Uji Efektifitas M. anisopliae Terhadap Larva O. rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabaeidae) Di Laboratorium

(1)

UJI EFEKTIFITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA

Oryctes rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabaeidae)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

ROBIN F H GULTOM 040302042

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UJI EFEKTIFITAS Metarhizium anisopliae TERHADAP LARVA

Oryctes rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabaeidae)

DI LABORATORIUM

SKRIPSI

OLEH:

ROBIN F H GULTOM 040302042

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh KOMISI PEMBIMBING

Ketua

Anggota

Ir.

Marheni,MP

Ir.Fatimah

Zahara

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACK

Robin F. H Gultom Test of Efectivity M . anisopliae to larva O. rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabidae) in Laboratory. Its was conducted in

Pest and Diseases plantation Laboratory, Agriculture Faculty, North Sumatera

University. The objective of this research was to know efectivity fungy of M. anisopliae with the way of diferrent application to larva O. rhinoceros mortality in

Laboratory. This research used non factorial Randomized Completely Block Design (RCD) which consisted 4 treatments factor and 6 replications it was M0 (control), M1 (Showered 20 gr/m2 Metharizium with soil) M2 (Mixed 20 gr/m2 Metharizium to powder of oil palm stem) M3 (soil and food Showered mertharizium 20 gr/m2). With observation parameters O. rhinoceros larva percentage infection of and mortality O. rhinoceros larva percentage. O. rhinoceros larva percentage infection of M. anisopliae highest was found on M1 (Showered 20 gr/m2 Metharizium with soil)

treatment and M2 (Mixed 20 gr/m2 Metharizium to powder of oil palm stem) that was 100%, and O. rhinoceros larva percentage infection of M. anisopliae lowest was found on M0 (control) that was 0.00%. Mortality O. rhinoceros larva percentage highest found on M1 (Showered 20 gr/m2 Metharizium with soil) treatment was 96.67%, and lowest Mortality O. rhinoceros larva percentage was found on M0 (control) treatment was 0,00%.


(4)

ABSTRAK

Robin F H Gultom Uji Efektifitas M. anisopliae Terhadap Larva O. rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabaeidae) Di Laboratorium. Yang di laksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jamur M. anisopliae dengan cara aplikasi yang berbeda terhadap mortalitas lrava O. rhinoceros di Laboratorium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari empat (4) perlakuan dan enam (6) ulangan yaitu: M0 (kontrol), M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metarhizium Terhadap Serbuk Batan Kelapa Sawit) M3 (Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2) . Dengan parameter pengamatan persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M.anosopliae dan Persentase

mortalitas larva O. rhinoceros . Persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M .anosopliae tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium

Bersama Tanah) dan M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Serbuk batang kelapa sawit) yaitu sebesar 100%, dan Persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M .anosopliae terendah terdapat pada perlakuan M0 (kontrol) yaitu sebesar 0,00%. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) sebanyak 96,67%, dan Persentase mortalitas larva O. rhinoceros yang terendah terdapat pada perlakuan M0 (kontrol) yaitu sebesar 0,00%.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Robin F H Gultom, lahir di Samosir, Kab. Samosir 12 November 1984 dari Almarhum B. Gultom dan Ibu L. Manurung, anak ke delapan (8) dari delapan (8) bersaudara.

Riwayat Pendidikan

I. Tahun 1997 lulus dari SD negeri 1 Sitamiang, Kab. Samosir

II. Tahun 2000 lulus dari SMP RK. Bhakti Mulia. O. Runggu,Kab. Samosir III. Tahun 2003 lulus dari SMK/ STM HKBP P. Siantar

IV. Tahun 2004 melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, lulus melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

Pengalaman Kegiatan Akademis

1. Mengikuti Seminar Dan Lokakarya Membudidayakan Tindakan Konservasi Sumber Daya Alam Pada Setiap Aspek Kehidupan, di Fakultas Pertanian Januari Tahun 2009

2. Pengurus harian Ikatan Mahasiswa Katolik Santo Albertus Maknus Fakultas Pertanian, USU tahun 2006 -2008

3. Anggota dan pengurus harian UKM Keluarga Mahasiswa Khatolik Santo Xaverius, USU tahun 2007-2009

4. Mengikuti Seminar Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Dalam Memberdayakan Lingkungan Sekitar Dan Menanam Pohon Untuk Kehidupan Manusia pada 5 juli 2009

5. Menjadi Asisten Ilmu Gulma Tahun 2007-2008

6. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Bakrie Sumatera Plantation. Tbk, Kisaran, pada bulan Juli- Agustus 2008


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Adapun Judul Skripsi ini adalah” UJI EFEKTIFITAS Metarhizium anisopliae (Metch) TERHADAP LARVA Oryctes rhinoceros Coleoptera;Scarabaeidae). di LABORATORIUM” sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing Ir. Marheni, MP sebagai ketua dan Ir. Fatimah Zahara sebagai anggota yang telah banyak membantu, membimbing dan memberi arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2010


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ...

ABSTRAK ...

RIWAYAT HIDUP ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera : Scarabaeidae) ... 5

Gejala serangan Oryctes rhinoceros ... 7

Metode Pengendalian ... 8

Karateristik M. Anisopliae (Metch) Sorikin ... 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi M. Anisopliae ... 10

Mekanisme Infeksi M. Anisopliae ... 11

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metoda Penelitian di Laboratorium ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Persiapan bahan makanan ... 17

Penyediaan Metharizium anisopliae ... 17

Penyediaan larva O. rhinoceros di wadah pengujian ... 17


(8)

Parameter Pengamatan ... 18

Timbulnya serangan pada larva ... 21

Jumlah larva Yang Hidup ... 21

Jumlah larva Yang Mati (Imago) ... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

ABSTRACK

Robin F. H Gultom Test of Efectivity M . anisopliae to larva O. rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabidae) in Laboratory. Its was conducted in

Pest and Diseases plantation Laboratory, Agriculture Faculty, North Sumatera

University. The objective of this research was to know efectivity fungy of M. anisopliae with the way of diferrent application to larva O. rhinoceros mortality in

Laboratory. This research used non factorial Randomized Completely Block Design (RCD) which consisted 4 treatments factor and 6 replications it was M0 (control), M1 (Showered 20 gr/m2 Metharizium with soil) M2 (Mixed 20 gr/m2 Metharizium to powder of oil palm stem) M3 (soil and food Showered mertharizium 20 gr/m2). With observation parameters O. rhinoceros larva percentage infection of and mortality O. rhinoceros larva percentage. O. rhinoceros larva percentage infection of M. anisopliae highest was found on M1 (Showered 20 gr/m2 Metharizium with soil)

treatment and M2 (Mixed 20 gr/m2 Metharizium to powder of oil palm stem) that was 100%, and O. rhinoceros larva percentage infection of M. anisopliae lowest was found on M0 (control) that was 0.00%. Mortality O. rhinoceros larva percentage highest found on M1 (Showered 20 gr/m2 Metharizium with soil) treatment was 96.67%, and lowest Mortality O. rhinoceros larva percentage was found on M0 (control) treatment was 0,00%.


