EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X RSBI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA

DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA

Skripsi

Skripsi

Oleh : Tutut Widowati K 2308012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA

Oleh : Tutut Widowati K 2308012

Skripsi

Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari

Tanggal

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Rini Budiharti, M.Pd NIP. 19582708 198403 2 003

Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd NIP. 19770717 200501 2 002

commit to user

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi :

Ketua

: Drs.Supurwoko, M.Si

........................ Sekretaris

: Drs. Trustho Raharjo, M.Pd

........................ Anggota I

: Dra. Rini Budiharti, M.Pd

........................ Anggota II

: Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd

........................

Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan, Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002

commit to user

Tutut Widowati. K2308012. EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN FISIKA KELAS X RSBI DI SMA NEGERI 3 SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perencanaan proses pembelajaran Fisika kelas X Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di SMA Negeri 3 Surakarta, (2) pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi penilaian hasil pembelajaran Fisika kelas X Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di SMA Negeri 3 Surakarta, dan (3) kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri 3 Surakarta dalam melaksanakan program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) pada proses pembelajaran Fisika

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode evaluasi dengan model CIPP. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian di SMA Negeri 3 Surakarta dilaksanakan secara bertahap dari bulan Juni 2011 hingga bulan Mei 2012. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, hasil kegiatan observasi dan hasil analisis dokumen dengan teknik purpose sampling (sampling bertujuan) didukung dengan teknik snowball sampling (sampling bola salju). Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta, Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMA Negeri 3 Surakarta, Penanggung Jawab Program RSBI SMA Negeri 3 Surakarta, Guru Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta, dan 30 siswa kelas X SMA Negeri 3 Surakarta. Kelas yang diobservasi dalam penelitian ini adalah kelas X-3, kelas X-5, kelas X-7, kelas X-8 dan kelas X-10. Validasi data dilakukan dengan triangulasi metode dan sumber untuk memeriksa keabsahan hasil penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif dari Miles & Huberman yang meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi serta penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa (1) perencanaan proses pembelajaran Fisika di Kelas X SMA Negeri 3 Surakarta masih menunjukkan beberapa aspek yang belum sesuai dengan Standar Proses (SP) maupun standar program RSBI, di mana aspeknya terdiri dari visi misi sekolah, pemahaman tentang RSBI, kurikulum, perangkat pembelajaran, kompetensi guru, karakteristik siswa, dan kelengkapan sarana dan prasarana, (2) pelaksanaan proses pembelajaran Fisika Kelas X RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta juga masih menunjukkan beberapa aspek yang belum sesuai baik dengan Standar Proses (SP) maupun dengan standar program RSBI, di mana aspeknya terdiri dari (a) persyaratan pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi rombongan belajar, beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas, (b) pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, (3) kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri 3 Surakarta dalam melaksanakan program RSBI pada proses pembelajaran Fisika antara lain (a) guru masih kesulitan dalam mengubah pola pikir siswa-siswinya yang masih terbawa pola pikir mereka ketika masih di SMP, terbatasnya

commit to user

pembelajaran Fisika dengan memanfaatkan email dan e-learning karena belum adanya blog pembelajaran Fisika, (b) siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru, merasa kesulitan juga dalam mengerjakan soal- soal Fisika baik yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris, serta belum terfasilitasinya kegiatan praktikum secara maksimal selama proses pembelajaran Fisika di kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta, dan (c) pihak sekolah terkendala masalah kedisiplinan dan ketertiban siswa yang dirasa masih perlu ditingkatkan lagi, belum adanya fasilitas locker yang seharusnya sudah tersedia di sekolah RSBI, belum dilaksanakannya Sistem Kredit Semester (SKS) serta moving class yang idealnya sudah diterapkan di sekolah RSBI, kendala dalam menyetarakan segenap SDM di SMA Negeri 3 Surakarta ini untuk menjadi level SBI, serta pelaksanaan sister school antara SMA Negeri 3 Surakarta dengan sekolah di Turki yang mengalami kemacetan

commit to user

Tutut Widowati. K2308012. EVALUATION OF PHYSICS LEARNING PROCESS AT PILOT SCHOOL WITH INTERNATIONAL STANDARD (PSIS)

X CLASS IN STATE 3 SENIOR HIGH SCHOOL AT SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, July 2012.

The purpose of this research is to determinig about: (1) the planning process of Physics learning at X class of Pilot School with International Standard (PSIS) in State 3 Senior High School at Surakarta, (2) implementation of the learning process that includes assessment of Physics learning outcomes at X class of Pilot School with International Standard (PSIS) in State 3 Senior High School at Surakarta, and (3) the constraints faced by State 3 Senior High School at Surakarta in implementing the Pilot School with International Standard (PSIS) in the process of Physics learning.

