1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .
Dapat diketahui bahwa pendapatan asli bangsa Indonesia salah satunya dari sektor pajak, khususnya penerimaan di sektor cukai hasil tembakau. Yaitu
penerimaan cukai dari sektor tembakau telah meningkat lebih dari 100 persen dalam 6 tahun dari Rp 49,9 triliun dalam APBN 2008 menjadi Rp 100,7 triliun
dalam APBNP 2014
1
. Sehingga dari hasil cukai tembakau memberikan sumbangan paling banyak dalam APBN.
Perlu adanya pengawasan extra ketat dalam sektor tembakau, mengingat agar tidak terjadi penyalahgunaan kewenangan dan peredaran hasil tembakau ilegal
khususnya dalam bentuk rokok di lingkungan masyarakat. Sehingga pendapatan yang sudah ditargetkan oleh pemerintah dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Akan tetapi dewasa ini kenyataannya masih marak peredaran rokok non
cukai di masyarakat, meskipun sudah ada ketentuan hukum yang menegaskan masalah peredaran rokok non cukai tersebut namun hal itu tidak membuat jera para
pelaku. Peredaran rokok tanpa pita cukai telah mencapai tahap yang sangat menghawatirkan. Rokok tidak lagi mengenal batas usia. Orang tua, muda, remaja
1
Sanusi, AEPI: Sektor Tembakau Jadi Sapi Perah, http:www.tribunnews.com, diakses tanggal
15 juni 2015
2
bahkan anak-anak ada yang menjadi penyalahgunaan rokok. Salah satu contoh kasusnya adalah:
Pada tahun 2012 Kantor Bea dan Cukai Malang berhasil menyita ribuan rokok tak berpita cukai. Ribuan rokok tersebut diamankan dari hasil razia
yang dilakukan pada pedagang di pasar-pasar tradisional, termasuk di Pasar Wringin Baru, Gedog Wetan, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Dari
razia rokok tanpa pita cukai di pasar Waringin, petugas menyita ribuan batang rokok tanpa pita cukai. Termasuk, sejumlah rokok yang dilihat dari
kemasan dan namanya, mirip rokok asli atau yang punya pita resmi dari Bea Cukai.
2
Sehingga berdasarkan pada contoh kasus diatas dapat diketahui bahwa pengusaha yang mengedarkan rokok tanpa pita cukai dapat dikenakan sanksi,
sebagaimana yang diatur pada pasal 50 Undang-undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai, Bahwa :
“Barang siapa tanpa imemiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, menjalankan usaha pabrik, tempat penyimpanan, atau mengimpor barang
kena cukai dengan maksud mengelakkan pembayaran cukai dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima
tahun dan dipidana denda paling sedikit 2 duakali nilai cukai dan paling banyak 10 sepuluh kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.”
Tindakan hukum yang sangat tegas memang perlu diterapkan terhadap pengusaha yang mengedarkan hasil tembakau khususnya rokok tanpa pita cukai
sangat perlu dilakukan. Karena jika tindakan illegal ini terus diabaikan dan tidak mendapatkan penanganan yang cukup serius, maka akan berdampak buruk bagi
penerimaan pendapatan Negara khususnya pajak dari sektor hasil tembakau.
2
Asan Haji dan Siwi Tri Puji B, Ribuan Batang Rokok Tak Berpita Cukai Disita, httpwww.republika.co.id, diakses tanggal 16 juni 2015
3
Dalam hal ini Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea Dan Cukai Jatim II memiliki peran penting dalam menanggulangi dan memberantas peredaran rokok
illegal tanpa pita cukai khususnya dalam penelitian ini di wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya.
Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea Dan Cukai Jatim II yang berada di jalan Jenderal S. Parman No.87-89, Malang yang terdiri dari 8 Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai di bawahnya : 1. KPPBC Tipe Madya Cukai Malang.
2. KPPBC Tipe Madya Cukai Kediri. 3. KPPBC Tipe B Tulung Agung.
4. KPPBC Tipe B Blitar. 5. KPPBC Tipe B Madiun
6. KPPBC Tipe B Panarukan. 8. KPPBC Tipe B Banyuwangi.
9. KPPBC Tipe B Probolinggo. Dalam menjalan kinerjanya Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea Dan
Cukai Jatim II memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut: 1. Melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya;
2. Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak sehat dengan industri sejenis dari luar negeri;
3. Memberantas penyelundupan;
4
4. Melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi lain yang berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-
batas negara; 5. Memungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor secara
maksimal untuk kepentingan penerimaan keuangan negara.
3
Sehingga Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea Dan Cukai Jatim II memiliki kewenangan penuh dalam melakukan upaya atau tindakan hukum
terhadap pengusaha yang mengedarkan hasil tembakau khususnya rokok tanpa pita cukai.
Berdasarkan uraian singkat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mambahas lebih jauh lagi dan menjadikan permasalahan tersebut di atas
sebagai tugas akhir skripsi yang berjudul “UPAYA DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI JATIM II DALAM MELAKUKAN TINDAKAN
HUKUM TERHADAP PEREDARAN ROKOK TANPA PITA CUKAI”. Studi di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea Dan Cukai Jatim II
Malang B. Rumusan Masalah
Dari urain latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
3
Tim Development dan Tim Humas, Profil Direktorat Jendral Bea dan cukai ,
http:www.beacukai.go.id, diakses tanggal 16 juni 2015
5
1. Bagaimana upaya Kantor Wilayah Direktorat Jendral bea dan cukai Jatim II dalam melakukan tindakan hukum terhadap peredaran rokok tanpa pita cukai ?
2. Apa kendala yang dihadapi Kantor Wilayah Direktorat Jendral bea dan cukai Jatim II dalam melakukan Tindakan hukum Terhadap Peredaran Rokok Tanpa
Pita Cukai ?
C. Tujuan Penelitian