Implementasi Least Significant Bit Untuk Pengamanan Citra Digital Di Dalam Media Citra.

(1)

IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT

UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL

DI DALAM MEDIA CITRA

SKRIPSI

A.AFFANDI ASYAD SIREGAR

061401033

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL DI DALAM MEDIA CITRA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

A.AFFANDI ASYAD SIREGAR 061401033

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT

UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL DI DALAM MEDIA CITRA

Kategori : SKRIPSI

Nama : A.AFFANDI ASYAD SIREGAR

Nomor Induk Mahasiswa : 061401033

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 10 Desember 2010 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dian Rachmawati, S.SI., M.Kom. Prof. Dr. Opim S. Sitompul NIP. 198307232009122004 NIP. 196108171987011001

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

Prof. Dr. Muhammad Zarlis NIP. 195707011986011003


(4)

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK PENGAMANAN CITRA DIGITAL DI DALAM MEDIA CITRA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 10 Desember 2010

A.Affandi Asyad Siregar 061401033


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komputer serta shalawat beriring salam saya persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Opim S. Sitompul sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Dian Rachmawati, S.SI., M.Kom. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada saya dalam menyempurnakan skripsi ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada Dosen Penguji Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc.,M.Sc. atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi saya. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syariol Sitorus, S.Si, MIT., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

Skripsi ini terutama saya persembahkan untuk kedua orang tua dan kakak yang selalu sabar dalam mendidik saya, ayahanda Kalimonang Siregar, S.E., ibunda Nursani Pohan, S.Pd. dan kak Rizki yang telah memberikan dorongan dan doa. Untuk abangda Dahrim dan spesial untuk Aliza Giska yang tak henti – hentinya memberikan semangat dan dukungan sehingga skripsi dapat diselesaikan. Kepada teman-teman stambuk 2006 yang sedang berjuang tiada henti dan tetap semangat. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas ide, saran, dan kerjasama yang baik. Semoga Allah SWT akan membalasnya.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Sehingga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.


(6)

ABSTRAK

Kemajuan teknologi komputer yang sangat bermanfaat pada kehidupan manusia sekarang adalah kecepatan dalam menyampaikan informasi dari tempat yang jauh yaitu melalui Internet. Dalam pengiriman informasi tersebut terdapat masalah yang mengganggu keamanan yang dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan mengubah bahkan mengganti informasi dalam citra digital yang disampaikan. Penulis menggunakan steganografi dengan metode Least Significan Bit yang akan menyembunyikan informasi berupa citra digital kedalam media citra digital lain. Bit-bit citra digital yang akan disembunyikan disubsitusi ke dalam LSB media citra lain. Setelah dianalisis dan diimplementasikan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0 diperoleh bahwa media citra yang disisipkan citra penting masih tampak seperti normal sehingga tidak menimbulkan kecurigaan bagi orang yang melihat. Kemudian disediakan juga password agar keamanan lebih maksimal. Perubahan yang terjadi hanyalah perubahan nilai – nilai RGB yang begitu kecil yang secara visual tidak akan tampak. Kemudian jika di ekstraksi maka akan didapat kembali citra penting secara utuh. Dengan demikian, kriteria – kriteria steganografi yang baik yaitu imperceptibility, fidelity dan recovery dapat terpenuhi.


(7)

IMPLEMENTATION OF THE LEAST SIGNIFICANT BIT FOR DIGITAL IMAGE SECURITY IN IMAGE MEDIA

ABSTRACT

Today, one of the most beneficial to human life is Internet. Information can be transmitted from far place through Internet. There is a problem usually faced when transmitting information, that is done by irresponsible people by editing or even changing the information on digital image. Steganography using Least Significant Bit method is used to hide an image in another image. Digital image bits that is wanted to be hidden will be substituted to the other media’s LSB. After analization and implementation using Visual Basic 6.0, the image with hidden message have to be similar to the original image to prevent people suspected that there are messages hidden on it. There is also password protection to maximize the security. The difference between the original image and the image with hidden message cannot be distinguish visually because the difference is only on the value of RGB bits of the images. Extracting the image will retrieve the hidden image. Therefore, the steganography criteria such as imperceptibility, fidelity and recovery can be fulfilled.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Masalah 3

1.4 Batasan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 4

1.6 Kerangka Pemikiran 4

1.7 Metodologi Penelitian 5

1.8 Sistematika Penulisan 6

Bab 2 Landasan Teori

2.1 Steganografi 8

2.1.1 Sejarah Steganografi 8

2.1.2 Pengertian Steganografi 9

2.1.3 Kriteria Steganografi Yang Baik 10

2.1.4 Teknik Steganografi 11

2.1.5 Proses Steganografi 12

2.2 Least Significant Bit 13

2.3 Pengolahan Citra Digital 15

2.3.1 Pengertian Citra 15

2.3.1.1 Citra Analog 15

2.3.1.2 Citra Digital 16

2.3.2 Jenis-Jenis Citra Digital 18

2.3.3 Pengolahan Citra 20

2.3.3.1 Operasi Pengolahan Citra 21

Bab 3 Analisis Dan Perancangan Sistem Perangkat Lunak

3.1 Analisis Sistem 26

3.1.1 Analisis Least Significant Bit 26


(9)

3.1.3 Analisis Proses Steganografi 29

3.2 Perancangan Sistem 31

3.2.1 Flowchart 31

3.2.1.1 Flowchart Embedding – Ekstraksi 31

3.2.1.2 Flowchart Daya Tampung 33

3.2.1.3 Flowchart Embedding 33

3.2.1.4 Flowchart Ekstraksi 34

3.2.2 Perancangan Antar Muka Pengguna 36

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem

4.1 Implementasi Sistem 45

4.1.1 Implementasi Karakter Penanda 45

4.1.2 Implementasi Password 47

4.1.3 Implementasi Least Significant Bit 48

4.1.4 Tampilan Halaman Aplikasi 52

4.1.4.1 Tampilan Halaman Pilihan 52

4.1.4.2 Tampilan Halaman Stego 53

4.1.4.3 Tampilan Halaman Ekstraksi 53

4.2 Pengujian Sistem 54

4.2.1 Pengujian Algoritma 55

4.2.1.1 Pengujian Algoritma Daya Tampung 55 4.2.1.2 Pengujian Algoritma Embedding 55 4.2.1.3 Pengujian Algoritma Ekstraksi 57

4.2.2 File Pengujian 60

4.2.3 Hasil Pengujian 61

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 67

5.2 Saran 68

Daftar Pustaka 69


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Fungsi Pada Properti Yang Digunakan Proses Embedding 39 Tabel 3.2 Fungsi Pada Properti Yang Digunakan Proses Ekstraksi 43 Tabel 4.1 Pseudocode Dan Algoritma Karakter Penanda Embedding 46 Tabel 4.2 Pseudocode Dan Algoritma Karakter Penanda Ekstraksi 46

Tabel 4.3 Pseudocode Dan Algoritma Password 47


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 5

Gambar 2.1 Embedding Citra 12

Gambar 2.2 Ekstraksi Citra 12

Gambar 2.3 Representasi Citra Digital 17

Gambar 2.4 Contoh Citra Biner 18

Gambar 2.5 Perbandingan Gradasi Warna 19

Gambar 2.6 Contoh Citra Warna 20

Gambar 2.7 Citra Yang Agak Kabur (a) Citra Yang Telah Diperbaiki (b) 20 Gambar 2.8 Citra Yang Agak Gelap (a) Citra Yang Telah Diperbaiki (b) 22 Gambar 2.9 Citra Yang Blur (a) Dan Citra Yang Telah Deblurring (b) 23 Gambar 2.10 Citra Sebelum Dimampatkan Yang Telah Dimampatkan (b) 24 Gambar 2.11 Citra Hasil Kamera Digital Dan Citra Hasil Pendeteksi Tepi 25

Gambar 3.1 Representasi Atribut Stegomedium 29

Gambar 3.2 Tahapan Proses Steganografi 30

Gambar 3.3 Flowchart Embedding - Ekstraksi 32

Gambar 3.4 Flowchart Daya Tampung 33

Gambar 3.5 Flowchart Embedding 34

Gambar 3.6 Flowchart Ekstraksi 35

Gambar 3.7 Tampilan Rancangan Form Pilihan 36

Gambar 3.8 Tampilan Rancangan Form Embedding 37

Gambar 3.9 Tampilan Rancangan Form Embedding 38

Gambar 3.10 Tampilan Rancangan Form Ekstraksi 41

Gambar 3.11 Tampilan Rancangan Form Ekstraksi 42

Gambar 4.1 Citra Induk 49

Gambar 4.2 Citra Anak 50

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Pilihan 52

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Stego 53

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Ekstraksi 54

Gambar 4.6 Histogram Citra Induk 61

Gambar 4.7 Histogram Stegoimage 62

Gambar 4.8 Citra Induk 63

Gambar 4.9 Stegoimage 63

Gambar 4.10 Histogram Hiddenimage 64

Gambar 4.11 Histogram Citra Anak 64

Gambar 4.12 Citra Anak 65


(12)

ABSTRAK

Kemajuan teknologi komputer yang sangat bermanfaat pada kehidupan manusia sekarang adalah kecepatan dalam menyampaikan informasi dari tempat yang jauh yaitu melalui Internet. Dalam pengiriman informasi tersebut terdapat masalah yang mengganggu keamanan yang dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan mengubah bahkan mengganti informasi dalam citra digital yang disampaikan. Penulis menggunakan steganografi dengan metode Least Significan Bit yang akan menyembunyikan informasi berupa citra digital kedalam media citra digital lain. Bit-bit citra digital yang akan disembunyikan disubsitusi ke dalam LSB media citra lain. Setelah dianalisis dan diimplementasikan menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0 diperoleh bahwa media citra yang disisipkan citra penting masih tampak seperti normal sehingga tidak menimbulkan kecurigaan bagi orang yang melihat. Kemudian disediakan juga password agar keamanan lebih maksimal. Perubahan yang terjadi hanyalah perubahan nilai – nilai RGB yang begitu kecil yang secara visual tidak akan tampak. Kemudian jika di ekstraksi maka akan didapat kembali citra penting secara utuh. Dengan demikian, kriteria – kriteria steganografi yang baik yaitu imperceptibility, fidelity dan recovery dapat terpenuhi.


