Dimensi dan Sistem Perakaran Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN SENGON
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DI DESA CIKARAWANG
KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

RUMMI AZAHRA GUMILAR

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dimensi dan Sistem Perakaran
Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) di Desa Cikarawang, Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Rummi Azahra Gumilar
NIM E44100035

ABSTRAK
RUMMI AZAHRA GUMILAR. Dimensi dan Sistem Perakaran Sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO.
Tanaman sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) merupakan salah
satu tanaman kehutanan yang saat ini banyak dikembangkan dalam hutan rakyat
dan banyak diminati untuk bahan baku industri. Namun kebanyakan
pengembangannya belum diikuti dengan penggunaan lahan dengan sistem
agroforestri, sehingga pemanfaatan lahan menjadi kurang optimal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji dimensi tanaman sengon, persen penutupan tajuk, dan
sistem perakaran sengon pada berbagai jarak tanam. Jarak tanam yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu 2 x 2 m, 3 x 3 m, dan 3 x 4 m. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimensi tanaman (diameter setinggi dada, tinggi total, panjang
tajuk, lebar tajuk) terbaik ditemukan pada jarak tanam 3 x 3 m. Namun, persentase

penutupan tajuk terbesar ditemukan pada jarak tanam 2 x 2 m. Variabel panjang
akar horizontal memiliki hasil yang berbeda dengan variabel sistem perakaran
lainnya. Panjang akar horizontal terpanjang ditemukan pada jarak tanam 3 x 4 m,
sedangkan untuk kedalaman akar horizontal, fraksi akar horizontal, dan shoot-root
ratio terbesar ditemukan pada jarak tanam 3 x 3 m.
Kata kunci : Agroforestri, dimensi tanaman, Paraserianthes falcataria (L.)
Nielsen., sistem perakaran

ABSTRACT
RUMMI AZAHRA GUMILAR. Dimensions and Rooting System of Sengon
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) in Cikarawang Village, Bogor District.
Supervised by NURHENI WIJAYANTO.
Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) is one of tree species which
is currently developed on a wide scale in community forests and highly demanded
as raw industrial material. However, most of sengon plantation has not been
followed by agroforestry system land use, so that the land becomes less productive.
This study aims to identify the dimensions of sengon plants, percent canopy closure,
and the root system at different spacing. Spacing used in this study are 2 x 2 m, 3 x
3 m, and 3 x 4 m. The results showed that the plant parameters; diameter at breast
height, total height, crown length and crown width best found at 3 x 3 m spacing.

However, the largest percentage of canopy closure was found at a spacing of 2 x 2
m. Variable of horizontal root length have different results with other root system
variables. The length of the longest horizontal roots were found at a spacing of 3 x
4 m, whereas for horizontal root depth, horizontal root fraction, and shoot-root ratio
were found at greatest spacing of 3 x 3 m.
Keyword: Agroforestry, Paraserianthes falcataria (L) Nielsen, plant dimension,
rooting system

DIMENSI DAN SISTEM PERAKARAN SENGON
(Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) DI DESA CIKARAWANG
KECAMATAN DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

RUMMI AZAHRA GUMILAR

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Dimensi dan Sistem Perakaran Sengon (Paraserianthes falcataria
(L.) Nielsen) di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor
: Rummi Azahra Gumilar
: E44100035

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014, dengan judul Dimensi
dan Sistem Perakaran Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) di Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Dalam penelitian ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga dapat
terselesaikannya penyusunan skripsi ini dengan lancar, terutama kepada Prof Dr Ir
Nurheni Wijayanto, MS selaku dosen pembimbing. Ayah, ibu, adik, serta seluruh
keluarga yang telah memberi doa dan dukungannya. Di samping itu, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada kak Adisti yang juga telah memberikan bantuan
arahan dalam penelitian ini. Kepada teman-teman satu bimbingan Kumala, Yahayu dan
Alfy, terimakasih atas segala semangat dan kebersamaannya selama penulis melakukan
penelitian hingga penyusunan skripsi. Terima kasih juga kepada Indra Cahna, Inggar,
Ayi, Uci, Devina, teman-teman Gesek Pala serta seluruh teman-teman Silvikultur 47
dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam penelitian ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan
ilmu dan masyarakat.
Bogor, Juli 2014
Rummi Azahra Gumilar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