This research is a qualitative research method of CIPP evaluation model. This research was conducted in State 3 Senior High School at Surakarta of 2011/2012 Academic Year. This research that was held in State 3 Senior High School at Surakarta be implemented in phases from June 2011 to May 2012. Sources of data in this research were obtained from interviews, observations and results of the analysis of documents with purpose of sampling techniques that are supported by the snowball sampling technique Respondents were interviewed in this research is the high school principal of State 3 Senior High School at Surakarta, Deputy Principal Curriculum Section of State 3 Senior High School at Surakarta, Responsible Person of PSIS Program in SMA N 3 Surakarta, teacher of Physics lesson in X grade of State 3 Senior High School at Surakarta, and 30 high school students in X grade of State 3 Senior High School at Surakarta. Classes were observed in this study is the class of X-3, X-5, X-7, X-8, and X-10. Validation of data is done by triangulation of methods and sources to check the validity of research results. Technique of data analysis using qualitative data analysis of Miles & Huberman which includes the stages of data reduction, data presentation, verification, and inference.

Based on this research, we can conclude that (1) planning the Physics learning process in the X Class of State 3 Senior High School at Surakarta is still showing some of the aspects that have not been in accordance with the Standard of Process (SP) and the standard of PSIS program, in which aspects of the school's mission vision, an understanding of the PSIS, curriculum, learning tools, competence of teachers, student characteristics, and completeness of facilities and infrastructure, (2) implementation of Physics learning in the X Class of State 3 Senior High School at Surakarta is also still showing some of the aspects that have not fit well with the Standard of Process (SP) and the standard of PSIS program, in which aspects of (a) requirements for the implementation of the learning process that includes the group study, a minimum workload of teachers, textbooks, and classroom management, (b) the implementation of the learning process that

commit to user

that State 3 Senior High School at Surakarta faced in implementing the program on the Physics learning process of PSIS, among others, (a) teachers are still difficulties in changing the mindset of students who still carried their mindset when they was in junior high, the limited ability for full English conversation, and the implementation of Physics learning by using email and e-learning wasn’t held because there are no blog in Physics learning, (b) students still have some difficulty in understanding the material that presented by the teacher, both in Indonesia language and English language, and during the Physics learning process at X class of PSIS in State 3 Senior High School at Surakarta, and (c) the constraints of school are dicipline and order problems of students that felt still need to be increased again, the absence of the locker facilities that should be available at the RSBI school, yet the implementation of Semester Credit System (SCS) and ideally moving class that has already been applied in PSIS school, equalizes all of human resource in State 3 Senior High School at Surakarta to be level of School with International Standard (SIS), and implementation of the sister school of State 3 Senior High School at Surakarta with schools in Turkey are experiencing congestion.

commit to user

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,

sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah 2:216)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah:6)

”Kebesaran seseorang tidak terlihat ketika dia berdiri dan memberi perintah, tetapi ketika dia berdiri sama tinggi dengan orang lain, dan membantu orang lain untuk

mencapai yang terbaik dari diri mereka ” (Noname)

”If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done” (Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah Anda miliki, Anda harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan)

(Thomas Jefferson)

”Apapun yg terjadi, janganlah jadikan hal itu sebagai sebuah beban. Keep moving dan berserah diri sepenuhnya pada Tuhan. Yakinlah, Tuhan telah merencanakan yang terbaik untuk setiap umat-Nya .” (Penulis)

commit to user

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Bapak dan Ibu’ terkasih dan tersayang di rumah,

terima kasih atas doa dan kepercayaan yang diberikan selama ini.

commit to user

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan Skripsi ini. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan tersebut dapat dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

menyetujui permohonan penyusunan Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si, Ketua Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, Dosen Pembimbing I Program Fisika Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Elvin Yusliana Ekawati, S.Pd, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Drs. Makmur Sugeng, M.Pd, Kepala SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian dan telah memberikan pengarahan

dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian..

7. Bapak Drs. Wahyu Wiranto, Wakil Kepala SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

8. Bapak Drs. Bambang Dwi Sasongko, Penanggung Jawab Program RSBI SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

commit to user

9. Bapak Bety Suryanto, SPd, Guru mata pelajaran Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

10. Ibu Dra. Hj. Kusuma Wardhani, Guru mata pelajaran Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.

11. Ibu Ika Candra Sayekti, S.Pd, Guru mata pelajaran Fisika kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama

penulis melakukan penelitian.

