Pandangan Hukum Pidana Islam Tentang Pidana Cambuk

BAB IV PANDANGAN HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG

PELAKSANAAN HUKUM CAMBUK YANG DIATUR DALAM PERATURAN DESA MUSLIM PADANG

A. Pandangan Hukum Pidana Islam Tentang Pidana Cambuk

Dalam hukum Islam, tindak pidana diartikan sebagai perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam oleh Allah dengan hukuman hudud atau ta’zir . Pensyari’atan hukuman terhadap setiap tindak pidana dalam hukum Islam bertujuan untuk mencegah manusia memperbuat tindakan tersebut. Dasar pelarangan perbuatan pidana dan penetapan hukumnya dalam hukum Islam adalah demi melindungi kemaslahatan manusia memeliharan peraturan atau sistem yang ada, serta terjaminnya keberlangsungan yang kuat dan berakhlak mulia. Penetapan hukuman cenderung mengarah keapada hal-hal yang tidak disukai manusia, yakni selama hukuman itu memberikan kemaslahatan masyarakat dan mencegah hal-hal yang disukai mereka, selama hal itu dapat merusak mereka. Berdasarkan al- Qur’an, perbuatan pidana yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggungjawab diberi hukuman yang tertentu sesuai dengan keadilan menurut petunjuk Allah. Dasar daripada siapa yang berbuat pidana, perbuatan kejahatan apa yang dapat dipidana dan bagaimana hukumannya. Pertama didasarkan kepada keimanan kepada Allah dan wahyu Allah al-Qur’an dan kedua didasarkan kepada akal sehat manusia untuk mendapatkan kemaslahatan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. 40 Berkenaan dengan pidana cambuk yang terdapat dalam Peraturan Desa Muslim Padang Kecamatan Gantarang Nomor 05 Tahun 2006 ini, doktrin hukum pidana Islam memandang bahwa hukum cambuk yang telah diberlakukan di Desa tersebut merupakan suatu hukum yang bertujuan untuk terbentuknya maqasid as- syari’ah. Sejatinya hukum pidana Islam menurut Rachmat Djatnika 1 tujuannya tertumpu pada pemeliharaan lima hal yang penting yang berdasarkan skala prioritas berurutan sebagai berikut: - Memelihara agama - Memlihara jiwa - Memelihara keturunan - Memelihara harta. - Memelihara akal. Di mana setiap ketentuan hukum yang terdapat dalam Perdes ini sudah memenuhi kriteria pada umumnya dalam hukum pidana Islam, baik mengenai kemaslahatan yang diutamakan serta menolak kemafsaadatan. Seperti hal yang sudah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya, ketentuan pidana yang terdapat dalam Perdes tersebut didasarkan pada Al-Qur’an dan As- Sunnah. Pidana cambuk dalam Perdes ini, terdapat beberapa ketentuan yang yang termasuk kedalam kriteria hudud dan ta’zir. Kedua klasifikasi tersebut dilihat dari sudut pandang jarimah-jarimah yang sudah dimuat dalam ketentuan hukum pidana 1 Rachmat Djatnika, “Jalan Mencari Hukum Islami Upaya ke Arah Pemahaman Metodologi Ijtihad”, dalam Amrullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam Dalam system Hukum Nasional, Cet. ke- 1, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 104. Islam. Seperti jarimah zina, qadzaf menuduh orang lain berzina, syarbu al-khamr minum arak atau meminum minuman yang berakohol termasuk kedalam tindak pidana yang diancam dengan hukuman had hudud dan penganiayaan yang termasuk kedalam kriminalisasi ta’zir. Secara keseluruhan, semua ketentuan pidana yang terdapat dalam Perdes ini diancam dengan hukuman cambuk sesuai dengan tindak pidana jarimah yang dilakukan. 1 Mengenai Larangan Melakukan Perzinahan ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ☺ Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Q.S An-Nur Ayat 2. Teks ayat di atas menunjukkan penegasan bagi pelaku zina baik perempuan maupun laki-laki dihukum cambuk sebanyak seratus kali. Dalam Perdes ini pengertian zina adalah “memasukkan alat kelamin laki-laki ke alat kelamin perempuan selayaknya suami isteri dengan paksaan atau bujukan tanpa diikat tali pernikahan”. Adapun dalam Perdes ini disebutkan “pelaku zina” pada Pasal 2 ayat 1 dan 2 yang dimaksud adalah “laki-laki bujang dan wanita perawan” dalam hukum Islam disebut dengan ghair muhsan serta