2

Perumusan Masalah

2

Tujuan

2

Manfaat


2

METODOLOGI

2

Waktu dan Tempat

2

Alat dan Bahan

2

Prosedur Penelitian

3

Penentuan Lokasi Penelitian


3

Metode Pengumpulan Data

3

Pengukuran Dimensi Tegakan

3

Pengukuran Persentase Penutupan Tajuk

3

Pengukuran Intensitas Cahaya

4

Pengukuran Dimensi Perakaran


4

Analisis Data

4

Analisis Statistik

4

Teknik Pengukuran Perakaran

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Penelitian


5

Penutupan Tajuk dan Intensitas Cahaya

8

Dimensi Tanaman

10

Sistem Perakaran

12

SIMPULAN DAN SARAN

16

DAFTAR PUSTAKA

16

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Hasil analisis sifat fisik tanah
Hasil analisis sifat kimia tanah
Rekapitulasi persen penutupan tajuk sengon
Hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam terhadap variabel dimensi
tanaman
Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap diameter setinggi dada
Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap tinggi total
Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap panjang tajuk
Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap lebar tajuk
Hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam terhadap variabel sistem
perakaran
Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap panjang akar
horizontal
Hasil uji Duncan pengaruh jarak tanam terhadap kedalaman akar
horizontal
Rata-rata fraksi akar horizontal pada Cikarawang 1, 2 dan 3
Rata-rata shoot-root ratio pada Cikarawang 1, 2 dan 3

5
7
8
10
10
10
11
11
12
13
13
13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambahan penduduk dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa Indonesia
akan menjadi negara yang berpenduduk sangat besar pada dekade mendatang.
Pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan
produksi menambah beban pembangunan yang berkaitan dengan penyediaan
pangan, sandang, dan papan. Di sisi lain deforestasi dan degradasi hutan dan lahan
justru memperburuk keadaan.
Hutan berisi sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan prospek
yang baik di pasar domestik maupun internasional. Hutan memiliki potensi yang
tinggi untuk pengembangan pembangunan yang berkaitan dengan penyediaan
pangan dan papan. Maka tidak heran bila kegiatan alih fungsi lahan dan eksploitasi
sumberdaya sering dilakukan di kawasan hutan. Padahal kegiatan ini berpotensi
menyebabkan gangguan ekologis hutan seperti penurunan kesuburan tanah,
kepunahan flora dan fauna, kekeringan, dan bahkan perubahan lingkungan global.
Salah satu kebijakan kehutanan yang diambil untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah meningkatkan pengelolaan hutan terpadu antara pelestarian hutan
dan pembangunan hutan tanaman penghasil kayu dan pangan dengan sistem
agroforestri (Wibowo 2012).
Nair (1993) menyatakan bahwa agroforestri merupakan sistem penggunaan
lahan terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui
pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan atau ternak (hewan),
baik secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai
hasil total nabati atau hewan yang optimal dalam arti berkesinambungan. Konsep
agroforestri berarti pada penyatuan dua karakter tanaman yang berbeda di dalam
suatu lahan. Interaksi antar tanaman di dalam suatu lahan merupakan suatu hal yang
tidak bisa dihindari. Namun seringkali interaksi negatif seperti persaingan unsur
hara, air, maupun cahaya matahari menjadi kendala dalam pengembangan sistem
agroforestri.
Interaksi negatif antar tanaman pada sistem agroforestri dapat dipelajari
dengan melakukan penelitian tentang perakaran sengon. Pohon sengon dipilih
karena sudah demikian populer dikembangkan di hutan rakyat. Namun kebanyakan
pengembangannya masih dilakukan secara monokultur. Petani hutan rakyat sengon
pada umumnya menjadikan sengon sebagai tanaman tunggal di lahannya, sehingga
pemanfaatan lahan menjadi kurang optimal. Padahal tanaman sengon dapat
dikombinasikan dengan berbagai tanaman pertanian. Oleh karena itu pemilihan
jenis tanaman semusim dalam penyusunan pola agroforestri menjadi hal yang
sangat penting. Kesesuaian jenis dalam pola agroforestri dapat dilihat dari kondisi
fisiologis pohon seperti kondisi tajuk dan perakaran yang nantinya berpengaruh
terhadap pengaturan jarak tanam yang ideal (Wijayanto dan Rhahmi 2012).
Perakaran tanaman pokok dalam sistem agroforestri menjadi indikator
persaingan unsur hara dan air dengan tanaman pertanian. Oleh karena itu, perakaran
tanaman pokok dapat digunakan sebagai salah satu parameter pemilihan kombinasi
dengan tanaman pertanian.