12. Siswa-siswi kelas X RSBI. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

13. Ibu dan Bapak yang telah memberikan do’a restu dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

14. Sahabat-sahabatku di Fisika 2008 untuk segala dukungan, persahabatan, dan bantuannya.

15. Teman-teman kos Wisma Linaya yang selalu memberi warna tersendiri untuk segala dukungan dan kekeluargaannya.

16. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya Skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

3. Kendala-Kendala yang Dihadapi SMA Negeri 3 Surakarta dalam Melaksanakan Program RSBI pada Proses Pembelajaran Fisika .............................................................

213

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ...............................

217

A. Kesimpulan ............................................................................... 217

B. Implikasi ................................................................................... 223

C. Saran ......................................................................................... 223

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

226

LAMPIRAN ...................................................................................................

234

PERIJINAN ...................................................................................................

485

commit to user

Hal

Tabel 2.1 Formulasi SBI .............................................................................

18

Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................

89

commit to user

Hal

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ...................................................

78

Gambar 2.2 Skema Prosedur Penelitian ....................................................

83

commit to user

Hal Lampiran 1

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Penanggung Jawab RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .............................................................................. 234

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Penanggung Jawab RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .............................................................................. 236

Lampiran 3 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta ...................................................... 238

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Guru Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta ................................................................ 240

Lampiran 5 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta ................................................................ 242

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Siswa Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .............................................................................. 246

Lampiran 7 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .................... 254

Lampiran 8

Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .................... 258

Lampiran 9 Kisi-Kisi Pedoman Analisis Dokumen Proses Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .................... 262

Lampiran 10 Pedoman Analisis Dokumen Proses Pembelajaran Fisika

Kelas X RSBI SMA Negeri 3 Surakarta .............................. 267

Lampiran 11 Hasil Wawancara ................................................................. 273 Lampiran 12 Hasil Observasi .................................................................... 318 Lampiran 13 Hasil Analisis Dokumen ...................................................... 347 Lampiran 14 KTSP SMA Negeri 3 Surakarta ........................................... 355 Lampiran 15 Perangkat Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI SMA Negeri 3

Surakarta .............................................................................. 377

Lampiran 16 Rencana Kerja Sekolah (RKS) SMA Negeri 3 Surakarta .... 422

commit to user

Lampiran 18 Daftar Inventaris Ruang di SMA Negeri 3 Surakarta ............ 438 Lampiran 19 Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA Negeri 3

Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 ................................... 448 Lampiran 20 Evaluasi Diri Sekolah (EDS) pada Standar Sarana dan Prasarana SMA Negeri 3 Surakarta ....................................... 453

Lampiran 21 Daftar Instruksi Kerja (IK) Perpustakaan SMA Negeri 3

Surakarta (Kerkop) ................................................................ 461

Lampiran 22 Daftar Prestasi Siswa SMA Negeri 3 Surakarta .................... 469 Lampiran 23 Pemeriksaan Validitas Data .................................................. 470 Lampiran 24 Kurikulum Cambridge untuk A & AS Level Physics ............ 484

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rintisan Sekolah Berstandar Internasional yang kemudian lebih dikenal dengan singkatan RSBI merupakan hasil kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Program RSBI lahir didasarkan pada ketentuan undang-undang sistem pendidikan nasional (UU No 20 tahun 2003) pasal 50 ayat 3 yang menyatakan bahwa

“Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan

menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional ” (Depdiknas, 2007a:2). Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah yang telah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP). Menurut Sofa (2009), SNP dalam program SBI diperkaya dengan beberapa unsur pendidikan yang mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OCD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional (Astika, 2011:2).

Sebagai implementasi dari UU No 20 tahun 2003, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah memberi amanah kepada Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas untuk merintis dan mengembangkan SMA yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. Amanah ini telah dimulai sejak tahun 2006 hingga saat ini. Berdasarkan hasil survey jumlah SMA RSBI di Indonesia yang termuat dalam Wikipedia (2012:16), Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas telah menghasilkan 357 Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional (R-SMA-BI).

Firman dan Tola (2008:80) menjelaskan bahwa, “The implementation of

international standardized schools will encourage the continuing process of benchmarking of educational quality toward international standardized quality ”.

commit to user

mendorong kelanjutan proses pembandingan kualitas pendidikan terhadap kualitas standar internasional. “As a consequence, the quality of Indonesian education can

be improved gradually ” (Firman & Tola, 2008:80). Sebagai konsekuensinya, kualitas pendidikan di Indonesia dapat meningkat secara bertahap. Seiring pelaksanaan program RSBI yang diharapkan mampu melahirkan kemajuan dan inovasi serta prestasi di berbagai bidang dalam dunia pendidikan Indonesia. Hal itu tidak mengubah penilaian dunia terhadap tingkat pendidikan secara menyeluruh. Indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) untuk Indonesia dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, menurut data tahun 2008 adalah 0,934 (Napitupulu, 2011:1). Untuk Education For All di Indonesia menurun, yang mana pada tahun 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun 2011 merosot ke peringkat 69. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Laporan tersebut seperti yang termuat dalam situs web yang diposkan oleh Amaliah (2011:1).

