Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat (KWDJBC)

(1)

(2)

PROSEDUR PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN

CUKAI JAWA BARAT (KWDJBC)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : INTAN FARIHAH NIM : 21108098

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

LAPORAN KERJA PRAKTI,K

PROSEDI.]R PEMBAYARAN BIAYA

PERJALANAN DINAS PADA KANTOR WILAYAH DIREKTORAT

JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA BARAT (I(WDJBC)

DajukanUntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata

Kfiah

Kerja Praktek Jenjang Sl

Program Studi Akuatansi

INTAN FARII{AH

21108098

Telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan Kerja Praktek Pada Tanggal

Bandung Desember20ll

Menyetujui,

Mengetahui, NIP: 4127- 34- 03- Oo3


(4)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek. Laporan kerja praktek ini penulis susun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang berjudul “Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat”. Laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh Program Studi Akuntansi Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangannya, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman dan pengetahuan penulis, baik dalam hal penyajian maupun dalam penggunaan tata bahasa. Tetapi penulis berupaya menyusun sebaik mungkin dengan harapan laporan kerja praktek ini bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Selama penyusunan laporan kerja praktek ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa petunjuk, bimbingan, pengarahan, maupun bantuan moril dan materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih


(5)

ii

memberikan doa dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada hentinya, mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M. Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M. Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Sri Dewi Anggadini, SE., M. Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk demi selesainya Laporan Kerja Praktek ini.

4. Lilis Puspitawati, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

5. Ely Suhayati, S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Wali Kelas Akuntansi-2. 6. Mia Nur Amelia selaku Staf Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan

Internal Kanwil DJBC Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan kerja praktek.


(6)

iii

7. Niken Sesanti S.R. selaku Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kanwil DJBC Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan kerja praktek.

8. Eka Fitriadi Purwanto selaku Staf Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kanwil DJBC Jawa Barat sekaligus Pembimbing Instansi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis melakukan Kerja Praktek.

9. Staf Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kanwil DJBC Jawa Barat (Bu Mamiek Darijatie, Pak Makhroji, Pak Imam Solikin, Pak Firmansyah Hadiwinata) terima kasih atas bantuannya.

10. Seluruh staf Kanwil DJBC Jawa Barat yang telah membantu penyelesaian laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

11. Sekretariat Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

12. Seluruh StafDosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

13. Adikku tersayang Hani, Jembar dan Saira yang telah memberikan doa dan semangatnya untuk meyelesaikan laporan kerja praktek ini.

14. Untuk semua keluargaku terima kasih telah memberikan doa dan dukungannya.


(7)

iv

Kirana, Dani, Aini, Amel, Adit terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

17. Semua teman-teman kelas Akuntansi 2 angkatan 2008 terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

18. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas jasa semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Desember 2011 Penulis

Intan Farihah 21108098


(8)

v DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 3

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 4

1.4 Metode Kerja Praktek ... 4

1.5 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 8

2.1 Sejarah Kanwil DJBC Jawa Barat ... 8

2.2 Struktur Organisasi Kanwil DJBC Jawa Barat ... 11

2.3 Uraian Tugas Kanwil DJBC Jawa Barat ... 13

2.4 Kegiatan Kanwil DJBC Jawa Barat... 15

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK ... 18

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ... 18

3.1.1 Prosedur ... 18


(9)

vi

3.1.3.1 Pengertian Perjalanan Dinas ... 19

3.1.3.2 Fungsi Perjalanan Dinas ... 19

3.1.3.3 Prinsip Perjalanan Dinas ... 21

3.1.3.4 Jenis Perjalanan Dinas ... 21

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 27

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 27

3.3.1 Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri di Kanwil DJBC Jawa Barat... 27

3.3.1.1 Proses pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas ... 28

3.3.1.2 Proses Penyampaian SPM ke KPPN ... 29

3.3.1.3 Proses Penerbitan SP2D oleh KPPN ... 30

3.3.2 Hambatan-hambatan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kanwil DJBC Jawa Barat... 31

3.3.3 Upaya-upaya dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kanwil DJBC Jawa Barat... 32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 34

4.1 Kesimpulan ... 34

4.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 38


(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ... 12 Gambar 2.2 Struktur organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat ... 13


(11)

viii

Halaman

Tabel 1.1 Aktivitas Kerja Praktek ... 6 Tabel 1.2 Akivitas Kanwil DJBC Jawa Barat ... 7 Tabel 1.3 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek ... 7


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1 Surat Perintah perjalanan Dinas (SPPD) ... 40

LAMPIRAN 2 Rincian Biaya Perjalanan Dinas ... 41

LAMPIRAN 3 Kuitansi/Bukti Pembayaran ... 43

LAMPIRAN 4 Surat Perintah Membayar (SPM) ... 44

LAMPIRAN 5 Surat Perintah Pencairan dana (SP2D) ... 45

LAMPIRAN 6 Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) ... 46

LAMPIRAN 7 Surat Permohonan Kuliah Kerja Praktek ... 47

LAMPIRAN 8 Surat Keterangan Kerja Praktek dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat ... 48

LAMPIRAN 9 Daftar Kehadiran Kerja Praktek ... 49

LAMPIRAN 10 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat ... 50

LAMPIRAN 11 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek ... 51

LAMPIRAN 12 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Dosen Pembimbing ... 52