(10)

ABSTRAK

Robin F H Gultom Uji Efektifitas M. anisopliae Terhadap Larva O. rhinoceros Metch (Coleoptera;Scarabaeidae) Di Laboratorium. Yang di laksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jamur M. anisopliae dengan cara aplikasi yang berbeda terhadap mortalitas lrava O. rhinoceros di Laboratorium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari empat (4) perlakuan dan enam (6) ulangan yaitu: M0 (kontrol), M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metarhizium Terhadap Serbuk Batan Kelapa Sawit) M3 (Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2) . Dengan parameter pengamatan persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M.anosopliae dan Persentase

mortalitas larva O. rhinoceros . Persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M .anosopliae tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium

Bersama Tanah) dan M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Serbuk batang kelapa sawit) yaitu sebesar 100%, dan Persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M .anosopliae terendah terdapat pada perlakuan M0 (kontrol) yaitu sebesar 0,00%. Persentase mortalitas larva O. rhinoceros tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) sebanyak 96,67%, dan Persentase mortalitas larva O. rhinoceros yang terendah terdapat pada perlakuan M0 (kontrol) yaitu sebesar 0,00%.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena kelapa sawit dapat diolah menjadi berbagai produk seperti : minyak goreng, mentega, sabun,

arang, kertas, pupuk, kompos, perabot, dan papan (Basiron,1990 dan Derris, 2007).

Produsen minyak sawit nomor satu di dunia adalah Malaysia dengan luas lahan kelapa sawit 3,7 juta ha dapat menghasilkan 16,05 juta ton CPO, di ikuti Indonesia dengan luas lahan kelapa sawit 5,24 juta ha menghasilkan 15,90 juta ton CPO. Melihat luasnya lahan kelapa sawit di Indonesia sudah seharusnya pemasok CPO nomor satu di dunia tetapi produktivitas kebun sawit Indonesia masih kalah dengan Malaysia (Lioe, 2007 dan Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).

Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan kelapa sawit. Oryctes rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan tanaman Pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun, dan tanaman yang mati dapat mencapai 25 % (Susanto, 2005 dan dkk. 2008).

Masalah O. rhinoceros saat ini semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong kelapa sawit pada gawang maupun pada sistem lubang tanam besar. Menurut Winarto (2005) akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan


(12)

terjadi pada tanaman kelapa sawit tua, aplikasi mulsa tandan kosong (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Tandan kosong kelapa sawit yang diaplikasikan setelah membusuk akan menjadi tempat perkembangankumbang tanduk dan dapat langsung menyerang tanaman muda hasil peremajaan (Susanto, 2005).

M. anisopliae mempunyai kemampuan untuk mengendalikan serangan hama. Itu telah dikembangkan dalam produk komersil untuk digunakan di beberapa negara. Beberapa contohnya meliputi Green Muscle untuk mengendalikan belalang di Africa (Kabaluk dkk., 2001).

Jamur M. anisopliae merupakan salah satu jamur entomopatogenik yang dapat digunakan sebagai patogen hama, memiliki daya virulensi dan infeksi yang berbeda. Proses terjadinya infeksi serangan hama dapat melalui beberapa cara, diantaranya masuk melalui spirakel, dan mulut, kemudian terjadi perkembangan dalam cairan tubuh serangga dengan benang-benang miselia dan selanjutnya membentuk konidia. Pertama kali yang diserang adalah sel-sel otot, lemak serta organ-organ lain, seperti tabung malpighi dan sistem saraf. Serangga yang terinfeksi menunjukkan gejala,. Gerakannya lambat, aktifitas makan berkurang dan akhirnya mati

(Rayati dan Hidayat, 1993).

Jamur M anisopliae dapat diaplikasikan dengan berbagai cara, dapat diaplikasikan melalui spiracel yaitu dengan cara mengoleskan jamur ke larva, dan dapat melalui mulut larva dapat dilakukan dengan cara mencampur jamur M anisopliae dengan bahan makanannya.


(13)

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efektifitas dari M. anisopliae terhadap mortalitas larva O. rhinoceros yang akan dilaksanakan di laboratorium.


(14)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui efektifitas jamur M. anisopliae dengan cara aplikasi yang berbeda terhadap mortalitas larva O rhinoceros dilaboratorium.

Hipotesa Penelitian

Aplikasi jamur M. anisopliae dengan cara yang berbeda menunjukkan keefektifan yang berbeda terhadap mortalitas larva O. rhinoceros dilaboratorium.

Kegunaan penelitian

 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama & Penyakit Tumbuhan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi O. rhinoceros

Menurut Kalshoven (1981), hama ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Coleoptera

Family : Scarabidae

Genus : Oryctes

Spesies : Oryctes rhinoceros

O. rhinoceros disebut dengan nama kumbang nyiur, atau kumbang kelapa ataupun dengan sebutan yang sesuai dengan bentuknya yang mirip badak kecil, yaitu kumbang badak (Morin,1996).

Gambar 1. Larva- pupa- imago O. rhinoceros Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Rhinoceros_beetle

Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas setelah lebih kurang 12


(16)

hari. Warna telurnya putih dengan garis tengah lebih kurang 3 mm, sebelum menetas membengkak berwarna keabuan (Vandaveer, 2004).

Gambar 2. Telur O. rhinoceros Sumber http://commons.wikimedia.org

Larva O. rhinoceros berkaki 3 pasang, larva ini segera akan memakan bagian tanaman yang masih ada serta bahan organik yang ada didekatnya. Tahap larva terdiri dari tiga instar, masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 21-60 hari dan instar tiga 60-165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat (Mohan, 2006). Larva berwarna putih, berbentuk silender, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung membentuk setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi denga rahang yang kuat. Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos, dan hampir semua bahan organik yang membusuk. Batang kelapa sawit dan kelapa yang membusuk adalah tempat yang baik untuk tempat hidup larva ini (Prawirosukarto dkk., 2003).


(17)

Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto dkk., 2003).

Gambar 4. Pupa O. rhinoceros.

Imago berwarna hitam, ukuran tubuh 35-45 mm, sedangkan menurut Mohan (2002), imago O. rhinoceros mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan lebih kecil dari imago betina. O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O. rhinoceros dapat terbang sampai sejauh 9 km (Prawirosukarto dkk., 2003).

Gambar 5. Imago O. rhinoceros.

Gejala Serangan Oryctes rhinoceros

Kumbang badak O. rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara melubangi tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan pelepah daun


(18)

muda putus dan membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk. (2003) mengatakan, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kelapa sawit menyebabkan masalah hama ini sekarang juga dijumpai pada areal tanaman yang menghasilkan. O. rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan tanaman dan dapat mengakibatkan tanaman mati (Chong dkk., 1991).

Gambar 6 : Gejala Serangan Sumber : http://.wikimedia.org

Hama ini biasanya berkembang biak pada tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua areal tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit. Gerekan tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat mematikan tanaman. Pada areal peremajaan kelapa sawit, serangan kumbang tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu lapis). Serangan hama tersebut menyebabkan tanaman kelapa sawit tua, menurun produksinya dan dapat mengalami kematian (Winarto, 2005).

Kumbang tanduk hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat


(19)

mencapai 4,2 cm dalam sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh, kemungkinan tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal (Prawirosukarto dkk., 2003).

Metode Pengendalian O. rhinoceros

Pemantauan populasi hama ini dilakukan secara teratur setiap bulan terhadap 15% dari jumlah keseluruhan tanaman (setiap 6 baris diambil 1 baris sebagai contoh).

Padat populasi kritis. Selama periode 2 tahun pertama setelah kelapa sawit dipindahkan ke lapangan, apabila ditemukan 3-5 ekor O. rhinoceros/ha, maka pengendalian harus dilakukan. Pada kelapa sawit yang berumur lebih dari dua tahun padat kritisnya 15- 20 ekor/ha.

Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :

 Pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa sawit dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3- 5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5- 10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor.

 Penghancuran tempat peletakan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh dan dengan cara pengutipan (handpicking) kumbang dewasa ditanaman yang terserang, apabila jumlahnya masih terbatas.

 Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal tanaman menghasilkan dapat dikendalikan dengan jamur Metarrhizium anisopliae sebanyak 20 g/m2.


(20)

 Pemerangkapan O. rhinoceros menggunakan fetotrap, berupa feromon sintetik ( Etil- 4 metil oktanoate ) yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 liter.

 Menggunakan kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida butiran Karbosulfan sebanyak 0,05- 0,10 g bahan aktif /pohon setiap 1-2 minggu. ( Prawirosukarto dkk., 2003 ).

Karateristik M. anisopliae ( Metch) Sorokin.

M. anisopliae merupakan salah satu cendawan entomopatogen yang termasuk dalam devisi Deuteromycotina: Hyphomycetes. Cendawan ini biasa disebut dengan green muscardine fungus dan tersebar luas di seluruh dunia. M. anisopliae telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat menginfeksi beberapa jenis serangga, antara lain dari ordo Coleoptera, Lepidoptera, Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera. Cendawan ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia (Prayogo dkk., 2005).

Gambar 7 : Formulasi butiran M. anisopliae. Sumber : Foto http://www.iopri.org

M. anisopliae mempunyai konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin, berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa


(21)

jenis serangga dan bersifat saprofit di dalam tanah dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman (Prayogo dkk., 2005).

Larva dan pupa yang di infeksi M. anisopliae dicirikan ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau sesuai dengan spora yang menjadi dewasa (Moslim dkk., 2007).

Fakrtor- Faktor yang Mempengaruhi M. anisopliae

Pada umumya suhu optimum cendawan entomopatogen untuk perkembangan dan pertumbuhannya, daya menyebabkan penyakit dan bertahan hidup di alam adalah antara 0-30oC. Umumnya temperatur di atas 35oC menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari jamur entomopatogen. Konidia M. anisopliae mempunyai titik kematian pada suhu panas 40oC selama 15 menit. Dibawah 40oC sel- sel cendawan biasanya bertahan hidup namun jarang berkembang. Jamur entomopatogen, pada umumnya dapat mentoleransi kisaran yang luas dari konsenterasi ion hidrogen antara pH 5-10 dengan pH optimum sekitar 7 (McCoy dkk., 2005).

Temperatur optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae berkisar 22−27oC. Konidia akan membentuk kecambah pada kelembaban di atas 90%, konidia akan berkecambah dengan baik bila kelembaban udara sangat tinggi hingga 100%. Patogenisitas cendawan M. anisopliae akan menurun apabila kelembaban udara di bawah 86% (Prayogo dkk., 2005).

Keefektipan cendawan entomopatogen dipengaruhi oleh waktu aplikasi. Setelah diaplikasi, cendawan entomopatogen membutuhkan kelembaban yang tinggi


(22)

untuk tumbuh dan berkembang. Kelembaban udara yang tinggi dibutuhkan pada saat pembentukan tabung kecambah (germ tube), sebelum terjadi penetrasi ke integument serangga. Kelembapan di atas 90% selama 6- 12 jam setelah inokulasi dibutuhkan cendawan untuk melakukan penetrasi di dalam tubuh serangga. Cendawan entomopatogen sangat rentan terhadap sinar matahari khususnya sinar ultra violet. Oleh karena itu aplikasi cendawan pada musim kemarau perlu dihindari dan sebaiknya aplikasi dilakukan pada saat kelembaban tinggi (Prayogo dkk., 2005).

Mekanisme Infeksi M. anisopliae

Mekanisme infeksi M. anisopliae yang pertama adalah Inokulasi, yaitu kontak antara propagul cendawan dengan tubuh serangga. Propagul cendawan M. anisopliae berupa konidia. Kemudian kedua terjadi proses penempelan dan perkecambahan propagul cendawan pada integumen serangga. Kemudian terjadi penetrasi dan invasi. Dalam melakukan penetrasi menembus integumen, cendawan membentuk tabung kecambah (appresorium). Penembusan dilakukan secara mekanis atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim dan toksin. Kemudian Destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang selanjutnya beredar ke dalam hemolimf dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lainnya. Pada umumnya serangga sudah mati sebelum proliferasi blastospora. Enam senyawa enzim dikeluarkan oleh M. anisopliae, yaitu lipase, khitinase, amilase, proteinase, pospatase, dan esterase. Pada waktu serangga mati, fase perkembangan saprofit cendawan dimulai dengan penyerangan jaringan dan berakhir dengan pembentukan organ reproduksi. Pada umumnya semua jaringan dan cairan tubuh serangga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan tubuh yang mengeras seperti mumi (Prayogo dkk., 2005).


(23)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan, Dengan ketinggian tempat ±25m dpl. Penelitian ini di mulai pada bulan Juli 2009 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan adalah Metarhizium anisopliae dan larva Orictes rhinoceros, Makanan (isi batang kelapa sawit), dan bahan pendukung lainnya.

Alat yang di gunakan dalam penelitian adalah stoples, kain kasa, karet, mikroskop, papan nama, cat, kamera, pinset, alat tulis dan alat pendukung lainya

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan perlakuan:

M0 : Kontrol

M1 : Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah

M2 : Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap serbuk batang kelapa sawit

M3 : Tanah Dan Serbuk batang kelapa sawit Ditaburi Metharizium 20 gr / m2 Ket: Di dalam 1 stoples terdapat 5 larva.

(t-1) (r-1) ≥ 15 (4-1) (r-1) ≥ 15

3r-3 ≥ 18 r = 6


(24)

Jadi diperoleh ulangan sebanyak 6 kali, dan seluruhnya sebanyak 24 perlakuan.

Model linier yang digunakan adalah: Yij = µ + ρi + τj + εij

Dimana :

Yij = data percobaan µ = efek nilai tengah

ρi = efek blok dari taraf ke-i τj = efek perlakuan dari taraf ke-j εij = efek error

Jika sidik ragam menunjukkan efek nyata maka dilanjutkan Uji Jarak Duncan (UJD) atau Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Pelaksanaan Penelitian

A. Persiapan Media Makanan

Media makanan O. Rhinoceros adalah serbuk isi batang kelapa sawit yang telah mulai membusuk. Serbuk isi batang kelapa sawit diperoleh dari batang kelapa sawit yang diambil dari lapangan. Banyaknya serbuk yang dibutuhkan sekitar dua karung goni (ukuran 50kg).


(25)

Serbuk yang diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium. Setelah di anggap remah serbuk isi batang kelapa sawit tersebut di masukkan ke dalam stoples (3/4 bagian stoples) sesuai dengan ukuran masing-masing perlakuan.

B. Penyediaan Metarhizium anisopliae

Penyediaan M. anisopliae yang telah siap aplikasi berupa media jagung dan ditaburi pada perlakuan masing masing stoples sesuai dengan dosis sebagai berikut : M0 : Kontrol

M1 : Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah

M2 : Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap serbuk batang k. sawit

M3 : Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2

Gambar 9. M. Anisopliae Sumber : Foto Langsung C. Persiapan Larva Oryctes rhinoceros dalam Wadah

Larva O. Rhinoceros diambil dari lapangan sebanyak 120 larva instar 3 yang sehat, kemudian larva dimasukkan ke dalam stoples (5 larva per stoples) yang telah berisi media organik isi batang kelapa sawit.


