Desain Kemasan
B. Desain Kemasan
1. Bahan Bahan kemasan produk selai wortel menggunakan gelas jar polos yang kemudian ditempelkan label yang sudah di desain untuk menarik konsumen. Botol atau gelas jar yang digunakan berukuran kecil yang berukuran 500gr selai wortel. Jika dibandingkan dengan botol plastic, resiko yang ditimbulkan botol kaca memang lebih kecil. Sebab resiko yang ditimbulkan plastic, seperti yang dikutip dari literatur bahwa adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastic dapat melakukan migrasi ke dalam makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti polietilen, polipropilen, nilon polyester, dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik kimia plastik itu sendiri.
Pengemasan produk selai wortel menggunakan gelas jar yang berbentuk botol. Penutupan dilakukan secara manual kemudian gelas jar dibungkus denga plastik dengan menggunakan sealer agar tertutup rapat dan untuk menarik konsumen, sehingga produk yang dikemas memiliki umur simpan lama dan tetap mempertahankan kualitas produk.
3. Labeling Labeling pada pengemasan selai wortel terdiri dari judul produk, komposisi, netto, ijin produksi dariBadan POM, tandakelayakan produksi dari Majelis Ulama Indonesia, kadaluarsa dan produsen produk. Labeling ini bertujuan untuk mempromosikan produk yang sudah siap dipasarkan yang sudah berijin. Labeling pada selai wortel ini menggunakan stiker Glossy (bahan kertas).
1. Investasi Tabel 4.3 Biaya peralatan selai wortel
Harga (Rp)
3 Sendok kayu
7 Tabung Gas
Tabel 4.4 Investasi
Uraian
Biaya (Rp)
Biaya produksi selama 1 bln (Biaya tetap (FC) + Biaya tidak tetap (VC)
24.784.275 Biaya Pembelian Peralatan
2. Perhitungan Biaya Tetap (FC)
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha, biaya penyusutan alat, dan pajak usaha. Berikut ini adalah penjelasan yang berkaitan tentang biaya tetap
a. Biaya Usaha Biaya usaha meliputi biaya promosi, biaya administrasi, biaya sewa tempat dan gaji pimpinan. Biaya-biaya tersebut dijabarkan dalam Tabel 4.5 berikut ini :
Uraian
Rp/bln
Biaya Promosi
Biaya Administrasi
Gaji karyawan (10.000/hr x 5)
Biaya usaha tersebut dikeluarkan setiap bulan oleh pengusaha, biaya usaha merupakan biaya tetap karena biaya ini sudah pasti dikeluarkan dengan jumlah yang sama setiap bulannya. Biaya usaha yang dikeluarkan pada pembuatan selai wortel yaitu sebesar Rp. 1.500.000,00.
b. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan pada setiap peralatan pada proses produksi. Pada Tabel 4.6 berikut ini dijelaskan tentang besar biaya penyusutan terhadap peralatan yang digunakan.
Tabel 4.6. Biaya Penyusutan Peralatan
Nilai awal
@ satuan
(Rp)
Nilai awal (P)
(Rp)
Nilai Sisa
(S) (Rp)
Umur (N) (Rp)
Depresiasi (P-S)/N (Rp)
3 Sendok kayu 3 10.000 10.000
7 Tabung Gas
12 83700 · Depresiasi per tahun : Rp.83700/thn
· Depresiasi per bulan : Rp.6.975bln Biaya penyusutan ini harus dikeluarkan setiap tahun sebesar Rp. 83700, jadi setiap bulannya perusahaan menanggung beban biaya · Depresiasi per bulan : Rp.6.975bln Biaya penyusutan ini harus dikeluarkan setiap tahun sebesar Rp. 83700, jadi setiap bulannya perusahaan menanggung beban biaya
c. Total BiayaTetap (FC) Setiap proses produksi pasti memiliki biaya tetap dan berikut ini dijelaskan pada Tabel 4.7 biaya tetap yang harus dikeluarkan dalam produksi selai wortel.
Tabel 4.7. BiayaTetap (FC) Selai Wortel
Komponen Biaya Tetap
Rp/bln
Biaya Usaha
Biaya Penyusutan
Dari hasil perhitungan maka diperoleh biaya tidak tetap sebesar Rp. 1.506.975. hasil tersebut diperoleh dari besarnya biaya usaha yaitu Rp. 1.500.000 yang dijumlah dengan biaya penyusutan sebesar Rp.6975.