(13)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan salah satu Kantor Wilayah yang berada di bawah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan berada dalam naungan Departemen Keuangan. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan Instansi Pemerintah yang bergerak di bidang kepabeanan dan cukai yaitu yang mempunyai tugas berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat menyelenggarakan berbagai kegiatan, diantara adalah sebagai berikut:

1. Perumusan kebijaksanaan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean, sesuai


(14)

2

dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pengamanan teknis operasional di bidang pemungutan bea masuk dan cukai serta pungutan lainnya yang pemungutannya dibebankan kepada Direktorat Jenderal berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Perencanaan, pembinaan dan bimbingan di bidang pemberian pelayanan, perijinan, kemudahan, ketatalaksanaan dan pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas tersebut Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat banyak melakukan perjalanan dinas.Hal tersebut menuntut Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat untuk melakukan prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dengan baik agar tercapainya administrasi yang efektif dan efisien.

Pada perkembangan ekonomi saat ini, segala ketentuan yang berlaku sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Dimana indeks biaya perjalanan dinas yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan harga yang terjadi. Selain itu, alokasi dana perjalanan dinas yang tergolong cukup besar sangat diperlukan suatu mekanisme tertentu untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaanya.

Dengan demikian, perjalanan dinas dilakukan hanya untuk pegawai yang telah mendapat perintah dari Pejabat yang Berwenang dan berdasarkan Surat


(15)

Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) pada masing-masing bagian atau divisi. Pegawai yang mendapatkan Surat Perintah Perjalanan Dinas adalah pegawai yang telah membentuk tim atau mengajukan sebuah proposal penelitian beserta estimasi

anggarannya kepada ketua bagian atau divisi masing-masing. Setelah Kepala atau ketua bagian/divisi mengesahkan proposal tersebut, maka bagian keuangan dapat mengeluarkan biaya perjalanan dinas, dan pegawai pun diberi kewajiban untuk dapat mempertanggungjawabkan biaya tersebut dan harus disertai bukti-bukti pengeluaran yang sah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengambil judul ”Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Maksud dari kerja praktek ini adalah untuk menambah wawasan penulis mengenai prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Adapun Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.


(16)

4

3. Untuk mengetahui upaya mengatasi hambatan-hambatan dalam prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

Kegunaan yang akan diperoleh dari hasil kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Kegunaan Kerja Praktek ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

b. Bagi Kanwil DJBC Jawa Barat

Memberikan masukan-masukan dan informasi dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

c. Bagi Universitas Komputer Indonesia

Penulis mengharapkan hasil Kerja Praktek ini dapat memberikan sumbangan wawasan dan pengetahuan serta informasi yang berguna bagi ilmu Akuntansi, serta mahasiswa-mahasiswi Program Strata I Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

1.4 Metode Kerja Praktek

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis menggunakan metode


(17)

Pelaksanaan kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 4 Juli s.d. 5 Agustus 2011.

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Studi Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di instansi yang menjadi objek penelitian. Adapun teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung di instansi yang menjadi objek penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

b. Wawancara atau Interview, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Dalam teknik wawancara ini, penulis melakukan tanya jawab kepada para staf dan kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

c. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan. Adapun dokumen yang diperoleh yaitu berupa data-data dari bagian keuangan dan dokumen-dokumen tentang sejarah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.


(18)

6

2. Studi Kepustakaan (Liberary Research)

Studi kepustakaan dilakukan dengan mempelajari serta menelaah literatur-literatur berupa buku, maupun makalah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

Penulis melakukan kerja praktek pada Subbagian Tata Usaha dan Keuangan pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang berlokasi di Gedung Keuangan Negara Lantai III, Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung.

Penulis melaksanakan penelitian mulai tanggal 4 Juli 2011 s.d. 5 Agustus 2011 dengan waktu kerja mengikuti ketentuan jam kerja yang berlaku untuk pegawai di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Tabel 1.1

Aktivitas Kerja praktek

No Hari Waktu Keterangan

1 Senin- Jumat 08.00-12.00 WIB Kegiatan aktivitas KP

2 Sabtu- Minggu - Libur


(19)

Tabel 1.2

Aktivitas Kanwil DJBC Jawa Barat

No Hari Waktu Keterangan

1 Senin- Jumat 08.00-17.00 WIB

12.00-13.00 WIB

Kegiatan aktivitas kantor Istirahat

2 Sabtu- Minggu - Libur

Tabel 1. 3

Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek

Tahap

Kegiatan

Juni

2011 Juli 2011 Agts 2011 Sept 2011 Okt 2011 Nov 2011 Des 2011

I

Tahap persiapan :

1.Mengambil surat izin KP 2.Mencari tempat KP 3.Menentukan tempat KP

II

Tahap Pelaksanaan :

1.Mengajukan surat permohonan KP

2.Meminta surat pengantar ke perusahaan

3.KP di perusahaan 4.Penyusunan Laporan KP

III

Tahap Pelaporan :

1.Menyiapkan Laporan KP 2.Bimbingan KP

3.Penyempurnaan Laporan KP


(20)

