Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatantan Wanita Pedagang Bunga Potong. (Studi kasus: Pusat Pasat Tradisiona Kabanjahe, Kabupaten Karo).

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN WANITA PEDAGANG BUNGA POTONG (Studi kasus: Pusat Pasar Tradisional Kabanjahe, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH

FEBRIANRI SIHOMBING 040309013/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGARUH KARAKTERISIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN WANITA PEDAGANG BUNGA POTONG (Studi kasus: Pusat Pasar Tradisional Kabanjahe, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH

FEBRIANRI SIHOMBING 040309013/PKP

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Lily Fauziah, MSi )

Ketua Komisi Pembimbing Anggota komisi pembimbing (Ir.H.Hasman Hasyim,MSi)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

RINGKASAN

Febrianri Sihombing (040309013/PKP). Dengan judul sikripsi PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDATAN WANITA PEDAGANG BUNGA POTONG. (Studi kasus: Pusat Pasat Tradisiona Kabanjahe, Kabupaten Karo). Adapun penelitian ini dibombing oleh Ir. Lily Fauziah MSi an Ir. H. Hasman Hasyim MSi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 di Pusat Pasar Tradisional Kabanjahe Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera yang dilakukan secara purporsive

Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang bunga potong yaitu sebanyak 12 orang. Penentuan sample didasarkan atas pertimbangan bahwa pedagang adalah wanita yang telah berkeluarga dn bekerja sebagai pedagang bunga potong di daerah penelitian. Sample yang diambil merupakan sample yang representative, yaitu merupakan sample yang dapat mewakili keadaan populasi pedagang bunga potong di Kabupaten Karo.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Jenis-jenis bunga potong yang dijual di daerah penelitian adalah ester (19.1%), krisan (23.4%), gladiol (19.8%). sedap malam (20.5%), dan bunga anggrek (17%). karakteristik social ekonomi yaitu meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha, lokasi usaha dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan wanita pedagang bunga potong.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Hutaimbaru Kecamatan Siempat Nempu kabupaten Dairi pada tanggal 15 Februari 1986 dari ayah. Jamulak Sihombing MSc dan ibu Mariati Silalahi . Penulis merupakan putra ke enam dari enam bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negri 030385 Antuang di kabupaten Dairi. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SLTP Negri 1 Sidikalang. Selanjutnya penulis lulus daru SMU St Petrus Sidikalang pada tahun 2004. Penulis Universitas Sumatera Utara tahun 2004 melalui jalur Pemanduan Minat Prestasi (PMP). Penulis memilih program studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Nagori Seribu Jandi Kabupaten Simalungun.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ata segala karunia_Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap pendapatan dengan judul “PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN WANITA PEDAGANG BUNGA POTONG” ( Studi kasus : Pusat Pasar Tradisional Kabanjahe kabupaten Karo).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Lily Fauziah MSi selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak memberikan arahan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ir. H. Hasman Hasyim MSi selaku anggota komisi pembimbing yang memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibunda dan Ayahanda yang telah banyak memberikan dukungan doa dan materi sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan., serta ucapan terimakasih kepada teman teman SEP yang memberikan motivasi yang mendukung terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang yang menggunakannya.


(6)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ………7

1.5 Hipotesis Penlitian……….7

II.TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 TinjauanPustaka………...8

2.2 LandasanTeori………...………15

2.3 KerangkaPemikiran………...……….19

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian………...…………23

3.2 Metode Penentuan Sampel………..…….23

3.3 Metode Pengumpulan Data……….24

3.4 Metode Analisis Data………..24

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional………...……...27

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, DAN KARAKTERISTIK WANITA SAMPEL


(7)

4.1.2 Keadaan Penduduk………...29

4.1.3 Mata Pencaaharian……….………..………31

4.1.4 Agama/Kepercayaan……….31

4.1.5 Penggunaan Tanah………..……32

4.1.6 Sarana dan Prasarana……….…………32

4.2 Karakteristik Wanita Sampel Pedagang Bunga Potong…..………33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Bunga Potong yang Dijual di Daerah Penelitian…………..………36

5.2Analisis Pendapatan Wanita Pedagang Bunga Potong………..……39

5.3 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Bunga Potong………..……….41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan……….….48

6.2Saran………48

DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No Keterangan

1 Jumlah Penduduk Menurut jenis Kelamin

Perkecamatan kabupaten Karo………..3

2 Jumlah Pedagang Bunga Potong Berdasarkan

Kecamatan di Kabupaten Karo……….……….……5

3 Jenis Bunga Potong yang Diusahakan di sumatera

Utara dan Kabupaten Karo……….………..12

4 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Di Kecamatan Kabanjahe……….…………30

5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kelompok umur di Kecamatan Kabanjahe………30

6 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaaharian

Di Kecamatan Kabanjahe………..…………31

7 Distribusi Penduduk Menurut Agama/Kepercayaan

Yang Dianut di Kecamatan Kabanjahe……….………….31

8 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan di

Kecamatan Kabanjahe……….…………..32

9 Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan

Kabanjahe……….……….………….33


(9)

11 Karakteristik Ekonomi Wanita Pedagang Bunga Potong di

DaerahPenelitian………..….………34

12 Jenis Bunga Potong yang Dijual dan Volume

Penjualan Wanita Pedagang Bunga Potong……….………36

13 Harga Beli dan Harga Jual Bunga Potong………39

14 Biaya yang Dikeluarkan Rata-Rata Pedagang

Dalam seminggu………..………..…….………..40

15 Pendapatan Bersih Rata-Rata Wanita Pedagang

Bunga Potong Per Minggu……….………40

16 Analisis Varin Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel………41

17 Analisi Regresi Linier Umur, Pengalaman Berdagang,


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Keterangan

1 Karakteristik Pedagang Bunga Potong

2 Jenis Bunga Potong yang Dijual Pedagang Bunga Potong

3 Biaya Usaha Pedagang Bunga Potong Per Minggu

4 Penerimaan dari Penjualan Bunga Potong Per Minggu

5 Pendapatan Bersih

6 Pengolahan SPSS


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan

1 Skema Kerangka Pemikiran………..…………..22

2 Bunga Krisan……….……..37

3 Bunga Aster……….……….38

4 Bunga Gladiol………..38

5 Bunga Sedap Malam………..38


(12)

RINGKASAN

Febrianri Sihombing (040309013/PKP). Dengan judul sikripsi PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDATAN WANITA PEDAGANG BUNGA POTONG. (Studi kasus: Pusat Pasat Tradisiona Kabanjahe, Kabupaten Karo). Adapun penelitian ini dibombing oleh Ir. Lily Fauziah MSi an Ir. H. Hasman Hasyim MSi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2010 di Pusat Pasar Tradisional Kabanjahe Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera yang dilakukan secara purporsive

Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sensus. Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang bunga potong yaitu sebanyak 12 orang. Penentuan sample didasarkan atas pertimbangan bahwa pedagang adalah wanita yang telah berkeluarga dn bekerja sebagai pedagang bunga potong di daerah penelitian. Sample yang diambil merupakan sample yang representative, yaitu merupakan sample yang dapat mewakili keadaan populasi pedagang bunga potong di Kabupaten Karo.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Jenis-jenis bunga potong yang dijual di daerah penelitian adalah ester (19.1%), krisan (23.4%), gladiol (19.8%). sedap malam (20.5%), dan bunga anggrek (17%). karakteristik social ekonomi yaitu meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha, lokasi usaha dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan wanita pedagang bunga potong.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masyarakat Indonesia mengandalkan berbagai sektor perekonomian untuk memenuhi kebutuhannya. sektor perekonomian tersebut antara lain pertanian, industri, jasa dan perdagangan, dan lain-lain. Tujuannya adalah sebagai sumber pendapatan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Perkembangan pendapatan masyarakat mempengaruhi kemampuan konsumsi mereka terhadap barang dan jasa. Jika pendapatan masyarakat meningkat maka permintaan akan barang dan jasa akan semakin tinggi

(Herlambang, dkk, 2001).

Pemberdayaan ekonomi rakyat tidak terlepas dari pembangunan pedesaan dan pembangunan pertanian. Pertanian sebagai salah satu pilar ekonomi rakyat selama ini telah mengaktualisasikan dirinya sebagai subsistem yang berperan sangat penting. Terutama dalam penyediaan pangan dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, perolehan devisa bagi negara, kontribusinya bagi pemacuan sektor lain khususnya melalui penyediaan bahan baku yang sangat penting sebagai salah satu pertumbuhan ekonomi (Rintuh dan Miar, 2005)

Peningkatan produktivitas pertanian berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan eksport, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja, dan mendorong pemerataan kesempatan kerja (Soekartawi, 1993).

Pemerataan dan kesempatan kerja tidak dibatasi untuk pihak pria saja, akan tetapi wanita juga memiliki hak untuk bekerja pada profesi yang sama


(14)

dengan pria. Oleh karena itu wanita harus memiliki sumber daya yang tinggi dalam bekerja agar dapat diperhitungkan dalam proses pembangunan.