3. Perhitungan Biaya Tidak Tetap (VC)
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan hanya jika melakukan proses produksi. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan bahan pembantu, biaya bahan bakar/energi, biaya perawatan dan perbaikan. Dan berikut ini merupakan penjelasan dari biaya tidak tetap
Periode perhitungan 1 bulan = 25 hari kerja. Dalam 1 kali produksi menghasilkan 120botol Kapasitas produksi 1bulan= 25 x 120 gelas = 3000botol
Kapasitas produksi merupakan jumlah/besarnya produk yang dapat dihasilkan oleh produsen selama kurun waktu tertentu. Kapasitas produksi Selai Wortel setiap bulan adalah 3000botol. Kapasitas produksi tergantung dari besarnya bahan yang digunakan, jika bahan baku banyak maka kapasitas wortel tomat yang dihasilkan juga semakin banyak. Pada usaha ini dengan bahan baku wortel sebanyak
30 kg, gula 30 kg, pektin 300 gr, asam sitrat 3 kg, air 30 l maka diperoleh kapasitas produk setiap harinya yaitu 120 botol.
Setelah di ketahui kapasitas produksi maka dapat dilakukan perhitungan tentang besarnya biaya untuk bahan baku. Untuk mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan selai wortel maka dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8. Biaya Bahan Baku, Pembantu dan Kemasan Selai Wortel
Rp/hari Hari/bln Rp/bln
3 Asam Sitrat
6 Botol kaca
b. Biaya bahan bakar / energi Dalam pembuatan selai wortel diperlukan bahan bakar yang digunakan dalam proses pemasakannya dan biaya-biaya bahan bakar yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.9
No
Nama
Rp/bln
1 Listrik dan air
2 Gas (LPG)
Biaya bahan bakar dikeluarkan untuk membiaya bahan bakar yang digunakan selama proses produksi. Bahan bakar antara lain biaya air dan listrik, dan biaya gas (LPG). Biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 262.000 setiap bulan. Biaya ini dikeluarkan tergantung pada banyak tidaknya bahan baku yang akan diolah. Semakin banyak wortel yang diolah menjadi selai maka biaya bahan bakar akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
c. Biaya Perawatan dan Perbaikan Pada setiap proses produksi maka untuk peralatan yang digunakan pasti memerlukan perawatan dan perbaikan pada peralatan yang rusak. Maka dengan adanya hal tersebut maka diperlukan biaya perawatan dan perbaikan. Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Biaya Perawatan dan Perbaikan
Hari /bln
3 Sendok kayu
7 Tabung Gas
Besar biaya perawatan dan perbaikan sangat tergantung banyak atau tidaknya peralatan. Semakin banyak peralatan yang digunakan Besar biaya perawatan dan perbaikan sangat tergantung banyak atau tidaknya peralatan. Semakin banyak peralatan yang digunakan
d. Total Biaya Tidak Tetap (VC) Dari beberapa biaya yang dikeluarkan dalam setiap kali produksi maka dalam proses produksi ini dapat dihitung total biaya variabel dalam proses produksi ini dapat dilihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.11. Total Biaya Tidak Tetap Selai Wortel
Komponen biaya pokok produksi
Rp/bln
Biaya Bahan Baku
Biaya Bahan Bakar
Biaya Perawatan
Biaya Tidak Tetap per unit/ pergelas = 23.513.100: 3000
=Rp 8340,025 ≈ 8.350/ botol Dari hasil beberpa perhitungan biaya maka diperoleh biaya tidak tetap sebesar Rp23.513.100besar biaya tersebut diperoleh dari penjumlahan dari biaya bahan baku, biaya bahan bakar, dan biaya perawatan dan perbaikan.Setelah diperoleh jumlah biaya tidak tetap perbulan, maka dilakukan perhitungan untuk mencari besar biaya tidak tetap perbotol dengan cara jumlah biaya tidak tetap dibagi dengan kapasitas produksi.
4. Biaya Produksi (TC)
Setelah diketahui biaya tetap dan biaya variabel maka dapat dihitung besarnya biaya produksi. Besar seluruh biaya produksi dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Biaya Produksi Selai Wortel Komponen Biaya Produksi
Rp/bln
Biaya Tetap (FC)
Biaya Tidak Tetap (VC)
Jumlah
5. Harga Pokok Penjualan
Rumus :
kapasitas produksi
Biaya produksi
Harga pokok penjualan (HPP) =
= Rp 8.340,025/ botol = Rp 8.350/ botol Harga pokok penjualan merupakan harga minimal yang harus diberikan pada produk untuk menghindari kerugian. Harga pokok berasal dari biaya produksi (biaya tetap dan biaya varibel) dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan (kapasitas produksi). Harga pokok selai wortel setiap botolnya adalah Rp 8.350,00.