(13)

IMPLEMENTATION OF THE LEAST SIGNIFICANT BIT FOR DIGITAL IMAGE SECURITY IN IMAGE MEDIA

ABSTRACT

Today, one of the most beneficial to human life is Internet. Information can be transmitted from far place through Internet. There is a problem usually faced when transmitting information, that is done by irresponsible people by editing or even changing the information on digital image. Steganography using Least Significant Bit method is used to hide an image in another image. Digital image bits that is wanted to be hidden will be substituted to the other media’s LSB. After analization and implementation using Visual Basic 6.0, the image with hidden message have to be similar to the original image to prevent people suspected that there are messages hidden on it. There is also password protection to maximize the security. The difference between the original image and the image with hidden message cannot be distinguish visually because the difference is only on the value of RGB bits of the images. Extracting the image will retrieve the hidden image. Therefore, the steganography criteria such as imperceptibility, fidelity and recovery can be fulfilled.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi komputer berperan penting pada kehidupan manusia. Dari hal yang kecil sampai ke berbagai hal yang sangat rumit sekalipun bisa dikerjakan menggunakan teknologi komputer. Contoh paling nyata dari kemajuan teknologi komputer yang dirasakan oleh kebanyakan orang adalah kecepatan dalam menyampaikan informasi dari tempat yang jauh yaitu melalui Internet. Dalam proses penyampaian informasi tersebut terdapat masalah keamanan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, misalnya dengan mengubah bahkan mengganti informasi yang disampaikan. Oleh karena itu, harus ada solusi yang tepat untuk kasus ini, apalagi jika informasi yang dikirim bersifat sangat rahasia dan penting.

Steganografi merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam pengamanan informasi, yaitu dengan menyembunyikan informasi ke dalam media digital dengan metode tertentu agar tidak tampak perbedaan secara visual antara file asli dengan file yang telah disisipi informasi (stegoimage) sehingga tidak diketahui oleh steganalis (orang yang dapat memecahkan

stegoimage tanpa mengetahui kunci yang ada). Data digital yang dapat

menjadi tempat/media data yang akan disembunyikan (stegomedium) pada steganografi adalah gambar/citra, audio, dan video.

Salah satu metode steganografi adalah Least Significant Bit (LSB). Metode modifikasi LSB tergolong metode yang menggunakan teknik substitusi. Metode LSB menyembunyikan data rahasia dalam


(15)

piksel-piksel yang tidak signifikan (least significant pixel) dari stegomedium. Pengubahan nilai piksel-piksel yang tidak signifikan pada dasarnya memberikan pengaruh terhadap stegomedium, tetapi karena perubahan yang terjadi sangat kecil, sehingga tidak tertangkap oleh indra manusia. Banyak penelitian steganografi tentang metode ini, tetapi informasi yang disembunyikan hanya sebatas teks. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (2005) didapat kesimpulan bahwa metode LSB baik digunakan sebagai metode steganografi karena memiliki keunggulan yaitu, tidak dibutuhkan citra digital pembanding untuk mengembalikan data, waktu yang dibutuhkan untuk penyembunyian data cepat dan penurunan kualitas citra digital yang dihasilkan relatif kecil.

Juga telah diteliti oleh Ronny (2009) bahwa korelasi dan entropi dari gambar sebelum dan sesudah melakukan data mixing hampir sama, sehingga

file gambarnya pun tidak akan terlihat berubah dan tidak akan diketahui oleh

mata manusia. Inilah yang menjadi faktor yang mampu meningkatkan level keamanan dari steganografi.

Alwan et al (2005) menyatakan bahwa metode embedding gambar adalah salah satu metode kompresi yang baik dalam hal penyediaan ruang memori. Kedua LSB digunakan untuk menyimpan informasi dari teks-biner yang diformat dan dikodekan menggunakan kode karakter ASCII. Aspek penting lain dari metode yang dipakai adalah delapan bit per piksel dalam sebuah gambar dapat disusun kembali untuk mewakili semua informasi yang berhubungan dengan gambar yang sama atau menyembunyikan informasi. Karena hanya dua bit yang digunakan tidak berpengaruh pada tampilan gambar dibandingkan dengan yang asli.

Penelitian steganografi dengan menggunakan LSB yang banyak dilakukan sekarang ini hanya sebatas teks padahal citra/gambar merupakan suatu media informasi yang penting yang juga memerlukan privasi. Oleh


(16)

karena itu, akan dilakukan penelitian steganografi informasi berupa citra ke dalam media citra dengan metode LSB yang mensubsitusi bit-bit terakhir dari RGB anak (citra asli) ke dalam RGB induk (stegomedium) sehingga secara visual tidak akan tampak efek dari perubahan bit-bit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan steganografi menggunakan media citra.

2. Bagaimana metode Least Significant Bit dapat menyelesaikan proses steganografi yang digunakan pada penelitian ini.

3. Bagaimana menyembunyikan citra digital ke dalam media citra agar steganalis kesulitan mengetahui keberadaan informasi yang disisipkan tetapi mudah dibuka oleh pihak yang berhak.

4. Bagaimana melakukaan ekstraksi stegoimage sehingga citra yang disembunyikan didapat kembali secara utuh.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan steganografi pada media citra dengan metode Least Significant Bit yang akan diimplementasikan pada sebuah aplikasi penyembunyian pesan berupa citra digital ke dalam media citra digital lain sehingga steganalis kesulitan mengetahui keberadaan pesan tetapi mudah untuk diekstraksi oleh pihak yang berhak.


(17)

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan tidak meluasnya pokok bahasan, maka penulis memberikan batasan–batasan masalah sebagai berikut :

1. Aplikasi yang dibangun hanya akan memproses penyembunyian citra digital di dalam media dan mengekstraksi kembali sesuai dengan citra aslinya.

2. Metode steganografi yang digunakan adalah Least Significant Bit yaitu dengan mengkonversi RGB citra anak ke RGB citra induk.

3. Jenis format citra yang dapat diproses adalah gif, jpg/jpeg dan bitmap (bmp).

4. Kunci (key) pada proses embedding juga merupakan kunci (key) pada proses ekstraksi yang berbentuk alpha numeric dengan panjang minimum 4 karakter dan maksimum 20 karakter.

5. Aplikasi penelitian ini dibangun menggunakan Visual Basic 6.0.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian steganografi menggunakan metode Least

Significant Bit ini adalah memberikan keamanan pada citra digital yaitu

dengan memperhatikan kriteria steganografi yang baik yaitu

imperceptibility, fidelity dan recovery sehingga sulit diketahui keberadaan

informasi tersebut oleh steganalis.


(18)

Kerangka pemikiran merupakan urut-urutan logis proses untuk dapat memecahkan suatu masalah penelitian. Gambar 1.1 menunjukkan kerangka pemikiran aplikasi yang akan dibangun. Langkah pertama yaitu membuka

file citra. Format citra digital yang dapat diproses adalah gif, jpg dan bmp.

Setelah itu dilakukan analisa citra yang terbagi atas dua proses yaitu

embedding dan ekstraksi. Pada analisa citra embedding, citra induk harus

lebih besar dari citra anak dan pada ekstraksi akan dianalisa bahwa

stegoimage yang dibuka adalah hasil dari embedding sebelumnya.

Kemudian dilakukanlah proses embedding atau ekstraksi yang akan menghasilkan stegoimage dari proses embedding dan hiddenimage dari proses ekstraksi.

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Citra Digital 

(dalam format gif, jpg, bmp)

Analisa Citra Embedding 

atau Ekstraksi

Proses Embedding  

atau Ekstraksi


(19)

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang akan digunakan adalah:

1. Studi Literatur

Metode yang dipakai dalam mengumpulkan, membaca dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan steganografi, Least Significant Bit dan pengolahan citra yang bersumber dari buku-buku, artikel, e-journal,

e-book maupun dari situs Internet.

2. Perancangan Sistem

Desain yang akan dirancang adalah struktur program yang akan digunakan untuk implementasi steganografi dengan metode Least

Significant Bit.

3. Implementasi Sistem

Pada tahap ini sistem akan diimplementasikan dalam bentuk aplikasi menggunakan bahasa pemograman Visual Basic 6.0 sesuai dengan perancangan yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Pengujian Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengujian sistem yang mencakup apakah implementasi telah sesuai dengan teori, atau apakah program mengalami kesalahan. Perbaikan program akan dilakukan jika ditemukan kesalahan.

5. Dokumentasi Sistem

Pembuatan dokumentasi sistem dari seluruh tahap yang telah dilakukan, lengkap dengan analisis yang telah diperoleh.


(20)

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai berikut:

BAB I . PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang dibahas dalam skripsi ini, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini merupakan tinjauan teoritis yang berkaitan dengan steganografi,

Least Significant Bit dan pengolahan citra yang akan digunakan dalam

analisis, perancangan dan implementasi penelitian.

BAB III. ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini menjelaskan tentang analisis pada perangkat yang akan digunakan untuk membangun sistem dan juga perancangan sistem dari hasil analisis yang telah dilakukan.

BAB IV. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini mencakup hasil penelitian dan pembahasan serta pengujian yang berupa implementasi dari sistem yang telah dianalisis dan dirancang sebelumnya dalam bentuk perangkat lunak steganografi image yang dibangun dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0.


(21)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya.


(22)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Steganografi

2.1.1 Sejarah Steganografi

Teknik steganografi ini sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu di kota Menet Khufu, Mesir. Awalnya adalah penggunaan hieroglyphic yakni menulis menggunakan karakter-karakter dalam bentuk gambar. Ahli tulis menggunakan tulisan Mesir kuno ini untuk menceritakan kehidupan majikannya. Tulisan Mesir kuno tersebut menjadi ide untuk membuat pesan rahasia saat ini. Oleh karena itulah, tulisan Mesir kuno yang menggunakan gambar dianggap sebagai steganografi pertama di dunia (Ariyus, 2009).