2

Perumusan Masalah
Kegiatan alih fungsi lahan dan eksploitasi sumberdaya hutan terjadi karena
adanya peningkatan kebutuhan pembangunan sebagai upaya dalam memenuhi
ketersediaan pangan, sandang, dan papan. Hal ini menyebabkan gangguan ekologis
di dalam hutan. Solusi yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan ini
diantaranya adalah dengan menerapkan sistem agroforestri. Agroforestri sengon
memiliki peluang yang besar untuk mengatasi permasalahan lahan di Indonesia,
karena sengon merupakan jenis komersil yang sudah sangat umum dibudidayakan
untuk hutan rakyat.
Hutan rakyat sengon di Indonesia kebanyakan pengembangannya masih
dilakukan secara monokultur. Padahal sengon dapat dikombinasikan dengan
berbagai tanaman pertanian dengan memperhatikan interaksi yang terjadi antar
komponen dalam sistem agroforestri dan faktor pendukung dalam tegakan seperti
persentase penutupan tajuk, kondisi fisik dan kimia tanah, dan perkembangan
perakaran. Faktor-faktor inilah yang nantinya akan dijadikan pertimbangan dalam
pengkombinasian jenis tanaman dalam sistem agroforestri.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dimensi tegakan dan sistem
perakaran sengon, persentase penutupan tajuk dan intensitas cahaya di hutan rakyat
sengon dengan berbagai jarak tanam.
Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memberikan
informasi karakteristik dimensi tegakan dan sistem perakaran sengon, dan dapat
mengetahui pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan sengon.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan Januari 2014 – Maret
2014 dan berlokasi di beberapa lahan hutan rakyat sengon di Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah tegakan
sengon berumur 3 tahun dengan jarak tanam 2x2 m (Cikarawang 1), 3x3 m
(Cikarawang 2), dan 3x4 m (Cikarawang 3). Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah golok, cangkul, hagahypsometer, kaliper, busur derajat,
meteran, pita ukur, densiometer, kompas, lux meter, kamera digital, dan alat tulis.