8 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan organisasi vertikal di bawah Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan tugas pokok tersebut maka DJBC melaksanakan pemungutan,

pertama, Bea Masuk dan Bea Keluar atas barang-barang berdasarkan peraturan perundang-undangan pabean yang berlaku dan pungutan lainnya, kedua, Cukai atas barang-barang tertentu yang peredarannya dibatasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perkembangan perdagangan internasional yang sangat pesat, didorong oleh tuntutan kebutuhan akan barang dari luar negeri yang disebabkan tidak semua kebutuhan dapat diproduksi di dalam negeri, serta perkembangan industri di dalam negeri mendorong terjadinya kegiatan ekspor. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan perdagangan internasional yang cukup tinggi, serta memiliki tingkat pertumbuhan industri yang sangat pesat. Oleh karena itu, untuk memudahkan pemerintah dalam memberikan


(21)

pelayanan dan melakukan pengawasan di bidang kepabeanan dan untuk menekan biaya sehingga dapat mendukung kegiatan industri, maka DJBC membentuk Kantor Wilayah di Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat yang diberi nama Kantor Wilayah V Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Bandung yang sekarang bernama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat (KWDJBC Jawa Barat).

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat merupakan salah satu diantara kantor-kantor wilayah dibawah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat berdiri pada tahun 1992, bertempat di Gedung Keuangan Negara, Jl. Asia Afrika No. 114 Bandung.

Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat merupakan unit vertikal Eselon II DJBC, yang membawahi delapan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC), yaitu: KPPBC Soekarno Hatta, KPPBC Bogor, KPPBC Bekasi, KPPBC Merak, KPPBC Purwakarta, KPPBC Bandung, KPPBC Cirebon dan KPPBC Tasikmalaya. Namun sejak Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat dan membentuk provinsi terpisah, DJBC pun mereorganisasi diri dengan membentuk kantor wilayah baru yaitu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Banten (Kantor Wilayah DJBC Banten). Oleh karena itu, KPPBC yang secara geografis terletak di wilayah Provinsi Banten bergabung dengan Kantor Wilayah DJBC Banten. Terdapat dua KPPBC yang semula berada di bawah Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat bergabung dengan Kantor Wilayah DJBC Banten, yaitu KPPBC Merak dan KPPBC Soekarno Hatta. Saat ini Kantor


(22)

10

Wilayah DJBC Jawa Barat hanya membawahi enam KPPBC, yaitu: KPPBC Tipe Madya Pabean Bekasi, KPPBC Tipe Madya Pabean Bogor, KPPBC Tipe Madya Pabean Purwakarta, KPPBC Tipe Madya Pabean Bandung, KPPBC Tipe A2 Cirebon, dan KPPBC Tipe A3 Tasikmalaya.

Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat mempunyai tugas melaksanakan kordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai di wilayah Jawa Barat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Visi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sejajar dengan institusi Kepabeanan dan Cukai dunia di bidang kinerja dan citra sesuai dengan Standar Internasional.

b. Misi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Mengamankan hak keuangan negara, memfasilitasi perdagangan, mendukung industri dan melindungi masyarakat.

DJBC menetapkan misi yang saling terkait yaitu :

a. Memungut penerimaan negara dari sektor perdagangan internasional dan cukai.

b. Memberikan pelayanan terbaik di bidang kepabeanan dan cukai yang sederhana dengan berbasis teknologi informasi.

c. Mengembangkan pengawasan yang efektif dalam rangka penegakan hukum di bidang kepabeanan dan cukai serta perlindungan masyarakat. d. Mengembangkan institusi kepabeanan dan cukai yng berdaya guna dan


(23)

e. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan industri dan investasi.

f. Mengembangkan kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan cukai.

c. Strategi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Strategi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat dalam pencapaian visi dan misi adalah ”Profesionalisme sumber daya manusia, efisiensi dalam organisasi dan

pelayanan.”

d. Komitmen Harian Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Pencapaian visi dan misi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat dirumuskan ke dalam strategi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat. Agar strategi tersebut dapat berjalan optimal, ditetapkan lima komitmen harian Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat, yaitu:

1. Tingkatkan pelayanan;

2. Tingkatkan transparansi keadilan dan konsistensi; 3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan; 4. Hentikan perdagangan ilegal;

5. Tingkatkan integritas.

2.2 Struktur Organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri atas fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan untuk mencapai suatu sasaran. Struktur organisasi secara fisik dinyatakan dalam bentuk gambar


(24)

12

grafik dan atau bagan yang memperlihatkan unit-unit organisasi dan garis-garis wewenang.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) merupakan unit vertikal eselon I dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan sebagian tugas pokok Kementerian Keuangan dalam pemungutan bea masuk dan cukai, DJBC membentuk unit vertikal eselon II hingga eselon V di lingkungannya. Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat merupakan salah satu unit vertikal eselon II DJBC tersebut. Struktur organisasi DJBC mulai dari unit vertikal eselon I sampai unit vertikal eselon II ditunjukan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1: Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai

Sekretariat Direktorat Jenderal

Direktorat Teknis Kepabeanan

Bagian Organisasi

dan Tata Laksana Bagian Kepegawaian Bagian Keuangan

Direktorat

Fasilitas Kepabeanan Direktorat Cukai

Direktorat Penindakan dan Penyidikan

Bagian Perlengkapan Bagian Umum

Direktorat Audit Direktorat Kepabeanan Internasional

Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai

Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai

Kantor Wilayah / Kantor Pelayanan Utama


(25)

Struktur organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat ditunjukan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Sumber: Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

2.3 Uraian Tugas (Job Description) Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Uraian tugas pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Wilayah DJBC