laki-laki yang sudah beristeri dengan wanita yang sudah bersuami” dalam hukum pidana Islam disebut dengan muhsan . Bagi pelakunya diancam dengan pidana cambuk sebanyak 100 kali atau dilimpahkan kepihak kepolisian untuk diproses sesuai hukum KUHP.” Sudah jelas pada dasarnya dalam hukum Islam dimuat dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 2 mengenai ketetntuan hukum bagi pelaku zina. Akan tetapi harus kita ketahui bahwa dalam Perdes ini tidak dijelskan secara eksplisit mengenai hukuman lain seperti rajam bagi pelaku zina muhsan pelaku yang sudah berumah tangga atau sudah melakukan hubungan seksual secara halal dan atau sudah menikah atau pernah menikah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Jabir ; ﺎ ْ و و ْﻴ ﷲا ﻰ ﻰ ﱠ ا ﺮ ﺄﻓ ةأﺮْ ﺄ ﻰ ز ﻼ ر ﱠنأ ﷲ ﺪْ ْ ﺮ ﺮﻗ ﺮ ﺄﻓ ْ ﱠاﺮ ْ ا ﱠﺛ ﱠﺪ ْا ﺪ ﻓ ْ ﱠﺳو أ دوادﻮ أ اور 2 Artinya : ”Dari Jabir ibn Abdillah bahwa seorang laki- laki telah berzina dengan seorang perempuan. Kemudian nabi memerintahkan untuk membawanya ke hadapan Nabi saw. Lalu Nabi menjilidnya sesuai dengan ketentuan. Kemudian Nabi diberitahu bahwa ia sudah berkeluarga beristri. Nabi memerintahkan untuk membawanya kembali, dan kemudian ia dirajam.” Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud. 3 2 Abi Dawud Sulaiman Sajastani, Sunan Abi Dawud, Beirut: Dar Ibnu Hazam, 1997 M 1419 H, h. 671. hadits ke- 4438. Kitab Hudud: 32 3 Ibid, Wardi, Hukum Pidana Islam, h. 34. Kesimpulan bahwa dalam Peraturan Desa Perdes Muslim Padang ini tidak memuat aturan sanksi hukuman rajam bagi pelaku zina yang sudah berumah tangga muhsan. Kendatipun demikian kriteria hudud termasuk didalmnya yaitu hukum cambuk sebanyak seratus kali bagi pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan. 2 Mengenai khalwat serta bepergian laki-laki dengan perempuan bukan muhrim. Dalam Pasal ini 4 disebutkan “Dilarang wanita dan laki-laki berduaan ditempat yang sunyi kecuali dengan muhrimnya” dan “Dilarang wanita bepergian dengan laki-laki yang bukan muhrimnya kecuali ada izin dari orang tua atau wali”. Dalam hukum Islam perbuatan tersebut dinamakan dengan khalwat karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang menjurus kepada perbuatan zina. Hal ini disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Isra’ ayat 32 untuk menjauhi perbuatan zina. ⌧ ⌧ Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” Q.S Al-Isra’ ayat 32 4 Lihat Pasal 3 ayat 1 dan 2 Larangan khalwat merupakan pencegahan dini bagi perbuatan zina. Larangan ini berbeda dengan beberapa jarimah lain yang langsung kepada zat perbuatan itu sendiri, seperti larangan mencuri, khamar, dan maysir. Larangan zina justru diumlai dari tindakan-tindakan yang mengarah kepada perbuatan zina. Hal ini mengindikasikan betapa Islam sangat memperhatikan kemurnian nasab seorang anak manusia. Dalam beberapa hadits, Nabi menunjukkan batas-batas pergaulan antara lak- laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, seperti: 1 Nabi melarang seorang perempuan berhubungan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya tanpa ditemani oleh muhrim siwanita. 2 Nabi melarang khalwat dengan wanita yang sudah dipinang, meski Islam membolehkan seorang laki-laki memandang perempuan yang dipinangnya untuk meyakinkan dan memantapkan hatinya. 3 Nabi melarang seorang laki-laki masuk kerumah wanita yang tidak bersama muhrimnya atau orang lainnya. 4 Nabi Melarang wanita bepergian tanpa ditemani muhrimnya. 