Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI
(Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS
BROILER UMUR 0-6 MINGGU

SKRIPSI

EVA RUSTINA AFRIANTI
050306001

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI
(Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS
BROILER UMUR 0-6 MINGGU


SKRIPSI

Oleh:

EVA RUSTINA AFRIANTI
050306001

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

PENGGUNAAN BUNGKIL INTI SAWIT FERMENTASI
(Phanerochaete chrysosporium) DAN SUPLEMENTASI MINERAL Zn
DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS
BROILER UMUR 0-6 MINGGU


SKRIPSI

Oleh:

EVA RUSTINA AFRIANTI
050306001/ILMU PRODUKSI TERNAK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian


:

Nama
Nim
Program Studi
Departemen

:
:
:
:

Penggunaan
Bungkil
Inti
Sawit
Fermentasi
(Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi
Mineral Zn dalam Ransum terhadap Performans Broiler
Umur 0-6 Minggu.

Eva Rustina Afrianti
050306001
Ilmu Produksi Ternak
Peternakan

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP)
Ketua

(Ir. Eniza Saleh, MS)
Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr .Ir. Zulfikar Siregar, MP )
Ketua Departemen Peternakan

Tanggal ACC :


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

EVA RUSTINA AFRIANTI: 2010. “Penggunaan Bungkil Inti Sawit
Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn
dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu”. Dibawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. ZULFIKAR SIREGAR, MP sebagai ketua komisi
pembimbing dan Ibu Ir. ENIZA SALEH, MS sebagai anggota komisi
pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan
No. 3 Medan yang dimulai dari Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bungkil inti sawit
fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam berbagai tingkat pemberian dalam
ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi
ransum broiler umur 0-6 minggu.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama yang diuji tersebut adalah bungkil

inti sawit fermentasi dengan level pemberian A0 (tanpa pemberian bungkil inti
sawit fermentasi), A1 (bungkil inti sawit fermentasi 10%), A2 (bungkil inti sawit
fermentasi 20%). Faktor kedua yang diuji adalah suplementasi mineral Zn dengan
level pemberian B0 (tanpa suplementasi mineral Zn), B1 (suplementasi mineral
Zn 60 ppm) B2 (suplementasi mineral Zn 120 ppm), B3 (suplementasi mineral Zn
180 ppm).
Dari hasil penelitian menunjukkan rataan pertambahan bobot badan
tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian bungkil inti sawit
fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 221,143
g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B0 (bungkil inti sawit fermentasi
20% dan tanpa suplementasi mineral Zn) sebesar 219,5633 g/ekor/minggu.
Rataan konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian
bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar
430,933 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B3 (bungkil inti sawit
fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 430,15
g/ekor/minggu. Rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A2B3
(bungkil inti sawit fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm)
sebesar 2,614333 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A0B1 (tanpa
pemberian bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 60 ppm)
sebesar 2,s135 g/ekor/minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit
fermentasi dan suplementasi mineral Zn serta interaksi antara kedua faktor tidak
memberikan pengaruh yang nyata (P0.05) to increase avarage weight gain, feed
consumption, and feed conversion ratio.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Eva Rustina Afrianti, dilahirkan di Aek Marbatu, Kecamatan NA IX-X
Kabupaten Labuhanbatu Utara Sumatera Utara pada tanggal 16 April 1987
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, anak kandung dari Alm. Ayahanda
Amat Tarmidi & Ibunda Ngatizah.
Tahun 2005 penulis lulus dari SPP SNAKMA Muhammadiyah Medan,
dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMPRM.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpuanan
Mahasiswa Muslim Peternakan (HIMMIP), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
dan Himpunan Mahasiswa Labuhan Batu (HIMLAB).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN IV

Perkebunan Laras dan PTPN III Perkebunan Bandar Betsi Kecamatan Bandar
Huluan Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dari bulan Juni sampai dengan
bulan Juli 2008. Penulis juga telah melaksanakan penelitian skripsi di
Laboratorium Biologi Ternak Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan, mulai Desember 2009 – Januari 2010.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,
karunia serta nikmat kekuatan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Judul skripsi

adalah “Penggunaan Bungkil Inti Sawit Fermentasi

(Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn dalam Ransum
terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Peternakan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan
Bapak

ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku ketua komisi pembimbing

dan Ibu Ir. Eniza Saleh, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua yang memerlukan.

Medan, Maret 2010


Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................
ABSTRACT..................................................................................................
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

Hal
i
ii
iii
iv
v

vii
viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ..............................................................................................
Tujuan Penelitian ..........................................................................................
Hipotesis Penelitian ......................................................................................
Kegunaan Penelitian .....................................................................................

1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Jenis Broiler .........................................................................
Kebutuhan Nutrisi Broiler ............................................................................
Bahan Pakan Penyusun Ransum....................................................................
Bungkil Inti Sawit ................................................................................
Tepung Jagung Kuning ........................................................................
Bungkil Kedelai ...................................................................................
Tepung Ikan .........................................................................................
Dedak Halus ........................................................................................
Fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium ........................................
Suplementasi Mineral Zn ..............................................................................
Konsumsi Ransum ........................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ............................................................................
Konversi Ransum..........................................................................................