Melaksanakan koordinasi, bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kepabeanan dan cukai dalam wilayah kerjanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, ketatausahaan dan rumah tangga, penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas,

Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Bagian Umum dan Kepatuhan Internal

Bidang Kepabeanan dan Cukai

Subbagian Kepegawaian dan KI

Subbagian Humas dan Rumah Tangga

Subbagian TU dan Keuangan

Bidang Fasilitas Kepabeanan

Bidang Penindakan dan


(26)

14

dan evaluasi kinerja serta penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.

a. Kepala Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal

Melakukan urusan kepegawaian, penyiapan bahan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja, pemantauan dan pelaporan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.

b. Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat dan Rumah Tangga

Melakukan penyiapan bahan penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai, hubungan masyarakat, urusan rumah tangga, dan perlengkapan.

c. Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan

Melakukan urusan tata persuratan, kearsipan, penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas, serta urusan keuangan, anggaran, dan kesejahteraan pegawai.

3. Kepala Bidang Kepabeanan dan Cukai

Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan, pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai, serta pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi, dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai.


(27)

4. Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan

Melaksanakan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang tempat penimbunan, melaksanakan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan evaluasi pelaksanaan serta fasilitasi di bidang kepabeanan.

5. Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan

Melaksanakan bimbingan teknis, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan, pemberian perijinan, pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai.

6. Kepala Bidang Audit

Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di bidang kepabeanan dan cukai.

2.4 Kegiatan Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

Kegiatan yang dijalankan oleh Kantor Wilayah Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat meliputi :

1. Sebagai Bendaharawan I/II

Menyususn rencana kerja Seksi Pembendahraan I/II sebagai bahan penyusunan rencana kerja KPPN.

2. Menatausahakan dokumen anggaran yang digunakan sebagai dasar pembayaran.

3. Melakukan pengujian sebagai SPM Gaji atau pegawai lainnya dari Subbagian Umum.


(28)

16

4. Melakukan pengujian terhadap SPM Non Belanja Pegawai (SPM-DI, dan SPM-LS, dan SPM-TU).

5. Melakukan penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan.

6. Melakukan pengujian terhadap SPM Dana Alokasi Umum (DAU)/Dana Alokasi Khusus (DAK)/Dana Bagi Hasil (DBH).

7. Melakukan pengujian terhadap SPM Bagi Hasil Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

8. Melakukan pengujian terhadap SPM perhitungan pihak ketiga. 9. Melakukan penerbitan Surat Kuasa (SKU).

10. Melakukan penerbitanterhadap SPM SKU.

11. Mengesahkan Surat Keterangan Pemberhentain Pembayaran (SKPP) karean pindah, pensiun ataupun meninggal dunia.

12. Melakukan penatausahaan dokumen anggaran yang digunakan sebagai dasar pembayaran DIPA instansi pengguna Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

13. Melakukan penatausahaan PNBP.

14. Melakukan penelaahan atas penerbitan Surat Penagihan (SPn), Surat Pemindahan Hutang (SPH) dan Surat Tanda Lunas Hutang pada Negara (SKTL).


(29)

16. Melakukan penilaian dan pengesahaan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan dari instansi pengguna PNBP.

17. Melakukan penyusunan laporan realisasi pencairan dana anggaran. 18. Melakukan penyusunan konsep tanggapan Laporan Hasil Pemeriksaan


(30)

18

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek 3.1.1 Prosedur

Menurut Mulyadi (2008: 5) prosedur adalah:

“Suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”

Selanjutnya menurut Azhar Susanto (2008:264) mendefinisikan prosedur adalah:

“Rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang

dengan cara yang sama.”

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu rangkaian aktivitas yang melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dilakukan secara berulang-ulang.

3.1.2 Biaya

Menurut Mursyidi (2008:14) mendefinisikan biaya yaitu:

“Biaya adalah suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta

lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.”

Selanjutnya menurut Armanto Witjaksono (2006:6) mendefinisikan biaya yaitu:


(31)

“Biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.

3.1.3 Perjalanan Dinas

3.1.3.1 Pengertian Perjalanan Dinas

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007:

“Perjalanan dinas dalam negeri yang selanjutnya disebut perjalanan dinas

adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan baik perseorangan maupun secara bersama yang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometer dari batas kota, yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara atas perintah Pejabat yang Berwenang, termasuk perjalanan dari tempat kedudukan ke tempat meninggalkan Indonesia untuk bertolak ke luar negeri dan dari tempat tiba di Indonesia dari luar

negeri ke tempat yang dituju di dalam negeri.”

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perjalanan dinas adalah perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju yang jaraknya sekurang-kurangnya 5 (lima) kilometer dari batas kota, yang dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Negara atas perintah Pejabat yang Berwenang dan kembali ke tempat kedudukan semula.