Hal ini cukup mencengangkan, dimana di saat R-SMA-BI digadang- gadang sebagai senjata potensial dalam meningkatkan mutu pendidikan di mata dunia, justru harus menerima kenyataan pahit dengan kondisi kenyataan yang ada. Kondisi ini semakin memprihatinkan dengan munculnya protes-protes di negeri kita sendiri yang dilakukan elemen masyarakat yang tergabung dalam forum atau koalisi tertentu, mahasiswa, maupun para kritikus pendidikan terhadap pelaksanaan proyek Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tersebut. Protes dan desakan keras tersebut terus bergulir bahkan sejak berdirinya proyek RSBI hingga sekarang ini. Berdasarkan laporan Kompas.com (2010:1), Lodi Paat dari Koalisi Pendidikan mengungkapkan bahwa Kemendiknas harus menghapuskan proyek Rintisan SBI termasuk di dalamnya Rintisan SMA-BI dan

commit to user

memastikan tidak ada hambatan lagi bagi warga untuk mendapat pelayanan pendidikan berkualitas.

Sebenarnya pemerintah menyelenggarakan program Rintisan SMA-BI sebagai suatu permulaan bentuk layanan pendidikan yang berkualitas yang dikembangkan untuk selalu memberikan jaminan kualitas kepada stakeholders. Kualitas penyelenggaraan program Rintisan SMA-BI dapat dilihat dari sebelas komponen jaminan mutu program RSBI yang meliputi akreditasi, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, peningkatan mutu penilaian, peningkatan mutu kompetensi lulusan, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan, dan sosialisasi program Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jika kesebelas jaminan mutu program Rintisan SMA-BI tersebut dinilai berhasil, maka akan lolos menjadi SBI.

Dalam tulisan Maryono (2011:1), “The central government and regional administrations have the responsibility to run at least one school for every level of education in the respective regions to be developed into international-standard schools”. Dapat diartikan bahwa, pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk menjalankan setidaknya satu sekolah untuk setiap tingkat pendidikan di daerah masing-masing untuk dikembangkan menjadi sekolah berstandar internasional. Pada kenyataannya, sejak program RSBI diluncurkan pada 2005, hingga kini belum ada satupun sekolah yang berhasil lolos penilaian menjadi SBI. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Budaya, Suyanto dalam Jawa Pos National Network.com (JPNN.mobile, 2012a:1). S uyanto menerangkan, “Hingga saat ini sekolah berstatus SBI memang belum ada ” . Sebelumnya, pada situs yang sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, terkait keberadaan

1.305 RSBI yang belum siap menjadi SBI , menyatakan “Memang benar hingga

saat ini masih belum ada satupun sekolah RSBI yang layak untuk naik kelas menjadi SBI ”(JPNN.mobile, 2012b:1). Itulah salah satu penyebab banyak pihak melakukan protes dan demo terhadap pelaksanaan RSBI karena dianggap bermasalah dan tidak sedikit yang ingin program ini dihapuskan.

commit to user

masyarakat adalah sumber daya manusia. Suyanto, yang juga merupakan mantan Rektor UNY ini, sempat memberikan tanggapan yang serupa dalam salah satu Jurnal di situs internet yang memuat wacana dari koran harian Jawa Pos. Dalam wacana yang diposkan oleh Kusni & Kusni (2012:1), Suyanto mengungkapkan bahwa selain minimnya komposisi guru berjenjang strata dua (S-2) dimana untuk SMA syarat guru bergelar S-2 adalah 30%, kemampuan berbahasa Inggris guru juga merupakan salah satu kelemahan mendasar pelaksanaan program R-SMA- BI. Kedua aspek ini nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung pasti akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang juga merupakan salah satu komponen jaminan mutu pelaksanaan R-SMA-BI.

Proses pembelajaran dalam program R-SMA-BI diharapkan memenuhi rumusan dari SMA BI yaitu SNP + X (Depdiknas, 2007a:7), dimana SNP adalah Standar Nasional Pendidikan dan

X adalah „pendalaman‟ dan „pengayaan‟. Dapat

digambarkan bahwa proses pembelajaran yang ‟SNP + X‟ = proses pembelajaran yang ‟bertaraf internasional‟. Sebenarnya konsep (R)SBI ini tidak memiliki

bentuk dan arah yang jelas. Tidak terkonsep secara jelas, apa itu faktor tambahan „X‟ pada SNP, apa yang diperkuat, diperkaya, dikembangkan, diperdalam, dll

tersebut sehingga menghasilkan pembelajaran yang bertaraf internasional. Seperti yang diungkapkan oleh Dharma (2010a:1), bahwa “Sampai saat ini tak ada satu pun petunjuk apa yang dimak sud dengan „X‟ tsb. Konsep „X‟ ini benar-benar misterius dan dibiarkan tetap misterius ”. Dharma (2010b:2) juga mengungkapkan bahwa, “Karena istilah „bertaraf internasional‟ tidak memiliki rujukan yang jelas maka istilah ini kemudian diinterpretasikan secara bebas (dan cenderung sembrono) oleh Kemdiknas sehingga menimbulkan berbagai problem dan konsekuensi serius sampai sekarang dan masih belum dapat dipecahkan ”.