Melibatkan wanita dalam proses pembangunan adalah suatu usaha untuk memanfaatkan sumber daya manusia yang cukup potensial. Penasehat Bank Dunia menyatakan bahwa “Wanita memegang peran amat penting dalam kemajuan perekonomian negara-negara berkembang”. Indonesia sebagai negara berkembang telah mengakui betapa pentingnya peranan wanita dalam pembangunan (Hutajulu, 2004).

Peran wanita yang semakin meningkat dalam keluarga dan masyarakat akan membawa pengaruh terhadap masyarakat. Banyaknya wanita yang berperan aktif di bidang ekonomi atau bekerja maka meningkatkan hasil yang diperoleh namun kompetisi dalam mencari pekerjaan akan semakin besar pula (Soekartawati, 1993).

Banyak wanita, terutama yang bekerja diluar rumah mengalami perubahan nilai dan mengharapkan suami membantu menangani urusan rumah tangga. Wanita yang mempunyai banyak kegiatan diluar rumah, memungkinkannya untuk memperoleh penghasilan bagi keluarga bukanlah gejala yang baru bagi masyarakat kita. Banyak para wanita bekerja disektor pertanian dan non pertanian seperti berdagang, karyawan, buruh tani, pembantu rumah tangga dan lain-lain (Ihromi, 1990).

Menurut A.T. Hutajulu tahun 2003, jumlah penduduk Indonesia 146,8 juta jiwa ternyata 50,3% (73,8 juta jiwa) adalah wanita dan dari jumlah tersebut 57,4 juta (77,8%) tinggal dipedesaan. Berdasarkan konsep angkatan kerja dari


(15)

Sumatera Utara berpenduduk 8,4 juta jiwa terdiri dari 50,2% laki-laki dan 49,8% wanita. Dari jumlah wanita ini sekitar 3,1 juta jiwa tinggal di pedesaan, 85% dari jumlah itu bekerja di sektor pertanian dan 15% yang bekerja disektor non pertanian (Hutajulu, 2004).

Dalam buku Kimono tahun 2000, jumlah penduduk di kabupaten Karo sebanyak 316.207 jiwa dengan rincian 49,7% laki-laki dan 50,3% wanita. Kecamatan Kabanjahe merupakan kecamatan yang terpadat penduduknya dengan jumlah penduduk sebesar 54000 jiwa dengan rincian 49,9% laki-laki dan 50,1% wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Perkecamatan Kabupaten Karo

No Kecamatan

(Sub District) Laki-Laki (Male) Perempuan (Female) Jumlah (Total)

1. Mardinding 7280 7134 14414

2. Laubaleng 8480 8508 16988

3. Tigabinanga 8803 8637 17440

4. Juhar 6156 6621 12777

5. Munthe 9547 9346 18938

6. Kuta buluh 5320 5341 10661

7. Payung 11132 11384 22516

8. Simpang empat 20051 19915 39966

9. Kabanjahe 26935 27065 54000

10. Berastagi 18287 19970 38257

11. Tiga panah 17253 17440 34693

12. Merek 7274 7104 14378

13. Barus jahe 10589 10545 21314

Jumlah 157107 159100 316207

Sumber : Badan Pusat Statistik Karo, dalam Angka 2009

Kepadatan penduduk menyebabkan banyaknya lahan pertanian beralih fungsi menjadi kegiatan non pertanian, sebagai contoh perluasan kota untuk perumahan, industri, perluasan pasar dan lain-lain. Beralihnya fungsi ini menyebabkan penduduk di kecamatan Kabanjahe yang ditetapkan sebagai daerah penelitian beralih pekerjaan dari sektor pertanian ke non pertanian. Adapun usaha


(16)

non pertanian itu seperti buruh perusahaan, pegawai, bidang jasa dan yang lainnya, termasuk didalamnya usaha dagang yang banyak dikelola oleh kaum wanita baik yang telah berkeluarga maupun belum berkeluarga tetapi kebanyakan pedagang telah berkeluarga. Usaha dagang ini adalah produk dagangan berupa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, buahan, bunga dan lain-lain.

Pedagang pada pasar tradisional ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada yang berdagang untuk meneruskan usaha orang tua mereka dan orang tua mereka lebih memilih untuk bekerja pada usahatani, ada yang sebelum menikah bekerja sebagai karyawan swasta dan setelah menikah bekerja sebagai pedagang karena waktu kerjanya tidak terikat sehingga ada waktu untuk mengurus rumah tangga mereka, ada juga yang berusaha karena mereka tidak memiliki lahan di desanya sehingga mereka mencoba mengadu nasib dengan berdagang, bahkan sebagian mereka yang berdagang adalah pedagang paruh waktu yaitu mereka yang menjualkan hasil produksi mereka sendiri.

Khusus pada usaha dagang bunga sangat jelas tampak bahwa jumlah wanita lebih banyak dari pria. Hal ini wajar karena potensi wanita umumnya lebih tinggi dari pada pria sehingga memungkinkan pelanggan lebih tertarik untuk belanja kepada wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 2.


(17)

Tabel 2. Jumlah Pedagang Bunga Potong Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Karo.

No. Kecamatan Pedangang Wanita Pedagang Pria Jumlah

1. Kabanjahe 12 - 12

2. Berastagi 11 1 12

3. Lau Gendek 2 - 2

4. Tiga Panah 2 - 2

5. Merek 2 1 3

6. Tongging 2 - 2

7. Lau Baleng 1 1 2

8. Tiga Nderket 2 - 2

9. Tiga Binanga 4 - 4

10. Suka Rame 1 - 1

11. Mardinding 1 - 1

Jumlah 52 3 46

Sumber : Pusat Pasar Kabanjahe 2009

Kegiatan usaha dagang lebih didominasi oleh kaum wanita dari pada pria, karena secara normatif wanita dipandang lebih sabar, teliti dan ulet. Semua ini adalah faktor-faktor penting penentu sukses berbisnis. karena pekerjaan masa sekarang lebih mengandalkan otak dari otot (Kismono, 2001).

Bunga merupakan salah satu komoditas yang tumbuh dengan baik di daerah penelitian. Sehingga peluang usaha dagang bunga cukup besar, hal ini tampak dari kemampuan bunga yang bukan hanya sanggup menembus pasar lokal tapi juga pasar regional. Demikian halnya di daerah penelitian masyarakat memerlukan bunga potong untuk berbagai macam keperluan pada acara-acara tertentu seperti acara-acara keagamaan, pernikahan, dukacita, jiarah, dan acara adat lainnya.

Berdagang bunga potong merupakan usaha yang dikerjakan oleh wanita karena usaha ini tidak menuntut banyak persyaratan hanya dibutuhkan modal yang kecil dan keahlian yang tidak terlalu tinggi. Pedagang bunga potong ini memiliki hari kerja yang relatif tinggi. Pendapatan yang diperoleh pedagang tidak sama setiap hari, minggu, atau bulan. Khususnya pada hari-hari besar tahun baru,


(18)

hari raya, hari paskah, hari natal, pesta tahunan permintaan meningkat sehingga pendapatan pedagang bisa meningkat. Pendapatan wanita pedagang bunga potong akan bervariasi setiap minggu atau bulannya dimana pendapatan akan dikontribusikan untuk pendapatan keluarga.

Untuk mengetahui kontribusi pendapatan wanita pedagang bunga potong maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini:

Jenis bunga potong apa saja yang paling banyak dijual oleh wanita pedagang bunga potong di daerah penelitian? Berapa besar pendapatan wanita pedagang bunga potong per minggu? Apakah ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha, lokasi dan jumlah tanggungan keluarga ) terhadap pendapatan wanita pedagang bunga potong?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini bertujuan :

Untuk mengetahui jenis bunga yang paling banyak dijual oleh wanita pedagang bunga potong di daerah penelitian. Untuk mengetahui besar pendapatan wanita pedagang dari usaha dagang bunga potong. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha,lokasi, dan jumlah tanggungan keluarga) terhadap pendapatan wanita pedagang bunga potong.


(19)

Kegunaan Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

Bahan informasi bagi pemerintah untuk memberikan tempat dan fasilitas bagi pedagang bunga potong di pasar. Karena usaha dagang bunga potong merupakan sektor informal yang menyerap tenaga kerja wanita dalam menambah pendapatan keluarga, serta mengurangi pengangguran.Bahan infomasi bagi pihak-pihak yang respek terhadap masalah yang dihadapi oleh wanita sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Hipotesis Penelitian

Karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha, lokasi, dan jumlah tanggungan) berpengaruh terhadap pendapatan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Tinjauan Pustaka

Tanaman hortikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran, bunga-bungaan dan obat-obatan) mendapat perhatian besar dari pemerintah. Terbukti tanaman hortikultura dimasukkan ke dalam subsektor tanaman pangan, sehingga sekarang ini ada subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman hortikultura mendapat perhatian besar karena telah membukt ikan dirinya sebagai komoditi yang dapat dipakai sebagai sumber pertumbuhan baru di sektor pertanian (Soekartawi, 1996).

Bunga adalah bagian dari tumbuhan berbiji yang berfungsi sebagai alat reproduksi yang mempunyai empat bagian utama, yaitu sepal (daun kelopak), petal (daun mahkota), pistil (putik), dan stamen (benang sari). Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia. Mulai dari kelahiran, perkawinan, dan kematian (Widyawan, dan Prahastuti, 1994).