Tidak hanya bangsa Mesir saja, bangsa-bangsa lain juga telah mengggunakan teknik steganografi pada masa lalu, yaitu :

1. Teknik steganografi yang lain adalah tinta yang tidak tampak (invisible ink) yaitu dengan menggunakan air sari buah jeruk, urin atau susu sebagai tinta untuk menulis pesan. Cara membacanya adalah dengan dipanaskan di atas api. Tinta yang sebelumnya tidak terlihat, ketika tekena panas akan menjadi gelap sehingga dapa dibaca. Teknik ini digunakan oleh bangsa Romawi yang juga digunakan pada Perang Dunia II.


(23)

2. Bangsa Cina menggunakan cara yang berbeda pula, yaitu manusia sebagai media pembawa pesan. Orang itu akan dicukur rambutnya sampai botak dan pesan akan dituliskan di kepalanya. Kemudian pesan akan dikirimkan ketika rambutnya sudah tumbuh.

3. Pada masyarakat Yunani kuno teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan lilin sebagai media pembawa pesan. Lembaran pesan akan ditutup dengan lilin. Untuk melihat isi pesan, pihak penerima harus memanaskan lilin terlebih dahulu.

4. Pada Perang Dunia II, bangsa Jerman menggunakan microdots untuk berkomunikasi. Penggunaan teknik ini digunakan pada microfilm

chip yang harus diperbesar sekitar 200 kali. Jerman menggunakan

teknik ini untuk kebutuhan perang sehingga pesan rahasia strategi tidak diketahui pihak lawan. Karena pada saat itu teknik ini merupakan teknologi baru yang belum bisa digunakan lawan.

2.1.2 Pengertian Steganografi

Steganografi merupakan seni komunikasi rahasia dengan menyembunyikan pesan pada objek yang tampaknya tidak berbahaya. Keberadaan pesan steganografi adalah rahasia. Istilah Yunani ini berasal dari kata Steganos, yang berarti tertutup dan Graphia, yang berarti menulis (Cox et al, 2008).

Steganografi adalah jenis komunikasi yang tersembunyi, yang secara harfiah berarti "tulisan tertutup." Pesannya terbuka, selalu terlihat, tetapi tidak terdeteksi bahwa adanya pesan rahasia. Deskripsi lain yang populer untuk steganografi adalah Hidden in Plain Sight yang artinya tersembunyi


(24)

di depan mata. Sebaliknya, kriptografi adalah tempat pesan acak, tak dapat dibaca dan keberadaan pesan sering dikenal (Kipper, 2004).

Istilah steganografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu steganos yang berarti penyamaran atau penyembunyian dan graphein yang berarti tulisan. Jadi, steganografi bisa diartikan sebagai seni menyembunyikan pesan dalam data lain tanpa mengubah data yang ditumpanginya tersebut sehingga data yang ditumpanginya sebelum dan setelah proses penyembunyian hampir terlihat sama (Ariyus, 2009).

Steganografi adalah seni dan ilmu berkomunikasi dengan cara menyembunyikan keberadaan komunikasi itu. Berbeda dengan Kriptografi, di mana musuh diperbolehkan untuk mendeteksi, menangkal dan memodifikasi pesan tanpa bisa melanggar keamanan tempat tertentu yang dijamin oleh suatu cryptosystem, tujuan dari steganografi adalah untuk menyembunyikan pesan dalam pesan berbahaya lainnya dengan cara yang tidak memungkinkan musuh apapun bahkan untuk mendeteksi bahwa ada pesan kedua. Secara umum, teknik steganografi yang baik harus memiliki visual / imperceptibility statistik yang baik dan payload yang cukup (Kekre

et al, 2008).

2.1.3 Kriteria Steganografi Yang Baik

Menurut Munir (2006) Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam steganografi, yaitu :

1. Imperceptibility. Keberadaan pesan rahasia tidak dapat dipersepsi

oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra stegotext sukar dibedakan oleh mata


(25)

dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka indera telinga tidak dapat mendeteksi perubahan pada audio stegotext-nya.

2. Fidelity. Mutu stegomedium tidak berubah banyak akibat penyisipan.

Perubahan tersebut tidak dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra

stegotext sukar dibedakan oleh mata dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka audio stegotext tidak rusak dan indera

telinga tidak dapat mendeteksi perubahan tersebut.

3. Recovery. Pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan

kembali. Karena tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam stegotext harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.

2.1.4 Teknik Steganografi

Menurut Ariyus (2009), ada tujuh teknik dasar yang digunakan dalam steganografi, yaitu :

1. Injection, merupakan suatu teknik menanamkan pesan rahasia secara

langsung ke suatu media. Salah satu masalah dari teknik ini adalah ukuran media yang diinjeksi menjadi lebih besar dari ukuran normalnya sehingga mudah dideteksi. Teknik ini sering juga disebut

embedding.

2. Substitusi, data normal digantikan dengan data rahasia. Biasanya, hasil teknik ini tidak terlalu mengubah ukuran data asli, tetapi tergantung pada file media dan data yang akan disembunyikan. Teknik substitusi bisa menurunkan kualitas media yang ditumpangi.


(26)

3. Transform Domain, teknik ini sangat efektif. Pada dasarnya,

transformasi domain menyembunyikan data pada transform space. Akan sangat lebih efektif teknik ini diterapkan pada file berekstensi JPG.

4. Spread Spectrum, sebuah teknik pengtransmisian menggunakan

pseudo-noise code, yang independen terhadap data informasi sebagai

modulator bentuk gelombang untuk menyebarkan energi sinyal dalam sebuah jalur komunikasi (bandwidth) yang lebih besar daripada sinyal jalur komunikasi informasi. Oleh penerima, sinyal dikumpulkan kembali menggunakan replika pseudo-noise code tersinkronisasi.

5. Statistical Method, teknik ini disebut juga skema steganographic 1

bit. Skema tersebut menanamkan satu bit informasi pada media tumpangan dan mengubah statistik walaupun hanya 1 bit. Perubahan statistik ditunjukkan dengan indikasi 1 dan jika tidak ada perubahan, terlihat indikasi 0. Sistem ini bekerja berdasarkan kemampuan penerima dalam membedakan antara informasi yang dimodifikasi dan yang belum.

6. Distortion, metode ini menciptakan perubahan atas benda yang

ditumpangi oleh data rahasia.

7. Cover Generation, metode ini lebih unik daripada metode lainnya

karena cover object dipilih untuk menyembunyikan pesan. Contoh dari metode ini adalah Spam Mimic.


(27)

Secara umum, terdapat dua proses didalam steganografi. Yaitu proses

embedding untuk menyembunyikan pesan dan ekstraksi untuk

mengekstraksi pesan yang disembunyikani. Proses-proses tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1 menunjukkan proses penyembunyian pesan dimana di bagian pertama, dilakukan proses embedding hiddenimage yang hendak


(28)

disembunyikan secara rahasia ke dalam stegomedium sebagai media penyimpanan, dengan memasukkan kunci tertentu (key), sehingga dihasilkan media dengan data tersembunyi di dalamnya (stegoimage). Pada Gambar 2, dilakukkan proses ekstraksi pada stegoimage dengan memasukkan key yang sama sehingga didapatkan kembali hiddenimage. Kemudian dalam kebanyakan teknik steganografi, ekstraksi pesan tidak akan mengembalikan stegomedium awal persis sama dengan stegomedium setelah dilakukan ekstraksi bahkan sebagian besar mengalami kehilangan. Karena saat penyimpanan pesan tidak dilakukan pencatatan kondisi awal dari stegomedium yang digunakan untuk menyimpan pesan (Cox et al, 2008).

2.2 Least Significant Bit

Strategi penyembunyian data citra yang digunakan untuk menyisipkan citra kedalam media citra adalah dengan metode Least Significant Bit (LSB). Dimana bit data citra akan digantikan dengan bit paling rendah dalam media citra. Pada file citra 24 bit setiap piksel pada citra terdiri dari susunan tiga warna, yaitu merah, hijau dan biru (RGB) yang masing-masing disusun oleh bilangan 8 bit ( 1 byte ) dari 0 sampai 255 atau dengan format biner 00000000 sampai 11111111. Informasi dari warna biru berada pada bit 1 sampai bit 8, dan informasi warna hijau berada pada bit 9 sampai dengan bit 16, sedangkan informasi warna merah berada pada bit 17 sampai dengan bit 24.

Menurut Kekre et al (2008) istilah algoritma substitusi LSB adalah skema yang paling sederhana untuk menyembunyikan pesan dalam sebuah citra host. Ia mengganti bit yang tidak signifikan dari masing-masing piksel dengan sedikit aliran pesan terenkripsi. Penerima dapat mengambil pesan dengan menguraikan LSB dari setiap piksel dari stegoimage dengan kunci


(29)

yang diberikan. Karena hanya sedikit yang signifikan dari piksel yang berubah maka secara visual tidak terlihat oleh manusia.

Metode LSB merupakan teknik substitusi pada steganografi. Biasanya, arsip 24-bit atau 8-bit digunakan untuk menyimpan citra digital. Representasi warna dari piksel–piksel bisa diperoleh dari warna–warna primer, yaitu merah, hijau dan biru. Citra 24-bit menggunakan 3 byte untuk masing–masing piksel, dimana setiap warna primer direpresentasikan dengan ukuran 1 byte. Penggunaan citra 24-bit memungkinkan setiap piksel direpresentasikan dengan nilai warna sebanyak 16.777.216. Dua bit dari saluran warna tersebut biasa digunakan menyembunyikan data yang akan mengubah jenis warna piksel-nya menjadi 64 warna. Hal itu akan mengakibatkan sedikit perbedaan yang tidak bisa dideteksi secara kasat mata oleh manusia (Ariyus, 2009).

