Dampak alokasi dana desa pada era desentralisasi fiskal terhadap perekonomian daerah di Indonesia

DAMPAK ALOKASI DANA DESA
PADA ERA DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DAERAH DI INDONESIA

DISERTASI

EKO PRASETYANTO PP

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya berjudul;

DAMPAK ALOKASI DANA DESA
PADA ERA DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DAERAH DI INDONESIA
Merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi sendiri dengan pembimbingan

Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan dengan rujukannya.
Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2012

Eko Prasetyanto PP
H363070111

ABSTRACT

EKO PRASETYANTO PP. Impact of Allocation Rural Fund Policy in
Decentralization Era on Regional Economy in Indonesia (MANUNTUN
PARULIAN HUTAGAOL as Chairman, BONAR MARULITUA SINAGA and
MUHAMMAD FIRDAUS as Members of the Advisory Committee).
This research attempts to describe and analyze the impact of allocation rural fund in
decentralization era on regional economy in Indonesia.The analysis applied in this
research are Klassen Typologi, Williamson index and econometric model. This study
has succesfully formulated a model and using panel data method (time series data of

2005-2009 and cross section data of twenty five Province in Indonesia). The model was
developed into a simultaneous equations, consisting of 14 structural equations and 11
identity equations. The results of this research obtain an evidence that Provinces of
Indonesia spread in 4 (four) criteria in the Klassen Tipology. In addition, this study also
indicates that the disparity among Province of Indonesia in the period of 2005 to 2009
will be higher if allocation rural fund conducted as Government Regulation Number 72
Year 2005.The result of simulation also shows that ADD in rural area could reduce
poverty level and increase original regional income (PAD). Finally, the research
concludes that the increase of ADD in decentralization era can increase fiscal and
economic performance, however the transfer of ADD also increases the disparity
among regions in Indonesia. In order to reduce the negative impact of ADD, the
government needs to use a affirmative policy in the implementing of ADD.
Key words: decentralization era, allocation rural fund, poverty, disparity, econometric
model.

RINGKASAN

Eko Prasetyanto PP. Dampak Alokasi Dana Desa pada Era Desentralisasi Fiskal
terhadap Perekonomian Daerah di Indonesia (MANUNTUN PARULIAN
HUTAGAOL sebagai Ketua, BONAR MARULITUA SINAGA dan

MUHAMMAD FIRDAUS, sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Era desentralisasi telah membawa perubahan dalam sistem pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Kewenangan Pemerintah Daerah
menjadi lebih besar bila dibanding penyelenggaraan pemerintahan sebelum era
desentralisasi. Era desentralisasi dengan berbagai kewenangannya membuat ketaatan
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan aturan Pemerintah menjadi lebih rendah.
Salah satu contoh yang menjadi topik penelitian adalah mengenai Alokasi Dana Desa
(ADD), dimana aturan mengenai hal ini sudah jelas dan tegas termaktub dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Namun dalam
implementasinya sejak tahun 2005 hingga saat ini kurang lebih baru 60% Pemerintah
Daerah yang melaksanakan.
Memperhatikan hal ini, maka perlu suatu upaya yang sinergis dan berkelanjutan
untuk membuka wawasan atau pemahaman mengenai arti penting desa dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Salah satu kebijakan yang seharusnya dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah dalam rangka memperkuat pemerintah desa dan
masyarakatnya adalah memberikan ADD. Mengapa penyaluran ADD ini menjadi
sangat penting? Karena mengingat fakta sampai saat ini dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa, ADD merupakan anggaran yang paling utama yang digunakan
pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat serta pelaksanaan pembangunan
yang dikelola langsung oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Berdasarkan hal di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui arah dan
tingkat signifikansi pelaksanaan ADD dalam meningkatkan perekonomian
daerah,khususnya dalam mengentaskan angka kemiskinan di desa. Selanjutnya, dalam
rangka optimalisasi pelaksanaan ADD, maka telah disimulasikan peran ADD dengan
berbagai skenario. Dari hasil simulasi yang telah dilakukan diperoleh suatu kesimpulan
bahwa pelaksanaan ADD yang selama ini diatur secara seragam dan dengan cara
prosentase (yaitu minimal 10% dari Dana Perimbangan setelah dikurangi belanja
pegawai), ternyata kurang tepat untuk mewujudkan tujuan ADD secara optimal, yaitu
antara lain untuk mengentaskan kemiskinan dan mengatasi kesenjangan antar wilayah.
Hasil simulasi telah membuktikan bahwa peningkatan pemberian ADD selain
meningkatkan kinerja fiskal dan perekonomian daerah, namun akan meningkatkan
pula kesenjangan antar wilayah. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya angka
Indeks Williamson.
Sehubungan dengan hal di atas, upaya yang dilakukan adalah melakukan simulasi
pelaksanaan ADD, baik secara prosentase maupun nominal. Selanjutnya dengan
berbagai pertimbangan dilakukan simulasi penataan wilayah desa. Mengapa dalam
penelitian ini dipilih penataan wilayah desa sebagai upaya untuk mendukung
pelaksanaan ADD yang lebih optimal? Karena dari hasil simulasi membuktikan bahwa
penataan wilayah desa selain mampu meningkatkan kinerja fiskal dan perekonomian
daerah, mampu pula mengurangi jumlah penduduk miskin dan mengurangi

