggal karya Sunaryo yang berjudul Titik Nadir [ titik
terendah ] . Pameran ini mencerminkan keprihatinan seniman dengan
situasi sosial - politik di Indonesia pada saat itu . Itu adalah waktu
kekacauan dan keputusasaan bagi banyak orang Indonesia : rezim
Soeharto runtuh bersama dengan ekonomi dan banyak orang yang
menderita kelaparan .
Alih-alih menampilkan karya-karyanya untuk pembukaan ini telah
lama ditunggu , Sunaryo memilih untuk menyembunyikan karya seni dan
bagian dari bangunan dengan kain hitam . Dia mirroring kreativitas
terguncang , dan perasaan bahwa ia telah datang ke titik terendah nya ,
yaitu dengan Nadir Point. Tersembunyi , karya seni yang dibungkus yang
seharusnya dipamerkan pada kenyataannya telah menjadi karya seni baru
. Di gerbang galeri , di atas selembar kain hitam Sunaryo menulis :
" Bencana di negara kita telah memaksa saya untuk
menyembunyikan dan menutupi semua karya-karya ini . Seperti yang saya
sebutkan , pada tahun 1998 saya telah kehilangan energi saya untuk
membuat karya seni . Kemarahan , kesedihan , dan kecemasan telah
dibekukan segalanya , menyedihkan saya ke titik terendah saya. proses
menyembunyikan karya-karya ini sendiri merupakan karya seni ,

25 | P a g e

interaksi ... Binding , lipat , menyulam . aku tidak pernah tahu aku bisa
merasa begitu kaku dan menyembunyikan karya seni saya. aku hanya
menunggu bagi negara untuk mulai tersenyum . "
Dari pelantikan pada tahun 1998-2002 Selasar Sunaryo Art Space
menyelesaikan sejumlah renovasi serta mengembangkan dan
menambahkan beberapa fasilitas tambahan untuk mendukung Fine Art
Exhibitions . Sejumlah pameran skala besar dan pertunjukan seni telah
dilaksanakan .
Beberapa patung Sunaryos masih dirahasiakan , dan sudut-sudut
bangunan masih tertutup oleh kain hitam. Kain hitam memudar dan
membusuk . Bangunan itu memiliki cerita panjang dan perjuangan .
Visi & Misi
Selasar Sunaryo Art Space bertujuan untuk:
untuk mendukung pengembangan seni dan budaya, dan pembangunan
infrastruktur budaya yang berkelanjutan di Indonesia;
untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk
terlibat dengan kegiatan budaya, seni visual dan program
pendidikan seni;
untuk menjadi pusat sumber daya, yang menawarkan akses ke
informasi tentang Indonesia dan seni rupa internasional, dan,
untuk rumah dan mempelajari karya Sunaryo sebagai salah satu tokoh
terkemuka dalam perkembangan seni rupa Indonesia.
Dewan & Staf
Selasar Sunaryo Art Space adalah hukum di bawah dukungan dan
pemantauan Yayasan Selasar Sunaryo. The Curatorial Board: Bambang
Sugiharto, Garin Nugroho, Hendro Wiyanto, Sunaryo (Director)
Siswadi Djoko M, Vice Director

Rosiyani Aman, Manager

26 | P a g e

Chabib Duta Hapsoro, Curator

Maksi Nirwanto, IT Research and
Development

Conny Rosmawati, Finance
Irma Melati, Front Desk Officer
Elaine V. B. Kustedja , Program
Manager

Yus Herdiawan, Operational
Manager

Diah Handayani, Archive and
Documentation

Suherman, Security Coordinator

Arsitek : Baskoro Tedjo
Profile
Nama: Baskoro Tedjo
Tempat & Tanggal Lahir :
Semarang , November 30, 1956
Alamat Rumah PPR ITB M2B Dago
Atas Bandung
Aku n d o n e s i a (Telepon : +62
22 2504480, Mobile Phone: +62
812 2012496)
kantor : Jurusan Arsitektur ITB ,
Ganesha 10 - Bandung 40132

Telepon : +62 22 2502962 | Fax :
+62 222530705,
E-mail:
baskorotedjo@home.ar.itb.ac.id
Baskoro Tedjo & Associates ,
Dederuk 25 Bandung 40132,
Telepon / Fax : +62 22 2506080
Sunaryo bersama dengan Arsitek
Baskoro Tedjo merencanakan
desain Selasar Sunaryo Art Space
pada tahun 1994 .