Proses pembelajaran pada program R-SMA-BI diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkepribadian Indonesia namun juga memiliki kemampuan bertaraf internasional (Depdiknas, 2007a:23). Demi mewujudkan tujuan tersebut, penerjemahan istilah „bertaraf internasional‟ akhirnya mengakibatkan timbul banyak program-program yang dipaksakan agar dapat

commit to user

memenuhi kriteria „bertaraf internasional‟. Penggunaan standar pendidikan internasional yaitu standar ISO (International Organization for Standardization) dan dibuktikan dengan hasil sertifikat berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju, pengadopsian sistem Cambridge, adanya Sister School, dll. yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengakuan „bertaraf internasional‟. Istilah „bertaraf internasional‟ juga nampaknya menimbulkan adanya penekanan pada penggunaan piranti media pendidikan mutakhir dan canggih seperti laptop, LCD, VCD, dan CCTV. Dharma (2010b:3) menuturkan

bahwa, “Sekolah menafsirkan SBI itu sarananya harus wah, ada laptop, INFOCUS (Information and Communication for Us), hotspot, AC, VCD. Padahal pendidikan

adalah lebih ke masalah proses ketimbang alat ”. Lebih lanjut Dharma (2010b:3) menambahkan bahwa, “„Internasionalisasi‟ pendidikan dipandang dari segi fasilitasnya dan bukan pada prosesnya ”.

Lebih parah lagi , sekolah menerjemahkan label ‟bertaraf internasional‟ dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk bidang studi IPA dan Matematika. Ini adalah suatu kebijakan yang dikhawatirkan mengakibatkan kekacauan pada pembelajaran tersebut. Kekhawatiran inipun akhirnya terjadi juga. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (Balitbang Kemdiknas) pada tahun 2011 dan disampaikan sendiri oleh mantan Wamendiknas Dr. Fasli Jalal menunjukkan bahwa , “Program pembelajaran Sains dan Matematika dalam bahasa Inggris di sekolah-sekolah RSBI gagal total dan tidak mungkin berhasil ” (Dharma, 2012:2). Hal tersebut didukung dengan, “Study by Coleman (2011) found that using English in the SBI classroom become real obstacle for students to understand and interact with their teachers (Sumintomo, Said, dan Mislan. 2012:24). Terungkap melalui studi oleh Coleman (2011), yang menemukan bahwa menggunakan bahasa Inggris di kelas SBI menjadi kendala nyata bagi siswa untuk memahami dan berinteraksi dengan mereka guru.

Mata pelajaran Fisika yang termasuk bidang studi IPA, merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi para siswa kelas X R-SMA-BI. Pada masa Rintisan SMA-BI, pembelajaran Fisika memang dituntut untuk dilakukan secara bilingual ,

commit to user

”Sekolah mampu mengembangkan pembelajaran bilingual menjadi pembelajaran berbahasa Inggris sepenuhnya, dengan memperhatikan kelima prinsip

pembelajaran”. Pembelajaran Fisika secara bilingual saja, sudah banyak pihak yang menyatakan keluhannya. Salah satunya Arkadie (2010:2), yang menuliskan bahwa kendala guru Fisika dalam pelaksanaan pembelajaran Fisika di kelas RSBI adalah pada penggunaan bahasa Inggris. Jika membuat soal dalam bahasa Indonesia bisa dilakukan dalam waktu cepat maka untuk membuat soal dalam bahasa Inggris, guru Fisika membutuhkan waktu yang cukup lama. Begitu juga dengan siswa, semakin mengalami kesukaran dalam memahami soal fisika, belum untuk mengerjakannya akan butuh waktu untuk menerjemahkannya. Harminingsih, selaku Koordinator RSBI di SMA Negeri 1 Surakarta juga mengungkapkan bahwa bahasa menjadi kendala dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut (Riptayani, 2012:1). Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti dalam artikel yang diposkan Wanchi (2012:1), menuturkan bahwa banyak kendala yang dialami guru yang mengajar di sekolah RSBI dimana salah satu yang paling mencemaskan adalah penggunaan bahasa asing dalam proses pembelajaran karena dianggap merusak bahasa Indonesia dan menimbulkan kekacauan dalam proses pembelajaran, yang salah satunya adalah proses pembelajaran Fisika.