kesenjangan antar daerah. Hal ini sangat wajar, karena dengan penataan desa,
khususnya pemekaran atau penambahan desa akan semakin memperpendek span of
control dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat. Hal ini tentu saja akan semakin meningkatkan intensitas pelayanan kepada
masyarakat.
Dari hasil simulasi diperoleh beberapa kesimpulan, ketentuan ADD perlu
disempurnakan, baik “statusnya” maupun substansinya. Dari sisi “status”, kebijakan
mengenai ADD yang selama ini di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 dan peraturan pelaksanaannya adalah sangat tepat apabila akan dinaikkan
“statusnya”, menjadi bagian pengaturan dalam Rancangan Undang-Undang Desa. Hal
ini sangat penting karena dengan diatur dalam Undang-Undang memungkinkan
diaturnya sanksi bagi Pemerintah Daerah yang tidak melaksanakan. Dari sisi substansi,
“momen” saat ini adalah sangat tepat untuk memberikan masukan dan saran mengenai
pengaturan ADD dan penataan wilayah desa dalam pembahasan mengenai Rancangan
Undang-Undang tentang Desa. Salah satu hal penting yang perlu disarankan yakni
bahwa pengaturan ADD perlu dilakukan secara afirmatif dan digabungkan dengan
penataan wilayah desa.

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012

Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian
Bogor
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor

DAMPAK ALOKASI DANA DESA
PADA ERA DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DAERAH DI INDONESIA

EKO PRASETYANTO PP

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor

pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
1. Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.S.
Guru Besar pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
IPB
2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka
1. Prof. Dr. Mangara Tambunan, M.Sc.
Guru Besar pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
IPB
2. Drs. Sumedi Andono Mulyo, Ph.D.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).


Menyetujui :
Judul Disertasi

:

Dampak Alokasi Dana Desa pada Era Desentralisasi Fiskal
terhadap Perekonomian Daerah di Indonesia

Nama Mahasiswa

:

Eko Prasetyanto PP

Nomor Pokok

:

H 363070111


Mayor

:

Ilmu Ekonomi Pertanian

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS
Ketua

Prof. Dr. Ir. Bonar Marulitua Sinaga, MA
Anggota

Muhammad Firdaus, SP, M.Si.,Ph.D
Anggota

Mengetahui :


2. Koordinator Mayor
Ilmu Ekonomi Pertanian,

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS
Tanggal Ujian : 27 Juli 2012

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi dengan judul: “Dampak
Alokasi Dana Desa pada Era Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah di
Indonesia”.
Sebagai suatu syarat kelulusan pada Program Doktor Ilmu Ekonomi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dan disertasi ini tidak mungkin dapat selesai tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian
disertasi ini, oleh karena pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Manuntun Parulian Hutagaol, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang
telah berkenan meluangkan banyak waktu untuk berkonsultasi, memberikan

pengarahan, bimbingan serta dorongan semangat yang sangat berarti bagi
penyelesaian desertasi ini.
2. Prof. Dr. Ir. Bonar Marulitua Sinaga, MA sebagai Anggota Komisi Pembimbing
yang selalu meluangkan waktu untuk mendorong, membimbing, mengarahkan dan
memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.
3. Muhammad Firdaus, SP, M.Si, Ph.d. sebagai Anggota Komis Pembimbing yang
selalu mendorong dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
studi ini.
4. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor yang telah memberikan masukan dan klarifikasi yang sangat berarti
pada waktu ujian tertutup dan terbuka.
5. Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.S. dan Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
selaku Penguji Luar Komisi pada waktu ujian tertutup, yang telah memberikan
berbagai masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan disertasi.
6. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si. selaku Pimpinan Sidang pada waktu ujian tertutup yang
banyak memberikan masukan dan saran yang sangat berarti bagi penyempurnaan
disertasi.
7. Dr.Ir.Yusman Syaukat, M.Ec., Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, selaku
pimpinan Sidang pada waktu ujian terbuka, penulis ucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas saran dan masukan bagi penyempurnaan disertasi.

8. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc. selaku penguji luar komisi pada waktu ujian
terbuka, penulis ucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas masukan
dan sarannya.
9. Drs. Sumedi Andono Mulyo, Ph.D. selaku penguji luar komisi pada waktu ujian
terbuka, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah berkenan
meluangkan waktu untuk mengkritisi, memberikan saran serta masukan yang sangat
bermanfaat bagi penyempurnaan disertasi.
10. Segenap jajaran Pimpinan di Kementerian Dalam Negeri, khususnya di Direktorat
Jenderal PMD yang selalu memberikan dorongan dan kesempatan untuk
menyelesaikan studi, serta kepada Kepala Badan Diklat Depdagri beserta jajaran
yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk mendapatkan bea siswa
yang sangat berguna untuk menyelesaikan studi.
11. Seluruh Guruku mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu atas jasa dan kasih sayangnya yang tidak akan pernah
penulis lupakan sampai akhir hayat.
12. Buat teman-teman di Direktorat Jenderal PMD yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama menyelesaikan
studi ini.
13. Buat teman-teman seperjuangan di EPN’2007: Bu Dewi Sahara, Bu Elinur, Pak
Sugiyono, Mas Gatot Subroto, Mas Gatot Soehardono, Pak Yanizar, Pak Abdullah,
Mas Rizal, Bu Dwi Rachmina, Bu Wini, Bu Neti, Bu Ita dan Bu Lilis, penulis
ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya karena dengan kebersamaan dan
kekeluargaan, perjuangan ini dapat kita lalui tahap demi tahap.
14. Semua Staf di Program Studi EPN, antara lain Mbak Ruby, Mbak Yani, Bu Kokom,
Pak Husen dan Mas Johan yang telah banyak memberikan bantuan selama
menempuh dan menyelesaikan studi di IPB.
15. Buat Pak Usman terima kasih banyak atas bantuan dan kerelaannya meluangkan
waktu untuk membantu dalam mengolah data.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyelesaian disertasi ini.