4
4
6
6
7
8
8
9
9
11
13
14
15

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ........................................................................................
Bahan dan Alat Penelitian .............................................................................
Bahan ..................................................................................................
Alat .....................................................................................................
Metode Penelitian .........................................................................................
Parameter Penelitian .....................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ...................................................................
Konsumsi Ransum ...............................................................................
Konversi Ransum ................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................
Persiapan Kandang ..............................................................................
Random Ayam .....................................................................................
Pemeliharaan .......................................................................................
Pemberian Obat ....................................................................................

16
16
16
16
17
19
19
19
19
19
19
20
20
20

Universitas Sumatera Utara

Penyusunan Ransum ............................................................................ 20
Pengambilan Data ................................................................................ 21
Analisis Data ....................................................................................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Ransum ........................................................................................
Pertambahan Bobot Badan ............................................................................
Konversi Ransum..........................................................................................
Rekapitulasi Hasil Penelitian.........................................................................

22
24
27
30

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. 32
Saran
................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33
LAMPIRAN ................................................................................................ 37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Hal.

1. Performans broiler .................................................................................. 4
2. Kebutuhan zat nutrien broiler umur 0-6 minggu ...................................... 5
3. Kandungan nutisi bungkil inti sawit ....................................................... 7
4. Kandungan nutrisi tepung jagung kuning ............................................... 7
5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai ......................................................... 8
6. Kandungan nutrisi tepung ikan ............................................................... 9
7 . Kandungan nutrisi dedak halus ................................................................ 9
8. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete
chrysosporium........................................................................................ 10
9. Kebutuhan suplementasi mineral Zn pada unggas.................................... 12
10. Rataan konsumsi ransum selama penelitian .......................................... 22
11. Rataan pertambahan bobot badan broiler selama penelitian ................... 25
12. Rataan konversi ransum broiler selama penelitian ................................. 28
13. Rekapitulasi hasil penelitian .................................................................. 30

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Hal.

1. Skema pengolahan bungkil inti sawit fermentasi
(Phanerochaete chrysosporium ........................................................... 37
2. Cara fermentasi bahan ........................................................................... 38
3. Kandungan nutrisi dan energi metabolisme bahan pakan penelitian ....... 39
4. Susunan ransum broiler fase starter ........................................................ 39
5. Susunan ransum broiler fase finisher ...................................................... 40
6. Rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian ................................. 40
7. Dwi kasta konsumsi ransum broiler selama penelitian ........................... 41
8. Analisis ragam konsumsi ransum broiler selama penelitian .................... 41
9. Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian .............................. 42
10. Dwi kasta pertambahan bobot badan broiler selama penelitian .............. 42
11. Analisis ragam pertambahan bobot badan broiler selama penelitian ....... 43
12. Rataan konversi ransum selama penelitian ............................................ 43
13. Dwi kasta konversi ransum broiler selama penelitian.............................. 44
14. Analisis ragam konversi ransum broiler selama penelitian .................... 44
15. Rekapitulasi hasil penelitian .................................................................. 44
16. Ransum R0 (Tanpa bungkil inti sawit fermentasi) ................................. 45
17. Ransum R1 (Bungkil inti sawit 10%) ................................................... 45
18. Ransum R2 (Bungkil inti sawit 20%) ...................................................... 46
19. Bungkil inti sawit fermentasi Phanaerocheate chrysosporium ............... 46
20. Broiler umur 35 hari dengan perlakuan R33 (A2B3) ................................ 47
21. Broiler umur 35 hari dengan perlakuan R02 (A1B0) ................................ 47

Universitas Sumatera Utara

22. Mineral esensial Zn ............................................................................... 48
23. Bungkil inti sawit fermentasi (2hari) ....................................................... 48