3.1.3.2 Fungsi Perjalanan Dinas

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kantor Wilayah DJBC menyelenggarakan fungsi :


(32)

20

a. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai.

b. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis, pengawasan teknis, dan penyelesaian masalah di bidang kepabeanan dan cukai atas unit-unit operasional di wilayah kerjanya.

c. Pengendalian, evaluasi, dan pelaksanaan pemberian perizinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai.

d. Pelaksanaan penelitian atas keberatan terhadap penetapan di bidang kepabeanan dan cukai.

e. Pengendalian, evaluasi, pengkoordinasian dan pelaksanaan intelijen di bidang kepabeanan dan cukai.

f. Pengendalian, evaluasi, pengkoordinasian, dan pelaksanaan patroli dan operasi pencegahan pelanggaran peraturan perundang-undangan, penindakan, dan penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai. g. Pengendalian dan pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan

penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai.

h. Perencanaan dan pelaksanaan audit serta evaluasi hasil audit di bidang kepabeanan dan cukai.

i. Pengkoordinasian dan pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi dan laporan di bidang kepabeanan dan cukai.

j. Pengendalian, pengelolaan, dan pemeliharaan sarana operasi dan senjata api Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.


(33)

k. Pengkoordinasian dan pelaksanaan pengawasan pelaksanaan tugas, dan evaluasi kinerja.

l. Pelaksanaan administrasi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3.1.3.3 Prinsip Perjalanan Dinas

1. Fokus terhadap pekerjaan

2. Pindah tempat kerja dengan fasilitas yang memadai 3. Bukan tambahan penghasilan

4. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan perjalanan dinas harus terlebih dahulu mendapat persetujuan/perintah atasannya.

5. Pejabat yang berwenang adalah atasan dari Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan perjalanan dinas.

3.1.3.4 Jenis Perjalanan Dinas

Perjalanan Dinas dalam negeri terbagi menjadi dua jenis perjalanan dinas yaitu sebagai berikut:

1. Perjalanan Dinas Pindah

(Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 7/KMK.02/2003) Perjalanan Dinas Pindah merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan surat keputusan pindah bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, dan Pegawai Tidak Tetap beserta keluarga yang sah.


(34)

22

Keluarga yang sah sebagaimana yang dimaksud dalam pengertian diatas terdiri dari :

a. Istri/Suami yang sah menurut ketentuan Undang-Undang Perkawinan yang berlaku.

b. Anak kandung, anak tiri dan anak angkat yang sah menurut hukum yang berumur paling tinggi 25 tahun pada waktu berangkat, belum pernah menikah dan tidak mempuyai penghasilan sendiri.

c. Anak kandung, anak tiri, anak angkat yang sah menurut hukum yang berumur 25 tahun, yang menurut surat keterangan dokter mempunyai cacat yang menjadi sebab ia tidak dapat mempunyai penghasilan sendiri, atau

d. Anak kandung perempuan, anak tiri perempuan, anak angkat perempuan yang sah menurut hukum lebih dari 25 tahun yang tidak bersuami dan tidak mempunyai penghasilan sendiri.

Disamping keluarga yang sah sebagaimana dimaksud dalam pernyataan diatas bagi Pegawai Negeri Sipil yang termasuk tingkat A diperkenankan pula untuk membawa pembantu rumah tangga sebanyak satu orang atas biaya negara.

Dalam Perjalanan dinas pindah sebagaimana dalam pengertian diatas termasuk pula perjalanan dinas yang dilakukan dalam hal:

a. Pemulangan dari Tempat Kedudukan yang terakhir ke tempat hendak menetap bagi Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau mendapat uang tunggu.


(35)

b. Pengembalian Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil yang mendapat uang tunggu dari tempat tinggalnya ke tempat yang ditentukan untuk dipekerjakan kembali.

c. Pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara atau Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhirnya ke tempat tujuan menetap.

d. Pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena telah berakhir masa kerjanya, sepanjang hal termaksud telah diatur dalam perjanjian kerjanya.

e. Pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang meninggal dunia dari tempat kedudukan ke tempat tujuan menetap, sepanjang hal termaksud telah diatur dalam perjanjian kerjanya.

f. Pengajuan perjalanan dinas pindah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, c, d dan e di atas berlaku untuk jangka waktu satu tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian atau meninggal dunia.

Untuk perjalanan dinas pindah akan diberikan biaya sebagai berikut : a. Biaya transportasi pegawai, transportasi keluarga, pengepakan,

penggudangan dan angkutan barang-barang dan uang harian untuk perjalanan dinas.

b. Biaya transportasi pegawai, transpor keluarga serta biaya pengepakan, penggudangan dan angkutan barang untuk perjalanan dinas.

c. Biaya transportasi keluarga serta biaya pengepakan, penggudangan dan angkutan barang untuk perjalanan dinas.


(36)

24

d. Apabila perjalanan dinas pindah terjadi atas dasar permintaan sendiri maka yang bersangkutan tidak diberikan biaya perjalanan dinas.

Perhitungan biaya angkutan barang di darat didasarkan pada jarak perjalanan yang ditetapkan menurut daftar jarak resmi atau menurut keterangan resmi dari Gubernur/Bupati/Walikota setempat dalam hal jarak antara tempat-tempat yang dikunjungi belum tercantum dalam daftar jarak resmi.

Biaya pengepakan, penggudangan dan angkutan barang telah termasuk biaya bongkar muat. Biaya pengepakan untuk pengangkutan barang dengan truk diberikan 50% dari satuan biaya pengepakan dengan menggunakan biaya

lumpsum, apabila perjalanan dinas pindah dilakukan dalam jarak : b. kurang dari seratus kilometer di Pulau Jawa/Madura atau c. kurang dari lima puluh kilometer di luar Pulau Jawa/Madura.