Tanaman bunga yang dapat menghasilkan bunga potong bernilai ekonomis dalam dunia perdagangan harus memenuhi 5 persyaratan yaitu;

1. Warnanya indah, mulus, bersih, dan tidak bernoda, serta bau wanginya tidak menyengat.

2. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong. 3. Tangkai cukup panjang dan kuat.


(21)

5. Bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim.

Oleh karena dalam bisnis bunga potong dikenal ada dua kelompok usahawan, yaitu produsen dan distributor, maka 5 persyaratan di atas perlu dipahami dan ditekuni. Hal ini merupakan faktor penentu suksesnya usaha para distributor dan produsen (Rismunandar, 1995).

Bunga potong dapat diklasifikasikan dalam empat golongan besar, yaitu; 1. Jenis bermusiman, dari famili: compositae, schrophulariaceae,

oenotheraceae, cruciferae, ranunculaceae, caryophyllaceae, malvaceae, papaveraceae, polemoniaceae, resedaceae.

2. Jenis berumur panjang, dari famili: compositae, palemoniaceae, rosaceae. 3. Jenis berumbi, dari famili: amarillidaceae, irridaceae, compositae, liliaceae. 4. Jenis anggrek (Orchidaceae)

Jenis bunga potong famili Compositae, misalnya: bunga aster, krisan, dahlia, garbera, dll. Jenis bunga potong famili rosaceae adalah bunga mawar. Jenis bunga potong famili caryophylliaceae adalah anyelir. Jenis bunga potong famili liliaceae adalah lili dan asparagus. Jenis bunga potong famili amarillidaceae adalah narsis dan sedap malam. Jenis bunga potong famili

irridaceae adalah gladiol. Jenis bunga potong famili araceae adalah anthurium

adalah anthurium. Jenis bunga potong famili orchidaceae adalah tanaman anggrek (Rismunandar, 1995).

Bunga potong seringkali hadir dalam berbagai kegiatan. Jenis bunganya pun beragam, sesuai tema acara. Bukan hanya jenis bunga, warna bunganya pun ikut berperan dalam menentukan jenis kegiatan. Untuk perayaan valentine


(22)

misalnya, dicari warna bunga pink atau bisa juga merah. Sedangkan perayaan imlek, warna bunga merah amat menonjol. Pada pesta pernikahan, muncul warna-warni bunga, seperti putih, merah, ungu, atau kuning. Untuk peristiwa kematian, butuh bunga ungu dan putih. Pesta ulang tahun atau peresmian kantor, serah terima jabatan, ataupun launching produk baru biasanya menggunakan bunga warna putih, merah, dan kuning (Risna, 2007).

Salah satu bunga yang sering digunakan untuk berbagai acara itu adalah bunga aster. Bunga ini punya keunggulan, karena bisa hadir hampir di setiap kegiatan atau acara. Mungkin bunga ini punya warna bermacam warna, bergantung jenisnya. Ragam warna bunga aster itu juga didukung oleh usaha mengintroduksi berbagai varietas dari Eropa dan Amerika. Mari kita simak jenis aster dengan warna bunganya:- Aster chinensis tipe Princes, warna bunga merah muda, biru muda, biru tua, kuning muda, dan putih.- Aster chinensis tipe Amerika, warna bunga biru, merah lembayung, merah muda, merah, dan putih.- Aster chinensis tipe Liliput, warna bunga putih, merah muda, merah tua, dan biru.- Aster chinensis tipe Giant Cornet, warna bunga merah muda, merah tua, dn putih- Aster novae-angliae, warna bunga violet muda.- Aster incisus, warna bunga violet dan kebiruan mirip krisan

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum. Klasifikasi botani tanaman hias krisan adalah sebagai berikut:


(23)

Divisi : Spermathophyta Famili : Asteraceae

Genus : Chrysanthemum

Species : C. morifolium Ramat, C. indicum, C. daisy dll

Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae. Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah, (warna dan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih).

Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut:

• Divisi : Tracheophyta

• Subdivisi : Pteropsida

• Klas : Angiospermae

• Subklas : Monocotyledoneae

• Ordo : Iridales

• Famili : Iridaceae

• Genus : Gladiolus

• Spesies : Gladiolus hybridus


(24)

Jenis dan jumlah produksi bunga potong yang paling banyak diusahakan di Sumatera Utara dan Kabupaten Karo, dapat dilihat pada Tabel 2. Produksi bunga potong di kabupaten Karo sebanyak 5.063.024 tangkai sedangkan Sumatera Utara sebanyak 6.063.487 tangkai. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bunga potong 83,5% berasal dari kabupaten Karo.

Tabel 3. Jenis Bunga Potong yang Diusahakan di Sumatera Utara dan Kabupaten Karo

No. Jenis Bunga Potong Karo (Tangkai)

Sumatera Utara (Tangkai)

1. Aster 2028892 2028892

2. Krisan 1379250 1443416

3. Gladiol 739075 877159

4. Sedap malam 876250 895110

5. Kenanga - 39467

6. Lidah buaya 12600 12600

7. Aggrek 26957 468323

8. Anthurium/Kuping Gajah - 36990

9. Anyelir - 2221

10. Gerbera/Hebras - 8271

11. Mawar - 145548

12. Heliconia/Pisang-pisangan - 75051

13. Melati - 17973

14. Palem - 12466

Total 5063024 6063487

Sumber: Dinas Pertanian Tingkat I Provinsi Sumatera Utara 2009

Image akan bunga potong akan meningkat dimasyarakat dilihat dari

meningkatnya konsumsi akan bunga potong dan beragamnya konsumen merupakan tanda-tanda prospek yang positif bisnis bunga potong dimasa mendatang. Sehingga keragaman bunga yang diperdagangkan juga meningkat sesuai dengan jenis bunga yang diminati konsumen. Oleh karena itu akan segera muncul pengusaha-pengusaha baru, pedagang bunga potong yang baru yang muncul bersamaan dengan perkembangan bisnis bunga potong tersebut


(25)

Aspek pemasaran merupakan aspek yang biasanya paling penting dalam agribisnis. Pemasaran pada dasarnya dapat diartikan sebagai transaksi jual-beli. Artinya pemilik barang menjual barang kepada pembeli pada tingkatan harga yang disepakati. Tetapi karena penjual kadang-kadang sulit untuk mencari pembeli dan sebaliknya, pembeli sulit mencari penjual, maka muncullah lembaga pemasaran. Munculah tengkulak, pedagang perantara, pedagang pengumpul, dan sebagainya. Umumnya aktivitas lembaga pemasaran melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Melakukan pembelian

2. Mengangkut barang yang dibeli 3. Memproses pengolahan

4. Melakukan grading (sortasi kualitas) 5. Melakukan pengemasan dan pengepakan 6. Melakukan penjualan, (Soekartawi, 1996).

Tingginya tingkat pendapatan masyarakat pada era industrialisasi dan globalisasi sekarang ini, maka telah menyebabkan terjadinya perubahan dalam kehidupan masyarakat, baik di segi pendapatan, selera maupun persepsi tentang bunga. Begitu pula dengan majunya kota-kota besar seperti Medan, Bandung, Semarang, dan lain-lain, menuju kota industri menjadikan tingkat pendapatan per kapita masyarakat terus meningkat, sehingga variasi kebutuhan juga meningkat dan salah satu permintaan terhadap bunga juga meningkat. Dengan demikian pengusaha dan pedagang bunga pun bersaing untuk menarik konsumen. Dalam banyak kenyataan persaingan yang dilakukan oleh pedagang lokal semakin ketat. Peran pasar sangat penting dan tidak boleh dikesampingkan karena antara


(26)

peningkatan poduksi disatu pihak dan pemasaran dilain pihak merupakan dua komponen yang saling berinteraksi, (Soekartawi, 1996).

Citra wanita dalam aspek sosial disederhanakan dalam dua peran, yaitu peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran wanita dalam keluarga apakah sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai pengurus rumah tangga, dimana memiliki tugas sebagai pendamping suami, membesarkan anak, mendidik dan mengurus rumah tangga seperti: menyapu, memasak dan lain-lain. Peran wanita dalam masyarakat yaitu dihubungkan dengan kegiatan sosial sesuai dengan yang ada dimasyarakat, terdiri dari selamatan, kegiatan gotong-royong, arisan dan lain-lain. Peran ialah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan (Sugihastuti, 2000).

Pada kenyataanya tidak sedikit wanita yang mempunyai peranan dalam pekerjaan mencari nafkah seperti bidang pertanian, perdagangan kecil, industri kecil dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa norma dalam lingkungan masyarakat telah mengalami perubahan. Dari perubahan ini terdapat dua pola peranan wanita antara lain:

1. Pola peranan dimana peranan wanita seluruhnya dalam pekerjaan rumah tangga

2. Pola peranan dimana wanita mempunyai dua peranan yaitu peranan dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan mencari nafkah.(Hutajulu,2004).