SMA Negeri 3 Surakarta merupakan salah satu sekolah R-SMA-BI sejak tahun pelajaran 2007/2008. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorit di kota Surakarta. Meskipun sekolah ini sudah memiliki program RSBI selama 5 tahun, namun menurut Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta bidang Kurikulum Ibu Endang Sulistyowati yang termuat dalam sebuah artikel milik Gumilang (2011:3), ”Sekolah ini masih belum mampu 100% mewujudkan harapan awalnya. Beberapa sebab sekolah tersebut belum melaksanakan sepenuhnya RSBI adalah masih banyaknya guru yang belum fasih bahasa Inggris”. Beliau juga menambahkan bahwa, ”Selain itu harapan agar guru RSBI minimal tamatan S2 juga masih belum seluruhnya terlaksana ”.

commit to user

informasi tentang bagaimana proses pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta, khususnya pada proses pembelajaran Fisika yang berlangsung di kelas X RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta. Hal tersebut dimaksudkan agar kita dapat mengetahui sejauh mana proses pembelajaran Fisika di kelas RSBI telah memenuhi standar yang ditetapkan pemerintah. Dengan demikian, nantinya akan diketahui kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran Fisika, selanjutnya dapat ditindaklanjuti apa-apa yang perlu dipertahankan dan apa-apa yang perlu dibenahi serta ditingkatkan sehubungan dengan kualitas pemebelajaran yang telah berlangsung selama ini. Oleh karena itu, Skripsi ini diberi judul

”Evaluasi Proses Pembelajaran Fisika Kelas X RSBI di SMA N 3 Surakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut :

1. Masih banyak sekolah berlabel RSBI yang belum memenuhi komponen penjaminan mutu sebagai sekolah berstandar internasional baik dari kurikulum,

sarana prasarana, peningkatan sumber daya manusia, proses pembelajaran dan penilaian, pengelolaan serta komponen lainnya yang merupakan bagian dari jaminan mutu bagi R-SMA-SBI.

2. Beberapa sekolah Rintisan SMA Bertaraf Internasional belum mampu melaksanakan proses pembelajaran yang memenuhi standar pemerintah antara lain berbasis ICT, interaktif, inspiratif, inovatif, kreatif, student oriented,

menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk mau berpartisipasi secara aktif sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik..

3. Guru-guru SMA pada umumnya masih belum bisa memberikan jaminan bahwa proses pembelajaran yang telah berlangsung selama ini sesuai dengn standar

pemerintah yang terdapat dalam Penjaminan Mutu R-SMA-BI

4. Tidak sedikit siswa kelas R-SMA-BI yang mengalami kesulitan dalam belajar Fisika. Selain pembelajaran yang diberikan cenderung masih konvensional,

commit to user

dan soal-soal dalam ujian, menambah tingkat kesulitan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Fisika di kelas.

C. Pembatasan Masalah

Agar di dalam pembahasan permasalahan dapat lebih mendalam dan tidak terlalu luas cakupannya, maka dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :

1. Evaluasi akan dilaksanakan SMA Negeri 3 Surakarta khususnya kelas X RSBI

2. Pelaksanaan evaluasi hanya dilakukan pada aspek proses pembelajaran Fisika.

3. Pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran Fisika ini hanya mencakup pada perencanaan proses pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran dan

penilaian hasil pembelajarannya.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada perencanaan proses pembelajaran Fisika di kelas X SMA Negeri 3

Surakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi penilaian hasil

pembelajaran Fisika di kelas X SMA Negeri 3 Surakarta

3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri 3 Surakarta dalam melaksanakan program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) pada

proses pembelajaran Fisika ?

E. Tujuan Penelitian

Penilitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tentang perencanaan proses pembelajaran Fisika kelas X Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di SMA Negeri 3 Surakarta.

commit to user

2. Mengetahui tentang pelaksanaan proses pembelajaran yang meliputi penilaian hasil pembelajaran Fisika kelas X Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di SMA Negeri 3 Surakarta.