(26)

Gambar 10. Larva O. Rhinoceros Sumber : Foto Langsung

D. Aplikasi

Aplikasi jamur M. anisopliae di lakukan 1 minggu sebelum pengaplikasian hama O. rinhoceros dan diaplikasikan sebanyak 20 gr / m2 pada masing perlakuan. Aplikasi jamur dilakukan sekali saja sebelum pengaplikasian hama O. rhinoceros dan dilakukan pada pagi hari.

E. Parameter Pengamatan

a. Persentase Larva Yang Terinfeksi M. anisopliae

Dilihat apakah ada timbulnya gejala-gejala awal pada kulit larva orictes tersebut. Dilihat perkembangan apakah gejala sudah mulai hijau pada kulit dan sudah ada awal yang mengeras. Melihat apakah sudah menginfeksi sel-sel otot, lemak, serta organ-organ yang lain seperti tabung malpighi dan sistem saraf yang menunjukkan gejala gerakan lambat dan aktivitas makan yang berkurang hingga menimbulkan kematian.Persentase larva O. Rinhoceros terinfeksi M. Anisopliae digunakan rumus sebagai berikut :


(27)

P = b a

x 100 % Keterangan :

P = Jumlah mortalitas larva a = Jumlah larva yang mati b = Jumlah larva yang diamati

b. Persentase Mortalitas Larva Yang Mati

Pengamatan yang dilakukan adalah menghitung kematian larva. Kemudian dicatat jumlah larva yang mati dan selanjutnya dihitung mortalitas larva. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan interval pengambilan data 4 hari sekali sebanyak 8 kali pengamatan. Persentase mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = b a

x 100 % Keterangan :

P = Jumlah mortalitas larva a = Jumlah larva yang mati b = Jumlah larva yang diamati ( Wahyono dan Tarigan, 2007 ).


(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Persentase Larva Terinfeksi M. anisopliae

Hasil penelitian menunjukkan gejala awal larva yang terinfeksi jamur M. Anisopliae berupa bercak berwarna hitam pada permukaan kulit tubuhnya terlihat + 14 hari setelah aplikasi. Larva yang terinfeksi mulai bergerak lambat dan mati 18 hari setelah aplikasi dengan gejala tubuh mengeras dan seluruh permukaan tubuhnya diselimuti oleh hifa putih dari jamur tersebut, 20 hari setelah aplikasi tubuh larva menjadi berwarna hijau ke abu-abuan seperti beledru. Hal ini sesuai denan pernyataan Moslim (2007) yang menyatakan bahwa larva yang terinfeksi M. Anisopliae dicirikan ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau sesuai dengan spora yang menjadi dewasa.

A B C

Gambar 11. Gejala Larva O. rhinoceros yang terinfeksi jamur M. anisopliae Sumber : Foto Langsung

Keterangan : A. Awal infeksi jamur M. anisopliae

B. Larva terinfeksi jamur M. Anisopliae (9 hsa)


(29)

Hasil pengamatan terhadap persentase larva O. rhinoceros terinfeksi M. anisopliae disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. persentase larva terinfeksi M. Anisopliae

Perlakuan Pengamatan

I II III IV V VI VII VIII

M0 0.00 C 0.00 C 0.00 C 0.00 C 0.00 D 0.00 C 0.00 C 0.00 B M1 20.00 A 43,33 A 53,33 A 83,33 A 100.00 A 100.00 A 100.00 A 100.00 A M2 10.00 B 13,33 B 26,67 B 46,67 B 53,33 C 76,67 B 83,33 B 100.00 A M3 6,67 B 30.00 B 50.00 B 60.00 B 86,67 B 90.00 A 93,33 A 93,33 A Keterangan: angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata, pada taraf 1% uji jarak Duncan (UJD)

Pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan I-VIII tertera pada lampiran 2-9. Hasil analisis sidik ragam dari setiap perlakuan (M0, M1, M2 dan

M3) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap persentase larva O.rhynoceros yang terinfeksi M. Anisopliae (tabel 1).

Hasil pengamatan dilihat dari data persentase larva terinfeksi M. Anisopliae tertinggi pada pengamatan VIII pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) dan M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Makanan) sebanyak 100 %, M3 (Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2) sebanyak 93.33 % dan yang terendah M0 (kontrol) sebanyak 0 %. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap perlakuan mempunyai daya infeksi yang berbeda-beda terhadap larva O. rhinoceros.

Gambar 12. Histogram masing- masin perlakuan terhadap persentase Infeksi larva O. rhinoceros pada setiap waktu pengamatan


(30)

Keberhasilan daya infeksi M. anisopliae terhadap larva O.rhinoceros dipengaruhi oleh lingkungannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan laju infeksi jamur entomopatogen M. anisopliae adalah kelembaban pada media percobaan. Untuk menjaga kelembaban media percobaan dilakukan penyemprotan media air terhadap masing-masing perlakuan secukupnya. Hal ini sesuai dengan literatur Prayogo dkk (2005) yang menyatakan jamur entomopatogen membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk tumbuh dan berkembang. Kelembaban udara yang tinggi dibutuhkan pada saat pembentukan tabung kecambah (Germatube), sebelum terjadi penetrasi ke integumen serangga. Kelembaban diatas 90 % selama 6-12 jam setelah inokulasi dibutuhkan jamur untuk melakukan penetrasi didalam tubuh serangga.

b. Persentase mortalitas larva Oryctes rhinoceros

Hasil pengamatan terhadap persentase mortalitas larva O. rhynoceros yang terinfeksi cendawan M. anisopliae dapat di lihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Persentase mortalitas larva terinfeksi M. anisopliae

Perlakuan Pengamatan

I II III IV V VI VII VIII M0 0,00 0.00 b 0.00 c 0.00 C 0.00 C 0.00 D 0.00 C 0.00 C M1 0,00 16,67 a 33,33 a 63,33 A 86,67 A 90.00 A 96,67 A 96,67 A M2 0,00 13,33 a 13,33 b 16,67 B 20.00 B 26,67 C 56,67 B 83,33 A M3 0,00 6,67 b 13,33 b 20.00 B 40.00 B 63,33 B 86,67 A 93,33 A Keterangan : angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata, pada taraf 1% uji jarak Duncan (UJD)

Pada setiap waktu pengamatan mulai dari pengamatan I-VIII dapat dilihat pada lampiran 10-17. Hasil analisis sidik ragam dari setiap perlakuan (M0, M1, M2 dan M3) menunjukkan perbedaan yang nyata dan sangat nyata terhadap persentase mortalitas larva O.rhynoceros (tabel 2).


(31)

Hasil pengamatan dilihat dari data persentase mortalitas tertinggi larva M. Anisopliae adalah pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) sebanyak 96,67%, M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Makanan ) sebanyak 83,33%, M3 (Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2) sebanyak 93,33% dan yang terendah M0 (kontrol) sebanyak 0,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap perlakuan mempunyai daya infeksi yang berbeda-beda.