Uang harian perjalanan dinas pindah, diberikan untuk pegawai bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga :

1. Selama tiga hari setelah tiba di tempat kedudukannya yang baru.

2. Selama tiga hari di tempat keberangkatan keluar negeri atau kedatangan dari luar negeri.

3. Selama-lamanya dua hari untuk tiap kali menuggu sambungan dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukan langsung.

4. Sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang bersangkutan jatuh sakit dalam perjalanan dinas pindah, satu dan lain menurut keputusan pejabat yang berwenang atau,


(37)

5. Sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang menjalankan perjalanan dinas pindah mendapat perintah dari yang berwajib/atasannya untuk melakukan tugas lain guna kepentingan negara.

Pegawai Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat belum pernah melakukan perjalanan dinas keluar negeri sehingga penulis tidak akan membahas perjalanan dinas keluar negeri.

2. Perjalanan Dinas Jabatan

(Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 yang sudah mengalami perubahan menjadi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.05/2008 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-34/PB/2007 yang sudah mengalami perubahan menjadi Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2008).

Perjalanan Dinas Jabatan merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke kedudukan semula.

Perjalanan yang termasuk dalam perjalanan dinas jabatan adalah :

a. Detasering (penugasan sementara waktu). b. Ujian dinas / ujian jabatan.

c. Majelis penguji / dokter penguji kesehatan. d. Mandapatkan pengobatan.

e. Pendidikan dinas.

f. Menjemput/mengantar jenazah (PNS yang melakukan perjalanan


(38)

26

Dalam hal perjalanan dinas jabatan, uang harian diberikan :

a. Untuk perjalanan yang memerlukan waktu sekurang-kurangnya enam jam;

b. Menurut banyak hari yang digunakan untuk perjalanan;

c. Selama-lamanya dua hari untuk transit menunggu pengangkutan lanjutan dalam hal harus berpindah ke alat angkutan lain;

d. Selama tiga hari di tempat bertolak ke / datang dari luar negeri;

e. Selama-lamanya sepuluh hari di tempat yang bersangkutan jatuh sakit/berobat dalam hal pegawai yang sedang melakukan perjalanan dinas jatuh sakit;

f. Selama-lamanya sembilan puluh hari dalam hal pegawai melakukan tugas detasering;

g. Selama-lamanya tujuh hari setelah diterima keputusantentang perubahan detasering menjadi penugaspindahan; atau

h. Selama tiga hari di tempat penjemputan jenazah dan selama tiga hari di tempat pemakaman jenazah dalam hal jenazah tersebut tidak dimakamkan di tempat kedudukan almarhum/almarhumah yang bersangkutan;

i. Perjalanan dinas jabatan pulang pergi yang memakan waktu kurang dari enam jam, diberikan uang harian tanpa biaya penginapan dan makan.


(39)

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama dua puluh lima hari, mulai dari tanggal 4 Juli s.d. 5 Agustus 2011 dan ditempatkan pada Subbagian Tata Usaha dan Keuangan.

Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan oleh penulis pada Subbagian Tata Usaha dan Keuangan di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :

1. Membantu pencatatan SPM (Surat Perintah Membayar), SPP (Surat Permintaan Pembayaran), SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang telah diterbitkan ke dalam buku register.

2. Membantu menjurnal Buku Kas Umum (BKU)

3. Merekam data yang telah diperiksa kedalam komputer dan membuat laporan serta berita acara.

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

3.3.1 Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Dalam Negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dalam negeri harus dilakukan secara bertahap agar tercipta susunan administrasi yang baik dimulai dari proses pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) oleh Pejabat yang Berwenang hingga penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) seperti dijelaskan sebagai berikut :


(40)

28

3.3.1.1 Proses Pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas.

Secara intern pembayaran perjalanan dinas jabatan dalam negeri Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Perjalanan Dinas Umum

Perjalanan dinas umum adalah perjalanan dinas yang bertujuan bukan untuk penelitian, melainkan mengumpulkan data dan melaporkan hasilnya pada Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

b. Perjalanan Dinas Lapangan

Perjalanan dinas lapangan adalah perjalanan dinas yang bertujuan untuk penelitian dan dipertanggungjawabkan kesuluruhan hasilnya untuk kepentingan nasional.

Alur Penerbitan SPPD yaitu :

1. Pegawai di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat yang akan melaksanakan Perjalanan Dinas (kecuali Kepala Kantor) mengisi formulir permohonan perjalanan dinas yang disediakan oleh Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal.

2. Setelah formulir diisi dan disetujui oleh Kepala Bidang/Bagian yang bersangkutan, formulir dikembalikan ke Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal untuk diajukan kepada Kepala Kantor/Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal.


(41)

3. Setelah disetujui oleh Kepala Kantor/Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal, Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal membuat surat perintah, formulir bukti perjalanan dinas, rincian biaya dan kuitansi perjalanan dinas atas nama pegawai yang bersangkutan.

4. Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal membuat surat permohonan kepada Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan untuk mengeluarkan biaya perjalanan dinas dengan dilampiri formulir pengajuan yang telah disetujui Kepala Kantor/Kepala Bagian Umum dan Kepatuhan Internal.

5. Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal meneruskan surat permohonan yang telah disetujui oleh Kepala Subbagian Tata Usaha dan Keuangan kepada Bendahara untuk mengeluarkan uang muka perjalanan dinas sesuai dengan pengajuan. 6. Pejabat yang ditunjuk di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan

Internal mengambil uang muka perjalanan dinas sesuai dengan jumlah pengajuan dan memberitahukan kepada pegawai yang akan melaksanakan perjalanan dinas.