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

EVA RUSTINA AFRIANTI: 2010. “Penggunaan Bungkil Inti Sawit
Fermentasi (Phanerochaete chrysosporium) dan Suplementasi Mineral Zn
dalam Ransum terhadap Performans Broiler Umur 0-6 Minggu”. Dibawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. ZULFIKAR SIREGAR, MP sebagai ketua komisi
pembimbing dan Ibu Ir. ENIZA SALEH, MS sebagai anggota komisi
pembimbing.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Departemen
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Jl. Prof. A. Sofyan
No. 3 Medan yang dimulai dari Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bungkil inti sawit
fermentasi dan suplementasi mineral Zn dalam berbagai tingkat pemberian dalam
ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi
ransum broiler umur 0-6 minggu.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama yang diuji tersebut adalah bungkil
inti sawit fermentasi dengan level pemberian A0 (tanpa pemberian bungkil inti
sawit fermentasi), A1 (bungkil inti sawit fermentasi 10%), A2 (bungkil inti sawit
fermentasi 20%). Faktor kedua yang diuji adalah suplementasi mineral Zn dengan
level pemberian B0 (tanpa suplementasi mineral Zn), B1 (suplementasi mineral
Zn 60 ppm) B2 (suplementasi mineral Zn 120 ppm), B3 (suplementasi mineral Zn
180 ppm).
Dari hasil penelitian menunjukkan rataan pertambahan bobot badan
tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian bungkil inti sawit
fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 221,143
g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B0 (bungkil inti sawit fermentasi
20% dan tanpa suplementasi mineral Zn) sebesar 219,5633 g/ekor/minggu.
Rataan konsumsi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A0B3 (tanpa pemberian
bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar
430,933 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A2B3 (bungkil inti sawit
fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm) sebesar 430,15
g/ekor/minggu. Rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A2B3
(bungkil inti sawit fermentasi 20% dan suplementasi mineral Zn 180 ppm)
sebesar 2,614333 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan A0B1 (tanpa
pemberian bungkil inti sawit fermentasi dan suplementasi mineral Zn 60 ppm)
sebesar 2,s135 g/ekor/minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bungkil inti sawit
fermentasi dan suplementasi mineral Zn serta interaksi antara kedua faktor tidak
memberikan pengaruh yang nyata (P0.05) to increase avarage weight gain, feed
consumption, and feed conversion ratio.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Era globalisasi saat ini mendorong usaha peternakan berorientasi pasar
dengan pola agribisnis yang berupaya untuk mendapatkan hasil dan pendapatan
bagi peternak. Di samping itu industri ternak unggas harus mampu memanfaatkan
dan menggunakan sumber daya yang dimiliki secara optimal dengan menerapkan
bioteknologi yang terpusat pada penggunaan mikroorganisme dan penggunaan
dari bahan baku lokal dengan sentuhan teknologi tepat guna. Produksi ternak
unggas yang dihasilkan harus memiliki daya saing tinggi serta memenuhi standar
mutu internasional.
Kendala utama yang dihadapi selama pengembangan ternak unggas di
Indonesia adalah tingginya harga ransum. Pada usaha peternakan unggas
khususnya broiler biaya ransum merupakan biaya produksi terbesar yaitu 60-70%.
Selama ini bahan baku ransum masih ada yang harus di impor yaitu tepung ikan
dan bungkil kedelai, sehingga ketersediaannya sering menimbulkan masalah,
harganya yang tinggi dan selalu berfluktuasi. Indonesia mempunyai potensi yang
besar dalam produksi hasil unggas terutama broiler, karena didukung oleh sumber
daya alam hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dengan limbah yang
dihasilkannya sangat berlimpah. Hal ini akan mendukung berkembangnya
agribisnis perunggasan, karena limbah tersebut memiliki nilai tambah yang besar
ditunjang dengan hasil-hasil penelitian yang menggunakan bahan baku lokal.
Salah satu cara menekan biaya ransum adalah menggunakan bahan baku lokal,
harganya murah, tersedia sepanjang tahun dalam jumlah besar dan tidak bersaing

Universitas Sumatera Utara

dengan manusia. Alternatif penggunaan limbah yang dalam konteks ini adalah
bungkil inti sawit di samping limbah lain merupakan hal yang positif, karena jika
tidak dimanfaatkan akan berdampak negatif terhadap lingkungan.
Kegunaan bungkil inti sawit sebagai ransum ternak memberikan
keuntungan ganda yaitu menambah keragaman dan persediaan pakan serta
mengurangi pencemaran lingkungan. Bungkil inti sawit mudah didapat, tersedia
dalam jumlah yang besar, berkesinambungan dan sebagai ransum ayam dengan
harganya yang murah.
Bungkil inti sawit potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan ransum
unggas dengan kandungan protein kasar sebesar 16,5 %. Kendala yang dihadapi
jika pemanfaatannya secara langsung yaitu nilai biologisnya rendah. Salah satu
cara untuk meningkatkan daya guna protein adalah dengan cara pendekatan
biotekhnologi melalui fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium, sehingga
bungkil inti sawit fermentasi mempunyai nilai tambah yang prospektif sebagai
bahan ransum yang bernilai gizi tinggi, mengubah bahan makanan yang sulit
dicerna

menjadi

mudah

dicerna

dan menghasilkan aroma yang khas

(Winarno dan Fardiaz, 1980).
Selain bahan ransum, terutama unggas juga membutuhkan bahan pakan
tambahan atau feed supplement yang digunakan untuk membantu proses-proses
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh. Salah satu bahan ransum tambahan
yang sering ditambahkan kedalam ransum adalah mineral.
Pengelompokan mineral yang dianggap esensial bagi ternak dibagi
menjadi tiga, yaitu mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif
banyak, mineral mikro yang dibagi menjadi dua yaitu esensial dan kemungkinan

Universitas Sumatera Utara

esensial bagi ternak karena kebutuhannya hanya sedikit dan mineral trace
(Widodo, 2002). Unsur-unsur mineral yang sering defisien dalam ransum unggas
adalah Kalsium, Posfor, Natrium, Khlor, Mangan dan Zinkum (Anggorodi, 1985).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti pemanfaatan
bungkil inti sawit yang difermentasi Phanerochaete chrysosporium dan
suplementasi mineral Zn dalam ransum dengan berbagai tingkat pemberian serta
pengaruhnya terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi
ransum pada broiler umur 0-6 minggu.