Secara khusus, buat Ayahku Sutardjo Purnomo (Alm) dan Ibuku Retnaningdyah
Ninik Prasetyanti yang sangat kusayangi, kuucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya atas segala bimbingan, doa dan restunya. Studi yang cukup berat ini kujalani

sebagai sembah baktiku kepada-Mu. Buat Pakde Tomo (Alm) dan Bude Tomo
kuucapkan rasa terima kasih juga yang sedalam-dalamnya, karena telah turut mengasuh
penulis di Yogyakarta dari kecil hingga lulus mahasiswa. Buat Istriku (Esther
Liswantiyani), Anakku yang sangat kukasihi (Yosua Rama Mada Krisna Purnama,
Kezia Ugmisita Purnomo dan Keynes David Purnomo), dukungan dan keceriaanmu
merupakan semangat tersendiri sebagai pendorong untuk menyelesaikan disertasi ini.
Buat Adik-adikku: Iwan, Deasy dan Rony beserta keluarganya serta semua Saudarasaudaraku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu terima kasih atas
dukungannya. Akhirnya penulis menyadari pepatah tiada gading yang tak retak,
penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis selalu mengharapkan
kritik dan saran.

Bogor, Agustus 2012

Eko Prasetyanto PP

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul, Yogyakarta pada tanggal 4 Juni 1968 dari
pasangan Bapak Sutardjo Purnomo B.Sc., S.Pd. (Alm) dan Ibu Retnaningdyah Ninik
Prasetyanti. Penulis adalah anak sulung dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar hingga tingkat universitas
di Kota Yogyakarta, yaitu pada SD Bopkri I Demangan Yogyakarta, SMP Negeri 8
Yogyakarta dan SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

Selanjutnya pendidikan sarjana (S1)

penulis selesaikan pada tahun 1993 di Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Pada tahun 1996 penulis diterima bekerja di Kementerian Dalam Negeri
dan lulus sebagai CPNS pada tahun 1996. Pada tahun 1998 penulis mendapatkan
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S2) di Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan beasiswa dari Program Inpres Desa
Tertinggal, Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri dan penulis lulus pada tahun
2000. Kemudian tahun 2005 penulis kembali mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana (S2) di La Trobe University
Australia pada bidang Development Studies dengan beasiswa dari Program CERD.
Selanjutnya pada tahun 2007 penulis dengan Beasiswa dari Badan Diklat Depdagri
melanjutkan studi pada Program Pascasarjana (S3) Ilmu Ekonomi Pertanian, IPB.
Jenjang karier penulis dimulai pada tahun 2000 sebagai Kasi Administrasi
Kelurahan pada Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan pada Ditjen PMD
Kementerian Dalam Negeri, Kasi Pelatihan pada Direktorat Pelatihan, Ditjen PMD dan
Kasi Penataan Kelembagaan pada Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen
PMD, Kementerian Dalam Negeri. Pada tahun 2008 hingga sekarang jabatan penulis
sebagai Kasubdit Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan, pada Direktorat
Pemerintahan Desa dan Kelurahan, Ditjen PMD, Kemendagri.
Penulis telah menikah dengan Esther Liswantiyani dan mempunyai dua orang
putra (Yosua Rama Mada Krisna Purnama dan Keynes David Purnomo) serta satu
orang putri (Kezia Ugmisita Purnomo).

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

viii

I. PENDAHULUAN ......................................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................

5

1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................

8

1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................

8

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian.....................................

9

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

11

2.1.

Desentralisasi ...................................................................................

11

2.2.

Desentralisasi Fiskal..........................................................................

13

2.3.

Sumber Penerimaan Daerah ..............................................................

15

2.4.

Dana Alokasi Umum ........................................................................

18

2.5.

Pengeluaran Oleh Pemerintah ...........................................................

21

2.6.

Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................

26

2.7.

Kemiskinan .......................................................................................

27

2.8.

Kesenjangan Antar Daerah ...............................................................

29

2.9.

Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja ....................................................

30

2.10.

Alokasi Dana Desa ...........................................................................

32

2.11.

Desa dan Sejarah Pengaturannya ......................................................

35

2.11.1. Jaman Kerajaan .....................................................................

35

2.11.2. Jaman Penjajahan ..................................................................

36

2.11.2.1. Jaman Penjajahan Belanda .....................................

36

2.11.2.2. Jaman Penjajahan Jepang .......................................

37

2.11.3. Jaman Kemerdekaan .............................................................

38

Studi-Studi Desentralisasi Fiskal ......................................................

46

2.12.

i

2.12.1. Mancanegara .........................................................................

46

2.12.2. Indonesia ...............................................................................

47

III. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL ........................................

51

IV. METODOLOGI PENELITIAN ..............................................................

57

4.1. Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah ...........................................

57

4.2. Model Ekonometrika ...........................................................................

58

4.3. Prosedur Analisis .................................................................................

67

4.3.1. Identifikasi Model ...................................................................

67

4.3.2. Metode Estimasi Model ..........................................................

69

4.3.3. Validasi Model. .......................................................................

69

4.3.4. Simulasi Kebijakan .................................................................

71

4.4. Sumber Data ........................................................................................

73

V. EVALUASI KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN
DAERAH ...............................................................................................

75

5.1. Evaluasi Umum ..................................................................................

75

5.2. Evaluasi Kinerja Fiskal ......................................................................

77

5.3. Evaluasi Kinerja Perekonomian .........................................................

86

5.3.1. Pertumbuan Ekonomi...............................................................

86

5.3.2. Kemiskinan ..............................................................................

88

5.3.3. Klasifikasi Daerah Berdasar Tipologi Klassen ........................

88

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN DAERAH ....................