Gambar 13. Histogram masing- masin perlakuan terhadap persentase mortalitas larva O. rhinoceros pada setiap waktu pengamatan

Dari histogram diatas, pada setiap waktu pengamatan (I-VIII) terjadi perubahan nilai persentase mortalitas larva O. rhinoceros pada perlakuan M1,M2 dan M3. dan pada perlakuan M0 tidak terjadi perubahan. Menurut pernyataan Susanto (2005) menyatakan bahwa pengendalian O. rhinoceros dengan M. anisopliae di laboratorium dapat menyebabkan mumifikasi larva sebesar 100%. Hal ini terjadi karena di laboratorium ruang gerak larva terbatas sehingga semua larva mengalami kontak dengan M. anisopliae.


(32)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. larva O. rhinoceros terinfeksi + 14 hari setelah aplikasi dan 18 hari setelah aplikasi larva mati dengan tubuh larva berwarna hijau.

2. persentase larva terinfeksi M. Anisopliae tertinggi terdapat pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) dan M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Makanan ) sebanyak 90%, M3 (Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2) sebanyak 83,46% dan yang terendah M0 (kontrol) sebanyak 6,29%.

3. larva yang terinfeksi M. Anisopliae di cirikan perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga, dan akhirnya di tutupi oleh hipa dari jamur kemudian berubah menjadi hijau.

4. persentase mortalitas larva O.rhinoceros terdapat pada perlakuan M1 (Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah) sebanyak 71,62%, M2 (Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Makanan ) sebanyak 53,24%, M3 (Tanah Dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2) sebanyak 20, 24% dan yang terendah M0 (kontrol) sebanyak 6,29%.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Basiron. 1990. Manfaat dan Keungulan Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan juni 1990. 21(2): 113-117.

Chong, K.K., A.C.Peter., H.C. Tuck, 1991. Crop Pest And Their Management In Malaysia. Tropical Press Sdn. Kualalumpur, Malaysia.p.55 – 57.

Direktorat Jendral Perkebunan, 2007. Luas Kelapa Sawit Indosesia 2007. http://infosawit.iopri.org/files/data%20sawit%20Indonesia%202006.doc.

Diakses pada 19 Juni 2009

Derris. T, 2007. Kelapa Sawit. http://ms.wikipedia.org/wiki/sawit. Diakses pada 18 Juni 2009.

Kabaluk, T., M. Goettel, B. Vernon and C. Noronha. 2001. Evaluation of Metarrhizium anisopliae as a biological control for wireworm. Pacific Agri-Food Research centre Lethbridge Research centre London. http;//www.organicagcentre.ca/ResearchDatabase/res boil ctrl wireworms.html. Diakses pada 19 Juni 2009.

Lioe. U., 2007.Prospek Perkebunan Dan Industri Minyak Sawit di Indonesia 2006-2020 Edisi ke 2.Bisinfocus, Tanggerang- Indonesia.

McCoy, C., E.D. Quintela end M.D. Faria. 2005. Envirimental Persistence of Entomopathogenic Fungi. Universitas of Florida. http//:google.com. Diakses pada 29 Mei 2009.

Morin, J..P. 1996. Semiochemicals of Oryctes rhinoceros, the coconut rhinoceros beetle. <http://www.pherobase.net>. Diakses pada 9 Maret 2009.

Prawirosukarto, S., Y.P. Roerrha., U. Condro., dan Susanto. 2003. Pengenalan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit.PPKS, Medan.

Prayogo, Y., W. Tengkano., dan Marwoto. 2005. Prospek Cendawan Entomopatogen M. anisopliae Untuk Mengendalikan Ulat Grayak. http://www.pustaka deptan.go.id. Diakses pada 19 Juni 2009.

Rayati, D.J., Dan W. Hidayat, 1993. Promosing Entomophatogenic Fungi For Biological Control Of Tea and Cinchona Pest. Their Pathogenity and Some Critical Aspects Of The Desease Induction. Biotrof Special Publication. P 167- 174

Susanto. dkk 2005. Pengurangan populasi larva Oryctes rhinoceros pada sistem lubang tanam besar.J. Penelitian Kelapa Sawit April 2005. 14(1):2-3.


(34)

Susanto, 2006. Pengendalian Hama Oryctes rhinoceros, PPKS.Medan http://www.iopri.org/index.php?option=com_content&task=section&id=11&Ite

mid=34〈=id. Diakses 12 Juni 2009.

Wahyono, T.E., dan N. Tarigan. 2007. Uji Patogenitas Beauveria bassiana dan

Metarhizium anisopliae Terhadap Ulat Serendang (Xystrocera festiva).

http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt121078.pdf. Diakses Pada 11 Mei 2009.

Winarto,L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Secara Terpadu. Medan. http://www.agroindonesia.com/-cpas2. Diakses pada 20 April 2009.

Vandaveer, C. 2004. What is Lethal- Male delivery system. http://www5e.biglobe.ne.jp/champ/Oryctes rhinoceros1.htm.com. Diakses pada 18 April 2009.

.


(35)

Lampiran 1. Bagan Penelitian Di Laboratorium

Keterangan :

M0 : Kontrol

M1 : Ditaburi 20 gr / m2 Metharizium Bersama Tanah

M2 : Dicampurkan 20 gr / m2 Metharizium Terhadap Makanan M3 : Tanah dan Makanan Ditaburi Metharizium 20 gr / m2 U : Ulangan

M0U3

M1U1

M2U6

M3U5

M1U2

M2U5

M0U4

M3U1

M3U6

M2U4

M0U6

M1U3

M3U2

M2U1

M2U3

M3U2

M2U2

M0U1

M1U5

M0U2

M3U4

M1U6

M0U5


(36)

lampiran 2. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan I

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00 120,00 20,00 M2 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 0,00 60,00 10,00 M3 0,00 20,00 0,00 0,00 20,00 0,00 40,00 6,67 Total 20,00 40,00 40,00 40,00 60,00 20,00 220,00 Rataan 5,00 10,00 10,00 10,00 15,00 5,00 9,17 Data Persentase Infeksi M. anisopliePengamatan I Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 26,57 26,57 26,57 26,57 26,57 26,57 159,39 26,57 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 26,57 6,29 98,56 16,43 M3 6,29 26,57 6,29 6,29 26,57 6,29 78,29 13,05 Total 45,43 65,71 65,71 65,71 85,98 45,43 373,97 Rataan 11,36 16,43 16,43 16,43 21,50 11,36 15,58 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 1284,74 428,25 7,35 ** 3,10 4,94 Galat 20 1164,83 58,24

Total 23 2449,57

** sangat nyata

FK 5827,34 * nyata

KK 48,98 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 1,80 -7,23 -0,92 2,21 12,09

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 7,23 7,59 7,79 7,91

Perlakuan M0 M3 M2 M1

Rataan 0,00 6,67 10,00 20,00

.A

 

  B


(37)

lampiran 3. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan II

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 40,00 20,00 40,00 40,00 80,00 40,00 260,00 43,33 M2 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00 80,00 13,33 M3 20,00 40,00 40,00 20,00 40,00 20,00 180,00 30,00 Total 60,00 60,00 100,00 80,00 140,00 80,00 520,00 Rataan 15,00 15,00 25,00 20,00 35,00 20,00 21,67 Data Persentase Infeksi M. anisopliePengamatan II Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29

M1 39,23 26,57 39,23 39,23 63,43 39,23 246,93 41,15 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 26,57 26,57 118,84 19,81 M3 26,57 39,23 39,23 26,57 39,23 26,57 197,39 32,90 Total 78,37 78,37 111,32 98,65 135,52 98,65 600,89 Rataan 19,59 19,59 27,83 24,66 33,88 24,66 25,04 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 4202,48 1400,83 18,52 ** 3,10 4,94

