Berisi masalah rutin yang sering terjadi, solusinya adalah standard dan baku. Prosedur yang berisi solusi terbaik dari pemecahan masalah yang ada atau mendekati solusi
standar. Teknologi yang digunakan adalah Sistem Informasi Manajemen SIM dan Penelitian Operasional.
2. Tidak terstruktur
Berisi masalah kompleks menggunakan pemecahan masalah yang tidak standar. Pencarian solusi melibatkan intuisi manusia sebagai dasar pembuat keputusan. Teknologi
yang digunakan adalah sistem pakar. 3.
Semiterstruktur Merupakan gabungan antara terstruktur dan tidak terstruktur, solusi masalah merupakan
gabungan antara prosedur solusi standar dan kemampuan manusia. Teknologi yang digunakan adalah SPK.
2.1.1 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan
Arsitektur sistem pendukung keputusan terdiri dari tiga komponen komponen utama subsistem, yaitu :
a. Subsistem data
database
, merupakan tempat untuk menyimpan data yang relevan bagi sistem dan diorganisasikan oleh suatu sistem dengan manajemen
database Database
Management System
DBMS sehingga data dapat diekstrasi dengan cepat. Data berasal dari sumber internal dari dalam perusahaan dan
eksternal dari luar perusahaan. b.
Subsistem model modelbase, digunakan untuk menggambarkan data dalam suatu model untuk memudahkan pemrosesan data tersebut.
c. Subsistem dialog
user system interface
, berfungsi sebagai perantara antara sistem dengan
user
. Inilah keunikan lain pada SPK, yaitu mampu
mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif. Subsistem dialog menengartikulasikan dan mengimplementasikan sistem sehingga pengguna
dapat berkomunikasi dengan sistem yang dirancang. Berikut ini tampilan arsitektur sistem pendukung keputusan dapat dilihat pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1 Arsitektur Sistem Pendukung Keputusan
2.1.2 Fase-fase dalam Pengambilan Keputusan
Interaksi Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Informasi
- Internet
- Referensi Jurnal dan
Skripsi -
Buku Panduan -
Riset Data
Perhitungan
- Himpunan variabel fuzzy
- Semesta Pembicara
- Domain
- Fungsi Keanggotaan
- Defuzzifikasi
Perbandingan Fuzzy Sugeno
Fuzzy Tsukamoto
Hasil Keputusan
Terdapat tiga fase yang harus dilakukan dalam proses pengambilan keputusan Simon, 2002, yaitu :
1. Fase Penalaran
Intelligence Phase
. Inteligensi mencakup berbagai aktifitas yang menekankan identifikasi situasi atau
peluang-peluang masalah. Dalam fase ini kita mulai mengenali permasalahan, situasi dan peluang untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut. Tahapan yang harus dilakukan
pada fase ini adalah : a.
Identifikasi masalah Dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti dan determinasi apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Pengambil keputusan berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi gejala-gejalanya,
menentukan ruang lingkupnya, dan mendefenisikannya secara terperinci. Intinya, apakah sistem melaporkan masalah atau hanya memberikan gejala-gejala dari sebuah masalah.
b. Klasifikasi masalah
Fase ini merupakan konseptualitas terhadap suatu masalah, dalam rangka menempatkannya dalam suatu klasifikasi sesuai tingkat strukturisasi pada masalah
tersebut. c.
Dekomposisi masalah Pada fase ini, masalah dibagi lagi menjadi sub-sub masalah. Masalah yang kompleks dan
rumit dapat disederhanakan lagi, sehingga dapat memudahkan proses pemecahan masalah.
d. Kepemilikan masalah
Menentukan apakah masalah tersebut dimiliki oleh suatu organisasi atau individu. Sebuah masalah ada dalam sebuah organisasi jika seseorang atau beberapa kelompok mengambil
tanggung jawab untuk mengatasinya. Ketika kepemilikan masalah tidak ditentukan, maka masalah akan diidentifikasi sebagai masalah orang lain. Oleh karena itu, kepemilikan
masalah harus ditentukan sehingga model yang dibangun bias relevan dengan kebutuhan si pemilik masalah.
2. Fase Perancangan
Design Phase
. Fase desain meliputi pengembangan dan penganalisisan tindakan yang mungkin untuk
dilakukan. Dalam fase ini akan dihasilkan analisis dari kemungkinan-kemungkinan solusi, alternatif solusi dan memprediksi dampak yang akan terjadi dari setiap alternatif
solusi dari permasalahan tersebut. Penentuan alternatif solusi dispesifikasi lagi, yaitu dilakukan setelah penentuan evaluasi alternatif solusi agar mengurangi waktu dan tenaga
dalam mencari alternatif solusi. Aktivitas dalam fase ini adalah ; a.
Membangun model dari permasalahan yang diteliti. b.
Menentukan kriteria pemilihan. c.
Mencari alternatif solusi. d.
Memprediksi dampak yang akan timbul. Proses desain merupakan kombinasi antara ilmu dan seni. Sebagai ilmu, ada
banyak kelas model standar, seorang analis dapat menentukan model mana yang dapat diaplikasikan pada situasi yang dihadapi. Sebagai seni, diperlukan kreatifitas dan
keterampilan yang tinggi ketika menentukan asumsi apa yang dapat bekerja, bagaimana menggabungkan fitur yang tepat dari kelas- kelas model, dan bagaimana
mengintegrasikan model-model untuk mendapatkan solusi yang tepat. Model merupakan komponen yang kritis di dalam proses pengambilan keputusan.
Pada prosesnya, kadang analis dapat membuat sejumlah kesalahan dalam pengembangan dan penggunaan model. Maka, harus dilakukan pengumpulan sejumlah informasi yang
benar dengan tingkat akurasi yang tepat, sehingga model yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan dari masalah yang diteliti.
3. Fase Pemilihan
Selection Phase
. Dalam fase ini dilakukan pencarian alternatif solusi yang sesuai dan dapat digunakan
untuk memecahkan masalah tersebut. Dimana dibuat suatu keputusan yang nyata untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase desain dan pemilihan kurang jelas,
karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut, yaitu analis bias saja kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain.
2.2 Logika