5 Dalam al-Qur’an tidak disebutkan menganai ketetapan hukum bagi pelaku yang disebutkan di atas. Akan tetapi para ulama berpendapat bahwa untuk 5 Ferdiansyah , Efektifitas Penerapan Sanksi Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syari’at Islam Diwilayah Hukum Kota Madya Banda Aceh Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2008. Artikel ini diakses pada 07 Juni 2010 dari http:repository.usu.ac.idbitstream12345678912044109E02047.pdf menghindari suatu perbuatan yang menjurus kepada perbuatan zina maka perbuatan tersebut harus dicegah, dengan ketentuan hukum yang ditentukan oleh penguasa qadhi. Karena perbuatan ini merupakan perbuatan maksiat ringan, maka perbuatan ini tidak termasuk kedalam kriteria hudud melainkan kriteria ta’zir. 6 3 Menuduh Orang Lain Berzina qadzaf ☺ ⌧ Artinya: “ Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik 7 berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka yang menuduh itu delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik”. Q.S An- Nur ayat 4. Firman Allah Swt di atas menegaskan ketentuan hukum bagi pelaku qadzaf orang yang menuduh orang lain berzina tanpa mendatangkan empat orang saksi dengan ancaman pidana cambuk sebanyak delapan puluh kali. 6 Ibid; Ferdiansyah: http:repository.usu.ac.idbitstream12345678912044109E02047.pdf 7 Yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang Suci, akil balig dan muslimah. Menuduh orang lain berzina sama dengan halnya disebut qadzaf dalam artian hukum Islam. Dalam Perdes ini tercantum pada Pasal 10 ayat 2 yaitu “Menuduh orang lain berzina tanpa diserai bukti 4 orang saksi adalah kejahatan terhadap kehormatan orang lain dan dikenakan hukuman cambuk sebanyak 80 kali atau dilimpahkan kepihak kepolisian untuk dipreoses sesuai hukum KUHP.” Dalam hukum Islam, menurut Zainuddin Ali, 8 qadzaf dikenai dua hukuman yakni: - hukuman pokok berupa dera hadd dan .................. . - hukuman tambahan berupa tidak diterima persaksian pelaku qazdzaf. ................ Akan tetatpi sedikit berbeda yang diungkapkan oleh Achmad Wardi Muslich 9 dalam bukunya “Hukum Pidan Islam” membagi dua macam hukuman qadzaf yaitu: - Qadzaf yang diancam dengan hukuman hadd dengan dasar hukumnya surat An-Nur ayat 4 dan 23 serta haditsnya yang diriwayatkan Imam Bukhari. - Qadzaf yang diancam dengan hukuman ta’zir adalah menuduh dengan tuduhan selain berbuat zina atau selain menghilangkan nasabnya, baik orang yang dituduh itu muhsan maupun ghairu muhsan. 9 Ibid, Wardi: h. 60-62. Pelarangan memberikan berita bohong ini juga tertra dalam Firman Allah surat Al-Hujarat ayat 6-8; ☺ ☺ ⌧ ☺ ⌧ ⌧ ☺ Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar- benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka Itulah orang- orang yang mengikuti jalan yang lurus, sebagai karunia dan nikmat dari Allah. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Kandungan ayat di atas adalah adanya pelarangan mengekspos kebohongan, berita gunjingan ghibah, berita yang mengandung unsur penghinaan, membeberkan rahasia, menyebarkan berita krimnal dan pornografi. 10 Demikan halnya juga Allah Ta’ala tdak menyukai ucapan buruk. Dalam Firman-Nya, Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 148 sebagai berikut: ⌧ ⌧ ☺ Artinya: “Allah tidak menyukai Ucapan buruk 11 , yang diucapkan dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya 12 . Allah adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Dengan demikian apabila kata-kata atau kalimat itu tidak berisi kalimat zina atau menghilangkan nasabnya maka pelaku atau penuduh tidak dihukum dengan hukuman hadd melainkan hanya dikenakan hukuman ta’zir. 13 10 Rukyah L, Resensi Buku “Fiqh Jurnalistik” Artikel ini diakses pada 15 Mei 2010 dari http:www.mail-archive.comsyiar-islamyahoogroups.commsg06814.html 11 Ucapan buruk sebagai mencela orang, memaki, menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan seseorang, dan sebagainya. 12 Maksudnya: orang yang teraniaya oleh mengemukakan kepada hakim atau Penguasa keburukan-keburukan orang yang menganiayanya. 13 Ibid, Wardi: h, 63. Jelas bahwa dalam hukum Islam melarang menuduh orang berzina tanpa ada bukti dalam hal ini 4 orang saksi yang diancam dengan 80 kali cambuk dan tidak tidak diterima kesaksiannya selamanya hadd, serta ancaman hukuman ta’zir juga diberlakukan kepada orang yang menuduh selain kepada perbuatan zina seperti menuduh mencuri, menuduh minum khamar dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam Perdes ini hanya disebutkan menuduh orang berzina tanpa 4 empat orang saksi saja dan selanjutnya diserahkan kepada polisi untuk diproses secara hukum positif. 