Pekerjaan wanita sebagai anggota keluarga, seperti terlihat dari berbagai kesibukan domestiknya, tidak mempunyai nilai pasar dan nilai tukar uang,


(27)

dianggap sebagai pekerjaan yang tidak penting. Kenyataan ini kemudian menjadi semacam lingkaran setan, pekerjaan wanita dalam rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan yang kurang berharga dibanding pekerjaan pria. Ada wanita yang menerima peran domestiknya itu seadanya, namun ada pula yang tidak sepenuhnya rela menerimanya. Citra wanita dalam keluarga seperti ini relatif dinamis, berbagai macam citra wanita dalam keluarga tergambarkan

(Sugihastuti, 2000).

Motivasi kerja wanita sangat sederhana hanya ingin mempertahankan kelangsungan hidup (survival), uang yang mereka peroleh habis untuk biaya hidup keluarga atau mungkin untuk kerabat mereka, sehingga motivasi kerja responden adalah untuk menghidupi keluarga. Rata-rata mereka menganggap kegiatan usaha ini sebagai pekerjaan utama/pokok mereka yang tetap yaitu dalam arti pekerjaan utama untuk mendapat penghasilan (Ihromi, 1995).

Landasan Teori

Wanita sesungguhnya merupakan sumber daya ekonomi yang tak kalah pentingnya dengan pria. Keberadaan wanita dalam rumah tangga bukan sebagai pelengkap fungsi reproduksi saja, namun lebih dari itu wanita terbukti memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga masyarakat, (Hutajulu,2004).

Wanita sering kali menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Semakin meningkatnya beban kerja dan menurunnya pendapatan yang berdampak pada kesehatan, pendidikan dan kekerasan. Sebagai pengelola rumah tangga menurunnya pendapatan seringkali mendesak wanita mencari alternatif


(28)

penghasilan ataupun dengan cerdik mencari jalan agar setiap anggota keluarga tetap mendapat makan sesuai dengan pendapatan (Ihromi, 1990).

Salah satu daya tarik yang mendorong wanita untuk terjun ke dunia perdagangan adalah kesempatan mereka untuk selalu memegang uang. Mereka akan merasa tenang jika sewaktu-waktu ada keperluan keuangan yang mendadak. Keterlibatan wanita dipasar akan memperbesar sumbangannya terhadap ekonomi rumah tangga (Abdullah, 1997).

Sumbangan pendapatan dari kerja rumahan tidak boleh diremehkan, mengingat rata-rata 45% pendapatan rumah tangga, adalah upah kerja perempuan buruh rumahan. Pendapatan tertinggi sebagai pekerja perempuan mencapai 90% pendapatan rumah tangga. Hal ini menunjukkan keabsahan pandangan dan label bahwa istri adalah membantu suami mencari nafkah. Gejala wanita yang bekerja tidak hanya terdapat pada golongan yang berpenghasilan rendah atau menengah, akan tetapi juga terdapat pada golongan yang berpenghasilan tinggi

(Ihromi, 1990).

Kebebasan ekonomi seorang wanita itu bukanlah fungsi dari ia berdagang, tetapi karena ia mendapat suatu penghasilan yang teratur dan dapat diandalkan dengan kegiatannya, di rumah tangga miskin penghasilan seorang wanita dari usaha dagang yang memberinya kesempatan untuk memegang peranan penting dalam ekonomi rumah tangga, sedangkan pada rumah tangga yang kaya, penghasilan seorang wanita memberinya dasar material untuk kekuasaan sosialnya (Khairuddin, 1997).


(29)

perdagangan. Strata paling atas adalah pedagang besar yang membeli barang dalam jumlah besar yang langsung dari produsen. Kemudian dikenal pedagang perantara yang membeli komoditi dari pedagang besar dan menjualnya pada pedagang kecil. Para pedagang kecil ini berjualan dengan modal kecil, komoditi yang diperdagangkan biasanya bahan pangan yang setiap hari perlu dan dijual habis. Para wanita biasanya ada pada strata terbawah hierarki tersebut, yaitu pedagang dengan modal kecil (Ihromi,1995).

Di pasar ada kecenderungan bahwa pedagang dari komoditas sejenis memilih untuk berlokasi secara berkonsentrasi/berdekatan. Berkumpulnya banyak penjual barang sejenis pada lokasi yang sama dapat menyebabkan pembeli memiliki kesempatan untuk membandingkan harga diantara para penjual yang menawarkan harga terendah yang dapat diperoleh konsumen, serta menciptakan pasar persaingan sempurna (Tarigan, 2004).

Pemasaran secara tradisional merupakan aktivitas usaha yang menunjukkan secara langsung aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Struktur pasar didasarkan pada indikator jumlah penjual, struktur biaya produksi, jumlah pembeli, dan kondisi permintaan (Sudiyo, 2004).

Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan (jauhnya) suatu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya, serta hubungan atau pengaruh terhadap keberadaan berbagai macam usaha lain. Semakin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama. Hal ini menunjukkan ada pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya (Tarigan, 2004).


(30)

Keragaman produk pengecer harus sesuai dengan harapan pelanggan yang dibidik. Pengecer harus menetapkan lebar (keragaman produk) dan dalam (kelengkapan) dari keragaman produk. Elemen keragaman produk yang lain adalah mutu barang, pelanggan tertarik tidak hanya pada jenis pilihan melainkan juga mutu produk yang dijual selalu ada pesaingnya, untuk itu pengecer harus mencari strategi lain untuk membedakan produk, misalnya menawarkan produk yang tidak dimiliki oleh pedagang lain (Kotler and Amstrong, 1996).

Karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan wanita pedagang bunga potong adalah :

1. Umur

Semakin muda umur pedagang bunga potong, maka akan semakin semangat untuk mengetahui hal-hal baru dalam usaha memasarkan bunga potong.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan hal penting dalam menjalankan usaha. Makin tinggi pendidikan pedagang maka akan lebih mudah mengerti tentang berbagai inovasi yang muncul untuk meningkatkan pendapatan.

3. Lama berdagang

Makin lama seseorang menjalan usaha dagang, maka akan lebih berpengalaman dalam teknik-teknik dalam berdagang yang kemudian akan dapat meningkatkan pendapatan.


(31)

4. Modal usaha

Modal merupakan hal yang tak boleh lepas dai kegiatan usaha. Makin besar modal yang dimiliki, maka akan memiliki kesempatan untuk membeli barang yang akan dijual, yang kemudian akan dapat meningkatkan pendapatan.

5. Lokasi

Lokasi yang strategis akan memudahkan atau menarik perhatian para konsumen. Dengan demikian lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan.

6. Jumlah tanggungan

Makin banyak jumlah tanggungan dala keluarga maka akan mengakibatkan pendapatan keluarga akan berkurang disebabkan karena kebutuhan yang akan semakin meningkat.

Kerangka Pemikiran

Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting dalam era modernisasi globalisasi. Masuknya perempuan ke pasar kerja memberikan gambaran terjadinya pergeseran pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin. Pembagian kerja dalam sistem patriarkhi yang selama ini terjadi di banyak komunitas dunia telah mengalami pergeseran. Saat ini batas sektor publik dan domestik sebagai pembatas antara wilayah laki-laki dan perempuan menjadi kabur. Hal ini tidak hanya terjadi pada kelas sosial tertentu saja namun pada semua lapisan sosial masyarakat (Soekartawati, 1996).


(32)

Kegiatan ekonomi atau mencari nafkah yang dilakukan oleh kaum wanita biasanya didukung oleh suami. Bentuk dukungan suami terhadap pekerjaan isterinya dapat dilihat dari kebebasan waktu yang diberikan suami untuk bekerja, membantu pekerjaan domestiknya, adanya bantuan yang diberikan suami pada isterinya baik dalam bentuk material dan moril.

Walaupun kaum perempuan banyak terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi, mereka cenderung menekuni usaha yang sangat kecil atau sambilan sebagai bagian dari strategi kelangsungan hidup keluarga (Ihromi,1990).

Usaha yang paling banyak ditekuni oleh kaum wanita adalah dunia perdagangan, baik itu perdagangan skala besar maupun skala kecil. Pedagang bunga potong merupakan pedagang skala usaha kecil. Usaha dagang yang dikelola oleh pedagang sangat diharapkan dapat memberikan output berupa uang.

Variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan wanita pada usaha dagang bunga potong, ada 2 karakteristik yaitu: karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi pedagang. Karakteristik sosial meliputi umur, tingkat pendidikan, serta lama berdagang. Umur berpengaruh karena pada usia produktif pedagang memiliki kekuatan sebab umurnya masih muda serta motivasi yang tinggi untuk berusaha. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki wawasan dan pola pikir yang lebih baik dalam mengelola usaha dagangnya. Lama berdagang adalah semakin lama wanita pedagang berusaha maka semakin banyak pelanggannya dan semakin pintar untuk menarik konsumen.

Karakteristik ekonomi yang mempengaruhi pendapatan wanita pada usaha dagang bunga potong adalah antara lain besarnya modal, lokasi, jumlah


(33)

modal akan mempengaruhi pendapatan pedagang dimana dengan modal yang cukup besar dapat membeli bunga-bunga serta biaya lain yang diperlukan untuk usaha. Lokasi pedagang adalah letak usaha yang strategis untuk bunga potong. Apabila suatu lokasi mudah dilalui oleh konsumen maka semakin strategis suatu tempat dan peluang bunga potong yang terjual akan semakin besar. Dengan kata lain semakin banyak produk yang terjual maka akan mempengaruhi pendapatan pedagang.