93

6.1. Hasil Estimasi Model Ekonometrika ....................................................

93

6.2. Kinerja Blok Fiskal dan Perekonomian Daerah ...................................

94

VII. EVALUASI DAMPAK ALOKASI DANA DESA TERHADAP
KINERJA FISKAL DAN PEREKONOMIAN DAERAH .................... 109
7.1. Hasil Validasi Model ............................................................................ 109
7.2. Dampak Alokasi Dana Desa................................................................. 110
7.3. Rangkuman dan Pembahasan ............................................................... 134

ii

VIII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ...................................... ...139
8.1. Simpulan ............................................................................................... 139
8.2. Implikasi Kebijakan ............................................................................. 140
8.3. Saran Penelitian Lanjutan ..................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 143
LAMPIRAN ............................................................................................... 149

iii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Jumlah Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan ...........................................

6

2. Tipologi Klassen ..........................................................................................

58

3. Gambaran Umum Kewilayahan dan Administrasi Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ......................................................................

75

4. Gambaran Umum Faktor-Faktor Demografi di Setiap Kepulauan di
Indonesia Tahun 2009 .................................................................................

77

5. Tingkat Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Provinsi
di Indonesia Tahun 2005-2009 ...................................................................

78

6. Tingkat Perkembangan Pajak Daerah Berdasarkan Provinsi di
Indonesia Tahun 2005-2009 ........................................................................

80

7. Tingkat Perkembangan Dana Alokasi Umum Berdasarkan Provinsi di
Indonesia Tahun 2005-2009 ........................................................................

82

8. Persentase Jumlah Kabupaten/Kota Berdasarkan Provinsi yang
Memberikan Alokasi Dana Desa di Indonesia Tahun 2005-2009 ..............

84

9. Perkembangan Penyaluran ADD menurut Provinsi ....................................

85

10. Pertumbuhan Perekonomian Daerah Menurut Povinsi di Indonesia
Tahun 2005-2009 .........................................................................................

87

11. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin per Pulau di Indonesia
Tahun 2009 ..................................................................................................

88

12. Tipologi Klassen Provinsi di Indonesia.......................................................

89

13. Jumlah Provinsi per Pulau di Indonesia Menurut Tipologi Klassen
Tahun 2005-2009 ........................................................................................

90

14. Jumlah Provinsi per Pulau di Indonesia Menurut Tipologi Klassen yang
Kesenjangan Antar Daerahnya Menurun Tahun 2005-2009 .......................

91

15. Keragaan Umum Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah di Indonesia .............................................................

93

16. Hasil Estimasi Perilaku Penerimaan Pajak Daerah .....................................

94

17. Hasil Estimasi Perilaku Penerimaan Retribusi Daerah ...............................

96

18. Hasil Estimasi Perilaku Penerimaan Asli Daerah Lainnya .........................

97

iv

19. Hasil Estimasi Perilaku Dana Alokasi Umum ............................................

98

20. Hasil Estimasi Perilaku Dana Bagi Hasil ....................................................

99

21. Hasil Estimasi Perilaku Pengeluaran Pertanian ........................................... 100
22. Hasil Estimasi Perilaku Pengeluaran Infrastruktur ..................................... 100
23. Hasil Estimasi Perilaku Pengeluaran Industri ............................................. 101
24. Hasil Estimasi Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian............ 101
25. Hasil Estimasi Perilaku Produk Domestik Regional Bruto Sektor
Non Pertanian ..............................................................................................

102`

26. Hasil Estimasi Perilaku Jumlah Tenaga Kerja Pertanian ............................ 104
27. Hasil Estimasi Perilaku Jumlah Tenaga Kerja Non Pertanian .................... 104
28. Hasil Estimasi Perilaku Jumlah Penduduk Miskin di Perkotaan ................ 105
29. Hasil Estimasi Perilaku Jumlah Penduduk Miskin di Desa ........................ 107
30. Hasil Validasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah ................................................................................ 110
31. Dampak disalurkannya ADD (Persentase) Secara Nasional Terhadap
Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah ................................................... 112
32. Dampak disalurkannya Alokasi Dana Desa (Rupiah) Secara Nasional
terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah ................................... 114
33. Dampak Penataan Wilayah Desa Secara Nasional terhadap Kinerja
Fiskal dan Perekonomian Daerah di Indonesia ........................................... 117
34. Dampak Alokasi Dana Desa Sebesar 10 Persen terhadap Kinerja Fiskal
dan Perekonomian Daerah di Indonesia Menurut Tipologi Klassen ........... 118
35. Dampak Alokasi Dana Desa Sebesar 20 Persen terhadap Kinerja Fiskal
dan Perekonomian Daerah Menurut Tipologi Klassen ............................... 120
36. Dampak Alokasi Dana Desa Sebesar 250 Juta Rupiah terhadap Kinerja
Fiskal dan Perekonomian Daerah Menurut Tipologi Klassen ....................

121

37. Dampak Dilaksanakan ADD Sebesar 500 Juta Rupiah terhadap Kinerja
Fiskal dan Perekonomian Daerah di Indfonesia Menurut Tipologi
Klassen .......................................................................................................

123`

38. Dampak Penambahan 5 Desa per Kabupaten/Kota Menurut Tipologi
Klassen terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah di
Indonesia ..................................................................................................... 124
v

39. Dampak Penambahan 10 Desa per Kabupaten/Kota Menurut Tipologi
Klassen Terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah di
Indonesia ..................................................................................................... 126
40. Dampak Dilaksanakan ADD Secara Seragam dan ADD Afirmatif
terhadap Kinerja Fiskal dan Perekonomian Daerah ....................................