Untuk menjelaskan metode ini, digunakan citra digital sebagai

stegomedium. Pada setiap byte terdapat bit yang tidak signifikan. Misalnya

pada byte 00011001, maka bit LSB-nya adalah 1. Untuk melakukan penyisipan pesan, bit yang paling tepat untuk diganti dengan bit pesan adalah bit LSB, sebab pengubahan bit tersebut hanya akan mengubah nilai byte-nya menjadi satu lebih tinggi atau satu lebih rendah. Sebagai contoh, urutan bit berikut ini menggambarkan 3 piksel pada stegomedium 24-bit.

(00100111 11101001 11001000) (00100111 11001000 11101001) (11001000 00100111 11101001)

Pesan yang akan disisipkan adalah karakter A yang nilai biner-nya adalah 01000001 (ASCII), maka akan dihasilkan stegoimage dengan urutan bit sebagai berikut:


(30)

(00100110 11101001 11001000) (00100110 11001000 11101000) (11001000 00100111 11101001)

Terlihat hanya tiga bit rendah yang berubah (bit dengan garis bawah), untuk mata manusia maka tidak akan tampak perubahannya. Secara rata-rata dengan metode ini hanya setengah dari data bit rendah yang berubah, sehingga bila dibutuhkan dapat digunakan bit rendah kedua bahkan ketiga (Lestriandoko, 2006).

2.3 Pengolahan Citra Digital

2.3.1 Pengertian Citra

Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra yang berupa output dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu media penyimpanan. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu kaya dengan informasi. Seperti peribahasa yang berbunyi “a picture worth a thousand

words” sebuah gambar bermakna lebih dari seribu kata. Maksudnya tentu

sebuah gambar lebih banyak memberikan informasi daripada disajikan dalam bentuk kata-kata (Hestiningsih, 2008).


(31)

Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada monitor televisi, foto sinar-X, foto yang tercetak dikertas foto, lukisan, pemandangan alam. Citra analog tidak dapat direpresentasikan dalam komputer sehingga tidak bisa diproses di komputer secara langsung. Oleh sebab itu, agar citra ini dapat diproses di komputer, proses konversi analog ke digital harus dilakukan terlebih dahulu. Citra analog dihasilkan dari alat-alat analog, seperti video kamera analog, kamera foto analog, WebCam, sensor rontgen untuk foto thorax, sensor gelombang pendek pada sistem radar, sensor ultrasound pada sistem USG dan lain-lain (Sutoyo et al, 2009).

2.3.1.2 Citra Digital

Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh komputer yang merupakan suatu array dari bilangan yang merepresentasikan intensitas terang pada point yang bervariasi (piksel). Piksel ini menghasilkan raster data citra. Suatu ukuran citra yang umum adalah 640 x 480 piksel dan 256 warna (8 bit per piksel) dan akan berisi kira-kira 300 kilobyte data. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang telah mengalami proses digitalisasi. Citra digital disimpan juga secara khusus di dalam file bit atau 8-bit. Citra 24-bit menyediakan lebih banyak ruang untuk menyembunyikan informasi. Semua variasi warna untuk piksel yang diperoleh dari tiga warna dasar: merah, hijau dan biru. Setiap warna dasar direpresentasikan dengan 1 byte, citra 24-bit menggunakan 3 byte per piksel untuk merepresentasikan suatu nilai warna dan 3 byte ini dapat direpresentasikan sebagai nilai hexadecimal, decimal, dan biner (Sutoyo et al, 2009).

Pada gambar 2.3. sebuah citra berukuran 235 x 235 piksel dapat dinyatakan dengan matriks yang berukuran sesuai dengan pikselnya atau biasa dinyatakan dalam ukuran N x M dimana N untuk baris dan M untuk


(32)

kolom. Kemudian diambil sebuah kotak kecil dari bagian citra itu. Maka monitor akan menampilkan sebuah kotak kecil. Namun, yang disimpan dalam memori komputer hanyalah direpresentasikan dengan matriks berukuran 15 x 15.

154  153  150  147  141  145  157 141 125 137 141 138 138  139  139 

123  150  158  155  147  154  176 139 176 154 121 145 140  137  135 

117  114  144  123  134  113  176 143 123 150 158 155 147  154  176 

106  110  113  147  158  165  134 187 117 114 144 123 134  113  176 

102  111  113  158  201  187  143 162 106 110 113 147 158  165  134 

102  103  163  160  176  164  147 126 102 111 113 158 201  187  143 

77  87  87  99  101  112  165 114 102 103 163 160 176  164  147 

68  54  66  78  89  101  65  94  113 158 201 187 143  201  187 

192  55  129  67  76  99  78  117 163 160 176 164 147  176  164 

196  197  99  88  65  56  105 95  87  99  101 112 165  101  112 

223  201  189  101  100  76  211 214 66  78  89  101 65  89  101 

237  205  231  143  143  189  214 198 129 67  76  99  78  76  99 


(33)

Gambar 2.3 Representasi Citra Digital

Dalam halaman Web, warna latar belakang direpresentasikan dengan bilangan 6 digit hexadecimal, yang aktualnya tiga ikatan merepresentasikan merah, hijau dan biru. Latar belakang putih akan mempunyai nilai FFFFFF yaitu 100% merah (FF), 100% hijau (FF) dan 100% biru (FF). Dengan nilai desimal 255,255,255 dan nilai biner adalah 11111111, 11111111, 11111111 yang merupakan tiga byte yang menghasilkan putih.

Steganografi pada media digital file citra digunakan untuk mengeksploitasi keterbatasan kekuatan sistem penglihatan manusia dengan cara menurunkan kualitas warna pada file citra yang belum disisipi pesan rahasia. Sehingga dengan keterbatasan tersebut manusia sulit menemukan gradasi penurunan kualitas warna pada file citra yang telah disisipi pesan rahasia.

2.3.2 Jenis-Jenis Citra Digital

Ada banyak cara untuk menyimpan citra digital di dalam memori. Cara penyimpanan menentukan jenis citra digital yang terbentuk. Beberapa jenis citra digital yang sering digunakan adalah:

1. Citra Biner (Monokrom)

Citra biner hanya memiliki 2 warna yaitu hitam dan putih. Dibutuhkan 1 bit di memori untuk menyimpan kedua warna ini.

208  221  231  246  214  213  215 199 39  156 111 105 132  100  76 


(34)

Bit 0 = warna hitam

Bit 1 = warna putih

Gambar 2.4 Contoh Citra Biner

2. Citra Grayscale

Banyaknya warna tergantung pada jumlah bit yang disediakan di memori untuk menampung kebutuhan warna ini. Semakin besar jumlah bit warna yang disediakan di memori, semakin halus gradasi warna yang terbentuk. Gambar 2.5 menunjukkan perbandingan gradasi warna untuk jumlah bit tertentu.

Gambar 2.5 Perbandingan Gradasi Warna 1 bit, 2 bit, 5 bit, 6 bit,


(35)

7 bit dan 8 bit.

3. Citra Warna

Setiap piksel pada citra warna memiliki warna yang merupakan kombinasi dari tiga warna dasar RGB (Red, Green, Blue). Setiap warna dasar menggunakan penyimpanan 8 bit = 1 byte, yang berarti setiap warna mempunyai gradasi sebanyak 255 warna. Berarti setiap piksel mempunyai kombinasi warna sebanyak 28 . 28 . 28 = 224 = 16 juta warna lebih. Itulah yang menjadikan alasan format ini disebut dengan true color karena mempunyai jumlah warna yang cukup besar sehingga bisa dikatakan hampir mencakup semua warna di alam.

Penyimpanan citra true color di dalam memori berbeda

dengan citra grayscale. Setiap piksel dari citra grayscale 256 gradasi warna diwakili oleh 1 byte. Sedangkan 1 piksel citra true color diwakili oleh 3 byte, dimana masing-masing byte merepresentasikan warna merah, hijau dan biru. Gambar 2.6 adalah contoh citra warna.


(36)

Gambar 2.6 Contoh Citra Warna

2.3.3 Pengolahan Citra

Pengolahan citra merupakan kegiatan memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia/mesin (komputer). Inputannya adalah citra dan keluarannya juga citra tapi dengan kualitas lebih baik daripada citra masukan. Misal citra yang warnanya kurang tajam, kabur (blur), mengandung noise (misal bintik-bintik putih) dan sebagainya perlu ada pemrosesan untuk memperbaiki citra karena citra tersebut menjadi sulit diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan menjadi berkurang.

(a) (b)

Gambar 2.7 Citra yang agak kabur (a) dan Citra yang telah diperbaiki (b)

Pengolahan citra adalah disiplin ilmu yang terdiri dari beberapa aspek, seperti: matematika, elektronika, fotografi, seni dan teknologi


(37)

komputer. Pada umumnya, disiplin ilmu pengolahan citra berkaitan dengan disiplin ilmu grafika komputer dan komputer vision, yaitu:

1. Grafika Komputer

Grafika komputer adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari proses menciptakan suatu gambar berdasarkan deskripsi objek maupun latar belakang yang terkandung pada gambar tersebut. Dengan kata lain grafika mencoba untuk memvisualisasikan suatu informasi menjadi citra. Jadi, input-nya berupa informasi mengenai citra yang akan digambar sedang output-nya citra.

2. Komputer Vision

Komputer vision merupakan disiplin ilmu yang mempelajari proses menyusun deskripsi tentang objek yang terkandung pada suatu gambar atau mengenal objek yang ada pada gambar. Komputer vision berusaha menerjemahkan citra menjadi deskripsi atau suatu informasi yang merepresentasikan citra tersebut. Jadi, input-nya berupa citra sedang output-nya berupa informasi.

3. Pengolahan Citra Digital

Pengolahan citra digital adalah disiplin ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan kontras, transformasi warna), transformasi gambar (rotasi,

translasi), melakukan pemilihan citra ciri (feature images) yang

optimal untuk tujuan analisis, melakukan proses penarikan informasi, melakukan kompresi atau reduksi data untuk tujuan penyimpanan, transmisi dan waktu proses data. Input pengolahan citra adalah citra sedang output-nya adalah citra hasil pengolahan.


(38)

Operasi-operasi yang dilakukan di dalam pengolahan citra banyak ragamnya. Namun, secara umum, operasi pengolahan citra dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis sebagai berikut:

a. Perbaikan kualitas citra (image enhancement).