3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi SMA Negeri 3 Surakarta dalam melaksanakan program Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) pada proses pembelajaran Fisika

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, yang di antaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi bagi dunia kepustakaan yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran Fisika SMA di kelas RSBI. Hasil penelitian ini nantinya juga dapat dijadikan masukan untuk penelitian lanjutan atau juga dapat sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu sebagai sumber informasi yang akurat dan terpercaya untuk bahan referensi atau masukan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia secara umum, dan peningkatan pelaksanaan proses pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Surakarta khususnya. Oleh karenanya, hasil penelitian secara praktis diharapkan bermanfaat bagi:

a. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan bahan masukan tentang seberapa jauh pelaksanaan program RSBI terutama pada proses pembelajaran Fisika di SMA Negeri 3 Surakarta.

b. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan sumber informasi khususnya pada pelaksanaan proses pembelajaran Fisika kelas RSBI

commit to user

c. Koordinator Pelaksana RSBI SMA Negeri 3 Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk mengevaluasi pelaksanaan proses pembelajaran Fisika yang selama ini berlangsung sehingga dapat menjadi sebuah perhatian dan pertimbangan khusus untuk menetapkan kebijakan agar proses pembelajaran selanjutnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pemerintah.

d. Guru Fisika

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan masukan bagi guru untuk terus meningkatkan kualitas kompetensi dan kinerjanya serta sebagai bahan evaluasi terhadap hal-hal yang dirasa masih kurang dalam proses pembelajaran yang selama ini berlangsung. Guru diharapkan dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam hal-hal yang dirasa penting guna tercapainya tujuan proses pembelajaran yang diharapkan

e. Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi siswa di kelas RSBI pada khususnya sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat partisipasi dan keterlibatannya dalam proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya, siswa diharapkan ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga mendukung ketercapaian dari tujuan pembelajaran yang diharapkan.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI)

a. Landasan Hukum R-SMA-BI

Program R-SMA-BI di Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu yaitu sebagaimana yang diamanatkan oleh peraturan perundangan-undangan dan kebijakan pendidikan sebagai landasan hukumnya. Dari beberapa landasan hukum penyelenggaraan R-SMA-BI, terdapat tiga landasan yang paling kuat dan mendasar. Pertama, dalam Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 pasal 50 ayat 3, yang menunjuk pemerintah dan/atau pemerintah daerah untuk menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan agar dapat dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. (Depdiknas, 2007a:2). Kedua, Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005 pasal 61 ayat 1, yang menginginkan

pemerintah

bersama-sama

pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah untuk dapat dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. (Depdiknas, 2007b:4). Ketiga, yaitu Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional (Renstra Depdiknas) 2005-2009 Bab V halaman 58 tentang SBI, di mana dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengembangan SBI melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota, baik SD,SMP, SMA dan SMK sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia guna meningkatkan daya saing bangsa (Depdiknas, 2007b:4).

Layanan pendidikan R-SMA-BI sebagai hasil implementasi hukum-hukum yang melandasinya, diharapkan memberikan jaminan bagi terlaksanakannya proses layanan pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui secara nasional maupun internasional.

commit to user

Kustulasari menjelaskan bahwa, “Research on international education and international schools have acknowledged that globalization has given an incentive for countries to “go international” and to “internationalize” all aspects of education (Dolby & Rahman, 2008)” (2009:10-11). Dapat diartikan bahwa penelitian tentang pendidikan internasional dan sekolah internasional telah mengakui bahwa globalisasi telah memberikan insentif bagi negara-negara untuk "go international" dan "internasionalisasi" semua

aspek pendidikan . Oleh karena itu, output pendidikan diharapkan mampu menghadapi tantangan era globalisasi dengan menempatkan pendidikan tidak hanya untuk mendapatkan pengakuan secara nasional dan internasional, namun juga sebagai filter budaya untuk mempertahankan jati diri warga negara sebagai anggota suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia di mata dunia. “Perwita (2007) menyatakan peran pendidikan berfungsi untuk mempertahankan nasionalisme ” (Indriyanto, 2009:2).

b. Tujuan Pelaksanaan R-SMA-BI

Ada beberapa tujuan mengapa pemerintah mengadakan program rintisan SMA bertaraf internasional. Menurut Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Mandikdasmen), tujuan pengembangan program rintisan SBI ini adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional secara umum bertujuan untuk tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan nasional, tetapi juga memberikan peluang kepada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf nasional dan internasional sehingga dapat memberikan layanan kepada siswa yang berpotensi untuk mencapai prestasi bertaraf nasional dan internasional sekaligus menyiapkan lulusan SMA yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global. (Depdiknas, 2007a:4)

2) Tujuan Khusus

Menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum di dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang

commit to user

sehingga lulusan menjadi:

a) individu yang nasionalis dan berwawasan global

b) individu yang cinta damai dan toleran

c) pemikir yang kritis, kreatif, dan produktif

d) pemecah masalah yang efektif dan inovatif

e) komunikator yang efektif

f) individu yang mampu bekerjasama

g) pembelajar yang mandiri (Depdiknas, 2007a:4)