129`

41. Dampak dilaksanakan ADD (prosentase) Secara Affirmatif yang
Dikombinasikan dengan Penataan Wilayah Desa terhadap Kinerja
Fiskal dan Perekonomian Daerah di Indonesia ...........................................

131

42. Ringkasan Hasil Simulasi Dampak Pelaksanaan ADD dan Penataan
Wilayah Desa terhadap Perekonomian Daerah di Indonesia ......................

133

43. Perbandingan Hasil Simulasi Penyaluran ADD terhadap Indikator
Pemberian ADD .......................................................................................... 136

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Perbandingan ADD Riil dan ADD Seharusnya Sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ......................................

7

2. Pengaruh Belanja Pemerintah dan Pajak terhadap Pengeluaran
Agregat
...............................................................................................

16

3. Hubungan Kenaikan Belanja Pemerintah dengan Pengeluaran
yang direncanakan ......................................................................................

21

4. Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner ..........................

23

5. Teori Peacock dan Wiseman ......................................................................

25

6. Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah .........................................

25

7. Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................

54

8. Alokasi Sumber yang Optimum .................................................................

55

9. Hubungan Desentralisasi Fiskal dan Penyaluran ADD .............................

56

10. Keterkaitan Antar Blok ..............................................................................

66

11. Hubungan PAD dan Pajak Daerah di Indonesia Tahun 2005-2009 ...........

79

12. Perbandingan Berbagai Simulasi Kebijakan Alokasi Dana Desa dan
Penataan Wilayah Desa dalam Mengurangi Jumlah Penduduk Miskin
di Perdesaan ............................................................................................... 134
13. Indek Williamson dalam Berbagai Simulasi .............................................. 135
14. Perbandingan Perkembangan PAD dan PDRB pada Berbagai Simulasi ... 136

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Program Estimasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur TSCSREG dan Metode
Fixone dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable ........................ 150
2. Hasil Estimasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur TSCSREG dan Metode
Fixone dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable ........................ 150
3. Program Validasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur SIMNLIN dan Metode
NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable .................. 152
4. Hasil Validasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur SIMNLIN dan Metode
NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable .................... 169
5. Program Simulasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur SIMNLIN dan Metode
NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable ................... 172
6. Hasil Simulasi Model Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur SIMNLIN dan Metode
NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable ................... 175
7. Ringkasan Program Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan
Perekonomian Daerah Menggunakan Prosedur SIMNLIN dan Metode
NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3. Portable ................... 178
8. Ringkasan Hasil Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan Perekonomian
Daerah Secara Nasional Menggunakan Prosedur SIMNLIN dan
Metode NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3.
Portable......... ............................................................................................. 179
9. Ringkasan Hasil Alokasi Dana Desa, Kinerja Fiskal dan Perekonomian
Daerah Menurut Tipologi Klassen Menggunakan Prosedur SIMNLIN
dan Metode NEWTON dengan Software SAS/ETS Versi 9.1.3.
Portable......... ............................................................................................. 180

viii

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dengan tegas menyatakan bahwa tujuan pembentukan Pemerintahan Negara Republik
Indonesia adalah untuk ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...”. Dalam rangka
mencapai tujuan nasional ini Undang-Undang Dasar 1945 beserta peraturan perundangundangan yang ada telah menetapkan suatu pilihan bahwa Negara Indonesia adalah
sebagai negara kesatuan yang didesentralisir.
Kebijakan Otonomi Daerah yang disertai desentralisasi dibidang kewenangan,
administrasi dan fiskal ini sangat penting bagi keberlangsungan penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dengan berbagai
argumentasi. Pertama, dengan desentralisasi fiskal, memungkinkan para pengambil
keputusan di daerah akan semakin cepat dan tepat dalam merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan pengelolaan keuangan dalam rangka mendukung berbagai
kebijakan penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, termasuk akselerasi
dalam

penyelenggaraan

pemerintahan,

pembangunan,

pelayanan

publik

dan

pemberdayaan masyarakat. Di era desentralisasi fiskal para pengambil keputusan di
daerah mempunyai kewenangan atau otoritas untuk mengelola anggarannya. Dalam
hubungannya dengan pengambilan keputusan dalam pengelolaan anggaran akan lebih
cepat dibanding apabila diatur secara sentralistis. Kedua, dengan desentralisasi fiskal
akan semakin mendekatkan para pengambil kebijakan dengan para pelaku atau
pemanfaat dari keputusan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya

kedekatan dan

komunikasi yang lebih baik antara pengambil keputusan di daerah dengan
masyarakatnya.
Di era desentralisasi fiskal berbagai program dan kegiatan seharusnya dapat
direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Artinya dengan
desentralisasi fiskal diharapkan akan mendorong penggunaan anggaran yang lebih tepat
sasaran.

Pemerintah Daerah akan lebih mampu untuk mengembangkan berbagai

networking, dalam rangka

sharing of experiences untuk dapat mengoptimalkan

berbagai kebijakan yang telah ditentukan. Di era desentralisasi fiskal Pemerintah
daerah akan lebih mudah untuk mengalokasikan dan mendistribusikan berbagai
program dan kegiatan dalam rangka pemerataan pembangunan. Pemerintah Daerah