4 Mengenai Menjual dan Meminum Minuman Kerasatau Beralkohol khamar dan Perjudian Minuman beralkohol dan zat aditif lainnya di íllat-kan kepada khamar karena zatnya yang memabukkan dan karena hal tersebut Islam mengharmkannya melarang. Menurut Ali Yasa dan Marah Halim 14 Islam melarang khamar karena efek negatifnya yang multi aspek, antaranya aspek budaya, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Secara sosial, budaya minum-minuman keras dapat menimbukan perilaku-perilaku 14 Ali Yasa dan Marah Halim, Hukum Pidana Islam Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dikutip dari, Ferdiyansyah, Efektikitas Sanksi Penerapan Pidana Cambuk Terhadap Pelanggaran Qanun Di Bidang Syari’at Islam Di Wilayah Hukum Kota MadyaBanda Aceh Provinsi NAD. diakses dari http:repository.usu.ac.idbitstream12345678912044109E02047.pdf yang kasar dan anti sosial; secara budaya, dalam masyarakat akan tumbuh menjadi masyarakat yang tidak kreatif, produktif, inovatif, dan sebagainya, sebab budaya mabuk menyebabkan orang menjadi malas, boros dan lain sebagainya. Begitupun efek negatif dari aspek ekonomi, fsikis yang tergerogoti dengan terus-terusan mengkonsumsinya. Karena aspek negatif yang ditimbulkan maka Islam melarangnya dengan didasari ketentuan hukum yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 90-91 serta ketentuan sanksi hukumannya didapat dari hadits Nabi bahwa Rasulullah SAW menghukum peminum khamar dengan cambuk sebanyak 40 kali, demikian pula Abu Bakar mencambuk peminum khamar 40 kali, sedangkan Umar mencambuknya 80 kali. 15 ☺ ☺ ☺ ☺ Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah 16 , adalah Termasuk 15 Rizal Firdaus dkk, Filsafat Hukum Pidana Islam. Artikel ini diakses pada Juni 2009 dari http:www.mail-archiev.comfilsafat-hukum-pidana-islamblogspot.compdf130985.html 16 Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan Apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Q.S. Al-Maidah: ayat 90. ☺ ☺ ☺ Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu dari mengerjakan pekerjaan itu. Q.S. Al-Maidah: ayat 91 ☺ ☺ ☺ ⌦ ☺ ☺ ☺ ⌧ ⌧ ⌧ perbuatan atau tidak. Caranya Ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. setelah ditulis masing-masing Yaitu dengan: lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Kabah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu Maka mereka meminta supaya juru kunci kabah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti Apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, Maka undian diulang sekali lagi. Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar 17 dan judi. Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: yang lebih dari keperluan. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. Q.S. Al- Baqarah: ayat 219. Selanjutnya bukan hanya orang yang meminum saja yang dilarang dalam Islam, akan tetapi bagi orang yang memperdagangkan, mengimpor, memproduksi, membuka atau bekerja diperusahaan pembuat khamar-pun diharamkan. Sebagaimana hadits Rasulullah saw. melaknat sepuluh macam orang. ﺎهﺮ و ﺎهﺮ ﺎ و ﺎﻬ ﻴ وا ةﺮﺸ ﻰ ﺮ ا ﺖ ﺎﻬ رﺎ و ﺎﻬ ﺎ ﺛ آاو ﻴ إ ﺔ ﻮ او ﺎﻬ ﺎ و ﺎﻬ ﺎ ﺘ و ﺎﻬ ﺎ و ﺎﻬﻴﻗﺎﺳو “Dikutuk karena khamar itu sepuluh macam: khamar itu sendiri, peminumnya, orang yang menghidangkan untuk orang lain, penjualnya, pembelinya, pemerasnya pembuatnya, tempat pembuatannya, pembawanya, yang minta diantarkannya, dan orang yang memakan harganya. H.R. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah. 18 Dari keterangan teks ayat di atas jelas bahwa pelarangan Islam terhadap minuman-minuman beralkohol dan zat aditif lainnya sebagaimana diatur dalam Perdes ini sangatlah beralasan karena dilihat dari sudut kemudharatan yang 17 Segala minuman yang memabukkan. 