Pendapatan keluarga dapat berasal dari tiga sumber yaitu pendapatan suami, pendapatan isteri serta pendapatan anak jika anaknya telah bekerja atau telah dapat menghasilkan uang. Pendapatan suami adalah pendapatan yang diperoleh dari bekerja atau mencari nafkah.

Sedangkan pendapatan isteri adalah pendapatan wanita dalam berusaha dagang bunga potong. Pendapatan dari semua anggota keluarga dikumpulkan menjadi total pendapatan keluarga yang dapat digunakan untuk kebutuhan keluarga. Setelah diketahui seberapa besar jumlah pendapatan wanita pedagang dari usaha dagang bunga potong, maka dapat pula dihitung seberapa besar kontribusinya terhadap total pendapatan keluarga. Untuk lebih jelasnya uraian diatas dapat dilihat skema kerangka pemikiran wanita pedagang bunga potong dibawahini:

Wanita Pedagang Bunga


(34)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik Sosial Ekomomi terhadap Pendapatan Wanita Pedagang Bunga Potong.

Bunga Potong

Penerimaan

Pendapatan Bersih

Karakteristik sosial: - Umur

- Tingkat pendidikan - Pengalaman

berdagang

Karakteristik ekonomi: - Modal Usaha

- Lokasi


(35)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di pasar tradisional Kabanjahe Kabupaten Karo. Daerah penelitian ditentukan dengan metode purposive atau secara sengaja, didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan bahwa di Kabupaten Karo merupakan sentra produksi bunga potong terbesar di Sumatera Utara, pada pasar tradisional penelitian populasi sampel paling banyak, dan juga merupakan pasar yang terletak di pusat kota kabupaten sehingga ramai dikunjungi pelanggan dan aktivitas kota kabupatan yang banyak membutuhkan produk tersebut.

Metode Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus yaitu usaha memperoleh data dilakukan dengan jalan meneliti seluruh individu dalam populasi atau seluruh populasi dijadikan sampel (Soekartawati, 1996).

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang bunga potong yaitu sebanyak 12 orang di pusat pasar tradisional Kabanjahe Kabupateen Karo. Penentuan sampel menggunakan metode sensus didasarkan atas pertimbangan bahwa pada pedagang di daerah penelitian dapat berubah-ubah, adapun sampel adalah wanita yang telah berkeluarga dan bekerja sebagai pedagang bunga potong di daerah penelitian, yaitu dikios-kios/stand dan di kaki lima. Sampel yang diambil merupakan sampel yang representative, yaitu merupakan sampel yang dapat mewakili keadaan populasi pedagang bunga potong di Kabupaten Karo.


(36)

Metode Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan dilapangan dengan metode: Data Primer

1. Observasi

Data diperoleh dengan mengamati langsung pada subyek penelitian, dan melakukan pencatatan sistematis terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung (tanya-jawab) dengan responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Data Sekunder

Data sekunder berupa data dan alamat pasar tradisional di kabupaten Karo, luas wilayah, jumlah penduduk, dan lain-lain. Data diatas diperoleh dari lembaga instansi yang terkait, seperti dinas Perdagangan, Perindustrian dan Pertambangan Kabupaten Karo, dinas Perusahaan Daerah (PD) Pusat Pasar Kabanjahe, Dinas Pertanian Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan yaitu dari wanita pedagang bunga potong yang menjadi sampel penelitian terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana menurut variable-variabel yang telah ditentukan. Selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode analisis data yang sesuai.


(37)

Untuk hipotesis karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi wanita pedagang bunga potong, dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D1 + b6X dimana:

6

Y = Pendapatan (Variabel dependen) terhadap faktor-faktor sosial pedagang.

bo

b

= Konstanta yang mencerminkan pengaruh alami terhadap Y disebut koefisien intersep.

1, b2, b3,…, bi

X

= Konstanta yang mencerminkan pengaruh X terhadap Y disebut koefisien regresi.

1

X

= Umur (Tahun) 2

X

= Tingkat Pendidikan (Tahun) 3

X

= Lama Berdagang (Tahun) 4

D

= Modal Usaha (Rp/Minggu) 1

X

= Lokasi 5

Untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi pendapatan maka digunakan metode statistik penelitian dengan SPSS. Untuk menguji pengaruh variabel secara bersama-sama terhadap variabel Y digunakan uji F statistik yaitu:

= Jumlah tanggungan keluarga (orang)

F hit

) 1 ( ) 1 ( 2 2 − − − k n r k r =


(38)

Dimana:

2

r = Koefisien determinasi

n = Jumlah sample

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebab (Sudjana, 1992)

Kriteria uji :

Jika F-hitung < F-tabel ……… Hipotesis H0 diterima (H1 Jika F-hitung > F-tabel ……… Hipotesis H

ditolak). 1 diterima (H0

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variable (X) secara parsial terhadap variabel terikat (Y), maka dilakukan pengujian dengan uji t dengan rumus: ditolak). Keterangan: b1 Sb

= Koefisien regresi ke-1 1

n-k-1 = Derajat bebas

= Simpangan baku koefisien regresi ke-1

S2b1 S

= Standart error parameter b 2

y123 x

= Standart error estimasi i dan Di

H

= Variabel bebas (i = 1, 2, 3, 4, dan 5) 0

H

= Tidak ada pengaruh karakteristik sosial-ekonomi terhadap pendapatan wanita.

1 = Ada pengaruh karakteristik sosial-ekonomi terhadap pendapatan wanita. S2y123 =

1 2 − −       −

k n y y 1 1

Sb

b

T

hit

=

S2b1

(

)

= 2 2

123 2 1 i i R X y S


(39)

Kriteria uji:

t-hitung < t-tabel………Hipotesis (H0)diterima dan H1 t-hitung > t-tabel………Hipotesis (H

ditolak. 1)diterima dan H0 ditolak. Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi

• Pendapatan (Y) adalah total penerimaan setelah dikurangi total pengeluaran

• Umur (X1

• Tingkat Pendidikan (X

) adalah usia pedagang yang masih produktif dalam melakukan kegiatan berdagang, dihitung dalam satuan tahun.

2

• Pengalaman Berdagang (X

) adalah pendidikan formal yang pernah diikuti oleh responden, dihitung dalam satuan tahun.

3

• Modal Usaha (X

) adalah jumlah waktu/lama sampel berdagang, dihitung dalam satuan tahun.

4

• Lokasi (D

) adalah biaya yang dikeluarkan sampel untuk membeli bunga potong, dihitung dalam satuan rupiah/Minggu

1

• Jumlah tanggungan (X

) adalah strategis atau tidaknya suatu lokasi (variabel dummy).

5) adalah banyaknya jumlah tanggungan yang masih harus dipenuhi.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah pasar tradisional Kabanjahe, Kabupaten Karo. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2010.


(40)

3. Sampel penelitian adalah wanita yang bekerja sebagai pengusaha pada usaha dagang bunga potong di daerah penelitian.


(41)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN, DAN

KARAKTERISTIK WANITA SAMPEL

Deskripsi Wilayah Penelitian

Luas Daerah dan Letak Geografis Kota Kabanjahe

Kabanjahe merupakan ibukota kabupaten Karo dengan luas wilayah 44,65 Km2 dengan ketinggian 1200 M diatas permukaan laut. Bentuk topografi berbukit dan berudara sejuk dan beriklim dingin antara 160C - 270

 Sebelah Utara : Kecamatan Berastagi

C. Adapun batas-batas daerah adalah sebagai berikut:

 Sebelah Selatan : Kecamatan Simpang Empat

 Sebelah Barat : Kecamatan Munte

 Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah

Kecamatan Kabanjahe terdiri dari 13 kelurahan yaitu kelurahan/desa Lau Simomo, Kandibata, Kacaribu, Lau Cimba, Padang Mas, Gung Leto, Gung Negeri, Samura, Ketaren, Kampung Dalam, Rumah Kabanjahe, Kaban, Sumber Mufakat.