Tujuan Penelitian
Menguji respon penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete
chrysosporium dan suplementasi mineral Zn dalam ransum terhadap performans
broiler umur 0-6 minggu.

Hipotesis Penelitian
Penggunaan bungkil inti sawit fermentasi Phanerochaete chrysosporium
dan suplementasi mineral

Zn dalam ransum berpengaruh positif terhadap

performans broiler umur 0-6 minggu.

Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan informasi bagi peternak khususnya peternak broiler tentang
penggunaan bungkil inti sawit dan penambahan suplementasi mineral Zn dalam
ransum terhadap performans broiler umur 0-6 minggu.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Jenis Broiler
Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri
khas pertumbuhan yang cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi pakan
rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

umumnya

broiler ini siap panen pada usia 28-45 hari dengan berat badan 1,2-1,9 kg/ekor
(Priyatno, 2000). Broiler sangat potensial diternakkan karena memiliki
performans yang baik seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Performans Broiler
Usia
(Minggu)
1
2
3
4
5
6
7
8

Berat Badan
(Kg)
0,159
0,418
0,813
1,265
1,765
2,255
2,715
3,135

Konversi Pakan
(Kg)
0,92
1,23
1,40
1,52
1,65
1,79
1,93
2,07

Sumber : Murtidjo (1987).

Rasyaf (2000) menyatakan bahwa karakteristik Abror Acress CP-707 yang
dihasilkan oleh PT. Charoen Phokphand yaitu: berat badan 8 minggu : 2,1 kg,
konsumsi ransum : 4,4 kg, konversi ransum : 2,2 kg, daya hidup : 98%, warna
kulit : kuning, warna bulu : putih.

Kebutuhan Nutrisi Broiler
Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan
sejumlah

nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan

Universitas Sumatera Utara

berkualitas, energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral
(Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang
diberikan sangat bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan
dan tujuan produksi. Di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.
Broiler dapat menyesuaikan konsumsi ransumnya untuk memperoleh
cukup

energi

guna

pertumbuhan

maksimum. Penyesuaian tersebut berkisar

antara 2800-3400 kkal energi metabolisme per kg ransum (Anggorodi, 1985).
Kebutuhan zat nutrisi

broiler pada fase yang berbeda tertera pada

Tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Zat Nutrien Broiler Umur 0-6 Minggu
No

1
2

Umur

Starter
Finisher

Kandungan nutrisi ransum
Protein (%) EM (kkal) Lemak (%) SK(%) Ca (%)
23
3200
4
3-5
1
20
3200
3-4
3-6
0,9

P (%)
0,45
0,4

Sumber : (NRC, 1984)

Daya cerna karbohidrat yang berupa pati cukup tinggi, sekitar 95%. Akan
tetapi bila ada unsur-unsur pembangunan dari tanaman seperti selulosa dan
hemisellulosa, lignin dan lain sebagainya menyebabkan daya cerna karbohidrat
akan menurun. Zat-zat tersebut merupakan salah satu unsur penentu daya cerna
energi. Kadar serat kasar yang tinggi akan menurunkan nilai daya cerna dari
bahan ransum, sehingga dapat menyebabkan menurunnya pertambahan bobot
badan ternak (Anggorodi, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Bahan Penyusun Ransum
Bungkil Inti Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis, jack) dalam susunan taksonomi
tergolong kedalam Phylum : Angiospermae, Sub Phylum : Monocotyledonae,
Divido : Corolliferae, Ordo : Palmales, Familia : Cocoineae, Genus : Elaeis dan
Spesies : Guineensis (Tillman et al. 1991).
Bungkil inti sawit adalah hasil samping ikutan proses ekstraksi inti sawit.
Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik.
Walaupun kandungan proteinnya baik, tetapi karena serat kasar tinggi dan
palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok untuk ternak monogastrik dan
lebih sering diberikan kepada ruminansia (Devendra, 1997).
Menurut Siregar (1995) bahwa bungkil inti sawit yang difermentasi enzim
selulase dapat diberikan sebesar 15 % dalam pakan broiler.
Kandungan protein bungkil inti sawit lebih rendah dari bungkil lainnya.
Namun demikian masih dapat dijadikan sebagai sumber protein, kandungan asam
amino esensialnya cukup lengkap (Lubis, 1993).
Bungkil inti sawit sebagai hasil ikutan dari industri minyak inti sawit
sebagai bahan pakan lokal potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak,
hanya

permasalahannya bahan

yang tinggi

lokal

tersebut

mengandung serat kasar

karena terdapat sebagian pecahan cangkang (kulit yang keras)

(Sinurat dkk, 1996). Kandungan nutrisi bungkil inti sawit tertera pada Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit
Zat Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
16,41
6,41
11,98
0,58
0,34
2814

Sumber: Laboratorium Sungai Putih (2009).