Jenis operasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini, ciri-ciri khusus yang terdapat di dalam citra lebih ditonjolkan. Contoh-contoh operasi perbaikan citra:

1. perbaikan kontras gelap/terang

2. perbaikan tepian objek (edge enhancement) 3. penajaman (sharpening)

4. pemberian warna semu (pseudocoloring) 5. penapisan derau (noise filtering)

(a) (b)

Gambar 2.8 Citra yang agak gelap (a) dan Citra yang telah diperbaiki kontras gelap/terang (b)


(39)

Operasi ini bertujuan menghilangkan/meminimumkan cacat pada citra. Tujuan pemugaran citra hampir sama dengan operasi perbaikan citra. Bedanya, pada pemugaran citra penyebab degradasi gambar diketahui. Contoh-contoh operasi pemugaran citra:

1. penghilangan kesamaran (deblurring). 2. penghilangan derau (noise)

Gambar 2.9 adalah contoh operasi penghilangan kesamaran. Citra masukan adalah citra yang tampak kabur (blur). Kekaburan gambar mungkin disebabkan pengaturan fokus lensa yang tidak tepat atau kamera bergoyang pada pengambilan gambar. Melalui operasi

deblurring, kualitas citra masukan dapat diperbaiki sehingga tampak

lebih baik.

(a) (b)

Gambar 2.9 Citra yang blur (a) dan Citra yang telah deblurring (b)


(40)

Jenis operasi ini dilakukan agar citra dapat direpresentasikan dalam bentuk yang lebih kompak sehingga memerlukan memori yang lebih sedikit. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemampatan adalah citra yang telah dimampatkan harus tetap mempunyai kualitas gambar yang bagus. Contoh metode pemampatan citra adalah format JPEG. Pada gambar 2.10 (a) adalah citra maskot yang berukuran 158 Kb. Hasil pemampatan citra dengan format JPEG dapat mereduksi ukuran citra semula sehingga menjadi 88 Kb saja.

(a) (b)

Gambar 2.10 Citra sebelum dimampatkan (a) dan Citra setelah dimampatkan(b)

d. Segmentasi citra (image segmentation).

Jenis operasi ini bertujuan untuk memecah suatu citra ke dalam beberapa segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola.


(41)

Jenis operasi ini bertujuan menghitung besaran kuantitif dari citra untuk menghasilkan deskripsinya. Teknik pengorakan citra mengekstraksi ciri-ciri tertentu yang membantu dalam identifikasi objek. Proses segmentasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh-contoh operasi pengorakan citra:

1. Pendeteksian tepi objek (edge detection) 2. Ekstraksi batas (boundary)

3. Representasi daerah (region)

Gambar 2.11 adalah contoh operasi pendeteksian tepi pada citra hasil camera digital. Operasi ini menghasilkan semua tepi (edge) di dalam citra.

(a) (b)

Gambar 2.11 Citra hasil kamera digital (a) dan Citra hasil pendeteksian seluruh tepi (b)


(42)

Jenis operasi ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil proyeksi. Operasi rekonstruksi citra banyak digunakan dalam bidang medis. Misalnya beberapa foto rontgen dengan sinar X digunakan untuk membentuk ulang gambar organ tubuh.


(43)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PERANGKAT LUNAK

3.1 Analisis Sistem

3.1.1 Analisis Least Significant Bit

Strategi penyisipan citra kedalam media citra yang digunakan adalah dengan metode Least Significant Bit (LSB). Dimana setiap bit data citra akan digantikan dengan bit paling rendah didalam media citra.

Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari nilai RGB induk (stegomedium) dan RGB anak (citra asli) pada setiap bit citra. Adapun rumus yang dipakai untuk mencari RGB induk, yaitu :

R = PixInduk Mod 256 B = Int(PixInduk / 65536)

G = (PixInduk - (B * 65536) - R) / 256

R = (R And 240) B = (B And 240) G = (G And 240)

Untuk RGB citra anak dihasilkan dengan rumus :


(44)

B = Int(PixAnak / 65536)

G = (PixAnak - (B * 65536) - R) / 256

R = Int(R / 17) B = Int(B / 17) G = Int(G / 17)

Kemudian nilai bit pada RGB anak disisipkan ke nilai bit pada RGB citra induk dengan memakai rumus :

RGB = ((RI Or RA), (GI Or GA), (BI Or BA))

Dan jika dilakukan ekstraksi, akan didapat kembali nilai bit piksel RGB citra anak yang tadi, yaitu dengan rumus :

RGB anak = ((RI And 15) * 17, (GI And 15) * 17, (BI And 15) * 17)

Keterangan :

R= nilai bit pada warna merah G= nilai bit pada warna hijau B= nilai bit pada warna biru I = citra induk/stegomedium A= citra anak/hiddenimage

Misalkan nilai piksel suatu citra induk pada piksel (1,1) adalah 144 dan citra anak 78 maka dihasilkan nilai bit RGB citra anak dan induk pada piksel tersebut adalah :

Citra Induk :


(45)

B = int(144 / 65536) = 0

G = (144 - (0 * 65536) - 144) / 256 = 0

R = (144 And 240) = 144 B = (0 And 240) = 0 G = (0 And 240) = 0 Citra Anak :

R = 78 mod 256 = 78 B = int(78 / 65536) = 0

G = (78 - (0 * 65536) - 78) / 256 = 0

R = Int(78 / 17) = 4 R = 68 G = Int(0 / 17) = 0

B = Int(0 / 17) = 0

Maka nilai dari RGB citra anak akan di-OR-kan dengan nilai RGB dari citra induk :

RGB = ((RI Or RA), (GI Or GA), (BI Or BA)) RGB = ((144 Or 4), (0 Or 0), (0 Or 0))

RGB = (148,0,0)

Nilai bit RGB = 148 inilah yang menjadi nilai bit pada stegoimage. Secara logika, perubahan tidak akan tampak secara visual karena perubahan hanya terjadi di titik kecil yang hanya mengalami perubahan kontras warna dengan warna yang tetap. Kemudian untuk mengeluarkan warna RGB dari citra anak tersebut dilakukan dengan cara :

RGB anak = ((RI And 15) * 17, (GI And 15) * 17, (BI And 15) * 17) RGB anak = ((148 And 15) * 17, (0 And 15) * 17, (0 And 15) * 17) RGB anak = (68)


(46)

3.1.2 Analisis Stegomedium

Pada piksel (0,0), (1,0), (2,0), (3,0), (4,0) dan (5,0) stegomedium akan diletakkan beberapa atribut untuk memaksimalkan kinerja program. Atribut yang dimaksud adalah karakter penanda, dimensi untuk panjang dan lebar citra dan kunci (key). Gambar 3.1 merupakan representasi atribut

stegomedium.

(5,0) (3,0) dan (4,0) (0,0), (1,0) dan (2,0)

Gambar 3.1 Representasi Atribut Stegomedium

Pada piksel (0,0), (1,0) dan (2,0) diletakkan karakter bebas sebagai penanda bahwa ada data yang tersimpan didalam citra. Pada skripsi ini karakter penanda yang digunakan berupa numerik (7), (7) dan (7).


(47)

Pada piksel (3,0) dan (4,0) diletakkan dimensi citra agar bisa digunakan kembali pada saat citra dikeluarkan sehingga dimensinya dapat ditampilkan pada informasi citra.

Pada piksel (5,0) diletakkan kunci yang digunakan yang digunakan pada kedua proses embedding dan ekstraksi.

3.1.3 Analisis Proses Steganografi

Gambar 3.2 dibawah ini merupakan gambaran tentang bagaimana proses sistem yang akan dibangun. Pada bagian awal buka citra induk yang akan dihitung daya tampung maksimalnya. Bagian selanjutnya dimasukkan citra anak yang akan disisipkan dan dihitung juga total datanya. Setelah itu, akan dibandingkan daya tampung maksimal dengan total data jika daya tampung lebih besar dari total data maka akan dilanjutkan ke proses berikutnya tetapi jika daya tampung lebih kecil atau sama dengan total data maka akan muncul pesan kesalahan. Kemudian dilanjutkan dengan proses embedding yaitu penyembunyian data ke dalam media.

Setelah proses embedding berhasil dilakukan akan didapatkan citra

hasil yaitu stegoimage, jika pada citra hasil ini dilakukan proses ekstraksi, yaitu proses pengeluaran kembali bit-bit yang telah disisipkan ke media citra, akan dihasilkan kembali data berupa citra yaitu hiddenimage.

Buka Citra Induk Hitung daya tampung maks. Buka Citra Anak Bandingkan daya


(48)

Gambar 3.2 Tahapan Proses Steganografi

3.2 Perancangan Sistem

Program yang dirancang pada penelitian ini bertujuan untuk menyembunyikan atau menyisipkan data penting berupa citra ke dalam sebuah media citra. Saat program dijalankan pengguna akan memilih antara dua proses yang disediakan yaitu embedding atau ekstraksi. Kemudian membuka citra sebagai stegoimage dan citra sebagai

hiddenimage. Sebelum melakukan proses, pengguna akan diminta untuk

memberikan kunci terlebih dahulu kedalam sistem yang dibangkitkan dari media citra agar data lebih aman. Selanjutnya barulah dilakukan proses steganografi.

3.2.1 Flowchart

Proses Embedding


(49)

Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan

urutan-urutan prosedur dari suatu program. Tujuan utama dari penggunaan

flowchart adalah untuk menggambarkan suatu tahapan penyelesaian

masalah secara sederhana, terurai, rapi dan jelas dengan menggunakan simbol-simbol yang standar. Dalam perancangan aplikasi ini digunakan bagan alir (flowchart) untuk menjelaskan proses kerja dari perangkat lunak yang dirancang.