2

akan lebih mudah dalam menstabilkan kondisi perekonomian wilayahnya. Namun
demikian sebagai negara kepulauan yang sangat luas, yaitu dengan luas wilayah kurang
lebih 1,9 juta Km² dan terdiri dari 17 ribu pulau, 33 Provinsi, 497 Kabupaten/Kota,
6.694 Kecamatan, 69.249 Desa serta 8.216 Kelurahan (Permendagri Nomor 66 Tahun
2011), Indonesia menghadapi berbagai permasalahan yang begitu kompleks. Di era
desentralisasi fiskal saat ini, permasalahan dan kendala yang masih dihadapi antara
lain dapat dikelompokkan dalam tiga persoalan utama, yaitu masalah kewilayahan,
kemasyarakatan dan pemerintahan.
Masalah kewilayahan yang sering muncul antara lain masalah pemekaran daerah
dan desa yang terus meningkat serta masalah peningkatan kesenjangan antar wilayah.
Masalah kemasyarakatan antara lain masalah kemiskinan yang sebagian besar berada di
daerah perdesaan. Selanjutnya masalah pemerintahan yang masih menjadi persoalan
adalah masalah ketidakjelasan penyerahan urusan antar jenjang susunan pemerintahan
yang

mengakibatkan

kurang

optimalnya

penyelenggaraan

pemerintahan

dan

pembangunan.
Dari hasil penelitian Lin (1992) di China dengan data panel yang kemudian
dilanjutkan oleh Lin dan Liu di China (2000) ditemukan bukti bahwa faktor kunci
pertumbuhan ekonomi di China adalah reformasi fiskal seiring dengan reformasi
perdesaan. Selanjutnya berdasarkan penelitian Lai (1989) ditemukan bukti bahwa
keberhasilan strategi pembangunan di Taiwan dikarenakan pembangunan sektor
industri diletakkan di dekat daerah perdesaan.
Bagi Indonesia, pengalaman di China dan Taiwan tersebut perlu mendapat
perhatian. Era desentralisasi fiskal perlu disertai pula dengan reformasi perdesaan.
Mengapa hal ini penting?

Pertama, karena hampir sebagian besar masyarakat

Indonesia tinggal di daerah perdesaan. Kedua, walaupun desentralisasi fiskal sudah
dimulai sejak tahun anggaran 2001, namun data menunjukkan bahwa hampir sebagian
besar permasalahan mendasar yang ada di negeri ini, seperti masalah kemiskinan,
pendidikan yang rendah, kesehatan yang buruk, sarana-prasarana yang kurang memadai
sebagian besar adanya di desa. Oleh karena itu sedari dini perlu dibangun suatu
reformasi pemahaman bahwa desa mempunyai posisi strategis di dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan dapat dikatakan apabila desa maju maka
daerah dan negara pasti akan maju. Memperhatikan hal ini, tidaklah berlebihan apabila
reformasi perdesaan dijadikan ”ujung tombak” pembangunan daerah dan nasional.

3

Aspek penting untuk dikaji dalam melakukan reformasi perdesaan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa antara lain adalah
penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD), penyerahan urusan dari Kabupaten/Kota
kepada Desa, pengembangan perencanaan pembangunan partisipatip dan penataan
wilayah desa.

Dalam penelitian ini aspek yang menjadi penekanan utama adalah

penyaluran ADD, sedangkan penyerahan urusan dari Kabupaten/Kota kepada Desa
tidak dikaji karena berdasarkan hasil laporan yang ada masih sangat sedikit sekali
Kabupaten/Kota yang menyerahkan sebagian urusannya kepada Desa. Demikian pula
mengenai perencanaan partisipatip tingkat desa tidak dikaji karena ketiadaan data.
Selanjutnya untuk penataan wilayah Desa akan dikaji variasinya saja terhadap
penyaluran ADD.
ADD yaitu suatu alokasi dana yang diambilkan dari dana perimbangan dikurangi
belanja pegawai dan minimal 10 persen dipergunakan untuk desa. Tujuan
disalurkannya ADD antara lain adalah untuk menanggulangi kemiskinan, mengurangi
kesenjangan, pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur
perdesaan,

meningkatkan

pelayanan

pada

masyarakat

desa

dalam

rangka

pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat serta mendorong peningkatan
keswadayaan dan gotong royong masyarakat. Memperhatikan tujuan ini, dapat
diketahui bahwa penyaluran ADD di era desentralisasi fiskal saat ini sangat penting
bagi pemerintahan desa dalam mendorong kemajuan penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Bahkan fakta empiris membuktikan
bahwa hampir sebagian besar pemerintah desa mengandalkan ADD dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Persoalannya sekarang, walaupun ADD sudah diatur dengan jelas dan tegas
dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa beserta peraturan
pelaksanaannya, namun belum semua Pemerintah Daerah (baru sekitar 60 persen) yang
memberikan Alokasi Dana Desa kepada Desa. Bagi Pemerintah Daerah yang sudah
memberikan ADD, itu pun masih ada juga yang tidak sesuai ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa beserta peraturan pelaksanaannya.
Sebagai contoh, Pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 huruf c jelas
menyebutkan bahwa bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10 persen yang pembagiannya
untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa. Namun
dalam kenyataannya masih ada berbagai variasi penyaluran ADD yang tidak sesuai

