Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor

PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN
SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen)
DENGAN TEKNIK LATERAL ROOT MANIPULATION (LRM)
DI BOJONG JENGKOL, KABUPATEN BOGOR

PUTRI AURUM

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbaikan
Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan
Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Kabupaten Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Putri Aurum
NIM E44100018

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

iii

ABSTRAK
PUTRI AURUM. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria
(L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol,
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA dan YADI SETIADI.
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) merupakan tanaman cepat
tumbuh (fast growing spesies) yang memiliki tingkat adaptasi yang baik. Akan tetapi
dengan kondisi tanah yang kompak dan mengalami pemadatan, tanaman sengon bisa

menunjukkan gejala pertumbuhan yang kerdil. Teknik Lateral Root Manipulation (LRM)
merupakan salah satu teknik budidaya tanaman yang dapat memperbaiki pertumbuhan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji respon pertumbuhan anakan sengon
yang diberi perlakuan LRM. Penelitian dilakukan dengan metode rancangan percobaan
faktorial dengan pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 faktor. Faktor pertama
adalah pemotongan akar lateral, faktor kedua pemberian perangsang akar dan mikroba,
dan faktor ketiga frekuensi pemberian pupuk polimer. Hasil penelitian menunjukkan riap
tinggi dan jumlah kuncup daun anakan sengon per minggu meningkat pada kombinasi
perlakuan antara pemotongan akar dan frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu
sekali, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba, masing-masing sebesar 10,45 cm
dan 10 helai. Adapun diameter batang tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan
dalam penelitian ini. Secara visual, warna daun dan pertumbuhan akar baru anakananakan sengon tidak menunjukkan penampilan yang berbeda akibat diberikannya
beragam perlakuan dalam penelitian ini. Namun dalam hal ini perlakuan pemotongan
akar dapat merangsang pertumbuhan akar baru.
Kata kunci: lateral root manipulation, Paraserianthes falcataria, perangsang akar dan
mikroba, pupuk polimer
ABSTRAK
PUTRI AURUM. Improving Sengon Growing with Lateral Root Manipulation (LRM)
Technique at Bojong Jengkol, Bogor Regency. Superviced by CECEP KUSMANA and
YADI SETIADI.

Sengon is a fast growing tree species that has good adaptation. But when the
land have been compacted and densited, sengon shows dwarfed growth. A lateral root
manipulation (LRM) is one of cultivating plants that can fix the growth of plants. The
study is aimed to know the effect of LRM technique on the sengon improvment growth.
The methodology applied the factorial randomized design method which have three
factors. The first factor is to cut the lateral root, the second is to apply stimulantion on
root and microbe, and the third is to fertilize periodic. The results show that combination
cutting root and fertilize periodic without applying stimulantion on root and microbe
increase height improved 10,45 cm per week and number of bud 10 peices per week. All
treatments did not effect on the stem diameter. The variables of the treatment visualy dont
changes significally color of leaf and new root growing. However, the treatment of
cutting root can stimulate to grow a new root.
Key word : fertilize, lateral root manipulation, Paraserianthes falcataria, root and
microbe stimulant

PERBAIKAN PERTUMBUHAN TANAMAN
Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen)
DENGAN TEKNIK LATERAL ROOT MANIPULATION (LRM)
DI BOJONG JENGKOL, KABUPATEN BOGOR


PUTRI AURUM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN KABUPATEN BOGOR
KABUPATEN BOGOR
2014

v

Judul Skripsi : Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.) Neilsen) dengan Teknik Lateral Root Manipulation
(LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor
Nama

: Putri Aurum
NIM
: E44100018

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S
Pembimbing I

Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
Pembimbing 2

Diketahui oleh

Prof.Dr.Ir.Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen Silvikultur

Tanggal Lulus:

vii


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini berjudul “Perbaikan
Pertumbuhan Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen) dengan
Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor”.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana,
MS dan Dr Ir Yadi Setiadi, MSc selaku pembimbing, staf Laboratorium Pengaruh
Hutan, staf Laboratorium Ekologi Hutan, dan warga Desa Bojong Jengkol.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga atas
segala doa dan kasih sayangnya, serta semua pihak yang telah membantu demi
kelancaran penelitian dan penulisan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Oktober 2014
Putri Aurum

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

12

Latar Belakang

12


Tujuan Penelitian

12

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Perbaikan Pertumbuhan Tanaman

2

Akar Lateral

2


Manipulasi Akar

3

Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen)

3

Perangsang akar dan mikroba serta pupuk polimer

4

METODE

4

Tempat dan Waktu Penelitian

4


Bahan dan Alat

4

Variabel Pengamatan

5

Prosedur Penelitian

5

Analisis Data

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10


Hasil

10

Pembahasan

18

SIMPULAN DAN SARAN

21

Simpulan

21

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

23

ix

DAFTAR TABEL
1 Analisis sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian

10

2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan
anakan sengon.
11
3 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba,
dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan diameter
anakan sengon
12
4 Hasil Uji Duncan interaksi kombinasi antara pemotongan akar dan pemberian
pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi sengon.
13
5 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba,
dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan tinggi tanaman
sengon
14
6 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan
pemberian perangsang akar dan mikroba terhadap rata-rata pertumbuhan
jumlah kuncup daun mingguan.
14
7

Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan
pemberian pupuk polimer.
15

8

Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan
pemberian pupuk polimer.
16

9 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan mikroba,
dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertambahan jumlah daun
tanaman sengon
17

DAFTAR GAMBAR
1 Pohon sengon (Paraserianthes falctaria (L) Neilsen)
2 Warna daun setelah diberi perlakuan pada minggu ke-13
3 Perkembangan akar baru

3
18
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pupuk polimer
terhadap pertumbuhan tinggi sengon
23
2 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar
dengan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi
sengon
23
3 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi perlakuan pemotongan akar terhadap
pertambahan jumlah daun sengon
24
4 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi pemberian pupuk polimer
terhadap pertambahan jumlah daun sengon
24
5 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan
pemberian perangsang akar terhadap pertambahan jumlah daun sengon
24
6 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemotongan akar dan
frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap pertambahan jumlah daun sengon
25
7 Hasil uji Duncan pengaruh interkasi kombinasi perlakuan pemberian perangsang
akar dan mikroba dan frekuensi pemberian pupuk polimer terhadap
pertambahan jumlah daun sengon
25