7. Pegawai yang melakukan perjalanan dinas mengambil biaya perjalanan dinasnya di Subbagian Kepegawaian dan Kepatuhan Internal dengan menandatangani rincian biaya dan kuitansi perjalanan dinas.

3.3.1.2 Proses Penyampaian SPM ke KPPN.


(42)

30

1. Kuasa penguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan SPM beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (ADK) berupa softcopy (disket) melalui loket penerimaan SPM pada KPPN.

2. SPM-LS atau SPM-GUP pembayaran perjalanan dinas diterima oleh KPPN.

3. Petugas KPPN pada loket penerimaan SPM memeriksa kelengkapan SPM, mengisi check list kelengkapan berkas SPM, mencatat dalam daftar pengawasan penyelesaian SPM dan meneruskan check list serta kelengkapan SPM ke seksi Perbendaharaan untuk diproses lebih lanjut.

3.3.1.3 Proses Penerbitan SP2D oleh KPPN.

Penerbitan SP2D oleh KPPN diatur sebagai berikut :

1. SPM yang diajukan ke KPPN digunakan sebagai dasar penerbitan SP2D 2. SPM yang dimaksud dilampiri bukti pengeluaran sebagai berikut :

a. Untuk pembayaran perjalanan dinas melalui Pembayaran Langsung (LS);

1) Daftar Nominatif Perjalanan Dinas

2) SPTB (Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja)

b. Untuk penggantian pembayaran perjalanan dinas melalui Penggantian Uang Persediaan (GUP) :

1) SPTB (Surat Pernyataan Tanggung jawab Belanja). 2) Bukti-bukti Pengeluaran.


(43)

Peraturan Lainnya

 Pembayaran biaya perjalanan dinas dalam rangka mengikuti seminar, rapat-rapat dan lain-lain yang biaya perjalanan dinasnya dibebankan pada DIPA (Dokumen Isian Pelaksanaan Anggaran) Satuan Kerja / Kantor Penyelenggara Kegiatan, dilakukan setelah pejabat/pegawai sampai ditempat tujuan.

 Biaya transportasi keberangkatan pegawai dibayarkan sebesar biaya riil yang dikeluarkan sesuai bukti pengeluaran.

 Biaya transportasi kepulangan dibayarkan sesuai tarif yang berlaku.

3.3.2 Hambatan-hambatan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Beberapa hambatan yang penulis temukan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, sebagai berikut :

1. Seringkali terjadi kehilangan bukti-bukti pengeluaran biaya yang memakai uang pribadi maupun yang sudah dibayar sehingga mempersulit dalam membayar biaya perjalanan dinas yang belum dibayar maupun dalam pertanggungjawaban.

2. Terjadi kesulitan penetapan tarif uang transpor karena tidak adanya transportasi umum ke tempat tujuan perjalanan dinas sehingga sulit menentukan standar biaya umunya.


(44)

32

3. Kesulitan dalam pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai Anggaran).

3.3.3 Upaya-upaya dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat.

Upaya-upaya dalam mengatasi hambatan Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, sebagai berikut :

1. Dalam kebijakan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, jika bukti pengeluaran biaya perjalanan lebih dari nilai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan, maka pegawai yang bersangkutan yang harus menanggung biaya.

2. Untuk mengatasi permasalahan kesulitan penerapan tarif, diberlakukan pemberian uang muka yang diselesaikan secara at cost setelah perjalanan dilakukan dengan bukti-bukti pengeluarannya.

3. Dilakukan pencantuman sementara nomor urut surat Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yaitu dengan menggunakan pensil.

Menurut penulis, dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat hambatan tersebut sudah mulai teratasi.

1. Pegawai yang akan melakukan perjalanan dinas akan menjadi lebih hati-hati dalam menyimpan bukti pengeluaran biaya.

2. Pegawai yang melakukan perjalanan dinas tidak terlalu menggunakan uang pribadi. Jika uang muka yang diberikan kurang, tetap


(45)

menggunakan uang pribadi dulu tetapi tidak terlalu banyak dan menyertakan bukti-bukti pengeluarannya.

3. Kesulitan dalam pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai Anggaran) sudah dapat teratasi karena pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai Anggaran) sudah menggunakan pensil terlebih dahulu.


(46)

34

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari kesuluruhan Pembahasan tentang Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat, penulis dapat menarik kesimpulan yang didukung teori-teori dan berbagai literatur, antara lain sebagai berikut :

1. Prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dalam negeri yaitu dimulai dari proses pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) oleh Pejabat yang Berwenang, penyampaian SPM (Surat Perintah Membayar) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), hingga penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

2. Beberapa faktor penghambat yang ditemui dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat yakni, sebagai berikut :

a. Terjadi kehilangan bukti-bukti pengeluaran Biaya

b. Terjadi kesulitan penetapan tarif uang transpor karena tidak adanya transportasi umum ke tempat tujuan perjalanan dinas sehingga sulit menentukan standar biaya umunya.

c. Terjadi kesulitan dalam pencantuman nomor urut LRA (Laporan Realisasi Anggaran).