4

ketentuan, seperti: DAU-Belanja Pegawai, persentasenya kurang dari 10 persen,
pelaksanaannya diatur secara rigid oleh Pemerintah Daerah, dan sebagainya.
Memperhatikan permasalahan di atas, pengaturan ADD yang akan diatur dalam
Rancangan Undang-Undang tentang Desa adalah sangat tepat. Disamping untuk
meningkatkan ”status” pengaturannya dari Peraturan Pemerintah ke Undang-Undang,
tentu saja hal ini akan meningkatkan efektifitas pelaksanaan ADD. Persoalannya
sekarang, penyaluran ADD yang efektif baru berjalan 5 tahun ini belum dievaluasi
dengan metoda ilmiah mengenai dampaknya terhadap perekonomian daerah termasuk
dalam penurunan penduduk miskin. Evaluasi ini sangat penting dilakukan, karena
berbagai alasan. Pertama, untuk mengetahui dampak ADD dalam mengentaskan
kemiskinan dan perekonomian daerah. Kedua, sebagai bahan masukan penyempurnaan
substansi ADD dalam RUU Desa dalam rangka untuk mewujudkan komitmen
pemerintah yang selalu pro job, pro poor, dan pro environment.
Berdasarkan hal di atas, penelitian mengenai Dampak Alokasi Dana Desa pada
Era Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah di Indonesia ini menjadi
sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, penelitian tentang desentralisasi fiskal
selama ini hanya mengedepankan variabel fiskal di daerah, sedangkan variabel desa,
seperti ADD, pemekaran desa, tenaga kerja pertanian dan kemiskinan di desa kurang
dipertimbangkan dalam model penelitian. Memperhatikan kenyataan ini dengan
berbagai keterbatasan yang ada, penelitian ini mencoba meneliti keterkaitan antara
variabel fiskal daerah dan desa dalam meningkatkan perekonomian daerah. Kedua,
penelitian ini ingin membuktikan dengan metoda ilmiah serta sekaligus memberikan
”setitik pencerahan”, bahwa peningkatan perekonomian desa melalui ADD dan
penataan wilayah Desa mempunyai peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan
perekonomian daerah, khususnya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, produk
domestik regional bruto, penyerapan tenaga kerja, mengurangi penduduk miskin dan
mengurangi kesenjangan antar wilayah. Ketiga, penelitian ini ingin mendorong para
pengambil kebijakan untuk melakukan reformasi perdesaan, baik reformasi
pemahaman dan tindakan mengenai arti pentingnya desa dalam meningkatkan
perekonomian daerah, khususnya dalam rangka mempercepat tujuan penyelenggaraan
Otonomi Daerah. Keempat, sebagai bahan evaluasi Pemerintah dalam penanggulangan
kemiskinan. Kelima, sebagai bahan masukan dalam pembahasan mengenai Rancangan
Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah dan Rancangan Undang-Undang tentang
Desa beserta peraturan pelaksanaannya yang saat ini sedang berjalan.

5

1.2. Perumusan Masalah
Perubahan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dari yang bersifat
sentralistis ke sistem yang bersifat desentralistis diharapkan akan semakin
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan
kepada masyarakat. Pemerintah Daerah diharapkan akan lebih mampu untuk
mengakomodir berbagai kepentingan lokal baik dalam urusan pemerintahan,
pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat yang ada di wilayahnya. Pemerintah
Daerah dengan fungsi otorisasi dalam pengelolaan anggaran, diharapkan akan lebih
baik dalam melakukan perencanaan, pengawasan, pengalokasian, pendistribusian serta
dalam menjaga stabilisasi dan pertumbuhan perekonomian yang ada di wilayahnya.
Menurut Mardiasmo (2004), di era desentralisasi fiskal ini ada kecenderungan
para decision maker di daerah kurang memahami mengenai cost awareness (kesadaran
atas uang publik). Hal ini antara lain

tercemin dari tingginya belanja rutin yang

mengakibatkan berkurangnya belanja pembangunan dan tingginya belanja lain-lain
(miscellaneous).

Banyak

Pemerintah

Daerah

saat

ini

menghadapi

berbagai

permasalahan, seperti pendapatan asli daerah yang rata-rata kecil, Pemerintah Daerah
lebih banyak bergantung kepada DAU, anggaran belanja daerah yang lebih besar bila
dibanding dengan besarnya pendapatan asli daerah, lebih besarnya belanja rutin bila
dibanding dengan belanja pembangunan, serta lebih besarnya belanja pembangunan
untuk kota dibanding untuk desa. Akibat dari permasalahan ini tentu akan
memperlambat tujuan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
termasuk dalam menurunkan jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1976 misalnya,
jumlah penduduk miskin mencapai 54.2 juta, selanjutnya 4 windu kemudian, yaitu
tahun 2009 jumlah penduduk miskin masih sekitar 32.2 juta (Arifin, 2005; BPS,
berbagai tahun). Artinya secara ”kasar” penurunan jumlah penduduk miskin di
Indonesia kurang lebih hanya 1.5 persen per tahun. Berdasarkan laporan dari World
Bank (2008) diketahui bahwa pada tahun 2002 tiga dari empat orang penduduk miskin
di dunia atau sekitar 883 juta jiwa tinggal diwilayah perdesaan. Demikian juga di
Indonesia, kurang lebih 64 persen penduduk miskin itu ada di perdesaan (BPS, 2010).
Secara garis besar jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan di Indonesia Tahun
1976-2004 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

6

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan di Indonesia,
Tahun 1976-2004
Tahun

Garis Kemiskinan
Rp/kapita/bln

Penduduk di bawah garis Kemiskinan
Jumlah (Juta)

Kota
Desa
1976
4.522
2.849
1978
4.969
2.981
1980
6.831
4.449
1981
9.777
5.877
1984
13.731
7.746
1987
17.381
10.294
1990
20.614
13.295
1993
27.905
18.244
1996
38.246
27.413
1999
92.409
74.272
2001
100.110
80.382
2004
143.455
108.725
Sumber: Arifin, 2005 (diolah)