Keadaan Penduduk

Penduduk Kecamatan Kabanjahe berjumlah 54.000 jiwa dengan perincian laki-laki 26.935 jiwa dan wanita berjumlah 27.065 jiwa. Secara lebih terperinci jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di kecamatan Kabanjahe pada masing-masing desa/kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4:


(42)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Kabanjahe

No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Lau Simomo 276 283 559

2. Kandibata 863 904 1.767

3. Kacaribu 598 542 1.140

4. Lau Cimba 4.502 4.317 8.819

5. Padang Mas 4.301 4.221 8.522

6. Gung Leto 2.499 2.515 5.014

7. Gung Negeri 4.195 4.549 8.744

8. Samura 1.212 1.089 2.301

9. Ketaren 2.371 2.482 4.853

10. Kampung Dalam 3.582 3.546 7.128

11. Rumah Kabanjahe 703 741 1.444

12. Kaban 441 449 890

13. Sumber Mufakat 1.392 1.427 2.819

Jumlah 26.935 27.065 54.000

Sumber: Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2009

Kelompok usia produktif (15 tahun sampai 64 tahun) di kecamatan Kabanjahe yang tersebar pada 13 kelurahan yaitu : laki-laki 17.213 jiwa, perempuan 17.230 jiwa. Maka jumlah kelompok usia produktif 34.443 (76,54%) jiwa sedangkan usia non produktif 10.557 (23,46%). Dengan demikian depency

ratio 0,306. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu jiwa usia produktif akan

menanggung 0,64 jiwa tidak produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kecamatan Kabanjahe

No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1. 0-9 6.136 6.087 12.223

2. 10-19 6.075 6.209 12.284

3. 20-29 4.724 4.977 9.701

4. 30-39 4.483 4.351 8.834

5. 40-49 2.936 2.711 5.647

6. 50-59 1.432 1.365 2.797

7. 60-69 775 864 1.639


(43)

Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di kecamatan Kabanjahe adalah Petani, Industri, PNS/ABRI, dan lain-lainnya. Kecamatan Kabanjahe merupakan daerah pertanian karena sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani. Sedangkan yang lainnya termasuk didalamnya penduduk yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kecamatan Kabanjahe

No. Mata Pencaharian Jumlah

1. Petani 15.065

2. Industri 103

3. PNS/ABRI 1.795

4. Lainnya 1.309

Jumlah 18.172

Sumber: Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2009

Agama/Kepercayaan

Distribusi penduduk kecamatan Kabanjahe menurut agama dan kepercayaan terdiri atas agama katolik, kristen protestan, Islam, Hindu/Budha, lainnya. Jumlah agama terbesar adalah penduduk yang beragama kristen protestan dan jumlah yang terkecil adalah penduduk yang beragama hindu/budha. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Agama/Kepercayaan yang Dianut di Kecamatan Kabanjahe

No. Agama/Kepercayaan Jumlah

1. Katolik 10.029

2. Kristen Protestan 24.996

3. Islam 18.403

4. Hindu/Budha 152

5. Lainnya 420

Jumlah 54.000


(44)

Penggunaan Tanah

Luas wilayah kecamatan Kabanjahe menurut fungsinya dapat dibagi menjadi tanah sawah, tanah kering, bangunan/pekarangan, dan lainnya. Penggunaan tanah yang terluas yaitu pada tanah kering sebesar 2.710,5 Ha dan tersempit ada pada penggunaan tanah sebagai sawah yaitu 63,5 Ha. Areal persawahan di kecamatan Kabanjahe sangat minim karena daerah ini lebih banyak digunakan untuk tanaman hortikultura sebab sesuai dengan bentuk topografinya. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat dari Tabel 8.

Tabel 8. Luas Wilayah MenurutPenggunaan Tanah di Kecamatan Kabanjahe

Penggunaan Tanah Jumlah

(ha) Persentase (%) Tanah Sawah 63,5 1,42 Tanah Kering 2.710,5 60,75 Bangunan/Pekarangan 794,0 1,79

Lainnya 894,0 20,04

Jumlah 4.462,0 100,00

Sumber: Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2009

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di suatu daerah akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat yang tinggal pada daerah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarananya maka akan mempercepat laju perkembangan daerah tersebut. Sarana dan Prasarana yang terdapat di kecamatan Kabanjahe cukup memadai sehingga sarana dan prasarana yang ada cukup mendukung aktivitas masyarakat Kabanjahe tersebut. Sarana yang terdapat di kecamatan Kabanjahe yang telah disensus adalah sarana pendidikan, kesehatan,


(45)

Tabel 9. Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kabanjahe Tahun

No. Uraian Unit

Sarana Pendidikan

1. SD Negeri 25

2. SD Swasta 10

3. SMTP Negeri 4

4. SMTP Swasta 10

5. SMU Negeri 3

6. SMU Swasta 8

7. Universitas 1

Jumlah 62

Sarana Kesehatan

1. Rumah Sakit/Klinik 8

2. Puskesmas 1

3. Pustu 15

4. BPU 4

5. BKIA 2

6. Posyandu 16

Jumlah 46

Sarana Ibadah

1. Gereja 41

2. Masjid 11

3. Langgar/Mushola 2

4. Kuil -

5. Wihara 1

Jumlah 55

Sumber: Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2009

Karakteristik Wanita Sampel Pedagang Bunga Potong Karakteristik Sosial Pedagang Bunga Potong

Karakteristik sosial wanita pedagang bunga potong yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, lama berdagang. Secara umum karakteristik sosial wanita pedagang bunga potong dapat dilihat pada Tabel 10.


(46)

Tabel 10. Karakteristik Sosial Wanita Pedagang Bunga Potong di Daerah Penelitian.

Karakteritik Sosial Range Rataan

Umur (Tahun) 26-57 46

Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-12 10 Pengalaman Berdagang (Tahun) 2-14 9 Sumber : Data primer diolah, lampiran 1

Berdasarkan Tabel 10. maka umur responden berkisar antara 26 tahun sampai 57 tahun dengan ratan sebesar 46 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebahagian besar pedagang bunga potong masih dalam usia produktif

Tingkat pendidikan pedagang bunga potong antara 6-12 tahun dengan rataan 10 tahun atau setara tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden rendah.

Pengalamaan pedagang bunga potong berkisar antara 2-14 tahun dengan rataan 9 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman pedagang masih minim. Tabel 11. Karakteristik Ekonomi Wanita Pedagang Bunga Potong di Daerah

Penelitian

Karakteristik Ekonomi Range Rataan

Modal (Rp/Minggu) 500000-1800000 1183333.33

Lokasi 0-1 1

Jumlah tanggungan keluarga 1-4 3

Sumber : Data primer diolah, lampiran 1

Modal usaha merupakan karakteristik terpenting dalam usaha tanpa adanya modal tidak mungkin suatu usaha dapat dijalankan. Demikian halnya dengan responden yang bermata pencaharian sebagai pedagang bunga potong mereka memerlukan modal untuk menjalankan usaha dagang bunga potong mereka misalnya untuk membeli bunga, serta biaya-biaya lainnya. Adapun besarnya modal usaha yang mereka keluarkan berkisar pada Rp


(47)

500.000-Lokasi berdagang wanita pedagang bunga potong adalah letak berdagang responden yang strategis. Dimana letak yang strategis dapat diasumsikan pada tempat-tempat yang mudah dijangkau dan sering dilalui konsumen. Lokasi berdagang yang strategis merupakan lokasi yang baik untuk berdagang bunga potong karena para konsumen akan mencari tempat yang mudah dijangkau. Lokasi merupakan suatu kualitas yang tidak memiliki angka akan tetapi masih dapat dikuantitaskan/diukur dengan memberikan nilai, nilai 1 (satu) untuk lokasi sifatnya strategis dan nilai 0 (nol) untuk lokasi yang tempatnya kurang strategis. Kisaran lokasi responden berada pada angka 0-1 dengan angka rata-rata adalah 1, angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang berada pada lokasi yang strategis.

Volume penjualan adalah banyaknya produk atau bunga potong yang terjual. volume penjualan diperoleh dari banyaknya bunga potong yang dibeli dikurangi dengan banyaknya bunga potong yang terbuang/tidak laku. Volume penjualan bunga potong berkisar pada 65-110 ikat/minggu, sedangkan rata-rata bunga potong yang terjual sebanyak 100 ikat perminggu tiap seorang pedagang.


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan pada wanita pedagang bunga potong sebanyak 12 orang yang ditentukan dengan metode sensus di pusat pasar Kabanjahe, Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo.

Jenis Bunga Potong Yang di Jual di Daerah Penelitian

Jenis bunga potong yang dijual oleh wanita responden bervariasi dan biasanya didasarkan pada bunga yang paling diminati oleh konsumen. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa jenis bunga potong diminati oleh konsumen yaitu bunga krisan, aster, gladiol, sedap malam dan Anggrek. Oleh karena bunga krisan, aster, gladiol, sedap malam dan Anggrek sangat diminati oleh konsumen sehingga hampir seluruh pedagang menjual jenis bunga ini, akan tetapi untuk bunga anggrek ada 1 pedagang yang tidak menjual karena memang bunga ini sulit mencarinya dari petani anggrek. Lidah buaya memang pernah di sediakan pedagang, tetapi karena tidak laku dijual sehingga pedagang tidak menjualnya lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 11.

Tabel 12. Jenis Bunga Potong yang Dijual dan Volume Penjualan Wanita Pedagang Bunga Potong.

Jenis Bunga Volume Penjualan (Ikat/Minggu)

Persentase Penjualan (%)

Krisan 270 22.5

Aster 240 20

Gladiol 235 19.58

Sedap Malam 245 20.41

Anggrek 210 17.5

Total 1200 100

Sumber : Data primer diolah, lampiran 1


(49)

yang tertinggi yaitu 270 ikat/minggu dengan persentase 22,5%, bunga sedap malam yaitu 240 ikat/minggu dengan persentase 20,4 %, bunga aster sebanyak 240 ikat/minggu dengan persentase 20 %, bunga gladiol 235 ikat/ minggu dengan persentase 19,5 % dan bunga anggrek sebanyak 210 ikat/minggu dengan persentase 17.5 %.

