Menurut Jones 1994: 150 bahwa formulasi adalah suatu aktifitas yang mengandung unsur politik, walau ini tidaklah dilakukan seorang anggota parpol. Dengan menggunakan
perencanaan yang lebih netral pun tidak dapat menghindari dan mengubah hal yang demikian. Saling mempengaruhi persepsi seseorang dalam merumuskan kebijakan pastilah tidak dapat
dihindari. Masing-masing pembuat kebijakan yang memiliki persepsi berbeda akan menyarankan Bagaimana agar ide atau perencanaan dan rancangan miliknya tersebut dapat ditetapkan.
2.2 Pengembangan Alternatif Kebijakan
Salah satu tahap dalam perumusan kebijakan publik adalah tahap pengembangan alternatif kebijakan dan menentukan kriteria seleksi terhadap berbagai alternatif yang
ditawarkan. Kebijakan yang dipilih adalah kebijakan yang telah lolos dari proses seleksi karena dipandang lebih unggul daripada alternatif kebijakan yang lain.
Menurut Islamy 2001: 92-95 Setelah beberapa masalah umum dapat masuk dalam agenda pemerintah, maka langkah selanjutnya adalah perumusan usulan-usulan kebijakan publik
policy agenda. Perumusan kebijakan adalah kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan yang perlu untuk memecahkan masalah. Yang termasuk ke dalam kegiatan
ini adalah: mengidentifikasi alternatif, mendefenisikan dan merumuskan alternatif, dan memilih alternatif yang “memuaskan” atau paling memungkinkan untuk dilaksanakan”.
1. Mengidentifikasi alternatif
Problem-problem umum yang telah jelas dirumuskan oleh pembuat kebijakan dan telah disepakati untuk memasukkannya ke dalam agenda pemerintah berarti siap untuk dibuatkan
usulan kebijakan untuk memecahkan masalah tadi. Sebelum pembuat kebijakan merumuskan usulan kebijakan maka terlebih dahulu harus melakukan identifikasi terhadap alternatif-alternatif
Universitas Sumatera Utara
untuk kepentingan pemecahan masalah tersebut. Alternatif-alternatif kebijakan itu tidak begitu saja tersedia. Terhadap problem yang hampir sama maka pembuat kebijakan dapat menggunakan
alternatif-alternatif kebijakan yang pernah dipilih namun untuk problem-problem baru pembuat kebijakan dituntut untuk secara kreatif menemukan alternatif-alternatif kebijakan yang baru.
2. Mendefenisikan dan merumuskan alternatif kegiatan
Mendefenisikan dan merumuskan alternatif ini bertujuan agar masing-masing alternatif yang telah dikumpulkan oleh pembuat kebijakan tersebut. Nampak dengan jelas pengertiannya.
Semakin jelas alternatif itu diberi pengertian maka akan semakin mudah pembuat kebijakan menilai dan mempertimbangkan aspek positif dan negative dari masing-masing alternatif
tersebut. Sebaliknya, alternatif yang tidak dapat didefenisikan atau dirumuskan dengan baik maka tidak akan dapat dipakai secara baik sebagai alternatif kebijakan untuk memecahkan
masalah. Selain itu persamaan persepsi sebagai hasil dari proses berfikir yang empatik pada setiap pembuat kebijakan sangat diperlukan sehingga dapat mendefenisikan alternatif kebijakan
dengan baik. Hal ini karena alternatif kebijakan yang telah didefenisikan dengan baik dan jelas akan mempermudah proses penilaian terhadap masing-masing alternatif tersebut.
3. Menilai alternatif
Menilai alternatif adalah kegiatan pemberian bobot nilai pada setiap alternatif, sehingga nampak dengan jelas bahwa setiap alternatif mempunyai nilai bobot kebaikan dan
kekurangannya masing-masing. Dengan mengetahui bobot positif dan negative dari masing- masing alternatif itu maka pembuat kebijakan akan mengambil sikap untuk menentukan
alternatif mana yang lebih memungkinkan untuk dipakaidilaksanakan. Alternatif yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
bobot positif yang lebih bersar dibandingkan bobot negatifnya, maka apabila dipakai sebagai alternatif kebijakan akan memberikan dampak atau akibat yang positif juga.
Untuk dapat melakukan penilaian terhadap alternatif dengan baik maka diperlukan kriteria tertentu, misalnya adalah sampai seberapa jauh alternatif tersebut dapat dilaksanakan dan
diterima semua pihak sehingga menghasilkan dampak yang positif. Kriteria ini tidak hanya bermakna bahwa pemilihan alternatif kebijakan mempunyai resiko tenaga, biaya, dan waktu,
tetapi jauh lebih penting dari itu adalah bahwa alternatif yang dipilih tersebut benar-benar berfungsi dengan baik pragmatis dan menguntungkan semua pihak.
4. Memilih alternatif kebijakan yang “memuaskan”
Proses pemilihan alternatif kebijakan yang memuaskan atau yang paling memungkinkan untuk dilaksanakan barulah dapat dilakukan setelah pembuat kebijakan berhasil dalam
melakukan penilaian terhadap alternatif-alternatif kebijakan. Kegiatan memilih alternatif kebijakan yang memuaskan tidaklah semata bersifat rasional tetapi juga emosional, dalam artian
bahwa pembuat kebijakan para pembuat kebijakan akan menilai alternatif-alternatif kebijakan sebatas kemampuan rasionya dengan mengantisipasikan dampak positif dan negatifnya, dan
selanjutnya membuat pilihan alternatif tersebut bukan hanya untuk kepentingan dirinya tetapi juga untuk kepentingan pihak-pihak yang akan memperoleh pengaruh, akibat, dan konsekuensi
dari pilihan alternatif tersebut. Dengan kata lain pemilihan alternatif kebijakan yang memuaskan itu bersifat obyektif dan subyektif.
2.3 Kriteria Seleksi