6. Harga Jual
Harga jual : Rp 11.000 / botol Rumus : harga jual x kapasitas produksi Penjualan = 11.000 x 3000
= Rp 33.000.000/bln Hargajualadalahharga yang diberikan pada produk setelah ditambah keuntungan sesuai yang diinginkan oleh perusahaan mengacu/berdasarkan harga pokok, sehingga untuk memperoleh keuntungan maka harga jual harus lebih tinggi dari harga pokok. Harga jual selai wortel Rp 11.000,00 tiap botol.
Rumus :Labakotor = hasiljual – biayaproduksi Labakotor = Rp. 33.000.000 – Rp. 25.020.075
= Rp 7.979.925,00 /bln Laba (keuntungan) merupakan selisih antara pendapatan dan pengeluaran atau selisih antara harga jual dengan harga pokok. Laba kotor merupakan laba yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan biaya produksi sebelum dikurangi pajak usaha. Laba kotor produksi selai wortel sebesar Rp 7.979.925/bulan dari 3000 botol selai wortel.
8. Pajak Usaha
Pajak usaha = 10% x laba kotor
= 10% x 7.979.925 = Rp 79.792,5./bln
Pajak usaha ini dikeluarkan setiap bulan dengan perhitungan yaitu besar pajak yaitu 10 % dikalikan dengan besarnya laba kotor. Besar pajak usaha yang diperoleh dari perhitungan yaitu Rp. 79.792,5.
9. Laba Bersih per Bulan
Rumus : Laba bersih = laba kotor – pajak kepemilikan usaha
Laba bersih = 7.979.925 – 79.792,5
= Rp 7.181.932,5 /bln Laba bersih merupakan laba yang diperoleh dari selisih laba kotor dengan pajak kepemilikan usaha. Laba bersih produksi selai wortel setiap bulannya adalah Rp 7.181.932,5/bulan dari 3000 botol selai wortel.
10. BEP unit
Rumus :
/ ( / produksi kapasitas HrgJual VC
= 464,987 ≈ 465botol/bln
Break Even Point merupakan titik keseimbangan dimana pada titik tersebut pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan, artinya titik impas dimana perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan. Produksi selai wortel mencapai titik impas pada tingkat produksi 943botol dari kapasitas produksi 3000 botol setiap bulannya. Jadi selisih antara kapasitas produksi dan titik impas merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu usaha atau produksi selai wortel ini tetap dapat berjalan.
11. ROI sebelum pajak
Rumus :
Investasi
laba kotor
x 100 %
ROI sebelum pajak =
12. ROI setelah pajak
laba Bersih
ROI sesudah pajak
Return of Investment merupakan kemampuan modal untuk mendapatkan keuntungan atau persentase keuntungan yang diperoleh dari besarnya modal yang dikeluarkan. Return of Investment produksi selai wortelsebelum pajak adalah 31,89 % sedangkan Return of Investment produksi selai wortel setelah pajak adalah 28,70 %.
Rumus : POT =
laba kotor
= 3,25(3 bulan) POT merupakanwaktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih. Produksi selai wortel akan kembali modal dan mendapatkan keuntungan bersih setelah proses produksi berlangsung selama 3 bulan.
14. Benefit cost ratio (B/C ratio)
Rumus : =
Biaya oduksi
Pendapa
Pr
tan
= 1,3 Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Jika niali B/C lebih kecil dari 1, maka proses produksi tidak layak untuk dilakukan karena perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya jika B/C lebih dari 1, maka proses produksi (usaha) tetap dapat dijalankan karena perusahaan mendapatkan keuntungan. Jika B/C sama dengan 1 maka perusahaan mengalami titik impas (tidak untung dan tidak rugi), artinya perlu mempertimbangkan beberapa faktor untuk tetap menjalankan usaha. Dan pada usaha manisan basah tomat ini memiliki B/C lebih dari 1 yaitu 1,3 sehingga usaha ini masih bisa di jalankan.
Tabel 4.13Penentuan Nilai IRR
Thn
Cost © Pemeliha- raan
Produksi
Total
Benefit (B)
9% NPV Investasi
DF DF 1 605895300
0 -605895300 0.952381 -577043143 0.91743 -555867248 2
= 7,83 % IRR (Internal Rate of Return) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkannet present value sama dengan 0 (nol). Dengan demikian apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) dikatakan proyek atau usaha tersebut dapat (layak) dilaksanakan, bila sama dengan SOCC proyek akan mendapat modalnya kembali tetapi apabila dibawah dari SOCC maka proyek tidak layak dilaksanakan dan dicari alternatif lain yang lebih menguntungkan (Ibrahim, 2003). Pada produksi Selai Wortel ini hasil dari IRR adalah 7,83 % sehingga usaha ini layak dilaksanakan.