Galat 20 1512,88 75,64

Total 23 5715,36

** sangat nyata

FK 15044,46 * nyata

KK 34,74 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 2,05 -8,24 4,68 21,12 34,31

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 8,24 8,65 8,88 9,02

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 13,33 30,00 43,33

.A

 

B .C


(38)

lampiran 4. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan III

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 40,00 40,00 40,00 40,00 80,00 80,00 320,00 53,33 M2 20,00 0,00 40,00 20,00 60,00 20,00 160,00 26,67 M3 20,00 60,00 80,00 40,00 80,00 20,00 300,00 50,00 Total 80,00 100,00 160,00 100,00 220,00 120,00 780,00 Rataan 20,00 25,00 40,00 25,00 55,00 30,00 32,50 Data Persentase Infeksi M. anisopliePengamatan III Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 39,23 39,23 39,23 39,23 63,43 63,43 283,80 47,30 M2 26,57 6,29 39,23 26,57 50,77 26,57 175,98 29,33 M3 26,57 50,77 63,43 39,23 63,43 26,57 270,00 45,00 Total 98,65 102,58 148,19 111,32 183,93 122,85 767,51 Rataan 24,66 25,64 37,05 27,83 45,98 30,71 31,98 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 6427,47 2142,49 12,91 ** 3,10 4,94

Galat 20 3318,48 165,92

Total 23 9745,96

** sangat nyata

FK 24544,94 * nyata

KK 40,28 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 3,04 -12,21 13,85 36,85 39,97

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 12,21 12,81 13,15 13,36

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 26,67 50,00 53,33

 

A

.B .C


(39)

lampiran 5. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan IV

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 80,00 60,00 100,00 80,00 100,00 80,00 500,00 83,33 M2 40,00 20,00 40,00 40,00 80,00 60,00 280,00 46,67 M3 20,00 80,00 60,00 60,00 80,00 60,00 360,00 60,00 Total 140,00 160,00 200,00 180,00 260,00 200,00 1140,00 Rataan 35,00 40,00 50,00 45,00 65,00 50,00 47,50 Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan IV Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29

M1 63,43 50,77 90,00 63,43 90,00 63,43 421,07 70,18 M2 39,23 26,57 39,23 39,23 63,43 50,77 258,46 43,08 M3 26,57 63,43 50,77 50,77 63,43 50,77 305,74 50,96 Total 135,52 147,06 186,29 159,72 223,16 171,26 1023,01 Rataan 33,88 36,76 46,57 39,93 55,79 42,82 42,63 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 12894,84 4298,28 28,69 ** 3,10 4,94 Galat 20 2996,04 149,80

Total 23 15890,88

** sangat nyata

FK 43606,32 * nyata

KK 28,71 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 2,88 -11,60 34,49 47,51 70,64

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 11,60 12,17 12,49 12,69

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 46,67 60,00 83,33

.A

 

  B


(40)

lampiran 6. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan V

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

M2 40,00 40,00 60,00 40,00 80,00 60,00

M3 40,00 100,00 100,00 80,00 100,00 100,00

Total 180,00 240,00 260,00 220,00 280,00 260,00

Rataan 45,00 60,00 65,00 55,00 70,00 65,00

Data Persentase M. anisoplie Pengamatan V Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29

M1 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00

M2 39,23 39,23 50,77 39,23 63,43 50,77

M3 39,23 90,00 90,00 63,43 90,00 90,00

Total 174,75 225,52 237,06 198,96 249,72 237,06

Rataan 43,69 56,38 59,26 49,74 62,43 59,26

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01

Perlakuan 3 24892,95 8297,65 60,00 ** 3,10

Galat 20 2765,88 138,29

Total 23 27658,83

** sangat n

FK 72937,79 * nyata

KK 21,33 tn tidak ny

Uji Jarak Duncan

SY 2,77 -11,14 41,64 74,66 87,80

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 11,14 11,70 12,00 12,20

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 53,33 86,67 100,00

.A

.B

.C .D


(41)

Lampiran 7. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan VI

Perlakuan Ulangan Total

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 600,00 M2 60,00 40,00 100,00 60,00 100,00 100,00 460,00 M3 40,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 540,00 Total 200,00 240,00 300,00 260,00 300,00 300,00 1600,00

Rataan 50,00 60,00 75,00 65,00 75,00 75,00

Data Persentase M. anisoplie Pengamatan VI Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73

M1 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 540,00

M2 50,77 39,23 90,00 50,77 90,00 90,00 410,77

M3 39,23 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 489,23

Total 186,29 225,52 276,29 237,06 276,29 276,29 1477,73

Rataan 46,57 56,38 69,07 59,26 69,07 69,07

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 25862,90 8620,97 34,35 ** 3,10 4,94

Galat 20 5020,06 251,00

Total 23 30882,96

** sangat nyata

FK 90987,45 * nyata

KK 25,73 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 3,73 -15,01 60,91 73,83 83,57

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 15,01 15,76 16,17 16,43

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 76,67 90,00 100,00

 

A .B


(42)

Lampiran 8. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan VII

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 600,00 100,00 M2 80,00 40,00 100,00 80,00 100,00 100,00 500,00 83,33 M3 60,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 560,00 93,33 Total 240,00 240,00 300,00 280,00 300,00 300,00 1660,00 Rataan 60,00 60,00 75,00 70,00 75,00 75,00 69,17 Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan VII Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29

M1 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 540,00 90,00 M2 63,43 39,23 90,00 63,43 90,00 90,00 436,10 72,68 M3 50,77 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 500,77 83,46 Total 210,49 225,52 276,29 249,72 276,29 276,29 1514,60 Rataan 52,62 56,38 69,07 62,43 69,07 69,07 63,11 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 26745,15 8915,05 51,35 ** 3,10 4,94

Galat 20 3472,28 173,61

Total 23 30217,43

** sangat nyata

FK 95584,42 * nyata

KK 20,88 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 3,11 -12,48 70,23 79,89 86,34

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 12,48 13,11 13,45 13,66

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 83,33 93,33 100,00

 

A .B


(43)

Lampiran 9. Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan VIII Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 600 100,00 M2 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 600 100,00 M3 60,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100 560 93,33 Total 260,00 300,00 300,00 300,00 300,00 300 1760,00

Rataan 65,00 75,00 75,00 75,00 75,00 75 73,33

Data Persentase Infeksi M. anisoplie Pengamatan VIII Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29

M1 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 540,00 90,00 M2 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 540,00 90,00 M3 50,77 90,00 90,00 90,00 90,00 90,00 500,77 83,46 Total 237,06 276,29 276,29 276,29 276,29 276,29 1618,50

Rataan 59,26 69,07 69,07 69,07 69,07 69,07 67,44 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 30084,18 10028,06 156,37 ** 3,10 4,94

Galat 20 1282,59 64,13

Total 23 31366,78

** sangat nyata

FK 109147,98 * nyata

KK 11,87 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 1,89 -7,59 85,37 91,83 91,69

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 7,59 7,97 8,17 8,31

Perlakuan M0 M3 M2 M1

Rataan 0,00 93,33 100,00 100,00

A


(44)

Lampiran 10. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan

I

Perlakuan Ulangan Total

Rataan 1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Rataan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan I Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan 1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M2 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 Total 25,16 25,16 25,16 25,16 25,16 25,16 150,94


(45)