Menurut Soekartawi 1996, keunikan dari bunga Krisan adalah krisan batang tunggal ada yang berbunga dua sampai tiga buah. Bentuknya cukup besar, juga tersusun dengan bunga pitanya. Warna dan tipenya beragam yaitu, helaian bunga melengkung kedalam, helaian bunganya berbentuk pipa atau corong, helaian bunga berbulu dan helaian bunga bergerigi.

Konsumen lebih menyukai bunga krisan dari pada bunga lain hal ini disebabkan oleh bunga krisan sesuai dengan selera konsumen, dimana bunga krisan cukup menarik, warnanya yang bervariasi, bentuk/ukurannya yang cukup besar. Hal inilah yang mengguga h selera konsumen sehingga walaupun harganya sedikit lebih mahal akan tetapi konsumen tetap memilih untuk membeli bunga krisan. Dengan demikian maka identifikasi terhadap jenis bunga potong yang paling banyak diminati konsumen telah dapat dijawab dimana jenis bunga potong yang diminati oleh konsumen adalah bunga Krisan.


(50)

Gambar 3. Bunga Aster

Gambar 4. Bunga Gladiol


(51)

Analisis Pendapatan Wanita Pedagang Bunga Potong

Pendapatan wanita pedagang bunga potong adalah besarnya penjualan dikurangi dengan modal usaha. Besarnya penjualan bunga potong diperoleh dari banyaknya bunga potong yang dibeli dikurangi dengan yang terbuang. Setiap pembelian bunga potong ada yang terbuang, hal ini disebabkan sifat bunga potong yang tidak tahan lama.

Besarnya penjualan diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan volume penjualan yang dilakukan pada tiap jenis bunga potong. Melalui penjumlahan hasil penjualan pada tiap jenis bunga potong yang dijual pedagang maka diperolehlah total hasil penjualan bunga potong.

Harga beli pedagang sesuai dengan harga pasar, setiap pedagang mengikuti harga yang berlaku yaitu harga pasar. Harga jual dan harga beli bunga potong dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Harga Beli dan Harga Jual Bunga Potong.

Jenis Bunga Range Harga Beli/Ikat

Range Harga Jual/ikat

Krisan 17.000 15000-23000

Aster 1.000 2000-3000

Gladiol 12.000 17000-25000

Sedap Malam 19.000 10000-22000

Anggrek 2.500 4500-6000

Sumber : Data primer diolah, lampiran 4

Modal usaha yang dikeluarkan oleh wanita pedagang bunga potong adalah banyaknya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk berbagai macam kegiatan, antara lain pembelian bunga potong, sewa tempat, pajak, kebersihan, keamanan, biaya tenaga kerja, gunting dan ember.


(52)

Rata-rata setiap pedagang mengeluarkan modal paling besar pada pembelian bunga potong sebesar Rp 1.183.504,3/minggu. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Biaya yang Dikeluarkan Rata-Rata Pedagang dalam Seminggu.

No. Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Responden

Biaya Per Minggu (Rp)

Rata-Rata Biaya Per Minggu (Rp) 1. Pembelian Bunga Potong 14.200.000 1.183.333,3

2 Sewa Tempat 188.500 15.708,3

3 Pajak 161.000 13.416,6

4. Tenaga Kerja

900.000

75.000

5 Gunting 260.333,3 21.694,4

6 Ember 542.500 45.208,3

Jumlah 16.252.333 1.183.504,3

Sumber : Data Primer Diolah, Lampiran 3

Pendapatan bersih pedagang dapat diperoleh dengan mengurangkan antara jumlah penjualan dengan modal usaha. Rata- rata pendapatan masing-masing pedagang Rp 441.055,5/minggu sedangkan pendapatan terkecil yaitu Rp 107.833,3/minggu sedangkan pendapatan tertinggi adalah Rp.1.065.000/minggu. Untuk lebih jelasnya lihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Pendapatan Bersih Rata-rata Wanita Pedagang Bunga Potong Per Minggu. Uraian Jumlah (Rp/Minggu) Rata-Rata Jumlah (Rp/Minggu)

1. Penerimaan 29.715.000 1.981.000

2. Modal Usaha 19.448.450 1.296.563,3


(53)

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pedagang Bunga potong

Untuk menguji Karakteristik yang mempengaruhi pendapatan pedagang bunga potong di Pusat Pasar Trandisional Kabanjahe, Kabupaten Karo digunakan analisis linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent)) adalah umur, tingkat pendidikan,lama berdagang. Sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent) adalah pendapatan (Y)

Adapun hasil pengujian karakteristik yang mempengaruhi pendapatan pedagang bunga potong di Pusat Pasar Tradinasional Kabanjahe, Kabupaten Karo jadi dapat kita lihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Analisis Varian Pendapatan dan Hasil Penduga Variabel Sumber Derajat Bebas F-tabel F-hitung Tingkat

Signifikansi

Regresi 6 4,95 2,295 0,190

Residual 5

Total 11


(54)

Tabel 17. Analisis regresi Linier berganda adalah umur (X1), Pengalamaan

berdagang (X2), tingkat pendidikan (X3), modal usaha (X4) lokasi

usaha (X5) dan Jumlah tanggungan keluarga (X6) di Pasar

tradinasional Kabanjahe, Kabupaten Karo.

Variabel Koefisien Regresi

Std. Eror t-hitung Signifikan

Konstanta 1595644.295 553583.038 2.882 0.034

X1 -8539.242 7140.725 -1.196 0.285

X2 -3765.884 30903.731 -.122 0.908

X3 -14020.394 44069.828 -.318 0.763

X4 -.154 .215 -.718 0.505

X5 172786.537 213386.162 .810 0.455

X6 -212630.003 126955.543 -1.675 0.155

R square 0.734

Regresion 105475229191.687 Residual 45966283706.274 F Ratio 3.312

F-tabel

(α=0,05) 4,95

t-tabel

(α=0,05) 1.812

Sumber : hasil pengolahan data primer

Keterangan : a. Predictors: (constant), adalah umur (X1), Pengalamaan berdagang (X2), tingkat pendidikan (X3), modal usaha (X4) lokasi usaha (X5

b. Dependent Variabel: Pendapatan Bersih ) dan Jumlah tanggungan keluarga (X6)

Berdasarkan Tabel 9 diperoleh persamaan sebagai berikut :

Y= 1.595.644,29-8.539.24X1–3.765,88X2-14.020,39X3 – 154 X4+172786.537X + -212,630,00 X6+ µ


(55)

• Apabila variabel bebas umur pedagang bunga potong (X1) mengalami penurunan 1 tahun maka terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp. 8.539,2/minggu.

• Apabila variabel bebas tingkat pendidikan pedagang bunga potong (X2) mengalami penurunan 1 tahun maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar. Rp. 3.765,8/minggu.

• Apabila variabel bebas tingkat pendidikan bunga potong (X3

• Apabila variabel bebas modal usaha (X4) mengalami penurunan sebesar Rp.1,maka akan terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp.154/minggu.

) mengalami penurunan 1 tahun, maka akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp. 14.020,3/minggu.

• Apabila variabel bebas lokasi usaha (X5) mengalami peningkatan 1, maka akan terjadi peningkatan pendapatan (Y) sebesar Rp. 172.786,5/minggu. • Apabila variabel bebas volume bunga potong (X6) mengalami penurunan

tanggungan keluarga 1 orang akan terjadi penurunan pendapatan (Y) sebesar Rp.212,630/minggu.

• Apabila variabel X1, X2, X3,X4, X5, X6 yang dianalisis dianggap nol pedagang bunga potong (tidak melakukan aktivitas), maka pedagang akan menanggung biaya sebesar Rp. 1.595.644,2/minggu atau Rp. 212.630/minggu.

Keterangan :

Y : Pendapatan bunga potong (Rp) X1

X

: Umur pedagang bunga potong (tahun) 2

X

: Lamanya berdagang (tahun) 3 : Tingkat pendidikan (tahun)


(56)

X4 X

: Modal Usaha (Rp) 5

X

:Lokasi Usaha

6 : Jumlah tanggungan keluarga (orang) Berdasarkan Hasil Regresi di atas dapat diketahui :

1 Nilai konstanta/Intersept adalah sebesar 1.595.644,2 artinya apabila variabel bebas yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalamaan berdagang, modal usaha, lokasi usaha dan volume bunga potong tidak ada maka wanita pedagang bunga potong tetap mendapat hasil sebesar nilai konstanta yaitu Rp. 721353.4. 2 R Square bernilai 73.4%, artinya bahwa semua variabel bebas umur ,

pengalamaan berdagang, tingkat pendidikan , modal usaha, lokasi usaha dan jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi variabel terikat sebesar 71.3% dan selebihnya yaitu sebesar 26.6% dijelaskan oleh variabel lain (µ) yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3 Secara serempak nilai F-hitung (2,295) lebih kecil daripada F-Tabel (4,95). Hal ini menunjukkan bahwa secara serempak semua variabel tersebut yaitu umur, Pengalamaan berdagang, tingkat pendidikan , modal usaha lokasi usaha dan jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh secara nyata (tidak berpengaruh positif) terhadap pendapatan pedagang pada taraf 95 %.