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) merupakan tanaman cepat
tumbuh (fast growing spesies) yang memiliki tingkat adaptasi yang baik seperti
dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium. Sengon memiliki kegunaan yg
banyak mulai dari daun hingga perakarannya beragam. Pada kondisi tanah yang
baik, tanaman sengon dapat mencapai tinggi 7 meter dalam waktu satu tahun.
Akan tetapi dengan kondisi tanah yang mengalami pemadatan dan kurang subur,
tanaman sengon bisa menunjukkan gejala pertumbuhan yang kerdil (Adiputra
2007).
Menurut Setiadi (2014), ketidaksuburan tanah dapat saja terjadi karena
tanah memiliki komposisi persen debu, pasir dan liat yang tinggi (lebih dari 65%),
kandungan C-organik kurang dari 2% dan nitrogen yang kurang dari 0,2 %.
Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal seperti akar tidak
dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya untuk menyerap unsur hara
terganggu, selain itu pertumbuhan tanaman tetap kerdil atau mengalami stagnasi.
Lateral Root Manipulation (LRM) adalah salah satu teknik mengatasi
tanaman stagnan, dengan cara pemotongan akar lateral yang dikombinasikan
dengan pemberian perangsang akar danmikroba serta perlakuan pemupukan
(Setiadi 2009). Teknik ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar baru
yang akan menyerap air dan unsur hara sehingga tanaman dapat bermetabolisme
normal dan tumbuh kembali. Manipulasi akar dengan cara pemotongan akar bisa
dilakukan pada tanaman holtikultura seperti tanaman buah pohon durian.
Manipulasi ini membuat tanaman menjadi cepat berbuah juga meningkatkan
kualitas buah menjadi lebih menarik, lebih keras dan lebih tahan lama
(MENRISTEK 2010 dalam Bunganagara 2011). Manipulasi akar juga bisa
dilakukan pada tanaman kehutanan. Lestari (2012) menyatakan bahwa
pemotongan akar lateral dengan teknik LRM, pemberian HSC dan pemupukan
dengan Terabuster dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman
pinus. Pada percobaan yang dilakukan oleh Bunganagara (2011) terbukti bahwa
pemotongan akar lateral dan pemberian pupuk polimer serta kompos berpengaruh
positif pada munculnya akar baru dan pada penjumlahan pucuk tanaman damar
dan perubahan warna daun menjadi lebih cerah.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh kombinasi
perlakuan pemotongan akar, penggunaan perangsang akar dan mikroba, dan
pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan anakan sengon.

2

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi teknik yang
tepat dalam memperbaiki pertumbuhan tanaman sengon yang mengalami stagnasi
sehingga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan anakan sengon tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Perbaikan Pertumbuhan Tanaman
Tanaman untuk tumbuh memerlukan media yang mampu memberikan
tempat tumbuh dan disediakannya unsur hara bagi kehidupan tanaman. Media
tanam yang baik mengandung unsur hara yang cukup, bertekstur ringan, dan dapat
menahan air (Istiana dan Sadikin 2008).
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan menyebabkan buruknya
sistem tata air (infiltrasi dan perlokasi) dan aerasi (peredaran udara) secara
langsung berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak
dapat berfungsi sebagai alat absorpsi unsur hara sehingga tanaman stgnan yaitu
tidak dapat berkembang normal, tetap kerdil dan tumbuh merana (Bradshaw
(1983) dalam Bunganagara (2011)).
Salah satu teknik untuk memperbaiki tanaman yang mengalami stagnasi
adalah Lateral Root Manipulation (LRM).

Akar Lateral
Akar merupakan organ yang penting bagi tanaman. Tjondronegoro et al.
(1989) dalam Bunganagara (2011) menyatakan bahwa akar selain berguna untuk
menyerap dan melekat, juga berfungsi sebagai cadangan dan penyaluran makanan.
Akar pertama pada tumbuhan berasal dari embrio dan disebut akar primer. Akar
primer dan cabang-cabangnya atau akar lateral membentuk sistem perakaran.
Menurut Karyudi et al. (1986) dalam Kartika (1997) akar lateral adalah
bagian organ penting bagi pertumbuhan tanaman karena pada bagian ini terdapat
bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah. Apabila akar lateral berkembang dengan baik maka penyerapan unsur hara
dan air akan baik pula sehingga kebutuhan tanaman akan terpenuhi. Semakin
banyak akar lateral maka semakin banyak pula jumlah bulu-bulu akar sehingga
luas bidang penyerapan air dan mineral bagi tanaman makin besar pula.

3

Manipulasi Akar
Manipulasi akar dilakukan supaya akar mampu tumbuh dengan baik dan
mampu memasok hara bagi tanaman. Salah satu manipulasi yang dilakukan
adalah pemotongan akar. Kartika membuktikan bahwa pemotongan akar pada
umumnya dapat merangsang percabangan akar (Kartika 1997).
Manipulasi akar dengan cara pemotongan akar bisa dilakukan pada tanaman
holtikultura seperti tanaman buah-buahan seperti pohon durian. Pohon durian
menjadi cepat berbuah juga memiliki kualitas buah yang lebih menarik, lebih
keras dan lebih tahan lama (MENRISTEK 2010 dalam Bunganagara 2011).
Manipulasi akar juga bisa dilakukan pada tanaman kehutanan. Lestari (2012)
menyatakan bahwa pemotongan akar lateral dengan teknik LRM, pemberian HSC
dan pemupukan dengan Terabuster dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan
diameter tanaman pinus. Pada percobaan yang dilakukan oleh Bunganagara
(2011) terbukti bahwa pemotongan akar lateral dan pemberian pupuk polimer
serta kompos berpengaruh positif munculnya akar baru dan berpengaruh positif
pada penjumlahan pucuk tanaman damar dan perubahan warna daun menjadi
lebih cerah. Handayani (2014) menunjukan bahwa perlakuan pemotongan akar
lateral dengan teknik LRM, pemberian perangsang akar dan mikroba, dan
pemberian pupuk polimer dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter dan
perubahan warna daun tanaman sengon buto.
Media yang baik juga berpengaruh terhadap pembentukan akar pada
tanaman. Penambahan bahan organik merupakan tindakan yang dapat merangsang
kemantapan agregat, yang selanjutnya memperbaiki drainase dan aerasi (Kartika
1997).

Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Neilsen)
Paraserianthes falcataria (L) Neilsen termasuk family Leguminose. P.
falcataria merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing species), pada kondisi
yang bagus, tanaman sengon dapat mencapai tinggi 7 m dalam waktu satu tahun
(Adiputra 2007). Pada umur 4 tahun dalam kondisi tanah yang subur pohonnya
dapat mencapai tinggi 20 meter.

Gambar 1 Pohon sengon (Paraserianthes falctaria (L) Neilsen)

4

Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk pertumbuhannya
memerlukan suhu sekitar 180C-270C. Areal penanaman sengon yang baik adalah
daerah yang datar dengan derajat kemiringan maksimal 5%, berada dekat dengan
sumber air, tanah yang subur, dan tidak mengandung tanah liat. (Sumarna 2012)
Tanaman ini akarnya memiliki bintil-bintil berisi bakteri yang berguna
untuk menangkap nitrogen di udara dalam tanah yang selanjutnya bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman. Sengon tumbuh baik pada jenis tanah regosol, alluvial, dan
latosol. Tanah-tanah tersebut bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu
dengan tingkat kemasaman agak masam sampai netral. Pada tanah masam,
pertumbuhan kerdil (Santoso 1992 dalam Hendromono 2007).
Perangsang akar dan mikroba serta pupuk polimer
Perangsang akar dan mikroba merupakan biopolimer yang memiliki fungsi
utama sebagai peningkat populasi mikroba dekomposer dan mikroba. Perangsang
akar dan mikroba juga sebagai perangsang tumbuh akar tanaman karena
perangsang akar dan mikroba juga mengandung hormon alami perangsang
tumbuh akar. Fungsi perangsang akar dan mikroba dalam kompos akan tetap
berkelanjutan selama masih ada bahan organik dan mikroba (Iskandar et al. 2013),
sedangkan pupuk polimer memiliki kemampuan larut sangat tinggi sehingga
mudah diserap oleh tanaman, mampu merangsang pertumbuhan dan peningkatan
produksi tanaman (Setiadi 2014).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor. Adapun
pengamatan lapang terhadap pertumbuhan tanaman dilaksanakan dari bulan
Februari 2014 sampai dengan April 2014.
Secara administratif Desa Bojong Jengkol terletak pada Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Kabupaten Bogor yang bersebelahan dengan Kecamatan
Ranca Bungur pada Bagian Utara, Kecamatan Tenjolaya pada Bagian Selatan,
Kecamatan Dramaga pada Bagian Timur, dan Kecamatan Cibungbulang pada
Bagian Barat.
Menurut Yulida (2008), Desa Bojong Jengkol memiliki luas wilayah sekitar
212 hektar. Secara keseluruhan Desa Bojong Jengkol memiliki curah hujan yang
cukup tinggi yaitu 3,614 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 160 hari,
bersuhu 20-300C. Curah hujan tahunan dan hari hujan tergolong tinggi, tetapi
penyebaran hujannya kurang merata dan sedikitnya jumlah dari pada bulan-bulan
tertentu menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson Kecamatan Ciampea
berada pada tipe hujan A.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: tanaman sengon
berumur 1,5 tahun dalam kondisi stagnan; Bionature 50; Polyfert 50r; Lolime 50;

5

TSP dan kompos. Adapun, alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari: sebuah meteran 150 cm; jangka sorong digital; cangkul; gelas ukur 1000 mL;
sprayer 3 L; kamera; label dan software SAS 9.1.3.

Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini terdiri dari variabel kuantitatif dan
variabel kualitatif. Adapun yang termasuk kedalam variabel kuantitatif adalah
pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi, dan jumlah kuncup daun. Adapun
yang termasuk kedalam variabel kualitatif adalah perubahan warna daun dan
pertumbuhan akar baru.
Prosedur Penelitian
Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dipilih berdasarkan lokasi yang terdapat tanaman stagnan
secara acak dengan menggunakan metode purposive sampling yang diambil 36
unit tanaman stagnan. Selanjutnya kegiatan pemblokan lokasi dilakukan dengan
memasang patok serta tali rafia di sekeliling areal lokasi penelitian yang telah
ditentukan sebagai batas lokasi untuk memudahkan pembuatan denah lokasi
penelitian. Pembuatan denah lokasi penelitian dilakukan dengan memberikan
label bertuliskan kode perlakuan pada tiap tanaman yang diberi perlakuan.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui letak dan keterangan perlakuan pada tiap
tanaman.
Analisis Sifat Kimia Tanah
Analisis sifat kimia tanah dilakukan pada lokasi penelitian dilakukan untuk
mengetahui penyebab stagnasi pada pertumbuhan tanaman sengon. Pengambilan
sample tanah dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan tanah
komposit. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 5 titik pada plot 20 x 20
meter. Pada setiap titik diambil tanah sedalam 0-20 cm dengan menggunakan
cangkul. Kemudian, tanah dari 5 titik tersebut dicampur hingga komposit. Contoh
tanah komposit ini di ambil sekitar 500 gram sampel tanah untuk kemudian
dianalisis.
Sampel tanah yang sudah diambil disimpan dalam plastik kedap udara dan
diberi label. Label berguna untuk memuat informasi tanggal pengambilan sampel
tanah, lokasi, serta kedalam tanah yang dianalisis. Analisis tanah dilakukan pada
Laboratorium Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB.
Pelaksanaan LRM (Lateral Root Manipulation)
Tahapan-tahapan pelaksanaan LRM sebagai berikut (Setiadi 2009):
1. Memperhatikan posisi tajuk dari tanaman yang akan diberi perlakuan
2. Galian dibuat mengelilingi tanaman selebar 10-15 cm dengan kedalaman 5-10
cm.
3. Semua akar lateral yang muncul diputuskan pada saat pembuatan galian.
Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol.
4. Pemberian kapur sebanyak 2,5 liter larutan (1 gram dilarutkan kedalam 2,5 liter
air), kompos sebanyak 4 kg dan TSP sebanyak 500 gram tiap tanaman

