f Fotokopi  keterangan  vaksinimunisasi  TT  Tetanus  Toxoid  bagi  calon
pengantin wanita. g
Akta cerai asli bagi jandaduda yang sebelumnya bercerai hidup. h
Surat  KeteranganAkta  Kematian  suamiistri  dan  kutipan  akta  nikah terdahulu bagi jandaduda karena meninggal dunia.
i Pasfoto  2x3  dan  3x4  latar  belakang  biru,  masing-masing  4  lembar.  Bagi
anggota TNIPolri harus mengenakan seragam kesatuan. j
Ijin dari komandan dari kesatuannya bagi anggota TNIPolri. k
Ijin dari orangtua N5 bagi calon pengantin yang belum berusia 21 tahun. l
Taukil wali secara tertulis dari KUA setempat bagi wali nikah dari pihak perempuan yang tidak dapat menghadiri akad nikah.
m Surat keterangan memeluk agama Islam bagi mualaf.
2. Untuk Calon Pengantin yang Berkewarganegaraan Asing WNA
a Ijin dari kedutaankonsulat perwakilan di Indonesia.
b Fotokopi pasport yang masih berlaku.
c Fotokopi VISAKITAS yang masih berlaku.
d Surat  Tanda  Melapor  Diri  STMD  dari  kepolisian  dan  Surat  Keterangan
dari  Dinas  Kependudukan  dan  Catatan  Sipil  apabila  yang  bersangkutan menetap di Indonesia.
e Fotokopi Akta Kelahiran.
f Akta Cerai bagi jandaduda cerai.
g Pasfoto terpisah 2x3 dan 3x4 latar belakang biru, masing-masing 4 lembar.
h Surat Keterangan memeluk Islam bagi mualaf.
i Taukil  wali  secara  tertulis  bagi  wali  nikah  dari  pihak  perempuan  yang
tidak dapat menghadiri nikah. Setelah  perkawinan  sudah  dilangsungkan,  perkawinan  perlu  dilakukan
pencatatan agar perkawinan tersebut memliki kepastian hukum. Pasangan suami- istri dapat  melakukan pencatatan perkawinan dengan maksud untuk memperoleh
kutipan  Akta  Perkawinan  kutipan  buku  nikah  oleh  pegawai  yang  berwenang. Untuk  pasangan  suami-istri  yang  beragama  Islam,  pencatatan  perkawinan  dapat
dilakukan  oleh  pegawai  Pencatat  Nikah,  sedangkan  bagi  pasangan  suami-istri
yang  beragama  selain  Islam,  pencatatan  perkawinan  dilakukan  oleh  Pegawai Kantor Catatan Sipil.
Kutipan  Akta  Perkawinan  yang  telah  didapatkan  oleh  suami-istri,  masih harus  diligalisir  di  Kementerian  Hukum  dan  HAM.  Selain  itu  kutipan  kata
perkawinan yang telah diligalisir juga harus didaftarkan di Kedutaan Besar negara asal  suami  atau  istri  oleh  pasangan  suami-istri  tersebut.  Adanya  legalisasi  itu,
maka  perkawinan  sudah  sah  dan  diterima  secara  internasional,  baik  menurut hukum di negara asal suamiistri, maupun menurut hukum di Indonesia.
2.3 Anak
2.3.1 Pengertian Anak
Anak  merupakan  karunia  Tuhan  Yang  Maha  Esa  yang  telah  diberikan kepada  sepasang  suami  istri.  Di  dalam  sebuah  perkawinan,  anak  merupakan
sesuatu yang sangat dinantikan dan yang harus disyukuri dalam sebuah hubungan keluarga. Hal ini disebabkan karena anak sangat berpengaruh dalam kelangsungan
hidup keluarga. Pengertian anak menurut hukum di Indonesia terdapat perbedaan mengenai
kriteria  anak.  Tiap-tiap  peraturan  perundang-undangan  mengatur  secara  sendiri- sendiri mengenai kriteria tentang anak, diantaranya adalah:
1. Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak,
Pasal  1  angka  2  mendefinisikan  anak  adalah  seseorang  yang  belum  mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.
2. Menurut  Undang-Undang  Nomor  3  Tahun  1997  Tentang  Pengadilan  Anak,
Pasal 1 angka 1 bahwa anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai  umur  8  delapan  tahun  tetapi  belum  mencapai  umur  18  delapan
belas tahun dan belum pernah kawin. 3.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 1 angka 5 menrumuskan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia
dibawah  18  delapan  belas  tahun  dan  belum  menikah,  termasuk  anak  yang masih didalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.
4. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak,
Pasal 1 angka 1 merumuskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa anak adalah orang yang belum mencapai usia minimal atau usia yang telah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan. Anak tersebut juga masih dalam pengawasan orang tua dan belum dapat bertanggung jawab terhadap sesuatu hal yang dihadapkan kepadanya.
Selain  itu  hukum  juga  memberikan  pengertian  anak  dengan  membedakan  antara anak yang sah dengan anak yang tidak sah.
2.3.2 Batasan Usia Dewasa
Kedewasaan  secara  yuridis  merupakan  kewenangan  seseorang  untuk melakukan perbuatan hukum sendiri tanpa adanya bentuan pihak lain, apakah ia,
orang tua si anak atau wali si anak. Jadi seseorang adalah dewasa apabila orang itu diakui oleh hukum untuk melakukan perbuatan hukum sendiri. Dengan tanggung
jawab sendiri atas apa  yang ia lakukan, disinilah terdapat kewenangan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan hukum.
Mengenai  batas  usia  dewasa  bertindak  dalam  hukum  sampai  saat  ini undang-undang  yang  ada  hukum  positif  tidak  menyebutkan  dengan  tegas  batas
umur  dewasa  tersebut.  Untuk  maksud  dan  tujuan  tertentu  hampir  tiap  peraturan perundang-undangan yang ada akan memberikan batas tersendiri atas batas umur
mulai  dewasa  tersebut.  Berdasarkan  hal  inilah  akan  terjadi  perbedaan  untuk menentukan batas usia dewasa itu sendiri.
Pada  Undang-Undang  Nomor  1  Tahun  1974  Tentang  Perkawinan  sebagai undang-undang  yang  mengatur  dasar-dasar  Hukum  Keluarga,  juga  telah
menentukan pula batas dewasa tersebut. Pasal 47 menyatakan bahwa:
1 Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah
melangsungkan  perkawinan  ada  dibawah  kekuasaan  orang  tuanya  selama mereka tidak dicabut kekuasaannya.