Bahan Non Hukum Bahan Hukum

Syarifuddin karena ikatan tersebut merupakan hubungan hukum antara seorang pria dan wanita untuk hidup bersama. Dalam ketentuan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pelaksanaan perkawinan merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah sehingga dalam mengarungi bahtera rumah tangga akan diberikan kemudahan oleh Allah terutama mengenai rezeki. Dikatakan diberikan kemudahan rezeki karena sebelum menikah rezeki yang didapat adalah untuk seorang, ketika sesudah menikah rezeki yang didapat adalah untuk dua orang. Beberapa ahli dan Sarjana Hukum memberikan pengertian perkawinan, yaitu: Scholten yang dikutip oleh R.Soetojo Prawiro Hamidjojo dan Asis Safioedin menyatakan bahwa: Perkawinan adalah suatu hubungan hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama dengan kekal yang diakui oleh Negara. 13 Setelah dilangsungkan perkawinan, maka akan terjadi hubungan hukum secara langsung antara suami istri apabila dalam pelaksanaan perkawinan tersebut selain diakui agama juga diakui oleh Negara artinya sah menurut Negara. R.Subekti menyebutkan bahwa: Perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. 14 Berlangsungnya perkawinan antara dua orang lelaki dan perempuan diharapkan bertahan untuk waktu yang lama atau juga sangat diharapkan untuk dapat sekali seumur hidup. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, maka dapat diuraikan lebih lanjut bahwa perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita untuk waktu yang lama serta memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan-peraturan yang berlaku. Syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan misalnya mengenai izin orang tua dan batas usia untuk melangsungkan perkawinan. Untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal 13 O.S Eoh., Op. Cit ., hlm 27 14 Ibid., hlm 28