Pada prinsipnya, R-SMA-BI diharapkan mampu memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dengan kata lain, R-SMA-BI adalah sekolah yang melampaui atau melebihi SNP. Mengacu pada standar pendidikan lain yang sudah maju tampaknya tak bisa terhindarkan lagi mengingat perkembangan era globalisasi dan tuntutan pengakuan tak hanya dari bangsa sendiri namun juga internasional. Oleh karena itu, demi tercapainya tujuan pelaksanaan R-SMA-BI tersebut, perlu dipersiapkan secara matang dengan perubahan-perubahan di segala aspek, baik input, proses pembelajaran, maupun output pendidikan yang berkualitas dan teruji keunggulannya.

c. Kriteria R-SMA-BI

Sekolah Menengah Atas yang dapat mengikuti program rintisan SMA bertaraf internasional harus memiliki kriteria minimal sebagai berikut:

1) Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri atau swasta yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan terakreditasi

2) Kepala Sekolah memenuhi Standar Nasional Pendidikan, berkompeten dalam pengelolaan manajemen mutu pendidikan,

mampu mengoperasikan komputer dan dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris

3) Telah melaksanakan kurikulum KTSP sebagai kurikulum minimal sesuai Permendiknas No. 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan

kurikulum tambahannya diadopsi dari kurikulum Cambridge

4) Memiliki tenaga pengajar fisika, biologi, kima, matematika dan mata pelajaran lainnya yang berkompeten dalam menggunakan

ICT (Information and Communication Technology) dan pengantar bahasa Inggris

commit to user

5) Tersedia sarana dan prasarana yang memenuhi standar untuk menunjang proses pembelajaran bertaraf intenasional antara lain:

a) Memiliki tiga laboratorium IPA (Kimia, Fisika, Biologi)

b) Memiliki perpustakaan yang memadai

c) Memiliki laboratorium computer

d) Tersedia akses internet

e) Memiliki web sekolah

f) Memiliki kultur sekolah yang kondusif (bersih, bebas asap rokok, bebas kekerasan, indah dan rindang)

6) Memiliki dana yang cukup untuk membiayai pengembangan

program rintisan SMA bertaraf internasional

7) Jumlah rombongan belajar pada satu satuan pendidikan minimal

9 (sembilan) atau setara dengan 288 siswa

8) Memiliki lahan minimal 10.000 m 2

9) Memiliki akses jalan masuk yang mudah dilalui oleh kendaraan

roda empat (Depdiknas, 2009:8) Sekolah bertaraf internasional merupakan “sekolah unggul” yang

mampu menciptakan keberhasilan dan dinamika sekolah. Keistimewaan kritera dari SMA-BI sering dianggap sebagai eksklusivisme pendidikan yang tak jarang mengakibatkan kecemburuan sosial di lingkungan sekolah dan masyarakat. Akan tetapi, kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi terhadap pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan tantangan globalisasi terkait dengan kuatnya peranan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja berpengetahuan, menguasai teknologi dan memiliki keahlian berbahasa dan keterampilan yang memadai, menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi penetapan kriteria R-SMA-BI. “Proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI harus bercirikan pada beberapa standar internasional ” (Martono, 2009:252). Atas dasar itulah, perlu kriteria-kriteria di atas sehingga R-SMA- BI benar-benar sanggup melaksanakan visi misinya sehingga lolos berstatus SMA-BI.

d. Model Penyelenggaraan R-SMA-BI

Model Penyelenggaraan program Rintisan SMA-BI (R-SMA-BI) meliputi:

commit to user

1) Model Sekolah Baru (Newly Developed SBI) Sekolah dengan model ini, diselenggarakan dengan segala isinya yang baru. Beberapa asumsi yang mendasari diadopsinya model

ini adalah adanya dasar pemikiran bahwa ntuk menjadi SBI mulai dari siswa, kurikulum, guru, kepala sekolah, sarana prasarana dan lain sebagainya memang harus sudah memiliki kualitas bertaraf internasional. Selain itu, sekolah-sekolah yang ada saat ini dan akan dijadikan SBI, kemungkinan besar tingkat kesiapannya rendah, baik input maupun prosesnya (Jauhari, 2008:2). Sedangkan, SBI menghendaki input dan proses yang bertaraf internasional.

Penyelenggaraan model sekolah baru ini dilakukan dengan berkonsultasi dan meminta bantuan para ahli dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang telah dianggap berpengalaman dalam mengelola sekolah bertaraf internasional. Model ini diselenggarakan secara keseluruhan pada semua jenjang kelas dan tidak mengherankan jika memerlukan biaya yang sangat besar. Inilah yang menjadi salah satu kendala terberat pemerintah pusat dan daerah dalam merealisasikan model sekolah tersebut.

2) Model Pengembangan Sekolah yang Ada (Existing Developed SBI) Model pengembangan sekolah yang ada dilaksanakan