3.2.1.1 Flowchart Embedding - Ekstraksi

Flowchart embedding – ekstraksi merupakan flowchart aplikasi secara

keseluruhan. Dimulai dari membuka citra induk dan melakukan proses terdefenisi hitung daya tampung. Buka citra anak kemudian melakukan proses decision maksimal daya tampung lebih besar dari total data citra. Jika salah proses berakhir, tetapi jika jawaban benar maka akan melakukan proses terdefenisi embedding dan hasilnya adalah stegoimage. Selanjutnya

stegoimage akan diekstraksi yang akan menghasilkan hiddenimage dan


(50)

Gambar 3.3 Flowchart Embedding – Ekstraksi


(51)

3.2.1.2 Flowchart Daya Tampung

Untuk menghindari terjadinya kelebihan data citra dibandingkan dengan daya tampung maka dilakukan perhitungan terhadap keduanya agar data yang disembunyikan bisa disesuaikan dengan daya tampung media. Dibawah ini flowchart untuk menghitung daya tampung maksimal media dan total data yang akan disembunyikan.

Gambar 3.4 Flowchart Daya Tampung

3.2.1.3 Flowchart Embedding

Untuk menyembunyikan data citra kedalam media citra dilakukan dengan menjumlahkan nilai RGB anak dengan RGB induk. Dibawah ini flowchart proses penyisipannya. Proses dimulai dari pemberian nilai awal, kemudian input password. Selanjutnya komputer akan memasukkan password dan karakter penanda ke bit citra induk. Kemudian ambil piksel induk dan anak dari 0,0 yang akan dikonversi. Setelah dikonversi, gabungkan citra anak ke induk dengan logika OR. Selanjutnya dilakukan proses perulangan agar seluruh piksel tidak ada yang tertinggal untuk diproses yaitu dengan Y = Y


(52)

+ 1 sehingga piksel yang dikerjakan selanjutnya adalah 0,1. Kemudian Y < Ymaks.-1 yang artinya jika benar 1 lebih kecil dari Ymaks. maka akan berlanjut sampai dengan Ymaks. Jika tidak akan dilanjutkan dengan menghitung X yang juga sampai dengan piksel Xmaks. Hasilnya dari embedding akan menghasilkan stegoimage dan proses berakhir.


(53)

3.2.1.4 Flowchart Ekstraksi

Untuk mengeluarkan nilai RGB data yang ada didalam stegoimage dilakukan proses ekstraksi untuk menghasilkan citra anak. Dibawah ini

flowchart dari ekstraksi. Proses dimulai dari pemberian nilai awal,

kemudian input password. Selanjutnya komputer akan mengecek apakah

password yang dimasukkan sama dengan password yang ditanam pada stegoimage. Jika salah proses akan berakhir tetapi jika benar maka akan

diambil piksel dari stegoimage untuk mengeluarkan nilai bit hiddenimage dengan AND 15 * 17. Piksel yang diproses terlebih dahulu adalah 0,0 dan selanjutnya dilakukan proses perulangan agar seluruh piksel tidak ada yang tertinggal untuk diproses yaitu dengan Y = Y + 1 sehingga piksel yang dikerjakan selanjutnya adalah 0,1. Kemudian Y < Ymaks.-1 yang artinya jika benar 1 lebih kecil dari Ymaks. maka akan berlanjut sampai dengan Ymaks. Jika tidak akan dilanjutkan dengan menghitung X yang juga sampai dengan piksel Xmaks. Hasilnya dari ekstrkasi akan menghasilkan


(54)

Gambar 3.6 Flowchart Ekstraksi 3.2.2 Perancangan Antar Muka Pengguna

Antar muka pemakai (user interface) adalah tampilan program yang dapat dilihat, didengar atau dipersepsikan oleh pengguna dan perintah-perintah


(55)

atau mekanisme yang digunakan pemakai untuk mengendalikan operasi dan memasukkan data.

Berikut ini merupakan perancangan antarmuka aplikasi steganografi citra kedalam media citra yang dirancang dengan 3 (tiga) buah antarmuka, yaitu:

1. Form Pilihan

Gambar 3.7 Tampilan Rancangan Form Pilihan

Gambar 3.3 merupakan tampilan rancangan form pilihan. Form pilihan adalah form pembuka dari aplikasi ini. Terdiri atas 3 bagian yaitu bagian atas sebagai informasi nama dari aplikasi. Kemudian bagian utama/tengah terdapat 2 buah tombol untuk menentukan proses yang akan dilakukan. Tombol “Embedding” merupakan link ke halaman proses embedding, sedangkan tombol “Ekstraksi” adalah link ke halaman proses ekstraksi. Sedangkan pada bagian bawah terdapat tombol “Keluar” yang merupakan

link untuk keluar jika tidak ingin melakukan proses apapun.

Implementasi Least Significant Bit untuk Pengamanan Citra Digital di dalam Media Citra

Sebagai tugas akhir skripsi oleh : A.Affandi Asyad Siregar

S-1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara

APLIKASI STEGANOGRAFI DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT (LSB)

Pilih proses yang akan dilakukan :

Embedding Ekstraksi


(56)

2. Form Embedding

picture1

picture2

Command 1 Command 2

Command 3 Command 4 RichTextBox1 RichTextBox2 Label1 Label3 Label4 Label5 image2 image1 Progress Bar Label2 Frame1

Label6 Label7 Label8 Command7 Command8 Command dialog Frame2 Option1 Option2 Command5 Command6


(57)

(58)

(59)

Form embedding ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses penyembunyian data citra. Dimana pengguna akan memanggil data citra yang akan disisipkan atau disembunyikan dan kemudian memilih citra yang akan digunakan sebagai tempat penyisipan data citra. Dalam form ini terdapat 1 buah command dialog, 8 buah command button, 2 buah image, 2 buah picture box, 8 label, 2 frame dan 2 RichTexBox.

Tabel 3.1 Fungsi pada properti yang digunakan proses embedding

No Objek Name Fungsi

1 Image1 imgInduk Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox1 sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

2 Image2 imgAnak Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox 2 sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

3 Picturebox1 picInduk Tempat menampung media citra. 4 Picturebox2 picAnak Tempat menampung data citra

5 Commondialog cdPicture Untuk menampilkan kotak dialog sebagai tempat pemilihan citra

6 Command1 cmdOpen1 Sebagai tombol buka untuk membuka pilihan citra

7 Command2 cmdSave Sebagai tombol simpan yang

berfungsi untuk menyimpan citra yang telah disisipkan data citra. 8 Command3 cmdProses Sebagai tombol proses yang akan

melakukan penyisipan data citra ke dalam media citra

9 Command4 Cmdkeluar Sebagai tombol untuk keluar dari program


(60)

10 Command5 CmdOpen Sebagai tombol untuk memilih citra 11 Command6 Cmdcancel Sebagai tombol untuk batalkan

pilihan

12 Command7 CmdFit1 Menampilkan citra induk dengan

ukuran sebenarnya

13 Command8 CmdFit2 Menampilkan citra anak/hasil

dengan ukuran sebenarnya

14 RichTextBox2 rtbInduk Sebagai Informasi dari citra induk 15 RichTextBox1 rtbAnak Sebagai Informasi dari citra anak 16 ProgressBar1 pbProses Untuk progress dari proses yang

berlangsung

17 Frame1 Frame1 Bingkai progress Bar

18 Frame2 Frame2 Bingkai Pilihan citra

19 Option1 Option1 Keterangan untuk buka citra induk 20 Option2 Option2 Keterangan untuk buka citra anak

21 Text1 Txtpass Inputan password

22 Label1 Label1 Nama citra induk

23 Label2 Label2 Nama citra anak

24 Label3 Label3 Nama citra hasil

25 Label4 Label4 Informasi citra induk

26 Label5 Label5 Informasi citra anak

27 Label6 LP1 Keterangan proses penyisipan

28 Label7 LP2 Keterangan proses penyisipan

29 Label8 LP3 Keterangan proses penyisipan


(61)

3. Form Ekstraksi

picture1

picture2

Command 1 Command 2

Command 3 Command 4 RichTextBox1

RichTextBox2 Label1

Label3

Label4 image1

Progress Bar

Label2 Frame1

Label5 Label6 Label7 Command5

Command6

Command dialog


(62)

(63)

(64)

Form Ektraksi ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pengeluaran data citra. Dimana pengguna akan memanggil citra yang berisi data kemudian melakukan ekstraksi untuk mengeluarkan data.

Tabel 3.2 Fungsi pada properti yang digunakan proses ekstraksi

No Objek Name Fungsi

1 Image1 imgInduk Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox1 sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

2 Image2 imgAnak Digunakan agar menampilkan citra

pada Picturebox 2 sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

3 Picturebox1 picInduk Tempat menampung media citra. 4 Picturebox2 picAnak Tempat menampung data citra

5 Commondialog cdPicture Untuk menampilkan kotak dialog sebagai tempat pemilihan citra

6 Command1 cmdOpen Sebagai tombol buka untuk

membuka pilihan citra

7 Command2 cmdSave Sebagai tombol simpan yang

berfungsi untuk menyimpan citra 8 Command3 cmdEktraksi Sebagai tombol Ekstraksi yang akan

melakukan pengeluaran data citra dari dalam media citra

9 Command4 Cmdkeluar Sebagai tombol untuk keluar dari program

10 Command5 CmdFit1 Menampilkan citra induk dengan ukuran sebenarnya

11 Command6 CmdFit2 Menampilkan citra hasil dengan ukuran sebenarnya

12 RichTextBox1 rtbInduk Sebagai Informasi dari citra induk 13 RichTextBox2 rtbAnak Sebagai Informasi dari data citra


(65)

14 ProgressBar1 pbProses Untuk progress dari proses yang berlangsung

15 Frame1 Frame1 Bingkai progress Bar

16 Text1 Txtpass Inputan password

16 Label1 Label1 Nama citra induk

17 Label2 Label2 Nama citra hasil

18 Label3 Label3 Informasi citra induk

19 Label4 Label4 Informasi citra anak

20 Label5 LP1 Keterangan proses penyisipan

21 Label6 LP2 Keterangan proses penyisipan

22 Label7 LP3 Keterangan proses penyisipan


(66)

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

4.1 Implementasi Sistem

Dari hasil perancangan sistem yang dilakukan, maka proses selanjutnya adalah tahap implementasi ke dalam bentuk aplikasi komputer. Dalam melakukan implementasi digunakan perangkat keras dan perangkat lunak sehingga aplikasi yang dibangun dapat diselesaikan dengan baik. Perangkat keras yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut :

1. Prosesor Pentium IV 3.0 GHz 2. RAM 1 Gb

3. Hardisk 80 GB 4. Kartu Grafik 128 Mb

Sedangkan perangkat lunak yang digunakan sebagai berikut : 1. Sistem Operasi Windows XP SP2

2. Microsoft Visual Basic 6.0

3. Adobe Photoshop Elements Editor

4.1.1 Implementasi Karakter Penanda

Karakter penanda ini bertujuan sebagai penanda pada stegomedium bahwa citra tersebut menampung hiddenimage dan merupakan hasil proses


(67)

embedding dari aplikasi ini. Sesuai pada perancangan sistem yang dibuat,

karakter penanda berupa numerik (7), (7) dan (7). Berikut implementasi karakter penanda pada saat embedding:

4.1.1.1 Tampilan Halaman Pilihan

Halaman pilihan merupakan halaman untuk memilih proses yang akan dilakukan yaitu embedding untuk menyisipkan citra atau ekstraksi untuk mengembalikan citra dari stegoimage. Terdapat juga tombol keluar jika tidak ingin melakukan proses apapun.


