Perhitungan Transmisi Sabuk untuk Transmisi Kedua.

Syamsul Simanjuntak : Perencanaan Serta Pembuatan Pelampung Dan Sistem Belt Perubah Putaran Pada Prototipe Turbin Air Terapung, 2009. USU Repository © 2009 C p =         − −       + − +       + − 2 2 15 45 86 , 9 2 2 15 45 106 2 15 45 106 4 1 C p = 37,697 mm C = C p × p C = 37,697 x 15,875 C = 598,44 ≈ 600 mm Sehingga jarak sumbu poros adalah 600 mm.

4.3.4 Perhitungan Transmisi Sabuk untuk Transmisi Kedua.

Pada transmisi yang kedua adalah dengan menggunakan sabuk sebagai perubah putaran terhadap poros yang ketiga dengan perhitungan sebagai berikut : 1. Perbandingan putaran i antara putaran poros ketiga n 3 dengan poros yang kedua n 2 adalah dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : i = 2 3 n n i = 120 300 = 2 5 2. Perhitungan diameter puli kecil : Perhitungan diameter puli kecil dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : p d = p D x 3 2 n n Dimana diameter puli besar dipilih sebesar D p = 360 mm, supaya perbandingan putaran pada poros ketiga antara puli kecil dan puli besar sesuai dengan yang Syamsul Simanjuntak : Perencanaan Serta Pembuatan Pelampung Dan Sistem Belt Perubah Putaran Pada Prototipe Turbin Air Terapung, 2009. USU Repository © 2009 direncanakan yaitu 300 rpm. Maka diperoleh besar diameter puli kecil adalah sebagai berikut : d p = 360 300 120 × d p = 144,0 d p ≈ 145 mm. Tabel 4.4 Diameter minimum puli yang diizinkan dan dianjurkan dengan penampang sabuk, [26]. Penampang A B C D E Diameter minimum yang dianjurkan 65 115 175 300 450 Diameter minimum yang dianjurkan 95 145 225 350 550 Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh diameter puli kecil adalah 145 mm, sehingga dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa penampang sabuk-V yang digunakan untuk merubah putaran adalah penampang sabuk-V dengan tipe-B standar. 3. Perhitungan kapasitas daya transmisi dari sabuk o P kW dapat dihitung dengan persamaan 2.7 adalah sebagai berikut berdasarkan tabel berikut yang diambil dari [27] : Tabel 4.5 kapasitas daya yang ditransmisikan untuk satu sabuk tunggal, P o kW Syamsul Simanjuntak : Perencanaan Serta Pembuatan Pelampung Dan Sistem Belt Perubah Putaran Pada Prototipe Turbin Air Terapung, 2009. USU Repository © 2009 o P = 0,67 + 1.18 – 0,67 200 100 + 0,07 + 0,13 – 0,07 200 100 = 1,025 kW. 4. Perhitungan panjang keliling sabuk L mm dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6. Perhitungannya dapat dilihat saperti berikut ini: L = 2C + 2 π p p D d + + C 4 1 p p d D − 2 .........................4.19 Dimana jarak sumbu poros yang direncanakan adalah C = 1075 mm. Maka : L = 2 1075 × + 2 14 . 3 145 + 360 + 1075 4 145 360 2 × − L = 2956.94093 mm L = 2957 mm. Dari perhitungan diatas diperoleh bahwa panjang sabuk yang didapat adalah L = 2957 mm yang mendekati L = 2972 mm. Maka panjang sabuk yang dipilih adalah L = 2972 mm dengan nomor 117 yang terdapat pada tabel berikut yang diambil dari [28] : Tabel 4.6 Panjang sabuk-V standar Syamsul Simanjuntak : Perencanaan Serta Pembuatan Pelampung Dan Sistem Belt Perubah Putaran Pada Prototipe Turbin Air Terapung, 2009. USU Repository © 2009 5. Perhitungan jarak sumbu poros C mm yang sebenarnya dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut : C = 8 8 2 2 p p d D b b − − + .......................................................4.20 Dimana : b = p p d D L + − 14 . 3 2 b = 145 360 14 . 3 2972 2 + − × b = 4352.02 mm. C = 8 145 360 8 02 . 4352 02 . 4352 2 2 − − + C = 1097 mm. Maka jarak sumbu poros C yang sebenarnya adalah sebesar 1097 mm. 6. Perhitungan kecepatan sabuk v ms adalah sesuai dengan tabel 4.5 : v = 1000 60 300 150 67 , x x x Syamsul Simanjuntak : Perencanaan Serta Pembuatan Pelampung Dan Sistem Belt Perubah Putaran Pada Prototipe Turbin Air Terapung, 2009. USU Repository © 2009 v = 0,5 ms. 7. Besarnya sudut kontak antara sabuk dengan puli penggerak θ dihitung dengan menggunakan persamaan 2.7. Maka besar sudut kontak antara sabuk dengan puli penggerak adalh sebagai berikut : θ = C d D p p − − ° 57 180 ............................................................4.21 θ = 1075 145 360 57 180 − − ° θ = ° 169 θ = 169 o × 180 π = 2,9 rad. 8. Daerah penyetelan jarak poros berdasarkan nomor nominal sabuk dan panjang keliling sabuk yaitu No.117 L = 2972 mm sesuai dengan tabel dibawah yang diambil dari [29] : Tabel 4.7 Daerah penyetelan jarak sumbu poros Nomor nominal sabuk Panjang keliling sabuk Ke sebelah dalam dari letak standar i C ∆ Ke sebelah luar dari letak standar t C ∆ umum untuk semua tipe A B C D E 11 – 38 38 – 60 60 – 90 90 – 120 120 – 185 280 – 970 970 – 1500 1500 – 2200 2200 – 3000 3000 – 4000 20 25 20 25 40 20 35 40 20 35 40 20 35 40 50 25 40 50 65 75 Dari tabel 4.7 diperoleh bahwa harga-harga i C ∆ dan t C ∆ adalah sebagai berikut : Syamsul Simanjuntak : Perencanaan Serta Pembuatan Pelampung Dan Sistem Belt Perubah Putaran Pada Prototipe Turbin Air Terapung, 2009. USU Repository © 2009 65 35 = ∆ = ∆ t i C C Dimana = ∆ i C Daerah penyetelan jarak sumbu poros ke sebelah dalam dari letak standar. = ∆ t C Daerah penyetelan jarak sumbu poros ke sebelah luar dari letak standar. Maka dari perhitungan diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa sabuk yang digunakan adalah adalah sabuk-V standar tipe-B dengan nomor 117 sehingga daerah penyetelannya adalah mm mm 65 35 1097 + − .

4.3.5 Perhitungan Transmisi Sabuk untuk rangkaian transmisi ketiga.