8

diberikan dengan cara mencampurkannya dengan tanah hasil galian dan
taburkan kembali kedalam lubang galian. Perlakuan awal ini dilakukan pada
semua tanaman termasuk kontrol.
5. Menyiramkan perangsang akar dan mikroba dengan konsentrasi 1% pada
lubang galian sebanyak 2 Liter/tanaman. Perlakuan ini tidak diberikan pada
kontrol dan dilakukan 7 hari setelah pemberian kompos.
6. Menyiramkan pupuk polimer dengan konsentrasi 1-2% pada lubang galian
sebanyak 3 Liter/tanaman dengan frekuensi pemberian 2 minggu dan 4 minggu
sekali. Perlakuan ini tidak diberikan pada kontrol.
Pengukuran dan Pengamatan
Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati dan mengukur
langsung parameter setiap dua minggu sekali setelah perlakuan. Parameter yang
diukur dan diamati adalah sebagai berikut:
1. Diameter batang (mm)
Pengukuran diameter tanaman dilakukan setiap satu minggu setelah diberi
perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong pada
ketinggian batang 2,5 cm dari pangkal akar yang sudah ditandai.
2. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sebelum perlakuan sebagai tinggi awal
dan setiap satu minggu setelah diberi perlakuan. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan meteran 150 cm mulai dari pangkal batang yang telah ditandai
hingga titik tumbuh pucuk tanaman (apikal dominan).
3. Jumlah kuncup daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan sebelum perlakuan dan membandingkan
jumlah daun pada akhir pengamatan.
4. Warna daun
Pengamatan warna daun dilakukan dengan pengamatan secara visual pada
minggu ke-13 setelah diberi perlakuan.
Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyemprotan insektisida, penyiangan
gulma, dan pendangiran. Penyemprotan insektisida dilakukan 2 minggu sekali
pada waktu pagi atau sore hari. Sedangkan penyiangan gulma dan pendangiran
dilakukan 3 minggu sekali.
Analisis Data
Penelitian dilakukan pada 36 unit tanaman dengan menggunakan rancangan
faktorial dengan pola acak lengkap yang tediri dari 3 faktor yaitu:
Faktor A : perlakuan pemotongan akar lateral
a0
: tanaman yang tidak mendapat perlakuan pemangkasan akar
a1
: tanaman yang mendapat perlakuan pemangkasan akar
Faktor B : perlakuan pemberian perangsang akar dan mikroba
b0
: tanaman yang tidak diberi perangsang akar dan mikroba
b1
: tanaman yang diberi perangsang akar dan mikroba
Faktor C : perlakuan pemberian pupuk polimer
c0
: tanaman yang tidak diberi pupuk polimer

9

c1
c2

: tanaman yang diberi pupuk polimer 2 minggu sekali
: tanaman yang diberi pupuk polimer 4 minggu sekali
Kombinasi perlakuan pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan
mikroba dan pupuk polimer yang diujicobakan dirincikan sebagai berikut:
a0b0c0
: Tanpa pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan
mikroba, serta tanpa frekuensi pemberian pupuk polimer. (kontrol)
a0b1c0
: Tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan
mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer.
a0b0c1
: Tanpa pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar, serta
frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali
a0b1c1
: Tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan
mikroba,serta frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali.
a0b0c2
: Tanpa pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan
mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali.
a0b1c2
: Tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan
mikroba, serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali.
a1b0c0
: Pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba,
serta tanpa frekuensi pemberian pupuk polimer.
a1b1c0
: Pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta
tanpa frekuensi pemberian pupuk polimer.
a1b0c1
: Pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba,
serta frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali.
a1b1c1
: Pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta
frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali.
a1b0c2
: Pemotongan akar, tanpa pemberian perangsang akar dan mikroba,
serta frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali.
a1b1c2
: Pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, serta
frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali.
Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari 3 ulangan, masing-masing
terdiri dari satu tanaman. Pemberian perlakuan dilakukan secara acak.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan
dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA), kemudian
dianalisis dengan menggunakan software SAS 9.1.3 portable. Analisi sidik ragam
dilakuan dengn menggunakan uji F terhadap variable yang diamati untuk
mengetahui pengaruh interaksi antara perlakuan yang diberikan, dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 = Perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap respon yang diamati.
H1 = Paling sedikit ada satu taraf perlakuan yang berpengaruh terhadap
respon yang diamati.
Jika hasil analisis sidik ragam berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan
uji jarak berganda Duncan pada taraf kesalahan 5%. Model rancangan percobaan
yang digunakan ialah:

Yijk = μ + αi+

Keterangan
i
=
j
=
k
=
Yijk
=

j+

k+

(α )ij+ (α )ik + ( )jk + (α )ijk +ρk+ εijk

1, 2
1, 2
1, 2, 3
Pengamatan pada perlakuan ke-i, j, dan kelompok ke-k

10

μ
αi
(α )ij
(α )ik

=
=
=
=
=
=

( )jk

=

(α )ijk

=

ρk
εijk

=
=

j
k

Rataan umum
Pengaruh faktor utama (pemotongan akar) ke-i
Pengaruh faktor perlakuan perangsang akar dan mikroba ke-j
Pengaruh faktor frekuensi pemberian pupuk polimer ke-k
Pengaruh interaksi pemotongan akar dan perlakuan perangsang
Pengaruh interaksi pemotongan akar dan frekuensi pemberian
pupuk polimer
Pengaruh interaksi perlakuan perangsang akar dan mikroba dan
frekuensi pemberian pupuk polimer
Pengaruh interaksi pemotongan akar, perlakuan perangsang akar
dan mikroba, dan frekuensi pemberian pupuk polimer
Pengaruh aditif dari kelompok-k
Pengaruh acak pada perlakuan ke-i, perlakuan ke-j, dan kelompok
ke-k

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil Analaisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah
Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 1 Analisis sifat kimia dan fisik tanah di lokasi penelitian
pH

C-org

N-Total

P

K

5.10

(%)
1.64

(%)
0.15

(ppm)
6.7

(me/100g)
0.18

Pasir
8.69

Tekstur
Debu
(%)
38.60

Liat
52.71

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui tanah pada lokasi penelitian memiliki
tekstur tanah liat berdebu, dengan pH agak masam sebesar 5.10, dengan
kesuburan tanah yang relatif rendah.
Hasil Analaisis Sidik Ragam perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi,
diameter, dan jumlah kuncup daun anakan sengon.
Pengaruh teknik LRM dengan menggunakan perangsang akar dan mikroba,
pemberian pupuk polimer, dan kombinasinya terhadap parameter pertumbuhan
tanaman dilakukan dengan analisis sidik ragam seperti pada Tabel 2.