3

Prosedur Penelitian
Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dipilih dengan memperhatikan umur tegakan
dan jarak tanam tegakan sengon yang akan diamati perakarannya. Lokasi penelitian
dipilih di sekitar Kampus IPB Darmaga, tepatnya di Desa Cikarawang.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer dan
data sekunder. Proses pengumpulan data primer melalui pengukuran langsung di
lapangan terhadap dimensi tanaman, dimensi akar (diameter dan panjang akar), dan
persentase penutupan tajuk.
Data sekunder yang dibutuhkan adalah data lokasi penelitian meliputi data
letak dan luas, pola penggunaan lahan, topografi, data analisis sifat fisik dan kimia
tanah, kondisi iklim, dan sejarah pengelolaan lahan. Data sekunder ini berfungsi
sebagai data pendukung untuk data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui wawancara dengan masyarakat dan studi pustaka.
Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah menggunakan metode systematic sampling
(SyS). Pengambilan sampel tanah melalui dua metode, yaitu metode tanah terusik
dan metode tanah utuh (ring contoh). Contoh tanah terusik diambil menggunakan
bor sedalam 0–20 cm. Contoh tanah ini digunakan untuk pengamatan sifat kimia
tanah dan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang diamati pada contoh tanah terusik
meliputi tekstur, struktur dan warna tanah. Sifat fisik tanah lainnya yang diamati
melalui metode tanah utuh, yaitu bobot isi, porositas dan air tersedia. Sifat fisik dan
kimia tanah seperti pH, KTK, kandungan nutrisi berupa C-organik, N, P tersedia,
K dan unsur hara lain dianalisis di SEAMEO BIOTROP services laboratory.
Pengukuran Dimensi Tegakan
Pengukuran dimensi pohon (tinggi, diameter, dan tajuk) dilakukan pada
semua pohon sengon yang ada di dalam plot penelitian yang berukuran 20 x 20 m.
Tinggi pohon diukur dengan menggunakan hagahypsometer, diameter pohon
diukur menggunakan pita ukur, dan tajuk pohon diukur dengan menggunakan
kompas dan meteran. Pengukuran tajuk dilakukan terhadap panjang dan lebar tajuk
kemudian dirata-ratakan untuk mengetahui diameter tajuk.
Pengukuran Persentase Penutupan Tajuk
Data penutupan tajuk diperoleh dengan pengukuran menggunakan
densiometer pada jarak 30 – 45 cm dari badan pengamat dengan ketinggian sejajar
lengan. Dari masing-masing kotak yang terdapat pada densiometer dihitung
persentase bayangan langit yang dapat ditangkap cermin dengan pembobotan.
Terbuka penuh memiliki bobot 4 (100%), bobot 3 (75%), bobot 2 (50%), bobot 1
(25%), dan bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat). Pengukuran
dilakukan pada lima titik dalam masing-masing blok, yaitu pada bagian tengah dan
pada empat sisi blok. Dalam setiap titik dilakukan empat kali pengukuran yaitu pada
setiap arah mata angin (Utara, Selatan, Timur, dan Barat).

4

Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dirata-ratakan. Bobot
rata-rata pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus:
Ti =

� +� +� +⋯+��


� , 4

Keterangan:
Ti
: Keterbukaan tajuk
Tn
: Bobot pada masing-masing titik pengukuran
N
: Jumlah titik pengukuran
1,04 : Faktor koreksi
Persentase penutupan tajuk (T) pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus:
T = 100-Ti (Supriyanto dan Irawan 2001).
Pengukuran Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya matahari dilakukan dengan menggunakan alat
lux meter. Bagian lux meter yang peka terhadap cahaya diarahkan pada pantulan
datangnya cahaya, besarnya intensitas cahaya dapat dilihat pada skala. Pengukuran
pada masing-masing tempat dilakukan di empat titik yaitu di setiap arah mata angin.
Lux meter bekerja dengan sensor cahaya. Lux meter cukup dipegang setinggi 75 cm
di atas lantai hutan. Layar penunjuknya akan menampilkan tingkat pencahayaan
pada titik pengukuran.
Pengukuran Dimensi Perakaran
Pengukuran dimensi perakaran berupa diameter dan panjang akar sengon
yang berada pada kedalaman 0-30 cm menggunakan alat cangkul, caliper dan busur
derajat sebagai penanda arah akar. Setelah perakaran tanaman terlihat kemudian
dilakukan pemisahan antara akar horizontal dengan akar vertikal. Setiap blok
diambil 6 tanaman sengon yang saling berdekatan untuk diukur. Pohon contoh yang
diambil adalah pohon yang berada di tengah blok.
Murniati (2009) menyatakan akar dikatakan sebagai akar horizontal (Hroot)
apabila sudut antara akar dan bidang vertikal lebih besar atau sama dengan 45°
(>45°). Jika sudutnya lebih kecil dari 45° (