Tepung Jagung Kuning
Jagung kuning sebagai sumber energi dalam ransum unggas selain itu juga
jagung kuning merupakan sumber pigmen xanthophyl yang menimbulkan warna
kuning pada kaki, kulit, dan kuning telur. Protein jagung dapat bervariasi mulai
dari 8-10%, serta koefisien cerna protein, lemak dan serat kasar dari jagung
yakni: 77%, 90% dan 57%; sedangkan untuk bungkil kedelai masing-masing:
84%, 85% dan 73% (Anggorodi, 1985).
Jagung kuning di samping mengandung karoten, juga menjadi sumber
energi dalam ransum, energi metabolismenya 3370 kkal/kg. Jagung mengandung
kadar triptophan yang rendah dan paling rendah adalah kadar methioninnya,
kemudian lisin (Wahyu, 1992). Kandungan nutrisi jagung dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Jagung
Zat Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
8,60
3,90
2,00
0,02
0,30
3370

Sumber: Scott (1982).

Universitas Sumatera Utara

Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya.
Kandungan protein bungkil kedelai sekitar 48% dan merupakan sumber protein
yang amat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya
cukup lengkap dan tinggi. Wahyu (1992), kandungan zat nutrisi bungkil kedelai
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan Zat Nutrisi Bungkil Kedelai
Zat Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
48
0,51
0,41
0,41
0,67
2290

Sumber: Scott (1982).

Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas karena bahan
makanan tersebut mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan
ayam dalam jumlah yang cukup dan merupakan sumber lisin dan methionin yang
baik. Pemberian tepung ikan sering dibatasi untuk mencegah bau ikan yang dapat
meresap dalam daging dan telur (Anggorodi, 1985).
Berbagai macam minyak nabati yang sering digunakan untuk ransum lebih
dapat

dicerna dari

lebih tinggi

lemak hewan dan mempunyai nilai energi metabolis

(Anggorodi, 1985).

Kandungan

nutrisi tepung ikan dapat dilihat

pada Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Kandungan Nutrisi Tepung Ikan
Zat Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
55
5,62
0,41
6,89
0,6
2565

Sumber: Scott (1982).

Dedak Halus
Dedak halus adalah hasil sisa penggilingan atau penumbukan padi. Bahan
ransum tersebut sangat populer dan banyak sekali digunakan dalam ransum
ternak. Kandungan proteinnya juga tinggi sebesar 13%. Dedak halus kaya akan
thiamin dan kandungan lisin yang tinggi (Anggorodi, 1985). Kandungan zat
nutrisi dedak halus dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan Nutrisi Dedak Halus
Zat Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
13.0
0.60
13.00
0.21
1.50
1890

Sumber: Rasyaf (1990).

Fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium
Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama
karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui enzim yang dihasilkan
mikroorganisme yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi dengan
pembebasan gas. Proses fermentasi tidak akan berlangsung tanpa adanya enzim
katalis spesifik yang akan dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses
fermentasi mikroorganisme memperoleh sejumlah energi untuk pertumbuhannya

Universitas Sumatera Utara

dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat nutrisi atau mineral bagi
mikroorganisme seperti protein, vitamin dan lain-lain.
Fermentasi pakan adalah kondisi perlakuan dan penyimpanan produk
dalam lingkungan dimana beberapa tipe organisme dapat berkembangbiak
(Adams and Moss, 1995). Proses fermentasi pakan dapat dilakukan melalui kultur
media padat atau semi padat dan media cair, sedangkan kultur terendam dilakukan
dengan menggunakan media cair.
Fermentasi dengan menggunakan kapang Phanerochaete chrysosporium
secara substrat padat memungkinkan terjadi perubahan komponen bahan yang
sulit dicerna menjadi lebih mudah dicerna serta meningkatkan nilai nutrisi
(protein dan energi metabolis) bungkil inti sawit juga memiliki palatabilitas yang
tinggi (Sinurat et al, 1996 : Pasaribu et al, 1998).
Melalui fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu
terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa
menjadi

gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi

kapang, selain

pertumbuhan

dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan

protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein
(Winarno, 1983 : Satiamihardja, et al, 1984).
Tabel 8. Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit Fermentasi Phanerochaete
chrysosporium
Zat Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan Nutrisi
17,62
3,99
10,21
0,22
0,53
2957

Sumber: Laboratorium Sungai Putih (2009)

Universitas Sumatera Utara

Phanerochaete chrysosporium memiliki klasifikasi : Division: Mycota,
Sub Division : Eumycota, Class: Bacidiomycetes, Family: Hymenomycetaceae,
Genus : Phanerochaete, Spesies: Phanerochaete chrysosporium (Herlina, 1998).
Phanerochaete chrysosporium adalah jamur pelapuk putih yang dikenal
kemampuannya mendegradasi lignin (Wright, 1992 ; Cookson, 1995). Menurut
Valli et al (1992) Phanerochaete chrysosporium adalah kapang pendegradasi
lignin dari kelas basidiomycetes yang membentuk sekumpulan miselia dan
berkembangbiak secara aseksual melalui spora atau seksual dengan perlakuan
tertentu (Dhawale dan Kathrina, 1993).
Mekanisme kerja enzim tidak menghasilkan serat dengan melarutkan
lignin yang ada di bagian tengah, dengan cara melunakkan dan memecahkan
lapisan serat yang terkadang juga melepaskan pita-pita serat dalam mikrofibilnya.
Ini memberikan pengaruh yang baik karena lebih mudah pencernaannya jika
diberikan sebagai bahan ransum ternak (Troter, 1990 ; Krik, 1993).