11

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan
anakan sengon.
Variable
Faktor

Diameter

Tinggi

Kelompok (R)

tn

tn

Jumlah
daun
tn

Pemotongan akar lateral (a)
Pemberian perangsang akar dan mikroba (b)
Frekuensi pemberian pupuk polimer (c)

tn
tn
tn

tn
tn
*

*
tn
*

a*b

tn

tn

*

b*c

tn

tn

*

a*c

tn

*

*

a*b*c

tn

tn

tn

*
tn
a*b
b*c
a*c
a*b*c

=perlakuan yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai
signifikan;
=perlakuan yang tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai
signifikan;
=interaksi pemotongan akar dengan pemberian perangsang akar dan mikroba;
=interaksi pemberian perangsang akar dan mikroba dengan frekuensi pemberian pupuk
polimer;
=interaksi pemotongan akar dengan frekuensi pemberian pupuk polimer;
=interaksi pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba, dan frekuensi
pemberian pupuk polimer.

Pertumbuhan Diameter Sengon
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semua perlakuan yang diberikan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan riap diameter batang per minggu
(Tabel 3). Namun perlakuan a1b0c1 menunjukkan nilai rata-rata pertumbuhan
riap diameter batang anakan-anakan sengon tertinggi sebesar 0,21 mm
(peningkatan 159,80% dari kontrol).

12

Tabel 3 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan
mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter pertumbuhan
diameter anakan sengon
Perlakuan
Kontrol (a0b0c0)
a0b1c0
a0b0c1
a0b1c1
a0b0c2
a0b1c2
a1b0c0
a1b1c0
a1b0c1
a1b1c1
a1b0c2
a1b1c2

Rata-rata pertumbuhan
diameter batang
(mm)/minggu
0.08
0.08
0.13
0.15
0.19
0.10
0.09
0.11
0.21
0.10
0.13
0.18

Peningkatan diameter batang
dibandingkan kontrol (%)
0.00
0.00
58.10
89.60
141.09
21.22
18.36
33.03
159.80
24.13
67.01
120.06

Pertumbuhan Tinggi Sengon
Kombinasi perlakuan pemotongan akar lateral dengan pemberian pupuk
polimer berpengaruh signifikan terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi mingguan
anakan sengon (Tabel 4). Interaksi antara perlakuan pemotongan akar dan
frekuensi pemberian pupuk polimer berdasarkan hasil Uji Duncan pada selang
kepercayaan 95% menunjukan bahwa interaksi kombinasi antara perlakuan
pemotongan akar dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1c1) memiliki
nilai rata-rata pertumbuhan tinggi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan interaksi kombinasi antara perlakuan pemotongan akar tanpa pemberian
pupuk polimer (a1c0) dan kontrol (a0c0).

13

Tabel 4 Hasil Uji Duncan interaksi kombinasi antara pemotongan akar dan
pemberian pupuk polimer terhadap pertumbuhan tinggi sengon.
Pemotongan akar dan frekuensi
pemberian pupuk polimer
Pemotongan akar dan pemberian
pupuk polimer 2 minggu sekali
(a1c1)
Tanpa pemotongan akar dan
pemberian pupuk polimer 4
minggu sekali (a0c2)
Pemotongan akar dan pemberian
pupuk polimer 4 minggu sekali
(a1c2)
Tanpa pemotongan akar dan
pemberian pupuk polimer 2
minggu sekali (a0c1)
Tanpa pemotongan akar dan tanpa
pemberian pupuk polimer (a0c0)
Pemotongan akar dan tanpa
pemberian pupuk polimer (a1c0)

Rata-rata pertumbuhan tinggi mingguan
(cm)
16.33a

10.33ab

4.83ab

0.00ab
-3.83b
-10.50b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%; tanda (-) menunjukkan batang pada minggu terakhir yang patah

Walaupun secara statistik tidak signifikan perlakuan pemberian perangsang
akar dan mikroba tanpa disertai dengan pemotongan akar dan pemberian pupuk
polimer menunjukan pertumbuhan tinggi terbaik (Tabel 5). Persentase
pertumbuhan tinggi untuk perlakuan a0b1c0 adalah 731,85% dibandingkan
dengan kontrol (a0b0c0). Hal ini menunjukan bahwa pelakuan a0b1c0 dapat
mendukung pertumbuhan tinggi tanaman dalam penelitian ini.

14

Tabel 5 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan
mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter
pertumbuhan tinggi tanaman sengon
Perlakuan
Kontrol (a0b0c0)
a0b1c0
a0b0c1
a0b1c1
a0b0c2
a0b1c2
a1b0c0
a1b1c0
a1b0c1
a1b1c1
a1b0c2
a1b1c2

Rata-rata pertumbuhan
tinggi (cm)

Peningkatan tinggi
dibandingkan kontrol (%)

0,51
4,24
1,35
2,17
1,91
0,64
1,03
0,81
1,86
2,48
2,31
1,95

0,00
731,85
164,82
324,84
274,86
25,31
101,74
58,50
264,86
386,01
353,20
281,89

Jumlah Kuncup Daun Tanaman Sengon
Kecuali kombinasi perlakuan dari ketiga faktor, semua kombinasi
perlakuan (a1b1, a1b0, a0b1, a0b0) berpengaruh signifikan terhadap pertambahan
jumlah kuncup daun per minggu. Dalam hal ini perlakuan pemotongan akar tanpa
pemberian perangsang akar dan mikroba (a1b0) menunjukkan rata-rata
pertambahan jumlah kuncup daun yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya
(Tabel 6).
Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan pemotongan
akar dan pemberian perangsang akar dan mikroba terhadap rata-rata
pertumbuhan jumlah kuncup daun mingguan.
Pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan
mikroba
Pemotongan akar dan tanpa pemberian perangsang
akar dan mikroba (a1b0)
Pemotongan akar dan pemberian perangsang akar dan
mikroba (a1b1)
Tanpa pemotongan akar dan tanpa pemberian
perangsang akar dan mikroba (a0b0)
Tanpa pemotongan akar dan pemberian perangsang
akar dan mikroba (a0b1)

Rata-rata pertambahan
jumlah kuncup daun
5a
4ab
2bc
1c

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%

15

Interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar dengan pemberian pupuk
polimer 2 minggu sekali (a1c1) dan perlakuan pemotongan akar dengan
pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (a1c2) memiliki nilai yang berbeda
nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemotongan akar yang disertai pemberian
pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2) dan kontrol (a0c0) (Tabel 7).

Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar dengan
pemberian pupuk polimer.
Pemotongan akar dan frekuensi pemberian
pupuk polimer
Pemotongan akar dan pemberian pupuk
polimer 2 minggu sekali (a1c1)
Pemotongan akar dan pemberian pupuk
polimer 4 minggu sekali (a1c2)
Tanpa pemotongan akar dan pemberian
pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2)
Dengan pemotongan akar dan tanpa
pemberian pupuk polimer (a1c0)
Tanpa pemotongan akar dan pemberian
pupuk polimer 4 minggu sekali (a0c2)
Tanpa pemotongan akar dan tanpa
pemberian pupuk polimer (a0c0)

Rata-rata pertambahan jumlah
daun
6.3a
6a
3ab
2.8ab
1.5b
0b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%

Interaksi kombinasi perlakuan tanpa pemberian perangsang akar dengan
pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (b0c2) dan perlakuan pemotongan akar
dengan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (b1c1) dapat meningkatkan
jumlah kuncup daun dibandingkan dengan kombinasi antara perlakuan pemberian
perangsang akar yang disertai pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali (b1c2)
dan kontrol (b0c0) (Tabel 8)

16

Tabel 8

Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi pemotongan akar
dengan pemberian pupuk polimer.

Pemberian perangsang akar dan mikroba,
serta frekuensi pemberian pupuk polimer
Tanpa pemberian perangsang akar dan
mikroba serta pemberian pupuk polimer 4
minggu sekali (b0c2)
Pemberian perangsang akar dan mikroba
serta pemberian pupuk polimer 2 minggu
sekali (b1c1)
Tanpa pemberian perangsang akar dan
mikroba serta pemberian pupuk polimer 2
minggu sekali (b0c1)
Pemberian perangsang akar dan mikroba
serta tanpa pemberian pupuk polimer (b1c0)
Pemberian perangsang akar dan mikroba
serta pemberian pupuk polimer 4 minggu
sekali (b1c2)
Tanpa pemberian perangsang akar dan
mikroba serta tanpa pemberian pupuk
polimer (b0c0)

Rata-rata pertambahan jumlah
daun
6a

5a

4ab
2.5ab
1.5b

1b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang
kepercayaan 95%

Tabel 8 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kuncup daun akan baik
apabila tanaman diberi perlakuan pemberian perangsang akar dan mikroba serta
pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (b1c1) akan tetapi pertumbuhan jumlah
kuncup daun akan jauh lebih baik bila tanaman sengon hanya diberikan pupuk
polimer 4 minggu sekali tanpa pemberian perangsang akar (b0c2).
Walaupun tidak signifikan perlakuan pemotongan akar, pemberian
perangsang akar dan mikroba dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali
(a1b1c1) menunjukan pertambahan jumlah kuncup daun terbaik sebesar
2900,00% dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan
a1b1c1 dapat mendukung pertambahan jumlah daun tanaman. (Tabel 12)

17

Tabel 9 Pengaruh pemotongan akar (LRM), pemberian perangsang akar dan
mikroba, dan pemberian pupuk polimer terhadap parameter
pertambahan jumlah daun tanaman sengon
Perlakuan
Kontrol (a0b0c0)
a0b1c0
a0b0c1
a0b1c1
a0b0c2
a0b1c2
a1b0c0
a1b1c0
a1b0c1
a1b1c1
a1b0c2
a1b1c2

Rata-rata pertambahan
jumlah daun
(helai/minggu)
0
2
3
5
2
0
1
6
7
10
3
5

Pertambahan jumlah daun
mingguan dibandingkan
kontrol (%)
0,00
400,00
700,00
1300,00
500,00
0,00
200,00
1600,00
1900,00
2900,00
900,00
1400,00

Perkembangan Akar Baru
Perlakuan pemotongan akar menghasilkan akar-akar lateral baru yang
tumbuh akibat kegiatan pemotongan akar. Gambar 4 menunjukan bahwa
pemotongan akar memberikan respon terhadap munculnya akar baru.
(
a
)

(b)

Gambar 2 Perkembangan akar baru a) hasil kombinasi perlakuan antara
pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan mikroba dan
pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1b1c1), dengan b) hasil
perlakuan tunggal pemotongan akar (a1b0c0)
Warna Daun Tanaman Sengon
Secara umum sebelum diberikan perlakuan, daun tanaman sengon berwarna
kekuningan. Setelah diberikan pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan
mikroba serta pemberian pupuk polimer memberikan perubahan warna daun
menjadi hijau seperti terlihat pada Gambar 3.

18

a

b

c

d

Gambar 3 Warna daun setelah diberi perlakuan pada minggu ke-13, a) kontrol
(a0b0c0), b) pemotongan akar (a1b0c0),c) pemotongan akar dan
pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali (a1b0c1), d) pemotongan
akar, pemberian perangsang akar dan mikroba dan pemberian pupuk
polimer 2 minggu sekali (a1b1c1)
Pembahasan
Sengon merupakan salah satu tanaman yang ditanam di Bojong Jengkol,
namun pertumbuhannya kerdil, daun-daun menguning dan merana, sehingga perlu
dilakukan perbaikan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil analisis sifat kimia
tanah pada Tabel 2, menunjukan bahwa pH tanah di Bojong Jengkol tergolong
agak masam sebesar Ph = 5,10. Untuk menanggulangi kemasaman tanah maka
pada pengolahan tanah sebelum dilakukan perlakuan diberikan kapur cair sebagai
penetral pH. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan perlakuan pemotongan
akar, pemberian perangsang akar dan pemberian pupuk polimer pada tanaman
sengon yang mengalami stagnasi.
Tekstur tanah pada lokasi penelitian memiliki persentase liat dan debu
mencapai 91,31%. Menurut Setiadi (2014) ketidaksuburan tanah dapat saja terjadi
karena tanah memiliki komposisi persen debu, pasir dan liat yang tinggi (lebih
dari 70%), sehingga akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya
untuk menyerap unsur hara akan terganggu. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi
tanah mengalami pemadatan sehingga asupan unsur hara yang akan diambil oleh
tanaman sengon terhambat. Pada penelitian ini pemotongan akar dan pemberian
perangsang akar dan mikroba, serta pemupukan terhadap kondisi tanah yang
kompak dan padat hanya dapat memperbaiki pertumbuhan diameter, tinggi dan
muculnya bakal kuncup baru pada tanaman.
Ketersediaan unsur hara esensial yang kurang dari jumlah yang dibutuhkan
tanaman dapat menyebabkan akar tanaman terganggu metabolismenya. Gejala
kekurangan unsur hara dapat berupa pertumbuhan akar,batang, atau daun yang