- Latar Belakang Pendidikan
SD Randusari I Semarang , 19641969
SMPN II Semarang , Indonesia :

ITB, 1976-1982 ( Sarjana )
Poly Universitas New York ,
Amerika Serikat: 1987-1989

1970-1972
SMAN I Semarang , Indonesia :

( Master of Arts )
Universitas Osaka,Jepang: 1995-

1973-1975

1999 (PhD)

- Pendidikan Tambahan :

English Program Musim Panas di
Bells Sekolah Bahasa Inggris
Norwich : 1981

27 | P a g e

English Intensive421 Course di

1986 : Diangkat sebagai Staf

SUNY , Buffallo New York State -

Kuliah Departemen Arsitektur -

USA : 1985
Program Kursus Intensif Bahasa

ITB
Program Magister di Poly

Jepang untuk di Pusat Bahasa

University, New York , Amerika

ITB : 1994
Summer Course di Pratt Institut ,

Serikat, di bawah beasiswa

New York : 1987
Summer Course di City University,
New York : 1988
Lokakarya Space-Syntax di
Brasilia, dieksekusi oleh University
of Brazil bekerjasama dengan
University College London : 1999
- Experince Bekerja :
1982-1984 : Asisten Dosen ,
Departemen Arsitektur - ITB
1985: Anggota Tim Teknis

Fulbright : 1987-1989
1990-1995 : Dosen Jurusan Teknik
Arsitektur - ITB dan arsitek untuk
PT Atelier Enam , Bandung
1995-1999 : Program PhD di
Universitas Osaka , Jepang di
bawah OECF beasiswa
2000 sekarang : Dosen Jurusan
Arsitektur - ITB dan Staf Ahli PT
Bita Bandung , arsitek Baskoro
Tedjo untuk & Associates.

Indonesia untuk Expo 86
Vancouver , Kanada

The Building
Di lereng Dago Hills , tidak jauh dari pusat kota , sebuah Artspace
unik menawarkan kegiatan seni dan budaya bagi seluruh masyarakat.
Dibangun selama empat tahun (1993-1997) oleh Sunaryo dan
BaskoroTedjo , Selasar Sunaryo Art Space telah terbuka untuk umum sejak
September 1998. istilah ' selasar ' yang berarti ' beranda ' , mencerminkan
konsep desain , ruang terbuka yang menyambut semua yang ingin
mengalami seni dalam pengaturan yang unik ini . penciptaan dari
Artspace telah mimpi lama Sunaryo , sebuah karya yang didedikasikan ke
dunia seni dan masyarakat .
Ruang tingkat rendah karya seni hadir dengan muncul dan didirikan
Kontemporer Artis Indonesia dan Kontemporer pameran Seni Visual dari

28 | P a g e

Asia Pasifik . Tingkat atas ruang indoor dan outdoor pameran ini dipilih
karya Sunaryo termasuk lukisan , patung , cetakan dan instalasi.
' Personil Ruang A' ( Gallery A )
Personil Ruang A (sekitar 177 m2 ) , digunakan untuk rumah dan
menunjukkan karya-karya Sunaryo dipilih oleh Dewan Kurator berdasarkan
pada timeline dan periode penciptaan . Ruangan ini juga digunakan untuk
pameran skala besar mempromosikan seniman Indonesia dan luar negeri .
Stone Garden
Stone Garden ( sekitar 190 m2 ) , sebuah ruang terbuka yang
digunakan untuk menunjukkan Karya Sunaryo yang terbuat dari batu .
' Personil Ruang Sayap ' ( Wing Gallery )
Personil Ruang Sayap ( sekitar 48 m2 ) , digunakan untuk
menampilkan pameran karya seniman muda dari Indonesia maupun luar
negeri . Ruang ini juga digunakan untuk menyajikan koleksi permanen dari
Artspace yang mencakup karya-karya yang dipilih seniman dari Indonesia
dan luar negeri .
' Personil Ruang B ' ( Galeri B )
Personil Ruang B ( sekitar 210 m2 ) , digunakan untuk menyajikan
pameran seniman muda dari Indonesia maupun luar negeri . Ruang ini
juga digunakan untuk menyajikan koleksi permanen dari Artspace dan
karya-karya seniman dari Indonesia dan luar negeri .
' Kopi Selasar ' ( Selasar Cafe )
Kopi Selasar ( sekitar 157 m2 ) , sebuah kafe outdoor yang besar
adalah tempat yang tepat untuk bersantai dan menikmati kopi yang baik ,
makanan ringan dan makan siang , penggunaan nirkabel , atau hanya
menikmati pemandangan indah dari bukit Dago .
' Cinderamata Selasar ' ( Selasar Shop)
Cinderamata Selasar , toko mana orang dapat membeli dan array
seni budaya dan buku dan jurnal serta hadiah dan souvenir .
' Amphitheater '

29 | P a g e

Amphitheater (sekitar 198 m2 ), The amphiteater dari Selasar
Sunaryo Art Space adalah sebuah ruang terbuka melingkar dalam bentuk,
tersedia untuk pemutaran film , ceramah, diskusi panel , pertemuan ,
resepsi , konser musik, performingarts pementasan acara , pembacaan
puisi , pemutaran dan banyak lagi . Tempat ini memiliki kapasitas
maksimum 300 , dan memiliki layar besar untuk presentasi dan
pemutaran .
Bamboo House
Bamboo House (sekitar 76 m2 ), sederhana rumah yang terbuat
dari bambu . mengunjungi seniman sering menghabiskan malam
sementara terlibat dalam sebuah program dan juga digunakan oleh
seniman di tempat tinggal , dan tamu istimewa. Ini adalah rumah bambu
tradisional Sunda, yang dibangun untuk program Artist Residency dan
fungsi sebagai guesthouse bagi pengunjung khusus. Dikelilingi oleh
berbagai jenis pohon bambu, rumah dirancang untuk menjadi tempat
tinggal sederhana dengan suasa