Suplementasi Mineral Zn
Tillman dkk (1991) mengemukakan fungsi mineral secara umum adalah :
sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi yang menyebabkan adanya jaringan
yang keras dan kuat, mempertahankan keadaan koloidal dari beberapa senyawa
dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa dalam tubuh, sebagai aktivator
sistem enzim tertentu, dan sebagai komponen dari suatu enzim.
Siagian (1979) menyatakan bahwa mineral mikro termasuk Zn penting
diperhatikan, karena kekurangan Zn mengurangi produksi yang dapat dicapai.
Zinkum merupakan mineral mikro yang dibutuhkan ternak untuk melakukan
fungsi metabolik yang normal pada ternak unggas dan ternak lainnya. Zinkum

Universitas Sumatera Utara

adalah komponen pembentuk enzim karbonik anhidrase (metaloenzim). Enzim ini
berperan dalam mengkatalisa perombakan asam karbonat menjadi CO2 dan H2O.
Di samping itu dapat menyembuhkan parakeratosis pada ternak unggas dan babi.
Untuk

pertumbuhan

ayam

dibutuhkan

(Scott, 1976) ; 35 - 40 ppm, (Ewing, 1961)

mineral
dan

Zn

minimal

40 ppm

maksimum 1000 ppm

(Church, 1988).
Defisiensi Zn mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan perkembangan
tulang pada anak ayam, dimana tulang kaki memendek dan menebal. Anak ayam
yang berasal dari induk yang defisiensi Zn akan memperlihatkan cara bernafas
berat, pertumbuhan bulu terganggu dan mengeriting. Zinkum yang terdapat dalam
bahan ransum alami tidak dapat memenuhi kebutuhan ayam, sehingga harus
dilakukan suplementasi (penambahan) mineral Zn (Wahyu, 1992).
Tabel 9. Kebutuhan Suplementasi Mineral Zn pada Unggas
No
1.

2.

3.

4.

Unggas
Ayam Broiler
Starter
Finisher
Ayam Petelur
Starter
Grower
Finisher
Itik
Grower
Finisher
Puyuh
Grower
Breeder

Kebutuhan (mg/ekor/hari)
40
40
40
35
40
60
60
25
50

Sumber : Widodo (2002).

Kebutuhan akan mineral Zn ditentukan berbagai faktor antara lain: umur
ternak, bangsa ternak, fungsi produksi dan komposisi ransum yang mempengaruhi
penyerapan dan pemanfaatan seng (Parakkasi, 1995). Sangat sulit menentukan

Universitas Sumatera Utara

jumlah maksimal Zn yang dibutuhkan ternak karena hasil-hasil penelitian yang
bervariasi, akan tetapi defisiensi Zn akan dapat mempengaruhi metabolisme zat
makanan dalam tubuh ternak.

Konsumsi Ransum
Sesuai dengan tujuan pemeliharaannya yaitu memproduksi daging
sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, maka jumlah pemberian pakan tidak
dibatasi (ad libitum) artinya berapa saja jumlah pakan yang dapat dihabiskan,
itulah yang diberikan (Kartadisastra, 1994).
Menurut Wahyu (1992), konsumsi ransum
kualitas

dan

kuantitas

ransum,

tingkat produksi dan

dapat

ransum, umur, aktivitas

dipengaruhi
ternak,

oleh

palatabilitas

pengelolaannya. Parakkasi (1983) menyatakan

bahwa komposisi kimia dan keragaman ransum erat hubungannya dengan
konsumsi ransum.
Kartadisastra (1997) menyatakan bahwa palatabilitas merupakan sifat
performans dari bahan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang
dimiliki bahan-bahan pakan tersebut, hal ini tercermin oleh organolektif seperti
penampilan, bau, rasa dan temperatur.
Sifat khusus unggas adalah mengkonsumsi ransum untuk memenuhi
kebutuhan energi, sehingga jumlah pakan/ransum yang dikonsumsi tiap harinya
cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila konsentrasi protein
yang tetap terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai
konsentrasi energi metabolis tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam
tubuh unggas karena rendahnya jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bila
kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi pakan/ransum untuk

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan lebih banyak energi akibatnya kemungkinan akan mengkonsumsi
protein yang berlebihan (Tillman et al, 1991).
Anggorodi (1985) menyatakan

bahwa bloiler dapat menyesuaikan

konsumsi ransumnya untuk memperoleh cukup energi guna pertumbuhan
maksimum. Sedangkan Widodo (2002) menyatakan bahwa ayam cenderung
meningkatkan konsumsi jika diberi pakan energi rendah

Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan adalah korelasi peningkatan pada tubuh yang tampak pada
interval waktu sesuai dengan karakteristik spesies, sehingga terdapat karakteristik
kisaran tubuh untuk setiap spesies dan karakteristik perkembangan serta ukuran
tubuh dewasa. Bobot maksimum dan perkembangan dimunculkan oleh gabungan
dari heriditas, nutrisi dan manajemen yang merupakan faktor esensial yang
mendukung laju tumbuh hewan (Singh, 1997).
Laju pertumbuhan seekor ternak dikendalikan oleh banyaknya konsumsi
ransum dan terutama energi yang diperoleh. Energi merupakan perintis pada
produksi ternak dan hal tersebut terjadi secara alami (McDonal et al, 1995).
Untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang maksimal maka
sangat perlu diperhatikan keadaan kuantitas ransum. Ransum tersebut harus
mengandung zat nutrisi dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat
menunjang pertumbuhan maksimal (Yamin, 2002).
Kartadisastra (1997), menyatakan bahwa bobot tubuh ternak senantiasa
berbanding lurus dengan konsumsi ransum, makin tinggi bobot tubuhnya, makin
tinggi pula tingkat

konsumsinya terhadap ransum. Bobot tubuh ternak dapat

diketahui dengan penimbangan.

Universitas Sumatera Utara

Suharno dan Nazaruddin (1994), menyatakan bahwa pertambahan bobot
badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang
ada dalam ransum.

Konversi Ransum
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada
broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pounds
atau 1 kg berat hidup. Konversi ransum dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:
umur ternak, bangsa, kandungan gizi ransum, keadaan temperatur dan keadaan
unggas (Anggorodi, 1985).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana
jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan
sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien
(Campbell, 1984).
Lestari (1992), menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat
efisiensi penggunaan ransum. Angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan
faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk di dalamnya faktor
makanan terutama nilai gizi rendah.
Konversi ransum adalah perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi
pada

satu

minggu

dengan pertambahan bobot badan

pada minggu itu

(Rasyaf, 1994).
Rumus konversi ransum :
Jumlah ransum yang dikonsumsi
Konversi ransum :

n =
Bobot badan pada waktu yang sama

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof.
Dr. A. Sofyan No. 3 Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Penelitian berlangsung selama 6 minggu, dimulai dari
bulan Desember 2009 sampai dengan Januari 2010.

Bahan dan Alat Penelitian
Bahan:
Broiler strain AA CP-707 umur satu hari (DOC) sebanyak 180

ekor

unsexing, air minum, vaksin New Castle Desease , vitamin seperti vitachick, gula
merah, kapang Phanerochaete chrysosporium, desinfektan rodalon, aquadest
20%, kalium permanganat dan formalin, ransum tersusun dari tepung jagung
kuning, bungkil inti sawit fermentasi, bungkil kedelai, tepung ikan, dedak halus,
mineral Zn, top mix, dikalsium posfat dan minyak kelapa sawit.

Alat:
Kandang baterai berukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm, jumlah kandang
sebanyak 36 plot, peralatan kandang terdiri dari 36 unit tempat minum dan 36 unit
tempat pakan, timbangan salter dengan kapasitas 5 kg dengan sesatan 0,01g, alat
penerangan dan pemanas berupa lampu pijar 40 watt sebanyak 36 buah,
thermometer, alat tulis, buku data dan kalkulator.

Universitas Sumatera Utara

Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor dengan 12 perlakuan kombinasi dan
diulang 3 kali, dimana tiap ulangan terdiri dari 5 ekor.
A. Faktor pertama adalah level bungkil inti sawit yang difermentasi (A), terdiri
dari 3 level
A0 = 0%

BIS fermentasi

A1 = 10% BIS fermentasi
A2 = 20% BIS fermentasi
B. Faktor kedua adalah level suplementasi mineral Zn (B), terdiri dari 4 level
B0 = 0

ppm mineral Zn/kg ransum

B1 = 60 ppm mineral Zn/kg ransum
B2 = 120 ppm mineral Zn/kg ransum
B3 = 180 ppm mineral Zn/kg ransum
Maka kombinasi perlakuan yang didapat sebanyak 3 x 4 adalah sebagai berikut:
A0B0
A0B1
A0B2
A0B3

A1B0
A1B1
A1B2
A1B3

A2B0
A2B1
A2B2
A2B3

Banyaknya ulangan disesuaikan dengan rumus :
Tc (n-1)

≥ 15

3 x 4 (n - 1) ≥ 15
12 (n – 1)
12n

≥15
≥ 27

n

= 2.25

n

= 3 (dibulatkan)

Universitas Sumatera Utara

Model linear yang digunakan untuk rancangan acak lengkap (RAL) adalah:
Yijk = µ + αi + βj + (αβij) + ∑ijk
Dimana : i

= 1,2,3,… (perlakuan)

j

= 1,2,3,… (ulangan)

k

= 1,2,3,….(interaksi)

Yijk = Nilai pengamatan yang diamati
µ

= Nilai tengah

αi

= Pengaruh taraf ke-i dari faktor I

βj

= Pengaruh taraf ke-j dari faktor II

(αβij) = Pengaruh interaksi taraf ke-I dari faktor I dan taraf ke-j dari
faktor II
∑ijk = Pengaruh galat dari suatu percobaan taraf ke-I dari faktor I dan
taraf ke-j dari faktor II pada ulangan ke-k.
(Hanafiah, 2000).
Denah pemeliharaan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :
R01 R02 R03
A0B0 A1B0 A2B0