19

lamban (Lakitan 1993). Unsur nitrogen (N) merupakan unsur hara yang berperan
penting bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Zubachtirodin dan Subandi (2008)
dalam Ginandjar (2013) menyatakan, tanaman tidak dapat melakukan
metabolisme jika kekurangan unsur hara N. Unsur C-organik pada lokasi
penelitian termasuk pada kelas rendah dengan nilai berkisar antara 1.00-2.00.
Unsur C dan N pada lokasi penelitian diketahui memiliki nilai unsur C dan N
yang rendah sehingga dibutuhkan penambahan kompos dan pupuk polimer untuk
memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Pemotongan akar lateral pada sengon mampu merangsang pertumbuhan
akar baru. Namun kondisi perakaran baru saja tidak cukup untuk meningkatkan
pertumbuhan diameter dan tinggi sengon yang mengalami stagnasi, tanaman
masih membutuhkan unsur hara cukup serta frekuensi pemberian yang tepat agar
tumbuh optimal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tunggal pemotongan akar
pada sengon (a1b0c0) mampu merangsang pertumbuhan akar baru. Kondisi
perakaran baru saja tidak cukup untuk meningkatkan pertumbuhan diameter dan
tinggi sengon yang mengalami stagnasi. Tanam masih membutuhkan unsur hara
yang cukup untuk tumbuh optimal. Hasil penelitian ini mendukung pendapat
Bunganagara (2011).
Sengon merupakan salah satu jenis tanaman yang memerlukan cahaya untuk
pertumbuhannya. Kombinasi antara perlakuan pemotongan akar, pemberian
perangsang akar dan mikroba serta frekuensi pemberian pupuk polimer tidak
berpengaruh nyata terhadap respon diameter pada selang kepercayaan 95%. Akan
tetapi, berdasarkan Tabel 3, perlakuan pemotongan akar, dan frekuensi pemberian
pupuk polimer 2 minggu sekali tanpa pemberian perangsang akar menunjukan
persentase tumbuhan rata-rata perminggu yang lebih besar daripada kontrol
dengna pertumbuhan rata-rata perminggu sebesar 159,80%. Meskipun, perlakuan
tunggal frekuensi pemberian pupuk polimer 4 minggu sekali mendekati baik
dengan pertumbuhan rata-rata perminggu sebesar 141,09%. Berdasarkan
pertumbuhan persentase rata-rata perminggu dapat diketahui pertumbuhan
diameter yang dialami sengon ada meskipun kecil jumlah persentasenya. Hal ini
diduga karena tanaman sengon tumbuh dibawah tegakan dimana intensitas cahaya
yang masuk sedikit. Menurut Iskandar (2012), penutupan kanopi yang rapat dan
bersinggungan menyebabkan sinar matahari yang masuk akan terganggu serta
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal dan cenderung kurus dan
lurus. Intensitas cahaya optimum yang baik bagi pertumbuhan sengon adalah
sekitar 80-100% (Syakirin 2014). Kemudian, dengan adanya frekuensi pemberian
pupuk polimer, pertumbuhan diameter tanaman dapat meningkat, karena unsur
hara tersedia lebih banyak dan mudah diraih oleh akar tanaman.
Sengon yang mendapat kombinasi perlakuan pemotongan akar lateral dan
pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali, tanpa pemberian perangsang akar
(a1b0c1) pada Tabel 4 dan Tabel 7 menunjukan respon pertumbuhan tinggi dan
pertambahan jumlah kuncup daun sengon yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan sengon yang hanya mendapatkan perlakuan tunggal pemotongan akar,
pemberian perangsang akar dan mikroba dan tanpa pemberian pupuk polimer .
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 7 interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar
dan pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali mampu merangsang pertambahan
jumlah daun sengon secara signifikan dibanding perlakuan yang lain. Perlakuan

20

pemberian pupuk polimer membantu ketersediaan unsur hara didalam tanah,
sehingga mempermudah akar-akar baru berfungsi dengan baik. Disamping itu,
pupuk polimer merupakan pupuk yang memiliki kemampuan larut sangat tinggi
sehingga mudah diserap oleh tanaman, mampu merangsang pertumbuhan dan
peningkatan produksi tanaman (Setiadi 2014).
Berdasarkan perhitungan persentase rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman
sengon pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa, perlakuan pemberian perangsang
akar dan mikroba, tanpa disertai perlakuan pemotongan akar dan pemberian
pupuk polimer (a0b1c0) memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan
perlakuan yang lain sebesar 731,85 % dibanding kontrol (a0b0c0). Halini
mendukung ujicoba yang dilakukan oleh Lestari (2012) yang melakukan
penelitian pemotongan akar terhadap tanaman damar. Lestari (2012) menyatakan
bahwa peningkatan pertumbuhan tinggi akan lebih baik pada tanaman damar yang
hanya diberi perangsang akar dan mikroba tanpa perlakuan pemotongan akar.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa perlakuan tunggal pemotongan
akar (a1) memberikan respon pertumbuhan jumlah daun yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan kontrol (a0). Hal ini menunjukkan bahwa adanya reaksi dari
pertumbuhan akar-akar baru yang muncul dalam mengambil unsur hara secara
maksimal setelah diberikan perlakuan pemotongan akar, sehingga ditunjukkan
dengan kuncup daun baru yang tumbuh.
Pada interaksi kombinasi perlakuan pemotongan akar, pemberian
perangsang akar dan mikroba tanpa disertai pemberian pupuk polimer (a1b1c0)
dan kombinasi perlakuan tanpa pemotongan akar, pemberian perangsang akar dan
mikroba tanpa disertai pemberian pupuk polimer (a0b1c0) diketahui berbeda
nyata dengan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa pemberian tunggal perangsang
akar dan mikroba mampu memberikan pertambahan jumlah daun.
Tanah yang padat juga berpengaruh kepada pemudaran warna hijau daun
dan menyebabkan pengguguran daun lebih dini sehingga tanaman berpenampilan
kerdil (Wilson 2006 dalam Handayani 2014). Selain pada pertumbuhan tinggi dan
diameter, perlakuan juga berpengaruh pada perubahan warna daun. Daun pada
tanaman yang diberikan perlakuan pemotongan akar berubah menjadi lebih hijau.
Perlakuan kontrol (a0b0c0) juga memberikan perubahan warna daun menjadi
hijau muda sedangkan dengan adanya pemotongan akar, pemberian perangsang
akar dan mikroba, dan pupuk polimer memberikan perubahan warna daun menjadi
hijau seperti terlihat pada Gambar 3. Hal ini disebabkan karena sitokinin yang
diproduksi pada ujung akar baru yang terbentuk akibat pemotongan akar dan
pemberian pupuk organik (Iskandar et al 2012). Sitokinin yang terbentuk pada
ujung akar tersebut ditransportasikan ke helai daun dan dapat menunda penuaan
daun. Perubahan warna daun juga diduga merupakan tanda bahwa terdapat
peningkatan jumlah klorofil pada tanaman yang diberikan treatment, sehingga
proses fotosintesis untuk metabolisme tanaman berjalan lebih optimal dan dapat
memperbaiki pertumbuhan tanaman.

