Sejarah Bahasa Pemrograman LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Bahasa Pemrograman

Pada awal komputer diciptakan, para pemrogram diharuskan untuk memrogram komputer dengan suatu bahasa, dimana tiap instruksi direduksi menjadi serangkaian angka-angka yang dikenal dengan bahasa mesin machine language. Program yang ditulis dengan bahasa mesin dapat langsung diinputkan kepada komputer, dan dapat dijalankan tanpa perlu diterjemahkan terlebih dahulu. Tetapi, bahasa mesin merupakan bahasa yang sulit dipahami oleh manusia. Oleh karena itu, perekayasa perangkat lunak memilih untuk menulis program dengan menggunakan bahasa sederhana, dimana tiap kata dalam bahasa tersebut mewakili instruksi bahasa mesin. Bahasa ini dikenal dengan bahasa rakitan assembly language. Kemudian, kode program bahasa rakitan yang ditulis oleh perekayasa perangkat lunak, dirakit diterjemahkan oleh pemrogram menjadi kode program bahasa mesin, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.1, untuk kemudian diinputkan kepada komputer. Programmer . . MOV A, 4 7 ADD A, B HALT . . . . 1010 11 11 0011 0111 0111 0110 . . Bahasa Rakitan Assembly Language Proses Perakitan Assembly Bahasa Mesin Machine Language Gambar 2.1 Proses Perakitan Program Sumber: Practical C Programming Jefri Umar : Analisis Perancangan Perangkat Lunak Ide Integrated Development Environment Fortran G77, 2009. Pada saat itu, proses penerjemahantranslasi merupakan pekerjaan yang sulit serta memerlukan ketelitian dan ketepatan. Sehingga dibangun suatu program yang disebut assembler untuk melakukan pekerjaan tersebut. Namun, pada saat tersebut biaya pengoperasian komputer jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk menggaji pemrogram. Seiring berkembangnya komputer, proses penerjemahan bahasa rakitan dengan menggunakan assembler menjadi lebih efektif. Dengan pemanfaatan bahasa rakitan, program menjadi lebih terstruktur dan lebih mudah untuk dipahami. Tetapi, program yang ditulis dengan bahasa rakitan menjadi lebih rumit untuk dipahami dan dijalankan oleh komputer; Program terlebih dahulu harus diterjemahkan menjadi bahasa mesin sebelum dapat dijalankan. Kemudian, untuk memperluas pemanfaatan bahasa pemrograman, maka pengembang perangkat lunak mengembangkan bahasa pemrograman yang lebih baik. Bahasa pemrograman ini digolongkan sebagai bahasa pemrograman tingkat tinggi high level language. Bahasa pemrograman berkembang menjadi semakin mudah untuk digunakan oleh para pemrogram. Bahasa pemrograman tingkat tinggi memerlukan tambahan tahapan proses untuk penerjemahan sebelum dapat dijalankan oleh komputer. Tetapi, waktu yang diperlukan untuk melakukan penerjemahan tidak menjadi masalah yang signifikan. Sejalan dengan perkembangan kecepatan komputasi, waktu yang diperlukan untuk menerjemahkan kode program bahasa tingkat tinggi menjadi bahasa mesin menjadi semakin singkat. Serangkaian bahasa pemrograman tingkat tinggi yang telah dikembangkan, diantaranya: COBOL, Fortran, Pascal, C.

2.2 Tahapan Proses Penerjemahan Program