4 Secara Partial:

•Variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X1) sebesar -1.196 lebih kecil dari nilai

t-tabel (α= 5) yakni sebesar 1.812. Hal ini menunjukkan berarti kriteria penambahan umur pedagang tidak mendorong pedagang dalam


(57)

•Variabel lama berdagang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X2

• Variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X

) sebesar -.0122 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,812. Hal ini menunjukkan berarti kriteria penambahan lama berdagang tidak mendorong pedagang dalam mengembangkan usaha dagang bunga potong di daerah penelitian.

3

• Variabel modal usaha tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bungan potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X

) sebesar -0.318 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,812. Hal ini menunjukkan berarti kriteria peningkatan pendidikan pedagang tidak mendorong pedagang dalam mengembangkan usaha dagang bunga potong di daerah penelitian.

4) sebesar – 0.718 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,812. Hal ini menunjukkan berarti kriteria penambahan modal usaha tidak mendorong pedagang dalam mengembangkan usaha dagang bunga potong di daerah penelitian. Variabel lokasi usaha tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X5) sebesar 0,810 lebih kecil dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,812. Hal ini berarti kriteria jarak lokasi


(58)

usaha tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong.

Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki tidak pengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X6) sebesar 1.675 lebih besar dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,812. Hal ini berarti kriteria pengurangan tanggungan keluarga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong.


(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jenis-jenis bunga potong yang dijual pedagang di daerah penelitian adalah ester (19,1%), krisan (23,4%), gladiol (19,8%). sedap malam (20.5%), dan bunga anggrek (17%).

Karakteristik umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha, lokasi usaha dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang bunga potong.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian adalah:

Untuk meningkatkan pendapatan pedagang bunga potong di daerah penelitian diharapkan pedagang meningkatkan volume bunga potong dan Kendala utama yang dihadapi pedagang bunga potong dalam upaya meningkatkan pendapatan pedagang adalah ketahanan bunga, dengan demikian di harapkan agar bunga yang di jual diambil sesuai dengan kebutuhan konsumen.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Adullah. R.T. 1997. Peranan Perempuan dari Perspektif Psikologi dalam

Partisipasi Tenaga Kerja Wanita dalam Pembangunan dan Permasalahannya, UNPAD, Bandung.

Herlambang. T. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. http: // www. Litbang. Deptan. go.id/ Teknologi/ one/ 6/ Peluang Tanaman Hias

Ekspor/ 2005.

http: // Oryza 090101. Multiply. Com/ Journal/ Item/ 9/ Agribisnis Bunga Krisan/ 2005.

Hutajulu. A. T. 2004. Peranan Wanita Desa dalam Pembangunan pada

Masyarakat Batak yang Patrilineal: Studi Kasus di Desa Ompu Raja

Hutaea, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dalam Panen 20 Tahun. Puspa Swara, Bogor.

Khairuddin. R. o. 1997. Citra Wanita dan Kekuasaan. Gramedia Jakarta.

Kismono. R. 2001. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. UI Press. Jakarta.

Koller and Anstrong. 1996. Prinsip Dasar ekonomi Pertanian Teori dan

Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta.

Oey, dkk. 1996. Wanita Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rintuh dan Miar. 2005. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Rismunandar, dan Prahastuti. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Risna. 2007. Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Kanisius, Yogyakarta. Soekartawi (a). 1993. Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani

Kecil. UI Press, Jakarta.

Soekartawi (b). 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Gafindo Persada, Jakarta. Sudiyo. S. U. 2004. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta.

Sugihastuti. U. 2000. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Rajawali, Jakarta.


(61)

Tarigan. S. 2004. Agribisnis Tori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

T. O. Ihromi. 1990. Kajian Wanita dalam Pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Widyawan dan Prahastuti. 1994. Agibisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.


(62)

Lampiran 2. Jenis Bunga Potong yang dijual Pedagang Bunga Potong

No Sampel

Jenis-Jenis Bunga Yang di Jual di Pedagang Bunga

Potong

Jumlah Jenis Bunga Ester Krisan Gladiol Sedap Malam Lidah Buaya Anggrek

1 √ √ √ √ 0 √ 5

2 √ √ √ √ 0 √ 5

3 √ √ √ √ 0 √ 5

4 √ √ √ √ 0 0 4

5 √ √ √ √ 0 √ 5

6 √ √ √ √ 0 √ 5

7 √ √ √ √ 0 √ 5

8 √ √ √ √ 0 √ 5

9 √ √ √ √ 0 √ 5

10 √ √ √ √ 0 √ 5

11 √ √ √ √ 0 √ 5


(63)

Lampiran 6. Pengolahan SPSS Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .856(a) .734 .414 214397.490 .734 2.295 6 5 .190

a Predictors: (Constant), Jumlah_tanggungan, Lokasi_usaha, Umur_Tahun, Pengalamaan_berdagang, Modal, Tingkat_Pendidikan b Dependent Variable: Pendapatan_bersih

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 632851375

150.120 6

10547522919

1.687 2.295 .190(a)

Residual 229831418

531.370 5

45966283706.

274

Total 862682793


(1)

usaha tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong.

Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki tidak pengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong, jika diukur pada tingkat kepercayaan 95 % yang ditunjukkan oleh t-hitung (X6) sebesar 1.675 lebih besar dari nilai t-tabel (α=0.05) yakni sebesar 1,812. Hal ini berarti kriteria pengurangan tanggungan keluarga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pendapatan pedagang bunga potong.


(2)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Jenis-jenis bunga potong yang dijual pedagang di daerah penelitian adalah ester (19,1%), krisan (23,4%), gladiol (19,8%). sedap malam (20.5%), dan bunga anggrek (17%).

Karakteristik umur, tingkat pendidikan, lama berdagang, modal usaha, lokasi usaha dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempunyai pengaruh terhadap pendapatan pedagang bunga potong.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian adalah:

Untuk meningkatkan pendapatan pedagang bunga potong di daerah penelitian diharapkan pedagang meningkatkan volume bunga potong dan Kendala utama yang dihadapi pedagang bunga potong dalam upaya meningkatkan pendapatan pedagang adalah ketahanan bunga, dengan demikian di harapkan agar bunga yang di jual diambil sesuai dengan kebutuhan konsumen.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adullah. R.T. 1997. Peranan Perempuan dari Perspektif Psikologi dalam Partisipasi Tenaga Kerja Wanita dalam Pembangunan dan Permasalahannya, UNPAD, Bandung.

Herlambang. T. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. http: // www. Litbang. Deptan. go.id/ Teknologi/ one/ 6/ Peluang Tanaman Hias

Ekspor/ 2005.

http: // Oryza 090101. Multiply. Com/ Journal/ Item/ 9/ Agribisnis Bunga Krisan/ 2005.

Hutajulu. A. T. 2004. Peranan Wanita Desa dalam Pembangunan pada Masyarakat Batak yang Patrilineal: Studi Kasus di Desa Ompu Raja Hutaea, Kecamatan Laguboti, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Dalam Panen 20 Tahun. Puspa Swara, Bogor.

Khairuddin. R. o. 1997. Citra Wanita dan Kekuasaan. Gramedia Jakarta.

Kismono. R. 2001. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. UI Press. Jakarta.

Koller and Anstrong. 1996. Prinsip Dasar ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta.

Oey, dkk. 1996. Wanita Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rintuh dan Miar. 2005. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Rismunandar, dan Prahastuti. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Risna. 2007. Prospek Agribisnis dan Teknik Budidaya. Kanisius, Yogyakarta. Soekartawi (a). 1993. Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani

Kecil. UI Press, Jakarta.

Soekartawi (b). 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Gafindo Persada, Jakarta. Sudiyo. S. U. 2004. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta.

Sugihastuti. U. 2000. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Rajawali, Jakarta.


(4)

Tarigan. S. 2004. Agribisnis Tori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

T. O. Ihromi. 1990. Kajian Wanita dalam Pembangunan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Widyawan dan Prahastuti. 1994. Agibisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.


(5)

Lampiran 2. Jenis Bunga Potong yang dijual Pedagang Bunga Potong

No Sampel

Jenis-Jenis Bunga Yang di Jual di Pedagang Bunga

Potong

Jumlah Jenis Bunga Ester Krisan Gladiol Sedap Malam Lidah Buaya Anggrek

1 √ √ √ √ 0 √ 5

2 √ √ √ √ 0 √ 5

3 √ √ √ √ 0 √ 5

4 √ √ √ √ 0 0 4

5 √ √ √ √ 0 √ 5

6 √ √ √ √ 0 √ 5

7 √ √ √ √ 0 √ 5

8 √ √ √ √ 0 √ 5

9 √ √ √ √ 0 √ 5

10 √ √ √ √ 0 √ 5

11 √ √ √ √ 0 √ 5

12 √ √ √ √ 0 √ 5


(6)

Lampiran 6. Pengolahan SPSS

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .856(a) .734 .414 214397.490 .734 2.295 6 5 .190

a Predictors: (Constant), Jumlah_tanggungan, Lokasi_usaha, Umur_Tahun, Pengalamaan_berdagang, Modal, Tingkat_Pendidikan b Dependent Variable: Pendapatan_bersih

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 632851375

150.120 6

10547522919

1.687 2.295 .190(a)

Residual 229831418

531.370 5

45966283706.

274

Total 862682793