(68)

4.1.1.2 Tampilan Halaman Stego

Jika memilih tombol Embedding pada halaman pilihan maka akan muncul halaman stego seperti pada gambar 4.2. Pada halaman inilah akan dilakukan proses penyisipan citra anak ke citra induk.


(69)

Langkah pertama yang dilakukan untuk memulai proses embedding adalah memilih citra yang akan dijadikan sebagai citra anak dan citra induk. Dengan cara menekan tombol Buka, kemudian pilih Buka citra induk pada pilihan dan tekan tombol Buka.

Gambar 4.3 Tampilan Halaman Buka Citra Induk

Setelah memilih buka citra induk dan menekan tombol buka, akan muncul halaman pilih citra ke dalam local hard drives komputer seperti pada gambar 4.4 berikut.


(70)

Gambar 4.4 Tampilan Halaman Pilih Citra Induk

Setelah citra induk dipilih maka akan ditampilkan citra dan

informasi citra yang dipilih. Informasi citra yang ditampilkan adalah nama file citra, format, dimensi, widthbyets, planes, jumlah bit dan jumlah piksel.


(71)

Gambar 4.5 Tampilan Halaman Buka Citra Anak

Gambar 4.5 merupakan tampilan halaman buka citra anak. Dilakukan setelah membuka citra induk terlebih dahulu. Kemudian tekan tombol buka dan akan muncul halaman pilih citra ke dalam local hard


(72)

Gambar 4.6 Tampilan Halaman Buka Citra Anak

Gambar 4.7 adalah tampilan halaman setelah citra induk dan citra anak dipilih dan dibuka. Tampak kedua citra dengan informasi masing-masing


(73)

Gambar 4.7 Tampilan Halaman Citra Anak dan Citra Induk

Sebelum memulai proses embedding dengan menekan tombol Proses akan muncul halaman masukkan password anda. Pengguna dapat memasukkan password berupa alpha numeric dengan panjang maksimum 255 karakter.


(74)

Gambar 4.8 Tampilan Halaman Masukkan Password

Setelah password dimasukkan, proses akan dilakukan dengan menekan tombol proses. Proses embedding memerlukan waktu proses sesuai dengan besar citra. Jika citra semakin besar maka waktu proses yang dibutuhkan akan semakin lama. Gambar 4.9 merupakan tampilan halaman proses sedang dilakukan.


(75)

Gambar 4.9 Tampilan Halaman Proses Embedding

Kemudian jika proses embedding selesai akan muncul halaman proses penyembunyian sukses.


(76)

Gambar 4.10 Tampilan Halaman Proses Selesai

Langkah terakhir adalah menyimpan citra yang telah disisipkan data dengan menekan tombol Simpan.


(77)

Gambar 4.11 Tampilan Halaman Simpan

4.1.1.3 Tampilan Halaman Ekstraksi

Untuk Proses Ekstraksi citra dilakukan dengan membuka halaman pilihan dan pilih proses Ekstraksi. Proses ini merupakan proses pengeluaran nilai RGB citra anak dari stegoimage.


(78)

Gambar 4.12 Tampilan Halaman Ekstraksi

Langkah pertama yang dilakukan untuk memulai proses ekstraksi adalah memilih stegoimage. Dengan cara menekan tombol buka, akan muncul halaman pilih citra ke dalam local hard drives komputer.


(79)

Gambar 4.13 Tampilan Halaman Buka Stegoimage

Gambar 4.14 adalah tampilan halaman setelah stegoimage dipilih dan dibuka. Tampak citra dan informasi stegoimage.


(80)

Gambar 4.14 Tampilan Halaman Stegoimage

Gambar 4.15 merupakan tampilan halaman masukkan password ekstraksi. Password pada proses ekstraksi adalah password pada proses


(81)

Gambar 4.15 Tampilan Halaman Masukkan Password Ekstraksi

Setelah password dimasukkan, proses akan dilakukan dengan menekan tombol ekstraksi. Proses ekstraksi memerlukan waktu proses yang sama seperti pada proses embedding. Gambar 4.16 merupakan tampilan halaman proses sedang dilakukan.


(82)

Gambar 4.16 Tampilan Halaman Proses Ekstraksi

Kemudian jika proses ekstraksi selesai akan muncul halaman proses ekstraksi sukses dan akan tampak citra anak yang dikeluarkan dari


(83)

Gambar 4.17 Tampilan Halaman Proses Ekstraksi Selesai

Langkah terakhir dalam proses ekstraksi adalah menyimpan citra yang telah dikeluarkan dari nilai RGB stegoimage yaitu dengan menekan tombol simpan.


(84)

Gambar 4.18 Tampilan Halaman Simpan Hasil Ekstraksi

4.1.2 Tampilan Halaman Pendukung Aplikasi

Implementasi yang dilakukan tidak hanya memperhatikan proses utama saja, tetapi juga proses dimana bisa terjadi kesalahan sehingga pengguna tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan aplikasi.

Gambar 4.19 merupakan tampilan halaman jika menekan tombol Fit disebelah kiri atas PictureBox pada aplikasi. Disediakan dengan alasan pengguna dapat melihat citra yang digunakan secara jelas sesuai dengan


(85)

ukuran asli citra tersebut sehingga mengurangi kesalahan dalam pemilihan citra.

Gambar 4.19 Tampilan Halaman Fit to Windows

Aplikasi ini melakukan proses penyisipan nilai RGB citra anak ke dalam citra induk sehingga akan diperoleh keadaan dimana daya tampung maksimum citra induk harus lebih besar dari total data citra anak. Gambar 4.20 merupakan tampilan halaman peringatan bahwa citra anak lebih besar dari citra induk.


(86)

(87)

Gambar 4.21 Tampilan Halaman Peringatan Citra Tidak Ada

Gambar 4.21 adalah tampilan halaman peringatan bahwa data/ citra tidak ada sehingga proses tidak dapat dilakukan. Kemudian Gambar 4.22 merupakan tampilan halaman jika pengguna menekan tombol simpan sebelum proses dilakukan.


(88)

Gambar 4.22 Tampilan Halaman Peringatan Lakukan Proses Terlebih Dahulu

Kemudian pada proses ekstraksi jika terjadi kesalahan membuka citra yang bukan stegoimage maka akan muncul peringatan seperti pada gambar 4.23. Dan pada gambar 4.24 merupakan tampilan halaman peringatan bahwa password yang di input tidak sesuai dengan yang ditanam di stegoimage.


(89)

Gambar 4.23 Tampilan Halaman Peringatan Citra Tidak Stegoimage

Gambar 4.24 Tampilan Halaman Peringatan Password Stegoimage Salah

4.2 Pengujian Sistem

Setelah metode Least Significant Bit diimplementasikan dalam bentuk aplikasi dengan bahasa pemograman Visual Basic 6.0, selanjutnya dilakukan pengujian, apakah aplikasi yang dirancang dapat memenuhi kriteria steganografi yang baik yaitu imperceptibility, fidelity dan recovery.

4.2.1 Perangkat Pengujian

Pengujian aplikasi dilakukan menggunakan komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:


(90)

1. Tipe : Notebook Sony

2. Prosesor : Intel core i5 2.4 GHz

3. Memori : 4Gb DDR3

4. Kartu Grafis : GeForce GT 330M

5. Sistem Operasi : Microsoft Windows XP SP2

4.2.2 File Pengujian

File yang diuji berupa citra digital dengan resolusi sedang karena jika menggunakan citra resolusi yang besar, waktu proses akan lebih lama yaitu sebagai berikut :

1. Citra Induk

Nama file : Pemandangan2.jpg Format : JPG

Dimensi : 800 x 600 Ukuran file : 96,9 Kb

2. Citra Anak

Nama file : Peta_Geologi_Freeport.bmp Format : BMP

Dimensi : 600 x 485 Ukuran file : 852 Kb

3. Stegoimage

File stegoimage adalah citra hasil embedding dari citra induk dan citra anak diatas.


(91)

Nama file : stegoimage.bmp Format : BMP

Dimensi : 804 x 604 Ukuran file : 1,38 Mb

4.2.3 Hasil Pengujian

Pengujian pertama dilakukan pada proses embedding. Untuk menyisipkan citra anak dengan dimensi 600x485 ke citra induk dengan dimensi 800x600 diperlukan waktu 57 detik. Proses embedding pada aplikasi ini menghasilkan sebuah stegoimage yang hampir persis sama dengan citra induk. Tidak ada perbedaan yang signifikan. Kriteria steganografi yang baik yaitu imperceptibility dan fidelity terpenuhi pada hasil proses embedding aplikasi ini. Karena imperceptibility ialah keberadaan pesan rahasia tidak dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra stegotext sukar dibedakan oleh mata dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka indera telinga tidak dapat mendeteksi perubahan pada audio stegotext-nya, dan Fidelity ialah mutu stegomedium tidak berubah banyak akibat penyisipan. Perubahan tersebut tidak dapat dipersepsi oleh inderawi. Misalnya, jika covertext berupa citra, maka penyisipan pesan membuat citra stegotext sukar dibedakan oleh mata dengan citra covertext-nya. Jika covertext berupa audio, maka audio stegotext tidak rusak dan indera telinga tidak dapat mendeteksi perubahan tersebut. Berikut gambar 4.25 yang merupakan citra induk dan gambar 4.26 adalah stegoimage hasil embedding.