Lampiran 11. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan II

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 20,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00 100,00 16,67 M2 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00 80,00 13,33 M3 0,00 0,00 0,00 0,00 40,00 0,00 40,00 6,67 Total 20,00 0,00 40,00 40,00 80,00 40,00 220,00 Rataan 5,00 0,00 10,00 10,00 20,00 10,00 9,17

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan II Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 26,57 6,29 26,57 26,57 26,57 26,57 139,11 23,19 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 26,57 26,57 118,84 19,81 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 39,23 6,29 70,68 11,78 Total 45,43 25,16 65,71 65,71 98,65 65,71 366,36 Rataan 11,36 6,29 16,43 16,43 24,66 16,43 15,27 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 1056,47 352,16 3,92 * 3,10 4,94 Galat 20 1795,09 89,75

Total 23 2851,56

** sangat nyata

FK 5592,60 * nyata

KK 0,62 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 2,23 -8,98 -2,76 3,66 6,84

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 8,98 9,42 9,67 9,83

Perlakuan M0 M3 M2 M1

Rataan 0,00 6,67 13,33 16,67

 

a  

 


(46)

Lampiran 12. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan III

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 40,00 20,00 40,00 20,00 60,00 20,00 200,00 33,33 M2 0,00 0,00 20,00 20,00 20,00 20,00 80,00 13,33 M3 20,00 0,00 0,00 0,00 60,00 0,00 80,00 13,33 Total 60,00 20,00 60,00 40,00 140,00 40,00 360,00 Rataan 15,00 5,00 15,00 10,00 35,00 10,00 15,00 Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan III Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 39,23 26,57 39,23 26,57 50,77 26,57 208,93 34,82 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 26,57 26,57 118,84 19,81 M3 26,57 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29 102,49 17,08 Total 78,37 45,43 78,37 65,71 134,39 65,71 467,99 Rataan 19,59 11,36 19,59 16,43 33,60 16,43 19,50 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 2491,25 830,42 6,07 * 3,10 4,94 Galat 20 2736,52 136,83

Total 23 5227,77

** sangat nyata

FK 9125,58 * nyata

KK 0,60 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 2,76 -11,08 1,70 1,40 21,20

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 11,08 11,63 11,94 12,13

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 13,33 13,33 33,33

.a

 

b .c


(47)

Lampiran 13. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan IV

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 80,00 60,00 60,00 60,00 80,00 40,00

M2 0,00 0,00 20,00 20,00 40,00 20,00

M3 20,00 0,00 0,00 0,00 60,00 40,00

Total 100,00 60,00 80,00 80,00 180,00 100,00

Rataan 25,00 15,00 20,00 20,00 45,00 25,00

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan IVTransformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29

M1 63,43 6,29 50,77 50,77 63,43 39,23

M2 6,29 6,29 26,57 26,57 39,23 26,57

M3 6,29 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29

Total 82,30 25,16 89,91 89,91 159,72 78,37

Rataan 20,58 6,29 22,48 22,48 39,93 19,59

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01

Perlakuan 3 5251,10 1750,37 7,33 * 3,10

Galat 20 4777,24 238,86

Total 23 10028,34

** sangat n

FK 11501,02 * nyata

KK 0,71 tn tidak ny

Uji Jarak Duncan

SY 3,64 -14,64 1,29 4,23 47,30

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 14,64 15,37 15,77 16,03

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 16,67 20,00 63,33

.A

 

B .C


(48)

Lampiran 14. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan V

Perlakuan Ulangan To

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0

M1 100,00 100,00 100,00 80,00 100,00 40,00 520

M2 20,00 0,00 20,00 20,00 40,00 20,00 120

M3 20,00 20,00 80,00 0,00 60,00 60,00 240

Total 140,00 120,00 200,00 100,00 200,00 120,00 880

Rataan 35,00 30,00 50,00 25,00 50,00 30,00

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan V Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan To

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,

M1 90,00 6,29 90,00 63,43 90,00 39,23 378

M2 6,29 6,29 26,57 26,57 39,23 26,57 131

M3 6,29 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29 82,

Total 108,87 25,16 129,14 102,58 186,29 78,37 630

Rataan 27,22 6,29 32,29 25,64 46,57 19,59

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.

Perlakuan 3 11621,68 3873,89 9,15 * 3,10 4,9

Galat 20 8469,86 423,49

Total 23 20091,54

** sangat nyata

FK 16558,95 * nyata

KK 0,78 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 4,85 -19,50 -0,47 19,00 65,32

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 19,50 20,47 21,00 21,34

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 20,00 40,00 86,67

.A

 

B .C


(49)

Lamnpiran 15. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VI

Perlakuan Ulangan Total

R

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 40,00 540,00 9 M2 40,00 20,00 20,00 20,00 40,00 20,00 160,00 2 M3 20,00 80,00 80,00 80,00 60,00 60,00 380,00 6 Total 160,00 200,00 200,00 200,00 200,00 120,00 1080,00

Rataan 40,00 50,00 50,00 50,00 50,00 30,00 4

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VI Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

R

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6

M1 90,00 6,29 90,00 90,00 90,00 39,23 405,52 6

M2 6,29 6,29 26,57 26,57 39,23 26,57 131,50 2

M3 6,29 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29 82,21 1

Total 108,87 25,16 129,14 129,14 186,29 78,37 656,97

Rataan 27,22 6,29 32,29 32,29 46,57 19,59 2

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 13669,98 4556,66 10,04 * 3,10 4,94

Galat 20 9072,59 453,63

Total 23 22742,58

** sangat nyata

FK 17983,92 * nyata

KK 0,78 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 5,02 -20,18 5,48 41,60 67,91

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 20,18 21,18 21,74 22,09

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 26,67 63,33 90,00

.A

.B

.C .D


(50)

lampiran 16. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VII

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 80,00 580,00 96,67 M2 60,00 40,00 80,00 40,00 80,00 40,00 340,00 56,67 M3 40,00 100,00 100,00 100,00 80,00 100,00 520,00 86,67 Total 200,00 240,00 280,00 240,00 260,00 220,00 1440,00 Rataan 50,00 60,00 70,00 60,00 65,00 55,00 60,00 Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VII Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29

M1 90,00 6,29 90,00 90,00 90,00 63,43 429,72 71,62 M2 6,29 6,29 63,43 39,23 63,43 39,23 217,91 36,32

M3 6,29 6,29 6,29 6,29 63,43 6,29 94,88 15,81

Total 108,87 25,16 166,01 141,81 223,16 115,24 780,25

Rataan 27,22 6,29 41,50 35,45 55,79 28,81 32,51

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 15062,78 5020,93 8,58 * 3,10 4,94

Galat 20 11698,91 584,95

Total 23 26761,70

** sangat nyata

FK 25366,23 * nyata

KK 0,74 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 5,70 -22,92 32,61 61,98 71,58

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 22,92 24,06 24,68 25,08

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 56,67 86,67 96,67

 

A .B


(51)

lampiran 17. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VIII

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00

M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 80 580 96,67 M2 80,00 60,00 100,00 80,00 100,00 80 500 83,33 M3 60,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100 560 93,33 Total 240,00 260,00 300,00 280,00 300,00 260 1640,00

Rataan 60,00 65,00 75,00 70,00 75,00 65 68,33

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VIII Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 90,00 6,29 90,00 90,00 90,00 63,43 429,72 71,62 M2 6,29 6,29 90,00 63,43 90,00 63,43 319,45 53,24 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 90,00 6,29 121,45 20,24 Total 108,87 25,16 192,58 166,01 276,29 139,45 908,35 Rataan 27,22 6,29 48,14 41,50 69,07 34,86 37,85 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05