21

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan riap tinggi dan jumlah kuncup daun anakan
sengon per minggu meningkat. Kombinasi perlakuan antara pemotongan akar dan
frekuensi pemberian pupuk polimer 2 minggu sekali,
tanpa pemberian
perangsang akar dan mikroba berpengaruh signifikan terhadap rata-rata mingguan
pertumbuhan tinggi dan jumlah kuncup daun anakan sengon. Akibat perlakuan
tersebut besarnya pertumbuhan tinggi dan jumlah kuncup daun rata-rata per
minggu masing-masing sebesar 10,45 cm dan 10 helai. Adapun diameter batang
tidak dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini. Secara
visual, warna daun dan pertumbuhan akar baru anakan-anakan sengon tidak
menunjukkan penampilan yang berbeda akibat diberikannya beragam perlakuan
dalam penelitian ini. Namun dalam hal ini perlakuan pemotongan akar dapat
merangsang pertumbuhan akar baru.
Saran
Kegiatan pemeliharaan tanaman di Bojong Jengkol, Kabupaten Bogor
disarankan dilakukan dengan menggunakan teknik LRM dengan kombinasi
perlakuan antara pemotongan akar, perangsang akar dan mikroba dan pemberian
pupuk polimer 2 minggu sekali.

DAFTAR PUSTAKA
Adiputra S W. 2007. Epidemi penyakit tumor pada sengon ( P. Facaltaria) di Jawa
Timur, Indonesia. Jurnal Ilmu Kehutanan. 1(1):31-39
Bunganagara B. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman damar (Agathis
lorantifolia Salisb.) dengan teknik LRM (Lateral Root Manipulation) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Kabupaten Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.
Ginadjar G. 2013. Aplikasi Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Jati Unggul
Nusantara (JUN) UBH-KPWN di Kecamatan Rancabungur, Kabupaten
Kabupaten Bogor [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Kabupaten Bogor.
Handayani DD. 2014. Perbaikan Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto
(Enterolobium cyclocarpum Griseb.) Dengan Teknik Lateral Root
Manipulation (LRM) di PT Cibaliung Sumberdaya, Banten [skripsi].
Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten
Bogor.
Hendromono. 2007. Teknik Silvikultur Sengon di Hutan Rakyat. Info Hutan
Tanaman 2(1):27-37
Iskandar ZS, Yunanto T, Ratnasari J. 2012. Kayu Sengon. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.

22

Iskandar D, Setiadi Y, Ekamawanti HA. 2013. Perbaikan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman dengan teknologi Lateral Roots Manipulation (LRM).
[catatan pelatihan]. DF-2013-510.
Istiana H, Sadikin I. 2008. Cara Pengujian Media Tumbuh Pada Pembibitan
Tanaman. Buletin Teknik Pertanian. 13(1):16-18
Kartika NH. 1997. Pengaruh pemotongan akar dan sifat fisik media tanamter
hadap sertumbuhan setek panili Vanilla planifolia Andrews [skripsi].
Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Kabupaten
Bogor.
Lakitan B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja
Grafindo Persada.
Lestari DC. 2011. Perbaikan pertumbuhan tanaman rasamala (Altingia excelsa
Noronhae) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Kabupaten Bogor
(ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten Bogor.
Lestari P. 2012. Perbaikan pertumbuhan tanaman pinus (Pinus merkusii Jungh. et
de Vriese) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di lahan pasca
tambang pasir kuarsa PT Holcim Tbk, Cibadak, Kabupaten Sukabumi [skripsi].
Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Kabupaten
Bogor.
Setiadi Y. 2009. Reclamation and Forest Land Rehabilitation After Mining and
Oil/ Gas Operation. Kabupaten Bogor(ID): Green Earth Trainer.
Sumarna SH. 2012. Sukses Budidaya 9 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Bable
Book: Klaten
Syakirin AM. 2014. Tingkat keparahan dan intensitas penyakit karat tumor
tegakan sengon (Paraserianthes falcataria (L) Neilsen) pada hutan rakyat di
Kabupaten Bogor [skripsi]. Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Kabupaten Bogor
Yulida. 2008. Analisis potensi sumbser daya perternakan di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba [skripsi].
Kabupaten Bogor (ID): Fakultas Perternakan, Institut Pertanian Kabupaten
Bogor

23

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan frekuensi peemberian pupuk
poliner terhadap pertumbuhan tinggi sengon
Duncan Grouping

Rata-rata

N

A

8.17

12

A

6.92

12

B

-7.58

12

Pemotongan akar
Pemberian pupuk polimer 2
minggu sekali (c1)
Pemberian pupuk polimer 4
minggu sekali (c2)
Tanpa pemberian pupuk polimer
(c0)

Lampiran 2 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi kombinasi perlakuan
pemotongan akar dengan frekuensi pemberian pupuk polimer
terhadap pertumbuhan tinggi sengon
Duncan Grouping

Rata-rata

N

A

16.33

6

AB

10.33

6

AB

4.83

6

AB

0.00

6

AB

-3.83

6

B

-10.50

6

Pemotongan akar dan frekuensi
pemberian pupuk polimer
Pemotongan akar dan pemb