18 Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah. Dikutip dari Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Cet. ke-2, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 99-100. ditimbulkannya dengan dikenai sanksi 40 kali cambuk untuk membawa kemaslahatan. Adapun bagi sipenjual, hemat penulis seharusnya dibedakan hukumannya agar lebih besar lagi karena dialah yang mengadakan barang haram tersebut serta karenanya banyak orang yang akan terus menjadi konsumen selama sipenjual masih menjajakkan dagangannya walaupun secara diam-diam. Adapun bagi perjudian hukum Islam meng-kriminalisasikan ta’zir terhadapnya dengan banyak alasan yang dilihat dari sisi mafsadatnya karena banyak menimbulkan mudharat. Dikriminalisasikan ta’zir, karena tidak adanya dalil yang secara spesisfik mengatur hukuman tersebut. Seperti yang sudah disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 29 selain minum minuman keras khamar, Islam juga mengharamkan “perjudian” . Jadi, dalam Perdes ini juga pelarangan perjudian sudah memenuhi kriteria ta’zir yaitu dengan ketentuan hukuman berdasarkan ijtihad penguasa. 5 Mengenai Pengaiayaan Selain perbuatan yang dapat menghilangkan nyawa seseorang baik sengaja maupun tidak, hukum Islam juga menghukum suatu perbuatan atas selain jiwa 19 yang dapat merugikan orang secara fisik baik disengaja maupun tidak. Penganiayaan, merupakan perbuatan yang selebihnya ditujukan terhadap badan. Dalam madzhab 19 Lihat, Ibid, Wardi: h. 180. Hanbali ada pendapat bahwa penganiayaan terbagi kedalam dua macam, yaitu penganiayaan disengaja dan penganiayaan yang menyerupai sengaja. Adapun penganiayaan yang disengaja dapat dihukum qishas akan tetapi sebaliknya, penganiayaan yang menyerupai sengaja dikenai sanksi diyat. Penganiayaan yang menyerupai sengaja dicontohkan oleh madzhab Hanbali adalah misalnya memukul dengan kerikil yang secara kebiasaan tidak mengakibatkan luka, namun ternyata mengakibatkan luka. 20 Hukuman qishas menghukum pelaku seperti apa yang telah dilakukannya terhadap korban sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 178-179 dan surat Al-Maidah ayat 45: ☺ ⌦ ⌧ ☺ ☺ ☺ ⌧ Artinya: 20 Lihat, Abdul Qodir Audah, At- Tasyri’ al-Jinai’y al-Islamiy Muqaranan bil Qanunil Wad’iy., Terjemah: Ensiklopedi Hukum Pidana Islam Jilid IV. Bogor, PT Kharisma Ilmu, tanpa tahun, h. 22. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih 21 dan dalam qishaash itu ada jaminan kelangsungan hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. ⌧ ☺ ☺ ☺ Artinya: “Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya At Taurat bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka pun ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan hak kisas nya, Maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” 21 Qishas ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishas itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kemaafan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat ganti rugi yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak menangguh- nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil Qishas dan di akhirat Dia mendapat siksa yang pedih. Selain qishas hukuman lain juga dapat diterapkan bagi pelaku penganiayaan, yaitu dengan hukuman pengganti diyat, jika sikorban meminta kepada hakim tentang hal tersebut. Tidak samapai disitu, pelaku penganiayaan menurut Imam Malik penganiayaan secara disengaja berhak dita’zir, baik ia berhak di-qishas maupun tidak karena adanya syubhat penghalang, ampunan atau akad damai. 22 Sejalan dengan pendapat di atas, “penganiayaan” Dalam Perdes ini diatur dalam Pasal 8 yang ancaman hukumannya 20 kali cambuk dan dapat dihapus hukumannya jika si-korban memaafkan pelaku dan atau diserahkan kepihak kepolisian untuk diproses sesuai ketentuan yang berlaku. Dapat disimpulkan bahwa pidana cambuk dalam kajian hukum Islam ini menunjukkan bahwa efek jera yang ditimbulkan sangatlah berdampak positif bagi orang yang melakukan dan keengganan orang yang melihat penghukuman dengan cara ini untuk tidak melakukan perbauatan yang sudah dilarang tersebut. Disisi lain keistimewaan yang terdapat dalam pidana cambuk ini sangatlah menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan hak-hak bagi pihak yang dirugikan korban.

B. Pandangan Hukum