Perlakuan 3 16101,15 5367,05 5,70 * 3,10 4,94 Galat 20 18845,28 942,26

Total 23 34946,43

** sangat nyata

FK 34379,28 * nyata

KK 0,81 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 7,24 -29,09 52,80 62,00 64,83

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40

LSR0,01 29,09 30,53 31,33 31,83

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 83,33 93,33 96,67

 

A .B


(52)

Lampiran 18 Foto langsung penelitian

a.   b.   c.   d.   e.  

a. Penyediaan Bahan Makanan       b. Penyediaan Larva O. rhinoceros   

       


(1)

Lampiran 13. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan IV

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 80,00 60,00 60,00 60,00 80,00 40,00 M2 0,00 0,00 20,00 20,00 40,00 20,00 M3 20,00 0,00 0,00 0,00 60,00 40,00 Total 100,00 60,00 80,00 80,00 180,00 100,00 Rataan 25,00 15,00 20,00 20,00 45,00 25,00

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan IVTransformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 M1 63,43 6,29 50,77 50,77 63,43 39,23 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 39,23 26,57 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29 Total 82,30 25,16 89,91 89,91 159,72 78,37 Rataan 20,58 6,29 22,48 22,48 39,93 19,59 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01

Perlakuan 3 5251,10 1750,37 7,33 * 3,10 Galat 20 4777,24 238,86

Total 23 10028,34

** sangat n

FK 11501,02 * nyata

KK 0,71 tn tidak ny

Uji Jarak Duncan

SY 3,64 -14,64 1,29 4,23 47,30

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40 LSR0,01 14,64 15,37 15,77 16,03

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 16,67 20,00 63,33

.A

 

B .C


(2)

Lampiran 14. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan V

Perlakuan Ulangan To

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0 M1 100,00 100,00 100,00 80,00 100,00 40,00 520 M2 20,00 0,00 20,00 20,00 40,00 20,00 120 M3 20,00 20,00 80,00 0,00 60,00 60,00 240 Total 140,00 120,00 200,00 100,00 200,00 120,00 880 Rataan 35,00 30,00 50,00 25,00 50,00 30,00

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan V Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan To

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37, M1 90,00 6,29 90,00 63,43 90,00 39,23 378 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 39,23 26,57 131 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29 82, Total 108,87 25,16 129,14 102,58 186,29 78,37 630 Rataan 27,22 6,29 32,29 25,64 46,57 19,59 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0. Perlakuan 3 11621,68 3873,89 9,15 * 3,10 4,9 Galat 20 8469,86 423,49

Total 23 20091,54

** sangat nyata

FK 16558,95 * nyata

KK 0,78 tn tidak nyata

Uji Jarak Duncan

SY 4,85 -19,50 -0,47 19,00 65,32

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40 LSR0,01 19,50 20,47 21,00 21,34

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 20,00 40,00 86,67

.A

 

B .C


(3)

Lamnpiran 15. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VI

Perlakuan Ulangan Total

R

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 40,00 540,00 9 M2 40,00 20,00 20,00 20,00 40,00 20,00 160,00 2 M3 20,00 80,00 80,00 80,00 60,00 60,00 380,00 6 Total 160,00 200,00 200,00 200,00 200,00 120,00 1080,00 Rataan 40,00 50,00 50,00 50,00 50,00 30,00 4 Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VI Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

R

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6 M1 90,00 6,29 90,00 90,00 90,00 39,23 405,52 6 M2 6,29 6,29 26,57 26,57 39,23 26,57 131,50 2 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 50,77 6,29 82,21 1 Total 108,87 25,16 129,14 129,14 186,29 78,37 656,97 Rataan 27,22 6,29 32,29 32,29 46,57 19,59 2 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Perlakuan 3 13669,98 4556,66 10,04 * 3,10 4,94

Galat 20 9072,59 453,63

Total 23 22742,58

** sangat nyata

FK 17983,92 * nyata

KK 0,78 tn tidak nyata Uji Jarak Duncan

SY 5,02 -20,18 5,48 41,60 67,91

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40 LSR0,01 20,18 21,18 21,74 22,09

Perlakuan M0 M2 M3 M1

Rataan 0,00 26,67 63,33 90,00

.A

.B

.C .D


(4)

lampiran 16. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VII

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 80,00 580,00 96,67 M2 60,00 40,00 80,00 40,00 80,00 40,00 340,00 56,67 M3 40,00 100,00 100,00 100,00 80,00 100,00 520,00 86,67 Total 200,00 240,00 280,00 240,00 260,00 220,00 1440,00 Rataan 50,00 60,00 70,00 60,00 65,00 55,00 60,00

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VII Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 90,00 6,29 90,00 90,00 90,00 63,43 429,72 71,62 M2 6,29 6,29 63,43 39,23 63,43 39,23 217,91 36,32 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 63,43 6,29 94,88 15,81 Total 108,87 25,16 166,01 141,81 223,16 115,24 780,25 Rataan 27,22 6,29 41,50 35,45 55,79 28,81 32,51 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Perlakuan 3 15062,78 5020,93 8,58 * 3,10 4,94

Galat 20 11698,91 584,95 Total 23 26761,70

** sangat nyata

FK 25366,23 * nyata

KK 0,74 tn tidak nyata Uji Jarak Duncan

SY 5,70 -22,92 32,61 61,98 71,58

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40 LSR0,01 22,92 24,06 24,68 25,08

Perlakuan M0 M2 M3 M1 Rataan 0,00 56,67 86,67 96,67

 

A .B


(5)

lampiran 17. Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VIII

Perlakuan

Ulangan

Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0,00 0,00 M1 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 80 580 96,67 M2 80,00 60,00 100,00 80,00 100,00 80 500 83,33 M3 60,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100 560 93,33 Total 240,00 260,00 300,00 280,00 300,00 260 1640,00

Rataan 60,00 65,00 75,00 70,00 75,00 65 68,33

Data Persentase Mortalitas Larva O. rhinoceros Pengamatan VIII Transformasi Arcsin Vx

Perlakuan Ulangan Total

Rataan

1 2 3 4 5 6

M0 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 6,29 37,73 6,29 M1 90,00 6,29 90,00 90,00 90,00 63,43 429,72 71,62 M2 6,29 6,29 90,00 63,43 90,00 63,43 319,45 53,24 M3 6,29 6,29 6,29 6,29 90,00 6,29 121,45 20,24 Total 108,87 25,16 192,58 166,01 276,29 139,45 908,35 Rataan 27,22 6,29 48,14 41,50 69,07 34,86 37,85 Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT Fhit F0.01 F0.05 Perlakuan 3 16101,15 5367,05 5,70 * 3,10 4,94 Galat 20 18845,28 942,26

Total 23 34946,43

** sangat nyata

FK 34379,28 * nyata

KK 0,81 tn tidak nyata Uji Jarak Duncan

SY 7,24 -29,09 52,80 62,00 64,83

P 2 3 4 5

SSR 0,01 4,02 4,22 4,33 4,40 LSR0,01 29,09 30,53 31,33 31,83

Perlakuan M0 M2 M3 M1 Rataan 0,00 83,33 93,33 96,67

 

A .B


(6)

Lampiran 18 Foto langsung penelitian

a.   b.   c.   d.   e.  

a. Penyediaan Bahan Makanan       b. Penyediaan Larva O. rhinoceros