Kota
10.0
8.3
9.5
9.3
9.3
9.7
9.4
8.7
7.2
15.7
8.6
11.4

Desa
44.2
38.9
32.8
31.3
25.7
20.3
17.8
17.2
15.3
32.7
29.3
24.8

K+D
54.2
47.2
42.3
40.6
35.0
30.0
27.2
25.9
22.5
48.4
38.7
37.9

Persentase (%)
Kota
38.8
30.8
29.0
28.1
23.1
20.1
16.8
13.5
9.7
19.5
9.8
14.5

Desa
40.4
33.4
28.4
26.5
21.2
16.1
14.3
13.8
12.3
26.1
24.8
21.1

K+D
40.1
33.3
28.6
26.9
21.6
17.4
15.1
13.7
11.3
23.5
18.4
18.2

Memperhatikan permasalahan lambatnya penurunan jumlah penduduk miskin
serta sebagian besar jumlah penduduk miskin itu ada di perdesaan, maka perlu suatu
strategi yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun sekaligus tetap
menjaga pemerataan (growth with equity) dalam rangka menghindari hipotesis U
terbalik dari Kuznets yang menekankan adanya tradeoff antara pertumbuhan dan
pemerataan. Pengalaman di China membuktikan bahwa keberhasilan reformasi fiskal
karena diikuti dengan reformasi perdesaan. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi meningkat
walaupun kesenjangan antar daerah masih meningkat (Lin dan Liu, 2000). Selanjutnya
bagaimana dengan reformasi fiskal di Indonesia? Kebijakan Pemerintah dalam rangka
meningkatkan perekonomian nasional dan daerah, sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan kebijakan pemerintah China, termasuk dalam menurunkan jumlah penduduk
miskin di perdesaan. Kalau di China dengan memberikan ”anggaran khusus”
sedangkan kalau di Indonesia dengan menetapkan aturan mengenai Alokasi Dana Desa
(ADD) dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

Pokok

permasalahannya sekarang kalau di China keberhasilan reformasi fiskal yang diikuti
reformasi perdesaan tersebut didukung penuh oleh pemerintah daerahnya, sedangkan
kalau di Indonesia apakah semua daerah sudah menyalurkan ADD tersebut? Bila
memperhatikan Gambar 1. tentang perbandingan

ADD riil dengan ADD yang

seharusnya ternyata ada gap yang sangat lebar antara ADD yang sudah disalurkan
(ADD riil) dengan ADD yang seharusnya (dana perimbangan dikurangi belanja

7

pegawai minimal 10 persen untuk desa atau ADD = (DP-PLBPG)*0.10). Secara jelas
hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Ditjen PMD, 2005-2009 (diolah)
Gambar 1. Perbandingan ADD Riil dan ADD Seharusnya Sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 72/2005 tentang Desa

Dari Gambar 1 di atas, jelas bahwa penyaluran ADD saat ini masih jauh dari
aturan yang telah ditetapkan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Apakah kecilnya
penyaluran ADD yang efektif baru berjalan 5 tahun ini lebih disebabkan oleh sistem,
yakni pengaturan ADD yang bukan ditetapkan dengan Undang-undang tetapi dengan
Peraturan Pemerintah sehingga tidak memungkinkan ada sanksi bagi daerah yang tidak
melaksanakan? Atau karena para decision maker di daerah masih ragu atau belum
paham mengenai arti penting ADD, yaitu apakah ADD akan memberikan arah yang
benar dan signifikan terhadap peningkatan kinerja fiskal dan perekonomian daerah,
antara lain dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan jumlah penduduk
miskin? Selanjutnya bagaimana dampak yang akan terjadi seandainya semua daerah
minimal memberikan ADD sebesar 10 persen sesuai ketentuan terhadap kinerja fiskal
dan perekonomian daerah, termasuk dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi,
penurunan jumlah penduduk miskin di perdesaan dan kesenjangan antar daerah?
Apakah ketentuan penyaluran ADD minimal 10 persen yang diberlakukan sekarang ini
sudah tepat atau perlu pemihakan (affirmative), baik prosentase ataupun wilayahnya?
Bagaimana seandainya ADD disalurkan secara rupiah, apakah dampaknya akan
berbeda dengan penyaluran secara persentase?Bagaimana peran penataan desa dalam
mengoptmalkan ADD?Penyaluran ADD yang bagaimana yang seharusnya di atur
sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah?

8

Pertanyaannya selanjutnya sekarang bagaimana untuk menjawab semua
pertanyaan di atas, kalau kebijakan penyaluran ADD sampai saat ini belum pernah
dievaluasi secara komprehensif dengan menggunakan metode ilmiah. Oleh karena itu
penelitian ini difokuskan pada berbagai permasalahan di atas, dengan maksud agar
pengaturan mengenai penyaluran ADD

ke depan dapat

lebih optimal untuk

mendorong kinerja fiskal dan perekonomian daerah, termasuk dalam menurunkan
jumlah penduduk miskin dan kesenjangan antar daerah.

1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Meneliti dampak alokasi dana desa (ADD) di era desentralisasi fiskal terhadap
perekonomian daerah di Indonesia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja fiskal daerah dan kinerja
perekonomian daerah dalam hubungannya dengan kebijakan alokasi dana desa di
era desentralisasi fiskal

2.

Mengevaluasi dampak alokasi dana desa di era desentralisasi fiskal terhadap
kinerja fiskal daerah, kinerja perekonomian daerah, dan upaya mengurangi
kemiskinan serta kesenjangan antar daerah dari tahun 2007-2009

3.

Merumuskan rekomendasi alternatif kebijakan yang dapat digunakan Pemerintah
dan Pemerintah Daerah mengenai kebijakan alokasi dana desa dalam mendorong
kinerja fiskal daerah, kinerja perekonomian daerah dan upaya mengurangi
kemiskinan serta kesenjangan antar daerah.

1.4. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Pemerintah dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan
Rancangan Undang-Undang tentang Desa dan peraturan pelaksanaannya,
khususnya pengaturan mengenai alokasi dana desa dan penataan wilayah d