(47)

3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :

a. Dalam kebijakan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, jika bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas hilang, maka pegawai yang bersangkutanlah yang harus menanggung biaya.

b. Untuk mengatasi permasalahan kesulitan penerapan tarif, diberlakukan pemberian uang muka yang diselesaikan secara at cost setelah perjalanan dilakukan dengan bukti-bukti pengeluarannya.

c. Dilakukan pencantuman sementara nomor urut surat Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yaitu dengan menggunakan pensil.

4.2 Saran

Dengan melihat beberapa hambatan yang ditemui dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, maka penulis memberi saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi sebagai bahan masukkan guna meningkatkan kinerja terutama dalam kegiatan Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat. Saran-saran tersebut yaitu:

1. Dalam hal perhitungan biaya riil (pada uang transpor) sangat diperlukan kesepakatan bersama agar tercipta keseragaman.


(48)

36

2. Diharapkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, dapat lebih tegas dalam menindaki apabila terjadi ketidakdisiplinan pegawai yang melakukan perjalanan dinas.

3. Diharapkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, dapat lebih tegas dalam menindaki apabila adanya pegawai yang tidak mematuhi aturan-aturan yang ada tentang perjalanan dinas.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditama.

Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 7/KMK.02/2003 Tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 Tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya. Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. www.beacukai.go.id

http://www.beacukai.go.id/index.ikc?page=about/tugas-pokok-dan-fungsi.html http://www.beacukai.go.id/index.ikc?page=about/visi-misi-dan-strategi.html


(50)

38

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Intan Farihah

Tempat tanggal lahir : Sukabumi, 02 Desember 1989

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah No. 40 Bandung 40132

DATA PENDIDIKAN

SD Negeri Cicadas Sukabumi 1996 - 2002

SMP Negeri 13 Sukabumi 2002 - 2005

SMA Negeri 1 Sukabumi 2005 - 2008

Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswi di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung tahun pendidikan 2008.


(1)

menggunakan uang pribadi dulu tetapi tidak terlalu banyak dan menyertakan bukti-bukti pengeluarannya.

3. Kesulitan dalam pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai Anggaran) sudah dapat teratasi karena pencatuman nomor urut LRA (Laporan Realisai Anggaran) sudah menggunakan pensil terlebih dahulu.


(2)

34 4.1 Kesimpulan

Dari kesuluruhan Pembahasan tentang Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat, penulis dapat menarik kesimpulan yang didukung teori-teori dan berbagai literatur, antara lain sebagai berikut :

1. Prosedur pembayaran biaya perjalanan dinas dalam negeri yaitu dimulai dari proses pembuatan Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) oleh Pejabat yang Berwenang, penyampaian SPM (Surat Perintah Membayar) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), hingga penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

2. Beberapa faktor penghambat yang ditemui dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat yakni, sebagai berikut :

a. Terjadi kehilangan bukti-bukti pengeluaran Biaya

b. Terjadi kesulitan penetapan tarif uang transpor karena tidak adanya transportasi umum ke tempat tujuan perjalanan dinas sehingga sulit menentukan standar biaya umunya.

c. Terjadi kesulitan dalam pencantuman nomor urut LRA (Laporan Realisasi Anggaran).


(3)

3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Jawa Barat adalah sebagai berikut :

a. Dalam kebijakan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, jika bukti pengeluaran biaya perjalanan dinas hilang, maka pegawai yang bersangkutanlah yang harus menanggung biaya.

b. Untuk mengatasi permasalahan kesulitan penerapan tarif, diberlakukan pemberian uang muka yang diselesaikan secara at cost setelah perjalanan dilakukan dengan bukti-bukti pengeluarannya.

c. Dilakukan pencantuman sementara nomor urut surat Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yaitu dengan menggunakan pensil.

4.2 Saran

Dengan melihat beberapa hambatan yang ditemui dalam Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, maka penulis memberi saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi sebagai bahan masukkan guna meningkatkan kinerja terutama dalam kegiatan Prosedur Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat. Saran-saran tersebut yaitu:

1. Dalam hal perhitungan biaya riil (pada uang transpor) sangat diperlukan kesepakatan bersama agar tercipta keseragaman.


(4)

2. Diharapkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, dapat lebih tegas dalam menindaki apabila terjadi ketidakdisiplinan pegawai yang melakukan perjalanan dinas.

3. Diharapkan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Barat, dapat lebih tegas dalam menindaki apabila adanya pegawai yang tidak mematuhi aturan-aturan yang ada tentang perjalanan dinas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat. Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditama.

Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 7/KMK.02/2003 Tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.05/2007 Tentang Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-21/PB/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Dan Pegawai Tidak Tetap.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya. Witjaksono, Armanto. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. www.beacukai.go.id

http://www.beacukai.go.id/index.ikc?page=about/tugas-pokok-dan-fungsi.html http://www.beacukai.go.id/index.ikc?page=about/visi-misi-dan-strategi.html


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Intan Farihah

Tempat tanggal lahir : Sukabumi, 02 Desember 1989 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah No. 40 Bandung 40132

DATA PENDIDIKAN

SD Negeri Cicadas Sukabumi 1996 - 2002 SMP Negeri 13 Sukabumi 2002 - 2005 SMA Negeri 1 Sukabumi 2005 - 2008

Sampai sekarang masih tercatat sebagai Mahasiswi di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung tahun pendidikan 2008.