R04 R05 R06
A0B0 A1B0 A2B0

R07 R08 R09
A0B0 A1B0 A2B0

R11 R12 R13
A0B1 A1B1 A2B1

R14 R15 R16
A0B1 A1B1 A2B1

R17 R18 R19
A0B1 A1B1 A2B1

R21 R22 R23
A0B2 A1B2 A2B2

R24 R25 R26
A0B2 A1B2 A2B2

R27 R28 R29
A0B2 A1B2 A2B2

R31 R32 R33
A0B3 A1B3 A2B3

R34 R35 R36
A0B3 A1B3 A2B3

R37 R38 R39
A0B3 A1B3 A2B3

Universitas Sumatera Utara

Parameter Penelitian
Konsumsi Ransum (g)
Data konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan
ransum yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan
penimbangan sisa ransum selama satu minggu.

Pertambahan Bobot Badan (g)
Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan cara penimbangan setiap
minggu yang merupakan selisih antara penimbangan bobot badan akhir dengan
penimbangan bobot badan awal per satuan waktu (gram/minggu).

Konversi Ransum
Data

konversi

ransum

dihitung

setiap

minggu

dengan

cara

membandingkan jumlah ransum (gram) yang dikonsumsi dengan pertambahan
bobot badan (gram) setiap minggu.

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang
Kandang yang digunakan sistem baterai, yang dibuat berbentuk panggung
terdiri dari 36 plot dan setiap plot disi 5 ekor ayam, sebelum ayam dimasukkan,
kandang dan peralatan harus dibebas hamakan dengan menggunakan desinfektan
terlebih dahulu, lampu dihidupkan sebagai sumber pemanas dan penerang
kandang dengan menggunakan lampu pijar 40 watt.

Universitas Sumatera Utara

Random Ayam
Sebelum anak ayam dimasukkan kedalam kandang plot penelitian dan
dilakukan penimbangan bobot badan awal

dengan tujuan untuk melihat

homogenitas sampel ayam, kemudian anak ayam (DOC) diambil secara acak
untuk ditempatkan kemasing-masing kandang sebanyak 5 ekor.

Pemeliharaan
Ayam yang digunakan adalah broiler strain Abror Acress CP-707 dan
ransum yang diberikan sesuai dengan perlakuan dan sesuai dengan kebutuhan
ayam tersebut. Air minum diberikan secara ad libitum dan diganti pada pagi dan
sore hari, penerangan diberikan pada malam hari mulai dari pukul 18.00 - 07.00
WIB. pada random perlakuan dilakukan dengan cara melihat letak atau posisi plot
kandang, kemudian plot kandang diberikan tanda sesuai dengan urutan yang telah
ditentukan.

Pemberian Vaksin/ Obat
Untuk mencegah penularan penyakit maka broiler secara terjadwal
diberikan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan, misalnya pada umur 5 dan 12
hari ayam di vaksin dengan menggunakan New Castle Desease (ND) lasota. Pada
pertengahan pemeliharaan, ayam terjangkit penyakit Coryza (Snot)

maka

diberikan obat-obatan seperti CRD compleks.

Penyusunan Ransum
Ransum disusun sesuai dengan perlakuan yang diteliti. Penyusunan
ransum dilakukan satu kali seminggu dengan tujuan untuk menjaga dari
ketengikan ransum. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.

Universitas Sumatera Utara

Pengambilan Data
Pengambilan data untuk konsumsi ransum dilakukan sekali dalam
seminggu dengan menghitung sisa ransum dan yang tumpah, dan untuk
pertambahan bobot badan dilakukan dalam sekali seminggu dengan cara
melakukan penimbangan

pada setiap ekor broiler, sedangkan pada konversi

ransum diperoleh dari kedua data tersebut.

Analisis Data
Setelah data ditabulasi, kemudian dilakukan analisis of varians (ANOVA)
bila

terdapat perbedaan nyata

antara perlakuan maka diteruskan dengan

melakukan uji lanjut.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum diperoleh dengan cara melakukan penimbangan ransum
yang diberikan selama satu minggu, kemudian dikurangi dengan penimbangan
sisa ransum selama satu minggu. Dari hasil penelitian yang diperoleh, rataan
konsumsi ransum broiler tertera pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan konsumsi ransum broiler selama penelitian (g/ekor/minggu).
Perlakuan
1

Ulangan
2

Total

Rataan

3

A0B0
A0B1
A0B2
A0B3

431.23
430.23
430.93
430.9

430.93
430.23
431.06
430.16

430.33
431.76
430.2
431.74

1292.49
1292.22
1292.19
1292.8

430.83
430.74
430.73
430.933

A1B0
A1B1
A1B2
A1B3

430.73
430.66
429.76
429.3

430.4
430.53
430.56
431.53

430.11
430.73
431.36
430.96

1291.24
1291.92
1291.68
1291.79

430.413
430.64
430.5