(92)

(93)

Gambar 4.26 Stegoimage

Berikut gambar 4.27 merupakan citra anak dan gambar 2.28 adalah


(94)

(95)

Gambar 4.28 Hiddenimage

Kemudian dilakukan pengujian proses ekstraksi. Ekstraksi

stegoimage dengan dimensi 804x604 memerlukan waktu yang sama

dengan proses embedding yaitu 57 detik. Kriteria steganografi yang baik yaitu recovery terpenuhi pada hasil proses ekstraksi aplikasi ini. Sesuai dengan pengertian recovery ialah pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali, dan tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam stegotext harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.


(96)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan studi literatur, perancangan, analisis, implementasi dan pengujian aplikasi untuk steganografi citra digital di dalam media citra dengan metode Least Significant Bit maka dapat disimpulkan:

1. Steganografi data berupa citra digital ke dalam media citra dapat diimplementasikan menggunakan metode Least Significant Bit yaitu dengan mengkonversi setiap nilai RGB citra anak ke RGB citra induk.

2. Ukuran dari daya tampung media citra mempengaruhi berapa besar jumlah citra digital yang dapat disembunyikan. Daya tampung media citra harus lebih besar dari jumlah data yang akan diamankan. Dimana maksimal data yang dapat ditampung dalam citra dihitung dari ukuran lebar x tinggi media, jika media berukuran 800 x 600 maka akan menghasilkan 480000 byte, sehingga data yang bisa diamanakan lebih kecil dari 480000 byte.

3. Perubahan yang terjadi pada stegoimage tidak signifikan dan masih tampak seperti citra normal karena bit yang dipengaruhi pada media citra adalah bit yang tidak signifikan (LSB) sedangkan bit yang signifikan (MSB) tidak dipengaruhi atau perubahan yang terjadi


(97)

tidak terlalu tampak sehingga dapat dikontribusikan kepada pihak kepolisian dalam mengirimkan image/citra orang yang dicari melalui


(98)

5.2 Saran

Beberapa saran untuk pengembangan dan perbaikan diantaranya:

1. Agar keamanan dan kualitas citra stegoimage lebih baik lagi dapat dilakukan penyembunyian secara random yaitu posisi peletakan nilai bit RGB citra anak ke citra induk tidak lagi berurutan mengikuti titik awal.

2.

Dapat ditambahkan keamanan data kriptografi pada pengacakan posisi piksel citra dan juga password. Sehingga steganalis akan semakin sulit mengetahui keberadaan informasi.


(99)

DAFTAR PUSTAKA

Alwan, R. H., Kadhim, F. J. dan Al-Taani, A. T. 2005. Data Embedding Based on Better Use of Bits in Image Pixels. International Journal of Signal Processing 2(2): 104 – 108 .

Ariyus, D. 2009. Keamanan Multimedia. Yogyakarta: Andi Offset.

Basuki, A., Jozua F., Palandi dan Fatchurrochman. 2005. Pengolahan Citra

Digital Menggunakan Visual Basic. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Cox, I. J., Miller, M. L., Bloom, J. A., Fridrich, J. dan Kalker, T. 2008.

Digital Watermarking and Steganography. 2nd Edition. Burlington:

Morgan Kaufmann.

Hartono. 2005. Pengembangan Metode Steganografi untuk Penyembunyian

Data di dalam Citra Digital dengan Menggunakan Metode LSB (Least Significant Bit) dan Cross Dissolve : hal.134 – 135. http://dewey.petra.ac.id/dgt_ res_detail.php?mode =extended&knokat=7621. Diakses tanggal 29 April 2010.

Hestiningsih, I. 2008. Pengolahan Citra.

http://toba.mytoba.com/dl/Pengolahan% 20Citra.pdf. Diakses

tanggal 12 Maret 2010.

Kekre, H. B., Athawale, A. dan Halarnkar, P. N. 2008. Increased Capacity of Information Hiding in LSB's Method for Text and Image.

International Journal of Electrical, Computer, and Systems Engineering 2(4): 246 – 251.

Lestriandoko, N. H. 2006. Pengacakan Pola Steganografi untuk

Meningkatkan Keamanan Penyembunyian Data Digital.

http://journal.uii.ac.id/index.php/ Snati/article/view/1538/1313.

Diakses tanggal 30 Mei 2010.

Kipper, G. 2004. Investigator's Guide to Steganography. Washington: Auerbach.

Munir, R. 2006. Kriptografi. Bandung: Informatika.

Ronny. 2009. Steganografi pada Enkripsi Image dengan Menggunakan


(100)

http://informatika.org/~rinaldi/.../  MakalahIF30581‐2009‐a043.pdf.  Diakses tanggal 30 April 2010. 

Sutoyo, T., Mulyanto, E., Suhartono, V., Nurhayati, O. D. dan Wijanarto, M. T. 2009.


(1)

Gambar 4.28 Hiddenimage

Kemudian dilakukan pengujian proses ekstraksi. Ekstraksi

stegoimage dengan dimensi 804x604 memerlukan waktu yang sama

dengan proses embedding yaitu 57 detik. Kriteria steganografi yang baik yaitu recovery terpenuhi pada hasil proses ekstraksi aplikasi ini. Sesuai dengan pengertian recovery ialah pesan yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali, dan tujuan steganografi adalah data hiding, maka sewaktu-waktu pesan rahasia di dalam stegotext harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan studi literatur, perancangan, analisis, implementasi dan pengujian aplikasi untuk steganografi citra digital di dalam media citra dengan metode Least Significant Bit maka dapat disimpulkan:

1. Steganografi data berupa citra digital ke dalam media citra dapat diimplementasikan menggunakan metode Least Significant Bit yaitu dengan mengkonversi setiap nilai RGB citra anak ke RGB citra induk.

2. Ukuran dari daya tampung media citra mempengaruhi berapa besar jumlah citra digital yang dapat disembunyikan. Daya tampung media citra harus lebih besar dari jumlah data yang akan diamankan. Dimana maksimal data yang dapat ditampung dalam citra dihitung dari ukuran lebar x tinggi media, jika media berukuran 800 x 600 maka akan menghasilkan 480000 byte, sehingga data yang bisa diamanakan lebih kecil dari 480000 byte.

3. Perubahan yang terjadi pada stegoimage tidak signifikan dan masih tampak seperti citra normal karena bit yang dipengaruhi pada media citra adalah bit yang tidak signifikan (LSB) sedangkan bit yang signifikan (MSB) tidak dipengaruhi atau perubahan yang terjadi


(3)

tidak terlalu tampak sehingga dapat dikontribusikan kepada pihak kepolisian dalam mengirimkan image/citra orang yang dicari melalui


(4)

5.2 Saran

Beberapa saran untuk pengembangan dan perbaikan diantaranya:

1. Agar keamanan dan kualitas citra stegoimage lebih baik lagi dapat dilakukan penyembunyian secara random yaitu posisi peletakan nilai bit RGB citra anak ke citra induk tidak lagi berurutan mengikuti titik awal.

2.

Dapat ditambahkan keamanan data kriptografi pada pengacakan posisi piksel citra dan juga password. Sehingga steganalis akan semakin sulit mengetahui keberadaan informasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwan, R. H., Kadhim, F. J. dan Al-Taani, A. T. 2005. Data Embedding Based on Better Use of Bits in Image Pixels. International Journal of Signal Processing 2(2): 104 – 108 .

Ariyus, D. 2009. Keamanan Multimedia. Yogyakarta: Andi Offset.

Basuki, A., Jozua F., Palandi dan Fatchurrochman. 2005. Pengolahan Citra

Digital Menggunakan Visual Basic. Jakarta: Penerbit Graha Ilmu.

Cox, I. J., Miller, M. L., Bloom, J. A., Fridrich, J. dan Kalker, T. 2008.

Digital Watermarking and Steganography. 2nd Edition. Burlington: Morgan Kaufmann.

Hartono. 2005. Pengembangan Metode Steganografi untuk Penyembunyian

Data di dalam Citra Digital dengan Menggunakan Metode LSB (Least Significant Bit) dan Cross Dissolve : hal.134 – 135.

http://dewey.petra.ac.id/dgt_ res_detail.php?mode

=extended&knokat=7621. Diakses tanggal 29 April 2010.

Hestiningsih, I. 2008. Pengolahan Citra.

http://toba.mytoba.com/dl/Pengolahan% 20Citra.pdf. Diakses tanggal 12 Maret 2010.

Kekre, H. B., Athawale, A. dan Halarnkar, P. N. 2008. Increased Capacity of Information Hiding in LSB's Method for Text and Image.

International Journal of Electrical, Computer, and Systems Engineering 2(4): 246 – 251.

Lestriandoko, N. H. 2006. Pengacakan Pola Steganografi untuk

Meningkatkan Keamanan Penyembunyian Data Digital.

http://journal.uii.ac.id/index.php/ Snati/article/view/1538/1313. Diakses tanggal 30 Mei 2010.

Kipper, G. 2004. Investigator's Guide to Steganography. Washington: Auerbach.

Munir, R. 2006. Kriptografi. Bandung: Informatika.

Ronny. 2009. Steganografi pada Enkripsi Image dengan Menggunakan


(6)

http://informatika.org/~rinaldi/.../  MakalahIF30581‐2009‐a043.pdf.  Diakses tanggal 30 April 2010. 

Sutoyo, T., Mulyanto, E., Suhartono, V., Nurhayati, O. D. dan Wijanarto, M. T. 2009.